Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena berkat-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu, di samping itu kerjasama yang baik
dari tim penyusun serta dukungan dari banyak pihak yang mempengaruhi dalam proses
pembuatan makalah ini dari awal pertengahan hingga berakhir.

Maka pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu
Dessy Lutfiasari, SST, M.Kes Selaku dosen pembimbing yang telah memberi tugas ini
sebagai bahan pembelajaran.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini salah satunya untuk memenuhi tugas mata kuliah
Midwifery Update, selain itu makalah yang berjudul “Water Birth” ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan, menjadi pedoman bagi para pembaca untuk lebih mengetahui
tentang water birth. Oleh karena itu, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Kediri, 7 September 2019

Tim penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4

1.3 Tujuan.....................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5

2.1 Pengertian Water Birth..........................................................................................................5

2.2 Metode Water Birth...............................................................................................................5

2.3 Keuntungan Water Birth........................................................................................................5

2.4 Kerugian Water Birth............................................................................................................7

2.5 Patofisiologi.......................................................................................................................10

2.6 Indikasi dan Kontraindikasi...............................................................................................12

2.7 Prosedur Persalinan............................................................................................................14

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologi yang normal yang mana kelahiran
seorang bayi merupakan peristiwa sosial yang dinantikan ibu dan keluarga selama 9 bulan.
Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya, sedangkan peran
petugas kesehatan adalah memantau persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi
selama persalinan, disamping juga bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan
pada ibu bersalin.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks , dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin..

Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan.
Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan
menakutkan bagi ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang yang
bertujuan memberi rasa nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan
meniadakan perasaan cemas dan menegangkan. Salah satu metode alternative yang saat ini
populer adalah persalinan dalam air hangat atau dikenal sebagai water birth.

Bagi kebanyakan melahirkan di air atau waterbirth masih belum populer, berbeda
dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk
melahirkan. Di Indonesia, tidak semua rumah sakit dilengkapi fasilitas untuk persalinan
dengan metode water birth. Selain dibutuhkan tenaga medis yang terlatih khusus, pihak
rumah sakit harus memiliki kolam bersalin berdesain khusus (birth pool ).Strelisasi air perlu
diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi yang dilahirkan.

Water Birth telah diterima dan dipraktekkan di banyak Negara seperti Amerika Serikat,
Kanada, Australia, dan New Zealand. Di Negara-negara Eropa termasuk Inggris dan Jerman
terdapat banyak Maternity Clinics yang menggunakan birthing tubs. Pada tahun 2006 Water
Birth Internasional mencatat lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat menawarkan
fasilitas tersebut. The Royal College of Obstetricans and Gynecologist dan The Royal
College of Midwife mendukung persalinan dalam air bagi wanita yang sehat tanpa
komplikasi pada kehamilannya. Jika petunjuk praktis dijalankan dengan baik dalam hal
mengontrol infeksi, manajemen rupture tali pusat dan dengan kepatuhan pada persyaratan
yang ada, komplikasi akan dapat dikurangi.

3
Di Indonesia Water Birth masih baru dan mulai populer ketika Liz Adianti Harlizon
melahirkan dengan metode ini, selasa 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB di San Marie
Family Healthcare, Jakarta ditangani oleh dr.T.Otamar Samsudin SpOG dan dr.Keumala
Pringgadini,SpA. Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi
Sehat Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih dari 400 kasus Water Birth per
tahun. Sementara Rumah Sakit Umum di Bali yang pertama kali menyediakan fasilitas
Water Birth adalah Rumah Sakit Umum harapan Bunda.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari water birth?
b. Ada berapa cara/metode dalam pelaksanaan water birth?
c. Adakah keuntungan bagi ibu maupun bayi ketika dilakukan persalinan water birth?
d. Adakah kerugian bagi ibu maupun bayi ketika dilakukan persalinan water birth?
e. Bagimana patofisiologis dalam water birth?
f. Adakah indikasi dan kontraindikasi dalam pelaksanaan water birth?
g. Bagaimana prosedur pelaksanaan water birth?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian serta metode water birth.
b. Untuk mengetahui keuntungan, kerugian, indikasi serta kontraindikasi water birth.
c. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana prosedur pelaksanaan water birth.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Water Birth


Water Birth merupakan salah satu metode alternative persalinan pervaginam, dimana
ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam di air hangat ( yang
dilakukan pada bathtub atau kolam ) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan
member rasa nyaman.

2.2 Metode Water Birth


Ada 2 metode water birth

1. Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6
sampai proses melahirkan terjadi.

2. Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir.
Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.

2.3 Keuntungan Water Birth


Metode Water Birth memiliki banyak keuntungan bagi ibu dan bayi dibandingkan
dengan metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya
pengurangan penggunaan analgesic pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka
episiotomi jika dibandingkan dengan persalinan lainnya.

A. Keuntungan Bagi Ibu

a) Mengurangi Nyeri Persalinan dan Memberi Rasa Nyaman

Nyeri persalinan berkurang disebabkan ibu berendam dalam air hangat yang
membuat rileks dan nyaman sehingga rasa sakit dan stress akan berkurang.
Mengurangi rasa sakit adalah tujuan utamanya, sedangkan secara teknis melahirkan
dalam air pada dasarnya sama seperti melahirkan normal, proses dan prosedurnya
sama hanya tempatnya yang berbeda. Pada Water Birth ibu melahirkan bayinya
dalam kolam dengan posisi bebas dan yang paling dirasakan nyaman oleh ibu.
Kolam dapat terbuat dari fiber glass atau bahan lain.

Adanya mitos yang menyebutkan pemanjangan fase-fase persalinan. Pada


kenyataannya Water Birth merupakan persalinan alamiah, dan tidak sepenuhnya
mengurangi nyeri kontraksi. Meskipun demikian banyak wanita merasakan adanya
pengurangan nyeri sewaktu ada dalam air, berendam dalam air hangat dan
mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air sesungguhnya dapat
memperpendek persalinan kala I dan tekanan darah menjadi lebih rendah di banding

5
persalinan konvensional. Ibu hamil yang berendam di dalam air hangat pada
persalinan dengan penyulit (distosia) dibandingkan dengan augmentasi standar
menunjukkan bahwa angka penggunaan epidural analgesia dan intervensi obstetri
lebih rendah. Berendam dalam air akan dapat mengurangi 75% nyeri persalinan,
kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi, pergerakan selama
persalinan water birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu nyaman dan rileks,
sedangkan air hangat akan membantu mengurangi nyeri.

b) Mengurangi Tindakan Episiotomi

Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu kepala bayi crowning
lambat akan menurunkan risiko robekan dan dapat mengurangi keperluan akan
tindakan episiotomi. Selain itu, trauma perineum yang terjadi tidak berat dengan
dijumpai lebih banyak kejadian intak perineum. Masih terdapat mitos bahwa ibu
yang melahirkan dalam air lebih mungkin untuk mengalami robekan karena yang
membantu persalinan kesulitan untuk melakukan episiotomi jika diperlukan. Namun
sesungguhnya ibu yang melahirkan dalam air hangat kurang mengalami robekan
karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah dan mampu melunakkan jaringan
di sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan episiotomy, penolong justru lebih mudah
menjangkau bagian perineum ibu untuk melakukan message atau tindakan lain.
Kebanyakan episiotomi tidak diperlukan dan jika penolong menganggap selama
proses persalinan terdapat keadaan emergensi penolong akan membatalkan pelaksana
metode ini.

c) Pemendekan Persalinan Kala I

Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat mempercepat proses persalinan
yang dihubungkan secara signifikan dengan persalinan kala I yang akan menjadi
lebih pendek. Dalam hal ini ibu dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan
tekanan darah, lebih rileks, nyaman, menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan
obat-obatan dan intervensi lainnya, member perlindungan secara pribadi, mengurangi
trauma perineum, meminimalkan penggunaan episiotomy, mengurangi kejadian
seksio sesaria, memudahkan persalinan.

d) Menurunkan Tekanan Darah

Dalam hal menurunkan tekanan darah, menurut Pre & Perinatal Psycology
Association of North America Conference, wanita dengan hipertensi akan mengalami
penurunan tekanan darah setelah berendam dalam air hangat selama 10-15 menit.
Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi
dengan berendam dalam air hangat.

B. Keuntungan Bagi Bayi


6
Persalinan sendiri dapat mejadi masalah, mungkin juga mengganggu dan merupakan
pengalaman bagi bayi. Water Birth memberikan keuntungan terutama saat kepala bayi
masuk ke jalan lahir, dimana persalinan akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan
suhu yang tepat suasananya menyerupai lingkungan intrauterine sehingga memudahkan
transisi dari jalan lahir ke dunia luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan
perineum dan member rasa nyaman bagi ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang
mendapatkan trauma (oleh karena adanya efek dapat melenturkan dan meregangkan
jaringan perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan air dingin dan tempat
bersalin umumnya.

Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, bayi tampak menajdi tenang.
Bayi tidak tenggelam jika dilahirkan di air, karena selama kehamilan bayi hidup dalam
lingkungan air (amnion) sampai terjadi transisi persalinan dari uterus ke permukaan air.
Demikian pula masalah lilitan tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang tidak
ada deselerasi denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibatnya
ketatnya lilitan tali pusat di leher. Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan
persalinan bagi ibu juga baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau resiko cedera kepala
bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban.

2.4 Kerugian Water Birth


1. Risiko Maternal

a. Infeksi

Menurut European Journal of Obstetrics and Reproductive Biology 2007, Water


Birth merupakan avaluable alternative persalinan normal. Penelitian yang dipimpin
oleh Rosanna Zanetti-Daellenbach menemukan tidak ada perbedaan angka kejadian
infeksi maternal maupun neonatal atau parameter laboratorium termasuk luaran fetus
dalam hal APGAR Score, pH darah dan keperluan perawatan intensif. Ada pendapat
yang menyatakan bahwa Water Birth menyebabkan risiko infeksi oleh karena
berendam dalam air yang tidak steril dan ibu dapat mengeluarkan kotoran saat
mengedan dalam kolam air. Namun penelitian menunjukkan bahwa traktus intestinal
bayi mendapatkan keuntungan dari paparan ini. Kelahiran tersebut dan diri kita
sendiri tidak steril. Sekresi vagina blood slim, cairan amnion, dan feses ibu ketika
bayi masuk ke dalam rongga panggul, keseluruhannya tidak steril. Jika ibu dalam
keadaan persalinan kala aktif, air tidak akan masuk ke jalan lahir sewaktu ibu ada
dalam kolam. Air dapat masuk ke vagina, namun tidak dapat masuk ke vagina bagian
dalam, ke serviks maupaun uterus. Penyakit infeksi tertentu, akan mati segera ketika
kontak dengan air. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
adalah menggunakan pompa pengatur agar air tetap bersikulasi dengan
filter/penyaring air sehingga jika air terminum tidak beresiko infeksi. Kolam yang

7
sudah disterilkan kemudian akan diisi air yang suhunya sekitar 32-370 disesuaikan
dengan suhu tubuh.

b. Perdarahan Postpartum

Risiko perdarahan pada ibu dan bayi juga harus dipertimbangkan. Walaupun
comparative study di Swiss menunjukkan suatu hal yang positif, namun penelitian
lain di Inggris tidak menemukan adanya perbedaan yang bermakna antara metode
Water Birth dengan metode persalinan lainnya. Penyedia layanan Water Birth yang
tidak berpengalaman akan sukar menilai jumlah perdarahan post partum, sementara
metode penanganannya telah berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan
sejumlah penyedia layanan lebih memilih melahirkan plasenta di luar kolam seperti
di The University of Michigan Hospital.

c. Trauma Perineum

Penggunaan episiotomy pada Water Birth 8,3% tidak menunjukkan laserasi


perineum derajat tingkat III dan IV dan 25,7%, pada land birth menunjukkan
kejadian laserasi perineum derajat tingkat III dan IV dengan angka penggunaan
episiotomi lebih tinggi. A Cochrane review oleh Cluett et all, membuktikan bahwa
ada resiko terjadi trauma perineum pada persalinan dengan Water Birth, namun tidak
terdapat perbedaan yang bermkana pada luaran klinik dalam hal trauma perineum.
Pada penelitian tahun 1991-1997 Obstetrics and Gynecology of Cantonal Hospital of
Frauenfeld, Switzerland membandingkan 3 group persalinan pervaginam: water
birth, Maia-birthing stool, dan bedbirth mendapatkan angka kejadian episiotomy
12,8% pada water birth 27,7% pada Maia-birthing stool, dan 34,5% pada bedbirth.
Ini secara statistic sangat bermakna. Disamping angka episiotomy bedbirth terjadi
paling tinggu juga menunjukkan derajat laserasi perineum III dan IV (4,1%).

2. Risiko Neonatal

Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan
rupture tali pusat disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air.

a. Terputusnya Tali Pusat

Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir sesegera mungkin
dibawa ke permukaan air tidak sedara “gentle”, jika tali pusat pendek akan dapat
mengakibatkan tegangan yang berlebihan pada tali pusat. Suatu review yang
mengidentifikasi 16 artikel, melaporkan adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan
oleh water birth, salah satu diantaranya adalah masalah putusnya tali pusat. Kasus
terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu cepat mengangkat bayi

8
kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang melampaui
panjang tali dibandingkan biasanya.

b. Infeksi

Risiko infeksi terjadi pada water birth. Infeksi saluran pernapasan pada bayi yang
dilahirkan secara water birth jarang terjadi namun resiko ini tetap harus
diperhitungkan. Sejumlah kasus yang mungkin membahayakan bayi antara lain
infeksi herpes, perdarahan luas, dan berbagai infeksi lainnya. Metode water birth
tidak direkomendasikan pada bayi preterm. Berdasarkan laporan kasus yang
dipublikasikan, infeksi P.aeruginosa didapatkan pada bayi preterm. Berdasarkan
laporan kasus yang dipublikasikan infeksi P.aeruginosa didapatkan pada swab telinga
dan umbilicus bayi yang lahir dengan water birth.

c. Hipoksia

Tali pusat secara terus menerus akan menyediakan darah beroksigen, sambil bayi
merespon stimulasi baru yaitu pertama kali mengisi paru-parunya dengan udara.
Penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat sangat bermanfaat dalam proses
transisi bayi untuk hidup di luar uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi
jaringan paru. Garland (2000) tidak merekomendasikan pemotongan dan pengkleman
tali pusat sampai bayi mencapai permukaan air disebabkan oleh meningkatnya risiko
hipoksia. Hipoksia bayi akan mengganggu baby’s dive reflex, yang mengakibatkan
penekanan respon menelan sehingga akan menimbulkan bayi menghirup air selama
proses water birth. Odent (1998) merekomendasikan pengkleman tali pusat 4-5 menit
setelah persalinan. Namun menurut Austin, Bridges, Markiewicz and Abrahamson
(1997) penundaan pengkleman tali pusat dapat mengakibatkan polistemia.
Berdasarkan hipotesa bahwa air hangat mencegah vasokonstriksi tali pusat sehingga
banyak darah ibu tertransfer ke bayi (vasokontriksi terjadi ketika kontak dengan
udara).

d. Aspirasi Air dan Tenggelam

Secara teoritis risiko terjadinya aspirasi air pada water birth sekitar 95%. Risiko
masuknya air ke dalam paru-paru bati dapat dihindari dengan mengangkat bayi yang
lahir sesegera mungkin ke permukaan air. Pemanjangan fase berendam mengakibatkan
kekurangan oksigen emboli air dan perdarahan. Air hangat mencegah pembekuan
darah setelah persalinan dan juga risiko infeksi.

2.5 Patofisiologi
a. Pengurangan Rasa Nyeri

9
Keuntungan yang diperoleh dengan motede persalinan ini adalah berkurangnya rasa
nyeri ketika persalinan berlangsung. Hal ini disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah
uterus yang menjadi lebih baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya
produksi endorphin (stress related hormone). Berendam dalam air selama persalinan akan
mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus
lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik. Ini menyebabkan sirkulasi dan oksigenasi
darah otot uterus menjadi lebih baik. Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu untuk
bergerak bebas, dapat member rasa lebih rileks dan nyaman sehingga ibu hamil mampu
berkonsentrasi pada persalinannya dan oleh karena itu kondisi ibu nyaman, maka
sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta ke janin berlangsung lebih baik, suhu tubuh bayi
menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh yang baik ini akan mempengaruhi
oksigenasi bayi, sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap lingkunagn di luar rahim
dengan baik.

Air hangat dan tekanan dari pusaran air kolam tersebut merupakan salah satu sumber
penghilang rasa sakit selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara
alami, sehingga ibu hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air.
Berendam dalam air hangat dapat merangsang respon fisiologi pada ibu hamil, sehingga
dapat mengurangi nyeri termasuk redistribusi volume darah, yang mana akan merangsang
pelepasan oksitosin dan vasopressin, sehingga akan meningkatkan level oksitosin dalam
darah. Selain itu ada hipotesa yang menyatakan bahwa air hangat akan dapat merelaksasi
otot-otot dan mental selanjutnya menyebabkan peningkatan pelepasan katekolamin, yang
memungkinkan peningkatan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga dapat
mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan fase persalinan.

b. Pengurangan Risiko Aspirasi

Ada beberapa faktor yang mencegah bayi menghirup air sewaktu bersalin. Pertama,
terdapat faktor penghambat yang secara normal ada pada setiap bayi. Bayi dalam
kandungan mendapatkan oksigen dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas dengan
menggerakkan otot-otot intercostal dan diaphragma dengan pola teratur sejak usia
kehamilan 10 minggu. Janin menerima oksigen selama kehamilan melalui tali pusat
sampai waktu ketika tali pusat dipotong atau plasenta terlepas dari dinding rahim, rata-
rata 2-10 menit setelah lahir hingga 30 menit. Kerja otot diaphragma dan intercostals
menyebabkan lebih banyak darah mengalir ke organ vital termasuk otak sehingga dapat
dilihat penurunan Fetal Beat Movement (FBM) pada profil biofisik. Pada 24-48 jam
sebelum onset persalinan spontan, bayi mengalami peningkatan level prostaglandin E2
dari plasenta yang menyebabkan perlambatan dan penghentian gerakan napas.

Secara normal terlihat pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika bayi lahir dan level
prostaglandin masih tinggi, otot bayi untuk pernapasan sederhana belum bekerja, hal
tersebut merupakan respon penghambatan pertama.
10
Respon penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami
hipoksia akut atau kekurangan oksigen, ini merupakan respon proses kelahiran.Hipoksia
menyebabkan apnea dan menelan bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin
mengalami kekurangan oksigen berat dan lama, maka mengap-mengap dapat terjadi
setelah lahir, mungkin air akan terhirup ke dalam paru-paru. Jika bayi bermasalah selama
persalinan, variabilitasnya akan melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal ini
mengakibatkan prolonged bradicardia, sehingga penolong akan meminta ibu untuk
meninggalkan kolam sebelum bayi lahir.

Faktor ketiga yang menghambat bayi dalam pernapasan ketika berada di dalam air
adalah perbedaan temperatur. Temperatur air dibuat sesuai temperatur badan ibu.
Temperatur air kolam serupa dengan cairan amnion yang dapat menjadi faktor
penghambatan. Penelitian terbaru dan observasi di Jerman, Jepang, dan Rusia member
kesan bahwa temperatur rendah pada waktu lahir berkontribusi pada vigorous baby.
Cairan paru diproduksi dalam paru-paru dan secara kimia menyerupai cairan lambung.
Cairan ini akan keluar melalui mulut dan ditelan oleh janin. Bayi baru lahir sangat cerdas
dan dapat mendeteksi substansi apa yang mengenainya, dapat membedakan antara cairan
amnion, air, susu, dan ASI yang diakibatkan oleh adanya Dive Reflex. Pada kondisi bayi
normal (dilihat dari monitoring Fetal Heart Rate selama persalinan), kombinasi faktor-
faktor tersebut mencegah bayi bernapas di dalam air sampai bayi berada di atas
permukaan air, dimana akan merangsang mammalian diving reflex yang berhubungan
dengan tekanan udara daerah nervus trigeminus wajah. Pada pernapasan bayi pertama
kali terjadi adalah dengan merubah sirkulasi bayi, penutupan shunt pada jantung,
membuat sirkulasi pulmonal, merubah tekanan pada paru-paru, mendorong cairan keluar
yang akan mempersiapkan ruangan paru-paru dan mengijinkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Proses ini memerlukan beberapa menit untuk memulai secara lengkap.
Selama waktu tertentu bayi masih menerima oksigen dari tali pusat. Tidak ada ancaman
bahwa bayi akan menghirup air selama proses kelahiran karena factor pencetus untuk
menghirup oksigen tidak aka nada sampai kepala bayi kontak dengan udara.

c. Pemendekan Fase Persalinan

Persalinan dalam air kadangkala dihubungkan dengan penurunan intensitas


kontraksi, sehingga menyebabkan perlambatan persalinan. Tidak ada bukti kuat kriteria
kapan saat yang tepat untuk berendam pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal
akan lebih baik jika ditangani dengan mobilisasi daripada berendam.

Ada juga laporan bahwa air kadang-kadang memberi efek melambatkan bahkan
menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan banyak dilaporkan bahwa
kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu awal.

d. Pengurangan Perdarahan Postpartum

11
Hilangnya darah ibu selama water birth sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang
paa water birth 5,26 g/l secara bermakna lebih rendah daripada land birth 8,08 g/l.
Kehilangan darah pada persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh
penolong yang kurang berpengalaman pada persalinan dalam air.

2.6 Indikasi dan Kontraindikasi


a. Syarat-syarat

a) Ibu hamil risiko rendah

b) Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit

c) Tanda vital ibu dalam batas normal dan CTG bayi normal (baseline, variabilitas dan
ada akselerasi)

d) Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi
serviks mencapai 4-5 cm

e) Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat
berendam jika diperlukan

b. Kriteria / Indikasi

a) Merupakan pilihan ibu

b) Kehamilan normal ≥ 37 minggu

c) Fetus tunggal presentasi kepala

d) Tidak menggunakan obat-obat penenang

e) Ketuban pecah spontan < 24 jam

f) Kriteria non klinik seperti staf atau peralatan

g) Tidak ada komplikasi kehamilan (preeklampsia, gula darah tak terkontrol,dll)

h) Denyut jantung normal

i) Cairan amnion jernih

12
j) Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau pitocin

c. Kontra Indikasi

a) Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah

b) Infeksi dan demam pada ibu

c) Herpes genitalis

d) HIV, Hepatitis

e) Denyut jantung abnormal

f) Perdarahan pervaginam berlebihan

2.7 Prosedur Persalinan


a. Beberapa instrument essential yang harus dipersiapkan pada persalinan dengan metode
water birth antara lain:

a) Termometer air

b) Termometer ibu

c) Doppler anti air

d) Sarung tangan

e) Apron

f) Jaring untuk mengangkat kotoran

g) Alas lutut kaki, bantal, instrument partus set

h) Shower air hangat, portable/permanent pool

i) Handuk, selimut

j) Warmer dan peralatan resusitasi bayi

b. Selama Berlangsungnya Persalinan

1) Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan 4-5 cm dengan
kontraksi uterus baik, ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya.

2) Volume air di dalam kolam berada di bawah pusar ibu, di isi air dengan suhu tubuh
sekitar 37º C (sesuai dengan suhu air ketuban dalam rahim)
13
3) Observasi dan monitoring antara lain:

a) Fetal Heart Rate (FHR) dengan doopler atau fetoskop setiap 30 menit selama
persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II.
Auskultasi dilakuakn sebelum, selama, setelah kontraksi.

b) Penipisan dan pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT)
dapat dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk
diperiksa.

c) Status ketuban, jika terjadi rupture ketuban, periksa FHR dan periksa adanya
prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekonium pasien harus meninggalkan
kolam.

d) Tanda vital ibu diperiksa setiap 3 jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika
diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur
napas selama kontraksi .

e) Dehidrasi ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan
peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberikan
cairan. Jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL)

4) Manajemen Kala II

a) Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan,


risiko ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi maternal-
fetal berkurang, dan juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.

b) Persalinan, bila mungkin metode “hand off”. Ini akan meminimalkan stimulasi.

c) Tidak diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat
dapat lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali
pusat terputus dengan tidak semestinya hindari tarikan ketika kepala bayi ke
permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih ada di
dalam air.

d) Bayi seharusnya lahir lengkap dalam air. Kemudian sesegera mingkin dibawa
kepermukaan. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air
dan badannyamasih di dalam air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala
bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali.

5) Manajemen Kala III

a) Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam

14
b) Saat manajemen aktif kala III, syntometrine dapat diberikan

c) Estimasikan perdarahan

d) Penjahitan perineum dapat di tunda sekurang-kurangnya 1 jam untuk


menghilangkan retensi air dalam jaringan (jika perdarahan tidak berlebihan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth merupakan masih belum populer.
Berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu
untuk melahirkan. Metode water birth merupakan metode alternative bagi ibu hamil yang
akan melahirkan dan merupakan suatu metode melahirkan dengan keuntungan lebih rileks
dan dapat mengurangi rasa sakit secara signifikan sampai sekitar 80%.
15
Air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang dan rileks, pada
keadaan rileks ini tubuh akan melepaskan endorphin (semacam morfin yang dibentuk oleh
tubuh sendiri) untuk mengurangi rasa sakit. Air hangat juga mampu untuk menghambat
impuls-impuls saraf yang menghantarkan rasa sakit, sehingga membuat persalinan tidak
begitu terasa berat.

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A.B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G.H., Waspodo, D. 2001. Persalinan Normal
Dalam: Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal. ed Kedua. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Melahirkan dalam air – melahirkan bebas rasa sakit. Kompas cyber media.
http://www.kompas.co.id/v er1/ Kesehatan/0706/ 23/1601293.

Cook, E. Alternative birthing methods.http://www.americanpregnancy.org.


16
Water birth – wikipedia, the free encyclopedia (wikipedia foundation, Inc.).
http://www.en.wikipedia.org/wiki/water_birth

Melahirkan dalam air (water birth). http//www. melahirkan dalam air(water birth).htm

17

Anda mungkin juga menyukai