DISUSUN OLEH :
ANDRI ASMARA
ANGGRAINI LORENZA
ARIYATMA
IKA JUNIARTI
MALINDA
MAULID ERSU
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologi yang normal yang mana kelahiran
seorang bayi merupakan peristiwa sosial yang dinantikan ibu dan keluarga selama 9 bulan.
Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya, sedangkan peran
petugas kesehatan adalah memantau persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi
selama persalinan, disamping juga bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan
pada ibu bersalin.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks , dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin..
Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan.
Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan
menakutkan bagi ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang yang
bertujuan memberi rasa nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan
meniadakan perasaan cemas dan menegangkan. Salah satu metode alternative yang saat
ini populer adalah persalinan dalam air hangat atau dikenal sebagai water birth.
Bagi kebanyakan melahirkan di air atau waterbirth masih belum populer, berbeda
dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk
melahirkan. Di Indonesia, tidak semua rumah sakit dilengkapi fasilitas untuk persalinan
dengan metode water birth. Selain dibutuhkan tenaga medis yang terlatih khusus, pihak
rumah sakit harus memiliki kolam bersalin berdesain khusus (birth pool ).Strelisasi air perlu
diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi yang dilahirkan.
Water Birth telah diterima dan dipraktekkan di banyak Negara seperti Amerika
Serikat, Kanada, Australia, dan New Zealand. Di Negara-negara Eropa termasuk Inggris dan
Jerman terdapat banyak Maternity Clinics yang menggunakan birthing tubs. Pada tahun
2006 Water Birth Internasional mencatat lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat
menawarkan fasilitas tersebut. The Royal College of Obstetricans and Gynecologist dan The
Royal College of Midwife mendukung persalinan dalam air bagi wanita yang sehat tanpa
komplikasi pada kehamilannya. Jika petunjuk praktis dijalankan dengan baik dalam hal
mengontrol infeksi, manajemen rupture tali pusat dan dengan kepatuhan pada persyaratan
yang ada, komplikasi akan dapat dikurangi.
Di Indonesia Water Birth masih baru dan mulai populer ketika Liz Adianti Harlizon
melahirkan dengan metode ini, selasa 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB di San Marie Family
Healthcare, Jakarta ditangani oleh dr.T.Otamar Samsudin SpOG dan dr.Keumala
Pringgadini,SpA. Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi
Sehat Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih dari 400 kasus Water Birth per
tahun. Sementara Rumah Sakit Umum di Bali yang pertama kali menyediakan fasilitas
Water Birth adalah Rumah Sakit Umum harapan Bunda.
a) Tujuan umum
b) Tujuan Khusus
PEMBAHASAN
WATER BIRTH
1. Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6
sampai proses melahirkan terjadi.
2. Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir.
Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.
Metode Water Birth memiliki banyak keuntungan bagi ibu dan bayi dibandingkan
dengan metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya
pengurangan penggunaan analgesic pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka
episiotomi jika dibandingkan dengan persalinan lainnya.
Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu kepala bayi crowning lambat
akan menurunkan risiko robekan dan dapat mengurangi keperluan akan tindakan episiotomi.
Selain itu, trauma perineum yang terjadi tidak berat dengan dijumpai lebih banyak kejadian
intak perineum. Masih terdapat mitos bahwa ibu yang melahirkan dalam air lebih mungkin
untuk mengalami robekan karena yang membantu persalinan kesulitan untuk melakukan
episiotomi jika diperlukan. Namun sesungguhnya ibu yang melahirkan dalam air hangat
kurang mengalami robekan karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah dan mampu
melunakkan jaringan di sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan episiotomy, penolong
justru lebih mudah menjangkau bagian perineum ibu untuk melakukan message atau
tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak diperlukan dan jika penolong menganggap
selama proses persalinan terdapat keadaan emergensi penolong akan membatalkan
pelaksana metode ini.
Dalam hal menurunkan tekanan darah, menurut Pre & Perinatal Psycology
Association of North America Conference, wanita dengan hipertensi akan mengalami
penurunan tekanan darah setelah berendam dalam air hangat selama 10-15 menit.
Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi dengan
berendam dalam air hangat.
Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, bayi tampak menajdi tenang.
Bayi tidak tenggelam jika dilahirkan di air, karena selama kehamilan bayi hidup dalam
lingkungan air (amnion) sampai terjadi transisi persalinan dari uterus ke permukaan air.
Demikian pula masalah lilitan tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang tidak ada
deselerasi denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibatnya
ketatnya lilitan tali pusat di leher. Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan
persalinan bagi ibu juga baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau resiko cedera kepala
bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban.
2.4 Kerugian Water Birth
1. Risiko Maternal
a. Infeksi
Menurut European Journal of Obstetrics and Reproductive Biology 2007, Water Birth
merupakan avaluable alternative persalinan normal. Penelitian yang dipimpin oleh Rosanna
Zanetti-Daellenbach menemukan tidak ada perbedaan angka kejadian infeksi maternal
maupun neonatal atau parameter laboratorium termasuk luaran fetus dalam hal APGAR
Score, pH darah dan keperluan perawatan intensif. Ada pendapat yang menyatakan bahwa
Water Birth menyebabkan risiko infeksi oleh karena berendam dalam air yang tidak steril
dan ibu dapat mengeluarkan kotoran saat mengedan dalam kolam air. Namun penelitian
menunjukkan bahwa traktus intestinal bayi mendapatkan keuntungan dari paparan ini.
Kelahiran tersebut dan diri kita sendiri tidak steril. Sekresi vagina blood slim, cairan amnion,
dan feses ibu ketika bayi masuk ke dalam rongga panggul, keseluruhannya tidak steril. Jika
ibu dalam keadaan persalinan kala aktif, air tidak akan masuk ke jalan lahir sewaktu ibu ada
dalam kolam. Air dapat masuk ke vagina, namun tidak dapat masuk ke vagina bagian
dalam, ke serviks maupaun uterus. Penyakit infeksi tertentu, akan mati segera ketika kontak
dengan air. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah
menggunakan pompa pengatur agar air tetap bersikulasi dengan filter/penyaring air
sehingga jika air terminum tidak beresiko infeksi. Kolam yang sudah disterilkan kemudian
akan diisi air yang suhunya sekitar 32-370 disesuaikan dengan suhu tubuh.
b. Perdarahan Postpartum
Risiko perdarahan pada ibu dan bayi juga harus dipertimbangkan. Walaupun
comparative study di Swiss menunjukkan suatu hal yang positif, namun penelitian lain di
Inggris tidak menemukan adanya perbedaan yang bermakna antara metode Water Birth
dengan metode persalinan lainnya. Penyedia layanan Water Birth yang tidak
berpengalaman akan sukar menilai jumlah perdarahan post partum, sementara metode
penanganannya telah berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan sejumlah penyedia
layanan lebih memilih melahirkan plasenta di luar kolam seperti di The University of
Michigan Hospital.
c. Trauma Perineum
2. Risiko Neonatal
Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan
rupture tali pusat disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air.
Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir sesegera mungkin
dibawa ke permukaan air tidak sedara “gentle”, jika tali pusat pendek akan dapat
mengakibatkan tegangan yang berlebihan pada tali pusat. Suatu review yang
mengidentifikasi 16 artikel, melaporkan adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan oleh
water birth, salah satu diantaranya adalah masalah putusnya tali pusat. Kasus terputusnya
tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu cepat mengangkat bayi kepermukaan
sehingga menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang melampaui panjang tali
dibandingkan biasanya.
b. Takikardi
c. Infeksi
Risiko infeksi terjadi pada water birth. Infeksi saluran pernapasan pada bayi yang
dilahirkan secara water birth jarang terjadi namun resiko ini tetap harus diperhitungkan.
Sejumlah kasus yang mungkin membahayakan bayi antara lain infeksi herpes, perdarahan
luas, dan berbagai infeksi lainnya. Metode water birth tidak direkomendasikan pada bayi
preterm. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan, infeksi P.aeruginosa didapatkan
pada bayi preterm. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan infeksi P.aeruginosa
didapatkan pada swab telinga dan umbilicus bayi yang lahir dengan water birth.
d. Hipoksia
Tali pusat secara terus menerus akan menyediakan darah beroksigen, sambil bayi
merespon stimulasi baru yaitu pertama kali mengisi paru-parunya dengan udara.
Penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat sangat bermanfaat dalam proses
transisi bayi untuk hidup di luar uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi jaringan paru.
Garland (2000) tidak merekomendasikan pemotongan dan pengkleman tali pusat sampai
bayi mencapai permukaan air disebabkan oleh meningkatnya risiko hipoksia. Hipoksia bayi
akan mengganggu baby’s dive reflex, yang mengakibatkan penekanan respon menelan
sehingga akan menimbulkan bayi menghirup air selama proses water birth. Odent (1998)
merekomendasikan pengkleman tali pusat 4-5 menit setelah persalinan. Namun menurut
Austin, Bridges, Markiewicz and Abrahamson (1997) penundaan pengkleman tali pusat
dapat mengakibatkan polistemia. Berdasarkan hipotesa bahwa air hangat mencegah
vasokonstriksi tali pusat sehingga banyak darah ibu tertransfer ke bayi (vasokontriksi terjadi
ketika kontak dengan udara)
Secara teoritis risiko terjadinya aspirasi air pada water birth sekitar 95%. Risiko
masuknya air ke dalam paru-paru bati dapat dihindari dengan mengangkat bayi yang lahir
sesegera mungkin ke permukaan air. Pemanjangan fase berendam mengakibatkan
kekurangan oksigen emboli air dan perdarahan. Air hangat mencegah pembekuan darah
setelah persalinan dan juga risiko infeksi.
2.5 Patofisiologi
Keuntungan yang diperoleh dengan motede persalinan ini adalah berkurangnya rasa
nyeri ketika persalinan berlangsung. Hal ini disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus
yang menjadi lebih baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi
endorphin (stress related hormone). Berendam dalam air selama persalinan akan
mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus
lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik. Ini menyebabkan sirkulasi dan oksigenasi darah
otot uterus menjadi lebih baik. Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu untuk bergerak
bebas, dapat member rasa lebih rileks dan nyaman sehingga ibu hamil mampu
berkonsentrasi pada persalinannya dan oleh karena itu kondisi ibu nyaman, maka sirkulasi
darah dan oksigen dari plasenta ke janin berlangsung lebih baik, suhu tubuh bayi menjadi
hangat sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh yang baik ini akan mempengaruhi oksigenasi
bayi, sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap lingkunagn di luar rahim dengan baik.
Air hangat dan tekanan dari pusaran air kolam tersebut merupakan salah satu
sumber penghilang rasa sakit selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi
secara alami, sehingga ibu hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air.
Berendam dalam air hangat dapat merangsang respon fisiologi pada ibu hamil, sehingga
dapat mengurangi nyeri termasuk redistribusi volume darah, yang mana akan merangsang
pelepasan oksitosin dan vasopressin, sehingga akan meningkatkan level oksitosin dalam
darah. Selain itu ada hipotesa yang menyatakan bahwa air hangat akan dapat merelaksasi
otot-otot dan mental selanjutnya menyebabkan peningkatan pelepasan katekolamin, yang
memungkinkan peningkatan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga dapat
mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan fase persalinan.
Ada beberapa faktor yang mencegah bayi menghirup air sewaktu bersalin. Pertama,
terdapat faktor penghambat yang secara normal ada pada setiap bayi. Bayi dalam
kandungan mendapatkan oksigen dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas dengan
menggerakkan otot-otot intercostal dan diaphragma dengan pola teratur sejak usia
kehamilan 10 minggu. Janin menerima oksigen selama kehamilan melalui tali pusat sampai
waktu ketika tali pusat dipotong atau plasenta terlepas dari dinding rahim, rata-rata 2-10
menit setelah lahir hingga 30 menit. Kerja otot diaphragma dan intercostals menyebabkan
lebih banyak darah mengalir ke organ vital termasuk otak sehingga dapat dilihat penurunan
Fetal Beat Movement (FBM) pada profil biofisik. Pada 24-48 jam sebelum onset persalinan
spontan, bayi mengalami peningkatan level prostaglandin E2 dari plasenta yang
menyebabkan perlambatan dan penghentian gerakan napas. Secara normal terlihat
pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika bayi lahir dan level prostaglandin masih tinggi, otot
bayi untuk pernapasan sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan respon
penghambatan pertama.
Respon penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami
hipoksia akut atau kekurangan oksigen, ini merupakan respon proses kelahiran.Hipoksia
menyebabkan apnea dan menelan bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin
mengalami kekurangan oksigen berat dan lama, maka mengap-mengap dapat terjadi
setelah lahir, mungkin air akan terhirup ke dalam paru-paru. Jika bayi bermasalah selama
persalinan, variabilitasnya akan melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal ini
mengakibatkan prolonged bradicardia, sehingga penolong akan meminta ibu untuk
meninggalkan kolam sebelum bayi lahir.
Faktor ketiga yang menghambat bayi dalam pernapasan ketika berada di dalam air
adalah perbedaan temperatur. Temperatur air dibuat sesuai temperatur badan ibu.
Temperatur air kolam serupa dengan cairan amnion yang dapat menjadi faktor
penghambatan. Penelitian terbaru dan observasi di Jerman, Jepang, dan Rusia member
kesan bahwa temperatur rendah pada waktu lahir berkontribusi pada vigorous baby. Cairan
paru diproduksi dalam paru-paru dan secara kimia menyerupai cairan lambung. Cairan ini
akan keluar melalui mulut dan ditelan oleh janin. Bayi baru lahir sangat cerdas dan dapat
mendeteksi substansi apa yang mengenainya, dapat membedakan antara cairan amnion,
air, susu, dan ASI yang diakibatkan oleh adanya Dive Reflex. Pada kondisi bayi normal
(dilihat dari monitoring Fetal Heart Rate selama persalinan), kombinasi faktor-faktor tersebut
mencegah bayi bernapas di dalam air sampai bayi berada di atas permukaan air, dimana
akan merangsang mammalian diving reflex yang berhubungan dengan tekanan udara
daerah nervus trigeminus wajah. Pada pernapasan bayi pertama kali terjadi adalah dengan
merubah sirkulasi bayi, penutupan shunt pada jantung, membuat sirkulasi pulmonal,
merubah tekanan pada paru-paru, mendorong cairan keluar yang akan mempersiapkan
ruangan paru-paru dan mengijinkan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Proses ini
memerlukan beberapa menit untuk memulai secara lengkap. Selama waktu tertentu bayi
masih menerima oksigen dari tali pusat. Tidak ada ancaman bahwa bayi akan menghirup air
selama proses kelahiran karena factor pencetus untuk menghirup oksigen tidak aka nada
sampai kepala bayi kontak dengan udara.
Hilangnya darah ibu selama water birth sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang
paa water birth 5,26 g/l secara bermakna lebih rendah daripada land birth 8,08 g/l.
Kehilangan darah pada persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh penolong
yang kurang berpengalaman pada persalinan dalam air.
a. Syarat-syarat
b) Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit
c) Tanda vital ibu dalam batas normal dan CTG bayi normal (baseline, variabilitas dan ada
akselerasi)
d) Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi
serviks mencapai 4-5 cm
e) Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat berendam
jika diperlukan
b. Kriteria / Indikasi
c. Kontra Indikasi
c) Herpes genitalis
d) HIV, Hepatitis
a. Beberapa instrument essential yang harus dipersiapkan pada persalinan dengan metode
water birth antara lain:
a) Termometer air
b) Termometer ibu
d) Sarung tangan
e) Apron
i) Handuk, selimut
1) Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan 4-5 cm dengan
kontraksi uterus baik, ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya.
2) Volume air di dalam kolam berada di bawah pusar ibu, di isi air dengan suhu tubuh sekitar
37º C (sesuai dengan suhu air ketuban dalam rahim)
a) Fetal Heart Rate (FHR) dengan doopler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan
kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakuakn
sebelum, selama, setelah kontraksi.
b) Penipisan dan pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT) dapat
dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa.
c) Status ketuban, jika terjadi rupture ketuban, periksa FHR dan periksa adanya prolaps tali
pusat. Jika cairan ketuban mekonium pasien harus meninggalkan kolam.
d) Tanda vital ibu diperiksa setiap 3 jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan).
Jika ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi .
e) Dehidrasi ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan
peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberikan cairan.
Jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL)
4) Manajemen Kala II
c) Tidak diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas
dan melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak
semestinya hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem
dan dipotong ketika bayi masih ada di dalam air.
d) Bayi seharusnya lahir lengkap dalam air. Kemudian sesegera mingkin dibawa
kepermukaan. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air dan
badannyamasih di dalam air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah
berada di atas air, jangan merendamnya kembali.
a) Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam
c) Estimasikan perdarahan
INFORMASI TAMBAHAN
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth merupakan masih belum populer.
Berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu
untuk melahirkan. Metode water birth merupakan metode alternative bagi ibu hamil yang
akan melahirkan dan merupakan suatu metode melahirkan dengan keuntungan lebih rileks
dan dapat mengurangi rasa sakit secara signifikan sampai sekitar 80%.
Air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang dan rileks, pada
keadaan rileks ini tubuh akan melepaskan endorphin ( semacam morfin yang dibentuk oleh
tubuh sendiri ) untuk mngurangi rasa sakit. Air hangat juga mampu untuk menghambat
impuls-impuls saraf yang menghantarkan rasa sakit, sehingga membuat persalinan tidak
begitu terasa berat.
4.2 Saran
Water birth merupakan salah satu alternatif persalinan normal yang baru
berkembang di Indonesia. Rasa sakit pada persalinan normal merupakan hal yang paling
takuti oleh para ibu. Melalui metode water birth, rasa sakit tersebut diyakini dapat berkurang
hingga 80 %, Perbedaan mendasar water birth dengan persalinan normal konvensional
adalah penggunaan air sebagai media melahirkan dimana hal tersebut merupakan hal yang
tidak bisa dpraktekkan bagi sebagian besar kalangan masyarakat di Indonesia. Oleh karena
itu perlu diadakan sosialisasi lebih lanjut secara perlahan kepada masyarakat supaya para
ibu tidak lagi ketakutan saat menghadapi persalinan secara normal. Sayangnya metode ini
hanya bisa dilakukan oleh kalangan menengah ke atas mengingat biaya yang cukup besar
dalam proses persalinan ini. Akan lebih baik jika terdapat rumah sakit yang menyediakan
layanan praktik water birth yang dapat dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Melahirkan dalam air – melahirkan bebas rasa sakit. Kompas cyber media.
http://www.kompas.co.id/v er1/ Kesehatan/0706/ 23/1601293.
Melahirkan dalam air (water birth). http//www. melahirkan dalam air(water birth).htm
bidansmart.files.wordpress.com/
http://medicastore.com/