Anda di halaman 1dari 15

i

MAKALAH
PENERAPAN EVIDENCE BASED DALAM PRAKTIK KEBIDANAN PADA
MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Disusun oleh Kelompok 6 :


1. Martuti NIM : 110321019
2. Melita NIM : 110321020
3. Mia NIM : 110321021
4. Hastri NIM : 110321022

PROGRAMSTUDI SI KEBIDANAN TRANSFER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
TAHUN 2021-2022
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis
dapatmenyelesaikan makalah dengan judul “Penerapan Evidence Based
Dalam Praktik Kebidanan Pada Masa Nifas Dan Menyusui” tepat pada
waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidak lah lain adalah
untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban pada matakuliah “Evidence
Based Dalam Praktik Kebidanan” serta merupakan bentuk tanggung jawab
langsung penulis pada tugas yang diberikan. Pada kesempatan ini, penulis
juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun
tidaklangsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun
sadar bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan dari para pembaca
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak
sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu
yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca,
ataupun seluruhnya. Amiin ya Rabbal ‘alamin.

Cilacap, 19 Oktober 2022

Penulis

ii
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 4
C. Tujuan.......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Evidence Based Practice...........................................................5
B. Manfaat Evidence Based Practice .............................................................5
C. Karakteristik Evidence Based Practice ......................................................6
D. Etika Pemanfaatan Evidence Based Practice ...........................................6
E. Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan evidance based practic.......7
F. Based practice masa nifas berdasarkan kajian jurnal ...........................8
G. Konseling dan pendampingan suami selama pemberian ASI ..............9
H. Pijat oksitosin..........................................................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................. 12
B. Saran......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampi
pulihnya kembali alat-alat kandungan seperto sebelum hamil. Lamanya masa nifas
ini yaitu kirakira 6-8 minggu. (Abidin, 2011) Tahap-tahap masa nifas meliputi :
puerperium dini, puerperium intermedial, remot puerperium.
Tidak dapat dipungkiri bahwa periode nifas adalah masa yang beresiko
terhadap ibu dan bayi baru lahir, namun mendapat perhatian yang sangat sedikit
oleh petugas kesehatan, tidak sebesar pada masa hamil dan melahirkan. Hal yang
sama juga terjadi di Indonesia, dimana cakupan kunjungan nifas hanya mencapai
86,64%, sementara cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 90,88%
Fakta lain menyebutkan bahwa dari 30 negara sedang berkembang yang
disurvey sejak tahun 1999 – 2004, terdapat 40% ibu melahirkan yang tidak pernah
memperoleh perawatan nifas.Di antara ibu melahirkan di luar fasilitas kesehatan,
ratarata lebih dari 70% tidak menerima perawatan postpartum. Di antara semua
ibu yang menerima perawatan postpartum, 57% diperoleh dari tenaga kesehatan
dan sisanya menerima perawatan dari dukun bersalin tradisional (Traditional Birth
attendance / TBA) sebesar 36% dan dari sumber lainnya sebesar 7%.
Perdarahan dan infeksi setelah proses persalinan menjadi penyebab
banyak kematian ibu, sementara kelahiran prematur, asfiksia dan infeksi berat
berkontribusi pada dua pertiga dari semua kematian neonatal. Perawatan yang
tepat di jam-jam pertama dan hari-hari setelah melahirkan dapat mencegah
sebagian besar kematian ini. WHO merekomendasikan agar para ahli kesehatan
yang terampil menghadiri semua kelahiran, untuk memastikan hasil terbaik bagi
ibu dan bayi yang baru lahir
Namun, sebagian besar wanita masih kurang peduli. Rata-rata, penolong
kelahiran terampil mencakup 66% kelahiran di seluruh dunia, dan beberapa
bagian Afrika dan Asia memiliki tingkat cakupan yang jauh lebih rendah. Fakta
bahwa dua pertiga kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi pada dua hari pertama
setelah kelahiran membuktikan kurangnya perawatan.
Karena permasalahan tersebut, pelayanan kesehatan harus lebih
ditingkatkan menjadi lebih baik. Cara yang dilakukan salah satunya dengan
menerapkan evidence based practice, dimana semua tindakan didasarkan pada
bukti penelitian yang telah dilakukan. Tujuan dari evidence base pada masa nifas
4

yaitu untuk mengetahui kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari kesehatan,
kebersihan, nutrisi, pemberian ASI, tanda bahaya masa nifas dan perdarahan. Hal
ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dan ibu nifas
beserta bayi dapat sehat dan terhindar dari kematian.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya melakukan pelayanan kesehatan berdasarkan
evidence based practice.
2. Untuk mengetahui mengetahui kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari
kesehatan, kebersihan, nutrisi, pemberian ASI, tanda bahaya masa nifas dan
perdarahan.
3. Untuk mengetahui menghasilkan praktik profesi yang optimal.
4. Agar masyarakat mendapat pelayanan kesehatan yang optimal. Untuk
mengetahui apa itu masa nifas

C. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan pentingnya melakukan pelayanan kesehatan
berdasarkan evidence based practice.
2. Memberikan kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari kesehatan,kebersihan,
nutrisi, pemberian ASI, tanda bahaya masa nifas dan perdarahan.
3. Menghasilkan praktik profesi yang optimal
4. Menjadikan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Evidence Based Practice


Pengertian evidence base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris)
maka evidence base dapat diartikan sebagai berikut evidence artinya bukti atau
fakta dan based artinya dasar. Jadi evidence based adalah: Praktik berdasarkan
bukti.
Evidence Based Midwifery (Practice) didirikan oleh RCM dalam rangka
untuk membantu mengembangkan kuat professional dam ilmiah dasar untuk
pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. EBM secara resmi diluncurkan
sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi
tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu
dirancang ‘untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat
pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu
dan bayi’ (Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus
berkontribusi pada praktik dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif
serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan
pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohor studi, terstruktur, logis dan
transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktik,
pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebaagai
asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut
metodologi ilmiah yang sistematis.

B. Manfaat Evidence Based Practice


Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Based antara lain:
1. Keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang dilakukan
berdasarkan bukti ilmiah.
2. Meningkatkan kompetensi (kognitif).
3. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai professional dalam memberikan
asuhan yang bermutu.
4. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar sesuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6

C. Karakteristik Evidence Based Practice


Menurut Sackett et al. Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu
pendekatan medic yang di dasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam praktiknya,
EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti
ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya. Pengertian lain dari evidence based
medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk
menemukan, menelaah/me-riview, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai
dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Jadi secara rincinya lagi, EBM merupakan keterpaduan antara (1) Bukti-bukti
ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan
(2) Keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) Nilai-nilai yang ada pada masyarakat
(patient values). Publikasi ilmiah ada pada pempublikasian hasil penelitian atau
sebuah hasil pemikiran yang telah ditelaah dan disetujui dengan beberapa
pertimbangan baik dari accountable aspek metodologi maupun accountable aspek
ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang diakui.
Adapun accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara langsung
tentang suatu pemasalahan dengan penelitian untuk mendapatkan dasar yang
valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Maksudnya adalah melalui evidence
based medicine kita mengadakan survei tentang kelainan fisik sejumlah penderita
penyakit tertentu. Selain mensurvei keluhan dan kelainan fisik penderita, melalui
evidence based medicine kita juga dapat mensurvei hasil terapinya. Sedangkan
accountable aspek metodologis adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran menggunakan tata cara tertentu dalam pengumpulan data hasil
penelitian yang telah ditelaah dan diakui kebenarannya.

D. Etika Pemanfaatan Evidence Based Practice


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang
berperngaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap mutu pelayanan
kesehatan terutama pelayanan kebidanan. Menjadi tantangan bagi profesi bidan
untuk mengembangkan kompetensi dan profesionalisme dalam menjalankan
praktik kebidanan serta dalam memberikan pelayanan berkualitas.
Sikap etis professional bidan akan mewarnai dalam setiap langkahnya,
termasuk dalam mengambil keputusan dalam merespon situasi yang muncul
dalam usaha. Pemahaman tentang etika dan moral menjadi bagian yang
fundamental dan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan dengan
7

senantiasa menghormati nilainilai pasien.


Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku
benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Etika berfokuspada prinsip dan konsep yang membimbang manusia berfikir dan
bertindak dalam kehidupannya dilandasi nilai-nilai yang dianutnya.

E. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence Based


Practice

1. Pengertian Asuhan Postnatal Care

Postnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28
hari setelah persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran yang continue
dari bidan kepada ibu dan bayi sedang diperlukan bertujuan untuk mendeteksi
dini adanya komplikasi dan penyulit pada masa postnatal.

2. Tahapan Masa Nifas

Nifas dapat dibagi ke dalam 3 periode :

a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia


yang lamanya 6-8 minggu

c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
sehat sempurna baik selama hamil ataupun sempurna berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau tahunan.

3. Tujuan kunjungan masa nifas yaitu :

a. Menilai kondisi kesehatan Ibu dan bayi

b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya


gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya

c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas

d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu


kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

4. Perubahan psikis masa nifas

a. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan


sampai hari ke 2 (Fase Taking In)
8

b. Ibu merasa kuatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul perasaan


sedih (Baby Blues disebut Fase Taking Hold hari ke 3-10)

c. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut Fase
Letting Go. (hari ke 10-akhir masa nifas)

F. Based Practice Masa Nifas Berdasarkan Kajian Jurnal

1. Melakukan Senam Nifas

Jurnal : Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus dan Pengeluaran


Lokia di Wilayah Kerja Puskesmas Cilembang Kota Tasikmalaya Tahun 2015
oleh Etin Rohmatin pada tahun 2015.

a. Apakah senam nifas perlu dilakukan?

Senam nifas perlu dilakukan oleh ibu pasca melahirkan karena memiliki
manfaat untuk proses involusi uterus dan pengeluaran lokia yang normal.

b. Manfaat senam nifas

1) Membantu mencegah pembekuan (thrombus) pada pembuluh


tungkai

2) Membantu ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak


ketergantungan

3) Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar vagina


maupun otot-otot dasar panggul

4) Sirkulasi darah menjadi teratur dan optimal

5) Mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi

6) Dapat menimbulkan kebugaran dan tenaga yang lebih baik sehingga


mampu meningkatkan mobilisasi pada diri ibu nifas.

c. Hasil penelitian Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan mengenai


pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus dan pengeluaran lokia di
wilayah kerja Puskesmas Cilembang Kota Tasikmalaya Tahun 2015
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pelaksanaan intervensi senam
nifas ini dilakukan pada 32 ibu nifas. Involusi uterus pada ibu yang
melakukan senam nifas terbanyak pada kategori normal sebanyak 24
orang (75%). Pengeluaran lokia pada ibu yang melakukan senam nifas
terbanyak pada kategori normal sebanyak 23 orang (71,9%). Ada
9

pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus dengan  value sebesar


0,005 (<0,05)

d. Mengapa harus dilakukan senam nifas?

Senam nifas harus dilakukan untuk menyadarkan ibu nifas yang


beranggapan bahwa setelah persalinan tidak boleh banyak melakukan
gerakan-gerakan karena akan mengganggu penyembuhan setelah
persalinan, padahal gerakan-gerakan yang dilakukan pasca melahirkan
dapat merangsang otot-otot untuk cepat kembali normal dan mobilisasi
sangat diperlukan untuk mengurangi ketergantungan ibu.

G. Konseling dan Pendampingan Suami Selama Pemberian ASI Pertama Kali

Jurnal : Pengaruh Pelaksanaan Konseling dan Pendampingan Suami Terhadap


Keberhasilan Ibu Menyusui dalam Pemberian Kolostrum oleh Nuraeni, Suryani
Soepardan, Bahiyatun, Ari Soewondo pada tahun 2017.

a. Apakah pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam pemberian


kolostrum perlu dilakukan? Perlu, karena ibu nifas dan suami perlu diberikan
edukasi yang jelas dan tepat agar mereka tahu pentingnya memberikan
kolostrum pada bayinya.

b. Manfaat pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam pemberian


kolostrum Manfaat dilakukan pemberian konseling agar ibu menyusui dapat
memberikan kolostrum pada bayinya sedini mungkin karena kolostrum
mengandung protein, antibody, dan immunoglobulin yang dapat berfungsi
sebagai perlindungan terhadap infeksi pada bayi karena zat antibody yang
dimiliki dapat mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit,
serta untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare yang
menduduki peringkat ke 3 penyebab kematian bayi. Pendampingan suami
dalam pemberian kolostrum ialah memberikan dukungan penuh pada ibu
menyusui untuk memberikan kolostrumnya dengan baik.

c. Hasil penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di BPM Kota Cirebon pada
tanggal 01 November 2013 – 31 Desember 2013 dengan responder berjumlah
30 ibu hamil aterm dan ibu menyusui, menunjukan bahwa responder yang
diberi tindakan konseling dan pendampingan suami terdapat 14 orang
(93,30%) yang 17 memberikan kolostrum pada bayinya, sedangkan pada
responder yang tidak diberikan tindakan konseling dan pendampingan suami
10

ada 6 orang (40%) yang memberikan kolostrum pada bayinya. Hasil :


Pengaruh dari tindakan pemberian konseling dan pendampingan suami
adalah bahwa responden yang diberikan tindakan konseling dan
pendampingan suami mempunyai peluang 2,333 kali lebih besar untuk
memberikan kolostrum pada bayinya dibandingkan dengan responden yang
tidak diberikan konseling dan pendampingan suami.

d. Mengapa harus dilakukan pelaksanaan konseling dan pendampingan suami


dalam pemberian kolostrum? Pelaksanaan konseling dan pendampingan
suami dalam pemberian kolostrum harus dilakukan agar wanita hamil, ibu
menyusui dan para suami mendapatkan informasi yang jelas, lengkap dan
berkelanjutan mengenai pemberian kolostrum sedini mungkin sehingga dapat
menurunkan AKB yang terjadi dengan cara pemberian kolostrum yang
memiliki banyak manfaat.

H. Pijat Oksitosin

Jurnal : Efektifitas Pijat untuk Merangsang Hormon Oksitosin Pada Ibu Nifas
Primipara oleh Murti Ani, Novita Ika Wardani, Septalia Isharyanti 2014.

a. Apakah pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu nifas perlu
dilakukan? Perlu

b. Manfaat pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu nifas

1) Meminimalkan jumlah perdarahan post partum

2) Menstimulasi sekresi oksitosin yang merangsang sekresi ASI

3) Memperbanyak jumlah produksi kolostrum

4) Membuat ibu nifas lebih nyaman, rileks dan mengurangi kelelahan


setelh melahirkan

c. Hasil penelitian Intervensi pijat untuk merangsang hormone oksitosin mampu


memperbanyak produksi ASI yang dalam hal ini di ukur dari perningkatan
berat badan bayi. Adanya pengaruh pijat oksitosin dapat mempercepat
penurunn TFU dari 18 kondisi normal pada umumnya. Rata-rata perubahan
TFU pada ibu nifas primipara tertinggi pada hari ke 7 pada kelompok control
sebesar 5,420 dan kelompok perlakuan sebesar 3,330. Terdapat perbedaan
penurunan sebesar 2.090 cm.

d. Mengapa harus dilakukan pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada


11

ibu nifas? Karena penyebab kematian ibu pada waktu nifas diantaranya
adalah perdarahan post partum. Upaya untuk mengendalikan terjdinya
perdarahan di tempat plasenta yaitu dengan memperbaiki kontraksi dan
retraksi myometrium yang kuat dengan pijatan yang merangsang
pengeluaran oksitosin. Serta, pemberian ASI saat ini masih terhalang
dengan banyaknya kendala, diantaranya adalah produksi ASI yang kurang
lancar.
12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6-8 minggu. Tahap-tahap masa nifas meliputi : puerperium
dini, puerperium intermedial, remot puerperium. Tujuan dari evidence base pada
masa nifas yaitu untuk mengetahui kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari
kesehatan, kebersihan, nutrisi, pemberian ASI, tanda bahaya masa nifas dan
perdarahan
Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebaagai asuhan kebidanan
berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang
sistematis. Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Based
antara lain:
1. Keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang dilakukan
berdasarkan bukti ilmiah.
2. Meningkatkan kompetensi (kognitif).
3. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai professional dalam memberikan
asuhan yang bermutu.
4. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar sesuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Based practice dari kajian jurnal yang bisa diterapkan dalam pelayanan
asuhan kebidanan nifas dan menyusui, yaitu:
1. Analisis masukan dan proses asuhan pelayanan nifas oleh bidan pelaksana.
2. Konseling dan pendampingan Suami agar menemani ibu saat memberi ASI
pertama kalinya.
3. Pemberian KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) untuk persiapan persalinan
dan nifas.
4. Dianjurkannya pijat oksitosin pada ibu nifas primipara.
5. Melakukan senam nifas
6. Melakukan tujuh kontak konseling laktasi.

B. Saran
13

Dewasa ini penerapan asuhan pada ibu nifas sangat diperlukan karena
sangat membantu ibu dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu ketika
mengalami kesulitan dalam mengasuh bayinya. Serta, dengan adanya konseling
masa nifas ibu menjadi lebih memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan,
pemenuhan nutrisi, waspada akan terjadinya kelainan-kelainan yang dapat
membahayakan ibu dan bayi. Sehingga diharapkan setiap bidan maupun tenaga
kesehatan yang lainnya dapat melakukan asuhan pada ibu nifas dan menyusui
dengan benar. Serta untuk mahasiswa kebidanan diharapkan dapat belajar
tentang betapa pentingnya asuhan kebidanan untuk ibu nifas dan menyusui.
14

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Yuri dan Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui,
Dilengkapi dengan Evidence Based Practice dan Daftar Tilik Asuhan Nifas. Jakarta:
TIM.

Anda mungkin juga menyukai