Anda di halaman 1dari 11

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN TEKNIK PERSALINAN MENURUT WATER BIRTH

2.1  Pengertian
Water Birth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, dimana ibu hamil
aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam dalam air hangat dengan tujuan
mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi rasa nyaman.

2.2  Tujuan

Pengurangan rasa nyeri dapat diatasi dengan cara farmakologi  dan non farmakologi , salah satu
diantaranya dengan cara ibu hamil saat persalinan berendam dalam air hangat atau yang di kenal
dengan water birth. Metode ini di percaya mampu memberi banyak keuntungan bagi ibu dan bayi
yang merupakan salah satu metode persalinan alternatif yang aman.

Melahirkan dalam air akan mempermudah adaptasi bayi dari rahim ibu  ke dunia luar.
Diharapkan, transisi dari rahim ibu ke dunia luar tidak terlalu drastis, sehingga dapat mengurangi
kemungkinan perlukaan pada janin. Selain itu, metode ini diharapkan dapat mengurangi stres pada
ibu, nyeri persalinan, kontraksi rahim akan menjadi lebih efektif, elastisitas perineum bertambah,
sehingga robekan atau laserasi jalan lahir menjadi minimal. Posisi ibu saat melahirkanpun akan lebih
mudah dan dapat di ubah sesuai dengan kenyamanan ibu.

Water Birth merupakan suatu metode persalinan yang aman bagi kesehatan ibu dan bayi, pada
janin aterm dengan presentasi kepala. Water Birth menjadi lebih populer di kalangan ibu dan bidan
dikarenakan adanya kemampuan air untuk mengapungkan ibu dalam kolam dan pada penanganan
nyeri penggunaan air hangat untuk persalinan alamiah bersifat tidak invasif, efektif, dan aman.
Survey mayor Alderlice et al, 1995 menyimpulkan bahwa tidak ditemukan bukti bahwa persalinan
dalam air kurang aman jika dibandingkan persalinan konvensional.

2.3 Sejarah Water Birth

Penggunaan kolam air hangat untuk persalinan relatif merupakan suatu fenomena baru di
negara-negara barat. Selama tahun 1960-an, Peneliti Rusia Igor Charkovsky yang meneliti tentang
keamanan dan kemungkinan manfaat water birth di Uni Soviet. Di Akhir tahun 1960-an, Ahli Obstetri
Perancis Frederick Leboter mengembangkan teknik baru berendam di air hangat untuk
memudahkan transisi bayi dari jalan lahir ke dunia luar, dan dapat mengurangi efek trauma yang
mungkin terjadi.  Ahli obstetri Perancis lainnya, Michel Odent, menggunakan persalinan dalam air
hangat untuk mengurangi nyeri persalinan pada ibu, dan sebagai jalan untuk proses persalinan
normal. Odent meneliti tentang kemungkinan manfaat bagi bayi yang lahir melalui metode water
birth. Pada tahun 1700, ilmuwan mulai mengenal dan mengidentifikasi khasiat air sebagai
hydrotherapy. “Water Cures”, sebuah buku yang diterbitkan di London tahun 1723, menggambarkan
keuntungan air yang digunakan dalam berbagai kondisi, termasuk persalinan dan kelahiran. Pada
penelitian kuno, orang-orang mesir akan memilih bayi-bayi yang lahir di air karena diyakini dapat
menjadi imam dan pendeta. Suku Minoans di pulau Crete bahkan menggunakan pura suci sebagai
tempat untuk melaksanakan water birth. Pada bekas reruntuhan seni lukis dinding suku Minoans
digambarkan dolphin atau lumba-lumba, yang mana terdapat hubungan khusus antara manusia
dengan lumba-lumba dalam hal persalinan di air. Bahkan suku Indian di California mendapatkan
bahwa lumba-lumba akan mendekat dan menunggu wanita yang melahirkan di air laut dangkal
sampai lahir. Suku-suku Indian di Utara, Selatan dan pusat Amerika sama dengan di Maoris New
Zealand dan orang-orang Samoan di Pasifik mengenal persalinan di laut dangkal dan sungai.
Kuhuna’s dari pulau Hawaii ribuan generasinya telah melahirkan di air. Dokumen modern pertama
ditemukan pada suatu desa di Perancis tahun 1805 dan secara lengkap pada kumpulan jurnal medis
di Perancis, dimana terjadi pengurangan yang signifikan ibu bersalin dengan distosia (yang tidak
mengalami kemajuan dalam proses persalinannya) akan menjadi lebih progresif dengan
menggunakan metode persalinan water birth, di mana bayi akan lahir lebih mudah. Laporan
berikutnya tentang water birth makin meluas sampai era tahun 1960, ketika mulai digunakan di Uni
Soviet.

Pada awal tahun 70-an Dr. Michel Odent ; kepala instalasi bedah rumah sakit Pithiviers,
Perancis, pertama kali memperkenalkan keuntungan dari persalinan dan kelahiran di dalam air. Ia
mencatat bahwa banyak wanita ingin menggunakan water birth selama persalinan untuk
mendapatkan “ Labor Became Easier, More Comfortable, Less Painful, And More Efficient”.  Karil
Daniel, seorang pembuat film independen merupakan pelopor penelitian underwater birth tahun
1981. Selama tahun 1980-1990, water birth bertumbuh pesat di Inggris, Eropa, dan Kanada.
Pada tahun 1985, The family Birthing di Upland, California Selatan yang di pimpin oleh Dr. Michael
Rosenthal menyarankan wanita untuk bersalin dan melahirkan di air. Setelah 5 tahun akumulasi
pengalaman water birth, pada tahun 1993 telah terjadi 1000 kelahiran, tanpa komplikasi atau infeksi
pada ibu atau bayi. Pada tahun 1989 Water Birth International Project, Barbara Harper
mengembangkan “Topic Of Gentle Alternatives In Childbirth”. Pada akhir tahun 1990, 1000 wanita
hamil telah melahirkan di Odent’s Birthing Center Pithiviers, dan Ide water birth telah berkembang
ke beberapa negara-negara barat. Water Birth pertama kali masuk ke Amerika Serikat melalui
pasangan yang melahirkan di rumahnya, namun segera diperkenalkan ke dalam lingkungan rumah
sakit dan birth centers oleh para ahli obstetri dan bidan terlatih. Pada tahun 1991, Monadnock
Community Hospital di Peterborough, New Hampshire menjadi rumah sakit pertama yang membuat
protokol Water Birth. Water birth kemudian dipopulerkan oleh Odent. Pada tahun 1990, The
Scientific Advisory Committee membuat pernyataan tentang water birth, dan penekanan pada
pentingya penelitian ilmiah. Pernyataan tersebut di revisi tahun 1994 yang menunjang pentingnya
keamanan pada persalinan dan kelahiran di air, serta perlunya informasi yang tepat tentang manfaat
dan risiko water birth. Penggunaan metode water birth akhir-akhir ini makin meningkat di seluruh
dunia.
Pada 1-2 april 1995 pada Wembley Conference Center di London, Inggris, menggelar konferensi
pertama water birth untuk mengekplorasi masalah-masalah yang berkembang, dihadiri 39 negara
dengan data 19.000 persalinan di dalam air. Konferensi berlanjut tahun 1996, 2004, dan bulan
September 2007.
Menurut British Medicine Journal (BMJ) di Amerika Serikat tahun 1991 terdapat 3 persalinan
menggunakan fasilitas water birth, Tahun 2002 terdapat 200 dan jumlahnya makin terus bertambah.
Pada tahun 2005, terdapat lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat mengadopsi protokol water
birth. Lebih dari tiga perempat National Health Service Hospital di Inggris menyediakan pilihan
persalinan ini.  Di Indonesia masih baru dan pertama kali diprakarsai oleh Liz Adianti-suaminya
Harlizon yang melahirkan dengan metode Water Birth, selasa 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB di
SanMarie Family Healthcare, Jakarta di bantu dokter spesialis kandungan dan kebidanan : Dr. T.
Otamar Samsudin, SpOG dan dokter anak : Dr. Keumala Pringgadini, SpA.  Sementara di Bali populer
setelah salah satu aktris Indonesia Oppie Andaresta melahirkan tanggal 20 Juli 2007 di Klinik Yayasan
Bumi Sehat, Desa Nyuh Kuning, Ubud, Bali.

2.4 Keuntungan dan Kelemahan Water Birth

a. Keuntungan Water Birth

Metode water birth diyakini dapat memberi keuntungan bagi ibu dan bayi. Dengan adanya
peningkatan jumlah rumah sakit yang secara rutin telah menyediakan fasilitas ini di Amerika Serikat,
dan Eropa, di tambah berbagai data tentang keamanannya, dengan penyedia layanan yang lebih
berpengalaman terhadap risiko dan keuntungannya serta bagaimana menanganinya dengan
prosedur monitoring yang lebih ketat, sehingga mampu berkontribusi dalam meningkatkan
keamanan metode ini.

Manfaat bagi ibu, antara lain : dalam hal penanganan nyeri, mengurangi kejadian
episiotomi/trauma perineum. Harper melaporkan bahwa water birth efektif untuk menangani nyeri
persalinan . Water Birth memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan metode persalinan
tradisional. Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya pemendekan persalinan kala I,
pengurangan angka episiotomi, dan penggunaan analgesik, jika dibandingkan dengan persalinan
lainnya. Jika saja ibu hamil yang diseleksi memenuhi kriteria, dan memperhatikan kebersihan,
metode water birth aman bagi ibu dan bayi.

Water Birth merupakan suatu bentuk hydrotherapy, metode ini efektif dan bermanfaat
dalam penanganan nyeri pada kondisi seperti lower back pain (yang umumnya menjadi keluhan ibu
saat persalinan). Pada evaluasi dari 17 Randomized Controlled Trial (RCT), 2 Controlled Studies, 12
Cohort Studies, dan 2 laporan kasus, menyimpulkan bahwa terdapat keuntungan hydrotherapy
dalam penanganan nyeri, bermanfaat, manjur dan memiliki efek mobilitas, kekuatan, dan
keseimbangan, terutama sekali pada orang dengan rematik dan nyeri pinggang bawah kronik. Jika
dibandingkan dengan penanganan nyeri persalinan konvensional (seperti dengan menggunakan
anestesi dan narkotik), hydrotherapy juga mungkin merupakan suatu alternatif yang relatif aman.
Pada suatu penelitian yang dihubungkan dengan pengurangan penggunaan anestesi epidural (EDA),
dan peningkatan persalinan yang memerlukan instrumentasi seperti forsep dan juga seksio sesarea.
Manfaat bagi bayi, air hangat dengan suhu yang tepat memudahkan transisi dari jalan lahir ke dunia
luar, dan suasananya menyerupai lingkungan intrauterin. Persalinan sendiri dapat menjadi masalah,
mungkin juga mengganggu, dan dapat merupakan pengalaman bagi bayi.  Water Birth memberikan
keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke jalan lahir, dimana persalinan akan menjadi lebih
mudah, air hangat dapat mengurangi ketegangan perineum, dan memberi rasa nyaman bagi ibu dan
bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma (oleh karena adanya efek dapat melenturkan
dan meregangkan jaringan perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan air dingin dan tempat
bersalin umumnya. Suatu Randomized Controlled Trial (RCT) yang membandingkan ibu hamil yang
berendam di dalam air hangat pada persalinan dengan penyulit (distosia) dibandingkan dengan
augmentasi standar menunjukkan bahwa angka penggunaan epidural analgesic dan intervensi
obstetri lebih rendah. Secara retrospektif dilaporkan berkurangnya nyeri dan meningkatnya
kepuasan. 
Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu kepala bayi crowning lambat akan
menurunkan risiko robekan, dan dapat mengurangi keperluan akan tindakan episiotomi. Dalam
literatur water birth bahkan tidak ditemukan angka kejadian episiotomi.Selain hal tersebut trauma
perineum yang terjadi dilaporkan tidak berat, dengan dijumpai lebih banyak kejadian intak
perineum, tetapi beberapa literatur mendapatkan frekuensi robekan sama pada persalinan
primipara di dalam maupun di luar air.  The Birth Centre Network UK Nicoll a. et al mendapatkan 300
kelahiran pertahun, 150 diantaranya menggunakan water birth dengan episiotomy rate 2%.

 A Comparative Study tentang water birth yang membandingkan antara metode Maia-
birthing stool, bedbirths (kecuali vakum ekstraksi) dimana didapatkan data bahwa kejadian
episiotomi pada water birth 12,8%, Maia-birthing stool 27,7%, bedbirths 35,4%, perbedaan ini secara
statistik sangat bermakna. Manfaat persalinan dan kelahiran di dalam air diantaranya akan
mempercepat proses persalinan yang dihubungkan secara signifikan dengan persalinan kala I yang
akan menjadi lebih pendek menurunkan tekanan darah, ibu dapat lebih mengontrol perasaannya,
lebih rileks, nyaman, menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan obat-obatan dan intervensi
lainnya, memberi perlindungan secara pribadi, mengurangi trauma perineum, meminimalkan
penggunaan episiotomi, mengurangi kejadian seksio sesarea, memudahkan persalinan bagi ibu, dan
baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau risiko cedera kepala bayi, kulit bayi lebih bersih,
menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban. Metode water birth dikenal sebagai persalinan yang
“ Easier for Mom ~ Better for Babies”dalam hal menurunkan tekanan darah. Menurut Pre &
Perinatal Psycology Association of North America Conference, wanita dengan hipertensi akan
mengalami penurunan tekanan darah setelah berendam dalam air hangat selama 10-15 menit.
Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi dengan
berendam dalam air hangat. Pada Persalinan dan atau kelahiran di air, kemampuan mengapung ibu
akan menolong untuk relaksasi, sementara air hangat akan membantu mengurangi nyeri.
Penanganan nyeri pada persalinan dengan menggunakan media air (terapi air) merupakan suatu
metode relaksasi yang aman, non invasif, ekonomis dan dapat mengurangi rasa nyeri persalinan.
Banyak ibu yang melakukannya menemukan kenyamanan, merasa lebih rileks dan bermanfaat. A
Cochrane Systemic review mendukung kesimpulan bahwa berendam dalam air selama persalinan
kala I mengurangi penggunaan analgesia dan nyeri maternal, tanpa memanjangkan durasi
persalinan, luaran bayi dan persalinan operatif. Metode persalinan water birth dengan penanganan
yang baik dapat menjadi pilihan bagi persalinan yang berlangsung lama, mengurangi keperluan
intervensi obstetrik, dan memberi alternatif dalam penanganan nyeri. Bagaimanapun, hal tersebut
dapat memberikan kesan bahwa secara teori dan anekdot berendam dalam air selama persalinan
memberi manfaat secara psikologi dan fisiologi yang akan membantu ibu dalam menghadapi
kelahiran normal, termasuk pengurangan nyeri, peningkatan kontrol diri, penurunan tekanan darah,
dan peningkatan diuresis.

Bagi Ibu :

    Mengurangi rasa sakit

    Memberikan rasa nyaman dan rilekskarena semua


otot yang berkaitan dengan proses persalinan
menjadi elastis

    Lebih bebas bergerak dan pindah posisi

    Mengurangi perobekan perineum (daerah antara


vagina sampai anus) sehingga tidak perlu dilakukan
episiotomi (penjahitan). Di dalam air proses
pembukaan jalan lahir relatif lebih cepat.

    Metode ini mempermudah proses mengejan,


sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu
dirasakan.

Bagi bayi :

    Mencegah trauma atau risiko cedera kepala bayi.

    Kulit bayi lebih bersih.

    Menurunkan risiko bayi keracunan ketuban.

    Meskipun belum dilakukan penelitian mendalam,


pakar kesehatan meyakini bahwa lahir dengan
metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih
tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan
metode lain.

    Peredaran darah bayi lebih baik, sehingga tubuh bayi


akan cepat memerah setelah dilahirkan.

b. Kelemahan Water Birth

    Kemungkinan air kolam tertelan oleh bayi sangat


besar.

    Bayi dapat berisiko mengalami temperature shock


jika suhu air tidak sama dengan suhu si ibu saat
melahirkan yaitu sebesar 37 derajat celcius. 

2.5 Perkembangan Water Birth di Bali

Perkembangan water birth di Bali semakin maju. Kini telah ada 3 unit water birth di 3 tempat
yaitu Yayasan Bumi Sehat di Nyuh Kuning Ubud yang dikelola oleh Ibu Robin Lim, RSB Harapan
Bunda (dr.Hariyasa Sanjaya,SpOG dan dr.Dwi Pelita,SpOG), di Klinik Bersalin Anugrah Jl.Gunung
Agung (dr.Dewa Arika,SpOG). Tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan pelayanan water birth
di Bali memang sungguh menarik. Masih banyak yang belum yakin akan manfaat dan
keamanannya. Selain itu, water birth belum diajarkan dalam kurikulum pendidikan dokter maupun
dokter spesialis OBGIN.

Ada hal yang menggembirakan kini, muncul kesadaran dan antusias di kalangan OBGIN
muda untuk terbuka dan tertarik menerapkan water birth. Dokter.Eka Wijaya,SpOG,dr Winda
Andaka,SpoG dan beberapa yang lainnya berminat untuk menerapkan persalinan water birth. Untuk
mewadahi komunitas dokter, bidan dan rumah sakit yang memberikan pelayanan persalinan water
birth maka Gentle Birth Study Group Bali membentuk wadah yang bernama Bali Water Birth
Association yang bertujuan untuk membangun komunikasi, mengadvokasi pelayanan water birth,
melakukan koordinasi dan sosialisasi serta research dan membuat network dengan institusi maupun
association serupa di dunia.

 2.6   Metode Dan Peralatan yang Diperlukan Dalam Persalinan Water Birth
Metode atau prosedur yang digunakan dalam waterbirth adalah :

a)      Waterbirth murni

Yaitu Ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan
terjadi.

b)      Waterbirth emulsion.
Dimana Ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir sedangkan proses melahirkan
tetap dilakukan di tempat tidur.

Peralatan yang diperlukan dalam water birth:

a)      Kolam plastik berukuran cukup besar (diameter 2 meter) dengan benjolan – benjolan dibagian
bawahnya agar ibu tidak merosot saat persalinan berlangsung. Ketinggian air di dalam kolam juga
harus diatur supaya berada di atas pusar baik saat ibu dalam posisi duduk, jongkok atau tiduran.
Posisi saat melahirkan dapat dilakukan sebebas mungkin bisa sambil duduk, menghadap ke belakang
atau terserah nyamannya si ibu. 

b)      Water heater dan termometer untuk menjaga suhu air agar tetap dalam suhu 37ºC. Hal ini
bertujuan agar bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara di dalam perut dengan di
luar dan agar bayi tidak mengalami hipotermia. 

2.7  Kriteria – Kriteria yang Perlu Diperhatikan Dalam Persalinan Water Birth

Kriteria calon ibu yang tidak perbolehkan untuk melakukan water birth :

a)      Calon ibu yang memiliki panggul sempit,

b)      Bayi lahir sungsang atau melintang

c)      Ibu yang sedang dalam perawatan medis

d)     Ibu yang mempunyai penyakit herpes, sebab virus herpes tidak mati dalam air dan dapat menular
kepada bayi yang dilahirkan.

 Kriteria untuk melakukan proses melahirkan melalui water birth. 

a)      Proses kelahiran dikehendaki melalui jalan lahir normal

b)      Tidak ada infeksi.

c)      Posisi bayi dalam rahim pada kondisi normal, tidak terbalik (sungsang).

d)     Ibu tidak memiliki penyakit menular.

e)      Ketuban belum pecah sebelum masuk ke dalam kolam air.

Kriteria Rumah sakit yang akan menyediakan Waterbirth:

a)      Rumah sakit tersebut harus memilliki kolam bersalin berdesain khusus (birth pool).
b)      Kolam bersalin khusus ini, biasanya berukuran antara 1,6 x 1,2 atau 2 m.

c)      Volume air di dalam kolam berada di bawah pusar ibu, baik ketika proses melahirkan dengan duduk,
berdiri, atau sambil tiduran.Airnya juga harus steril dan suhunya disesuaikan dengan suhu air
ketuban. Hal ini agar bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara di dalam perut
dengan di luar.

Tips persiapan persalinan di dalam air / water birth :

a)      Ada kemauan dan keyakinan untuk melahirkan di dalam air

b)      Mengikuti senam hamil saat kehamilan, agar proses persalinan berjalan lancer

c)      Pastikan kolam yang akan dipakai dalam persalinan adalah kolam yang memenuhi standart untuk
water birth, dan yakinkan kebersihan serta sterilitas kolam.

d)     Menyiapkan data lengkap, seperti pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu prasyarat mutlak
dalam pelaksanaan persalinan di dalam air 

2.8   Trend dan Issue Persalinan Tentang Water Birth

         Issue : bahwa water birth dapat mengurangi keseluruhan nyeri pada persalinan, namun
menyebabkan pemanjangan fase-fase persalinan.

Trend : water birth merupakan persalinan alamiah dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri
kontraksi. Namun, banyak wanita merasakan adanya pengurangan nyeri sewaktu ada dalam air
berendam dalam air hangat dan mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air
sesungguhnya dapat memperpendek persalinan kala I dan tekanan darah menjadi lebih rendah di
banding persalinan konvensional.

         Issue : water birth menyebabkan risiko infeksi oleh karena berendam dalam air yang tidak steril dan
ibu dapat mengeluarkan kotoran saat mengedan dalam kolam air.

 Trend : Pertama, Kelahiran tersebut dan diri kita sendiri tidak steril. Sekresi vagina, blood slim,
cairan amnion, dan feses ibu ketika bayi masuk ke dalam rongga panggul, keseluruhannya tidak
steril. Penelitian menunjukkan bahwa traktus intestinal bayi mendapatkan keuntungan dari paparan
ini. Kedua, suatu pertanyaan “Apakah air akan masuk ke jalan lahir sewaktu ibu ada dalam kolam?”.
Jika ibu dalam keadaan persalinan kala aktif, jawabnya tidak. Air masuk ke vagina, namun tidak
dapat masuk ke vagina bagian dalam, bahkan ke serviks maupun uterus. Juga penyakit infeksi
tertentu, akan mati segera ketika kontak dengan air.

         Issue: Bayi akan tenggelam, lahir dengan belitan tali pusat di leher, atau tidak menangis.
Trend : Bayi tidak akan bernapas sampai kontak dengan udara, dari lingkungan berair ke tidak berair,
dan perubahan temperatur secara tiba-tiba dan paparan udara menyebabkan paru-paru bayi
mendatar dan akan mengambil napas untuk pertama kalinya. Bayi akan segera di angkat ke
permukaan air ketika badannya lahir. Lilitan tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang
tidak menyebabkan deselerasi denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibat
ketatnya belitan tali pusat yang mengakibatkan tekanan di leher. Untuk masalah bayi menangis,
bukanlah suatu hal yang mengejutkan, bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, bahkan
bayi tampak menjadi tenang dandapat mengenali sekelilingnya, melihat wajah ibunya, dan dapat
mengetahui dunia barunya. Ini suatu hal yang baik, bukan yang buruk. Sepanjang bayi bernapas dan
warna bayi baik. Bayi tidak tenggelam jika melahirkan di air, bayi hidup dalam lingkungan air sampai
terjadi transisi persalinan dari uterus ke permukaan air. Stimulasi pernapasan pada kelahiran terjadi
ketika bayi terpapar udara, di tambah adanya perubahan dramatis suhu, cahaya, dan kebisingan.
Stimulasi ini terjadi ketika bayi keluar dari dalam air. Tali pusat secara terus menerus akan
menyediakan darah beroksigen, sementara bayi merespon stimulasi baru, dan pertama kalinya akan
mengisi paru-parunya dengan udara. Penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat sangat
bermanfaat dalam proses transisi bayi untuk hidup di luar uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi
perfusi jaringan paru. Garland (2000) tidak merekomendasikan pemotongan dan pengkleman tali
pusat sampai bayi mencapai permukaan air disebabkan oleh meningkatnya risiko hipoksia. Hipoksia
bayi akan mengganggu baby’s dive reflex mengakibatkan penekanan respon menelan yang
kemudian akan menimbulkan bayi menghirup air selama water birth. Odent (1998)
merekomendasikan pengkleman tali pusat 4-5 menit setelah persalinan. Menurut Austin, Bridges,
Markiewicz and Abrahamson (1997) terjadinya polisitemia akibat penundaan pengkleman tali pusat.
Hipotesanya bahwa air hangat mencegah vasokonstriksi tali pusat (vasokontriksi tali pusat terjadi
ketika kontak dengan udara), mengakibatkan banyak darah ibu tertransfer ke bayi.

         Issue : Ibu yang melahirkan dalam air lebih mungkin untuk mengalami robekan karena yang
membantu persalinan kesulitan untuk melakukan episiotomi jika diperlukan.

Trend : ibu yang melahirkan dalam air hangat sesungguhnya kurang mengalami robekan,
dikarenakan air hangat dapat meningkatkan aliran darah dan mampu melunakkan jaringan
di sekitar perineum ibu. Dapat dikatakan persalinan water birth tanpa robekan atau sangat
minimal. Ketika memerlukan episiotomi, penolong justru lebih mudah menjangkau bagian
perineum ibu untuk dilakukan massage atau tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak
diperlukan, dan jika penolong mengganggap selama proses persalinan terdapat keadaan
emergensi, penolong akan membatalkan pelaksanaan metode ini.

BAB III

PENUTUP
3.1  Kesimpulan

Water Birth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, dimana ibu hamil
aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam dalam air hangat dengan tujuan
mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi rasa nyaman. Water Birth merupakan suatu
metode persalinan yang aman bagi kesehatan ibu dan bayi, pada janin aterm dengan presentasi
kepala. Water Birth menjadi lebih populer di kalangan ibu dan bidan dikarenakan adanya
kemampuan air untuk mengapungkan ibu dalam kolam dan pada penanganan nyeri penggunaan air
hangat untuk persalinan alamiah bersifat tidak invasif, efektif, dan aman. Survey mayor Alderlice et
al, 1995 menyimpulkan bahwa tidak ditemukan bukti bahwa persalinan dalam air kurang aman jika
dibandingkan persalinan konvensional

3.2  Saran

Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penulisan makalan ini adalah sebagai
berikut:

a)      Diharapkan kepada mahasiswa untuk giat dalam mengumpulkan informasi terbaru mengenai water
birth baik melalui media internet maupun surat kabar dan media informasi lainnya.

b)      Diharapkan kepada pihak institusi untuk menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang dalam
mengumpulkan informasi bagi mahasiswa baik dari segi penyediaan jurnal- jurnal pendidikan
mengenai penelitian terbaru mengenai water birth.

DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, A.B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G.H., Waspodo, D. Persalinan normal dalam: Buku acuan
nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. ed. kedua Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2001

Anonymous  ( 2010 ). Melahirkan dalam air – melahirkan bebas rasas sakit. Kompas cyber
media. Available at: http://www.kompas.co.id/v er1/ Kesehatan/0706/ 23/160129. htm. Accessed
at: 05 Oktober  2019

Cook, E. ( 2006 ). Alternative birthing methods. Available at: http://www. Accessed: 05 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai