Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

MTBS (MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT)

DOSEN PENGAMPU : EKA ADITHYA, NERS, M. KEP

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1

ANGGI HAPSARI PUTRI 001STYC18

DWI DARMAYANTI 012STYC18

HENGKY SUTOMO 023STYC18

JULIA NINGSIH 033STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2019/2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah  SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa
pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “MTBS”, yang
disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber. 
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Anak
I yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman-teman atau
pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan yang luas kepada pembaca, dan semoga dengan adanya tugas
ini Allah SWT senantiasa meridhainya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Sekian dan terimakasih.

Mataram, Maret 2020

Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian MTBS..............................................................................................................3
2.2 Komponen MTBS.............................................................................................................4
2.3 Sejarah MTBS...................................................................................................................4
2.4 Tujuan Pendekatan MTBS................................................................................................5
2.5 MTBS Di Puskesmas........................................................................................................6
2.6 Kendala Pelaksanaan MTBS Di Puskesmas.....................................................................6
2.7 Penilaian Dan Klasifikasi Aanak Sakit Pada MTBS........................................................7
2.8 Gambaran Singkat Tatalaksana Balita Sakit Dengan MTBS............................................8
2.9 Petunjuk Penilaian Kunjungan Pertama Pada MTBS.....................................................10
2.11 Obat-Obatan Standar Yang Digunakan Dalam MTBS...................................................31
BAB III PENUTUP......................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telah di jelaskan sebelumnya bahwa angka kematian bayi dan balita Indonesia
adalah tertinggi di Negara ASEAN. Menurut data riset kesehatan dasar (riskesdes)
tahun 2007, terdapat beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi
dan balita tersebut. Pada kelompok bayi (0-12 bulan), penyebab kematian bayi
terbanyak karena penyakit diare sebesar 42% dan pneumonia sebesar 24%. Sedangkan
pada kelompok balita, penyebab kematain balita terbanyak adalah akibat penyakit diare
sebesar 25,2%, pneumonia sebesar 15,5%, demam berdarah dengue (DBD) 6,8%dan
campak 5,8%, serta kejadian gizi pada balita sebesar 5,4% dan gizi kurang sebesar
13%. Apabila angka kematian bayi dan balita di Indonesia ditelususri sejak dahulu,
penyakit-penyakit yang menyerang bayi dan balita Indonesia masih berkisar penyakit-
penyakit tersebut yaitu penyakit-penyakit infeksi dan masalah kekurangan gizi.
Penyakit-penyakit penyebab kematian seperti diare, pneumonia, demam berdarah
dan alainlainnya tersebut pada umumnya dapat ditangani di tingkat rumah sakit, namun
masih sulit uuntuk tingkat puskesmas. Hal ini disebabkan antara lain karena masih
minimnya sarana atau peralatan diagnostic dan obat-obatan di tingkat puskesmas
terutama puskesmas di daerah terpencil yang tidak ada fasilitas perawatan. Selain itu,
seringkali terdapat puskesmas yang tidak memiliki tenaga dokter yang siap ditempat
setiap saat. Yang ada biasanya tenaga bidan dan perawat. Pdahal, puskesmas
merupakan ujung tombak fasilitas kesehatan yang paling di andalakan bagi masyarakat
umum di Indonesia, terutama dalam pertolongan pertama bagi balita yang sakit. Untuk
itu, diperlukan suatu pendekatan yang sesuai untuk puskesmas dalam upaya
menurunkan pendekatan yang sesuai untuk puskesmas dalam upaya menurunkan
kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. Suatu pendekatan yang saat ini
diterapkan pada bagian besar puskesmas di Indonesia tersebut dikenal dengan istilah
manajemen terpadu balita sakit (MTBS).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian MTBS ?
2. Bagaimana Komponen MTBS ?
3. Bagaimana Sejarah MTBS ?
4. Bagaimana Tujuan Pendekatan MTBS ?
5. Bagaimana MTBS Di Puskesmas ?
6. Bagaimana Kendala Pelaksanaan MTBS Di Puskesmas ?
7. Bagaimana Penilaian Dan Klasifikasi Aanak Sakit Pada MTBS ?
8. Bagaimana Gambaran Singkat Tatalaksana Balita Sakit Dengan MTBS ?
9. Bagaimana Petunjuk Penilaian Kunjungan Pertama Pada MTBS ?
10. Bagaimana Obat-Obatan Standar Yang Digunakan Dalam MTBS ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian MTBS
2. Untuk Mengetahui Komponen MTBS
3. Untuk Mengetahui Sejarah MTBS
4. Untuk Mengetahui Tujuan Pendekatan MTBS
5. Untuk Mengetahui MTBS Di Puskesmas
6. Untuk Mengetahui Kendala Pelaksanaan MTBS Di Puskesmas
7. Untuk Mengetahui Penilaian Dan Klasifikasi Aanak Sakit Pada MTBS
8. Untuk Mengetahui Gambaran Singkat Tatalaksana Balita Sakit Dengan MTBS
9. Untuk Mengetahui Petunjuk Penilaian Kunjungan Pertama Pada MTBS
10. Untuk Mengetahui Obat-Obatan Standar Yang Digunakan Dalam MTBS

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian MTBS


Beberapa pengertian dari MTBS adalah sebagai berikut :
a. MTBS, singkatan dari menejemen terpadu balita sakit atau dalam bahasa inggris
disebut integrated management of childhood illness (IMCI) adalah suatu pendekatan
yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan focus kepada
kesehatan anak usia 0-5 tahun atau balita secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditunjukan
untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti
puskesmas, pustu (puskesmas pembantu ), polindes, poskesdes dan lain-lalin. Bila
dilaksakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap utnuk mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan
lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan ), preventef (pencegahan ),
perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan kesehatan dunia telah
mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan di Negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi
dan balita. (AM Wijaya, 2009).
b. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare,
campak, malaria, dan kurang gizi.
c. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan terhadap
balita sakit yang dilakukan secara terpadu. Dengan memadukan pelayanan promosi,
pencegahan serta pengobatan terhadap lima penyakit penyebab uatama kematian
pada bayi dan balita di Negara berkembang, yaitu pneumonia, diare, campak dan
malaria, sereta malnutrisi, (rusdiyanti,H,2001)

3
d. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas oleh
WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian,
membuat klasifikasi serta memberikan tindkaan kepada anak terhadap penyait-
penyakit yang umumnya mengancam jiwa (Pratoo, dkk. 2008).

2.2 Komponen MTBS


Tiga komponen dalam kegiatan MTBS berikut ini menggantungkan atau sangat
berguna, yaitu:
a. Meningkatkan keterampilan petugas keseahtan dalam tatalaksana kasus balita sakit
(dimana selain dokter, petugas kesehatan non dokter seperti bidan atau perawt dapat
pula memeriksa dan menangani pasien (balita sakit)asalakan sudah dilatih).
b. Memberikan dan memperkuat system kesehatan (perwujudan terintegrasinya
banyak program kesehatan dalam satu kali pemeriksaan MTBS)
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (hal ini meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan).

2.3 Sejarah MTBS


Telah diketahui bahwa manajemen terpadu balita sakit (MTBS) integrated
management of childhood illness (IMCI) adalah suatu pendekatan pelayanan terhadap
balita sakit yang dikembangkan oleh WHO. Pendekatan MTBS mulai diluncurkan oleh
WHO dan UNICEF serta lembaga lainnya. Pendekatan tersebut timbul untuk
membantu memberikan solusi dalam tatalaksana balita sakit di negara-negara
berkembang. Selain itu, MTBS dirancang untuk menurunkan angka kematian balita di
Negara sedang berkembang. Menurut laporan bank dunia (1993), MTBS merupakan
jenis intervensi yang paling cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita
yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan akut, diare, campak, malaria, kurang
gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersbut. Pada umumnya, sebagian
besar balita sakit yang dibawa berobat oleh ibunya ke tingkat pelayanan dasar seperti
puskesmas, yang datang hanya dengan keluhan tunggal. Menurut data WHO, tiga dari
empat balita sakit seringkali memiliki beberapa keluhan lain yang menyertai dan

4
sedkitnya menderita 1 dari 5 penyakit tersering pada balita yang menjadi focus MTBS.
Keluhan-keluhan tersbut dapat diakomodir oleh MTBS karena dalam setiap
pemeriksaan MTBS, semua aspek/ kondisi yang sering menyebabkakn keluhan anak
akan ditanyakan dan di periksa. Oleh karena itu, Indonesia termasuk salah satu
pengguna dini dari pendekatan MTBS ini dan telah mengadopsinya sejak tahun 1996
dan implementasinya dimulai tahun 1997. Saaat ini Indonesia sudah sampai tahap
pemantapan implementasi MTBS.
Sebelum pendekatan MTBS ini di pakai setiap Negara, WHO mengajurkkan untuk
melakukan adaptasi terhadap bahan dan metode pelatihan. WHOtelah menerbitkan
petunjuk pelaksanan adaptasi agar Negara pelaksana lebih mudah melaksanakannya.
Secara umum di gariskan oleh WHO agar adaptasi dilakukan menjamin semua
penyakit yang paling sering diderita balita, maka petugas kesehatan terdepan (termasuk
bidan ) harus dapat menanganinya. Adaptasi ini harus sejalan dengan kebijakan
nasional dan kebijakan program, serta dapat diimplementasikan pada system kesehatan
yang telah tersedia. Perlu diketahui, pendekatan MTBS ini telah terstandarisasi mulai
dari bahan, metode, perangkat pelatihan serta cara, alat, monitoring dan evaluasi.
Namun, demi efektifitas dan efisien sampai tingkat tertentu, Negara pengguna
pendekatan MTBS di bolehkan untuk melakukan adaptasi local.
Secara garis besar dengan MTBS diharapkan konsisi kesehatan blaita pada tingkat
pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas dapat di tangani secara lengkap. MTBS
memfokusakn secara terpadu seluruh aspek kuaratif / pengobatan, preventif
(pencegahan ) dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian
dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatakan kesehatan anak. Pemeberian
antibiotic sangat selsektif sesuai klarifikasinya dan dapat membatasi beberapa
klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaaya pengobatan.

2.4 Tujuan Pendekatan MTBS


Tujuan dari pendekatan MTBS adalah mengajarkan menejemen kasus kepada bidan,
perawat dokter dan tenaga kesehatan lain yang menangani balita sakit dan bati muda di
fasilitasi kesehatan dasar seperti puskesmas, puskesmas pembantu, pondok bersalin,

5
balai pengobatan, maupun melalui kunjungan rumah. Petugas keseahtan akan belajar
cara menangani balita skit dan bayi muda, dengan :
a. Menilai tanda-tnada dan gejala penyakit, status imunisasi, status gizi dan pemberian
vitamin A.
b. Membuat klasifikasi
c. Menentkan tindkaan sesuai dengan klasifikasi anak dan menenntukan apaka seorang
anak perlu dirujuk
d. Memberikan pengobatan pra-rujukan yang penting. Seperti doso pertama antibiotic,
vitamin A, dan perawatan anak untuk mencegah menurunnya gula darah dengan
pemberian air gula, mencegah hipotermia sera merujuk anak.
e. Melakukan tindakan di fasilitas keseahtan (kuratif dan preventif) seperti pemberian
oralit, tablet Zinc vitamin A dan imunisasi.
f. Mengajari ibu cara memberikan obat di rumah (seperti antibiotic oral) dan asuhan
dasar bayi muda.
g. Memberikan konseling pada ibu mengenai pemberian makanan pada anak,
pemberian ASI dan kapan harus kemblai ke fasilitas kesehatan.
h. Melakukan penilaian ulang dan memberikan perawatan yang langsung pada saat
anak tersebut kembali utnuk pelayanan tindak lanjut.

2.5 MTBS Di Puskesmas


Telah di kemukakan sebelumnya bahwa pada sebagian balita sakit yang dibawa
berobat ke puskesmas memiliki lebih dari satu keluhan. Berdasarkan data WHO
menyebutakan bahwa tiga dari 4 balita sakit memiliki banyak keluhan sakit yang
menyertai. balita tersebut sedikitnya menderita satu dari lima penyakit tersering pada
balita yang menjadi focus MTBS. Keluhan-keluhan tersebut dapat diakomodir oleh
MTBS karena dalam setiap pemeriksaan MTBS, semua aspek atau kondisi yang sering
menyebabkan keluhan anak akan ditanyakan dan diperiksa. Untuk itu, apabila suatu
puskesmas telah menerapkan MTBS, berarti puskesmas tersebut telah turut membantu
dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan dan membuka akses bagi seluruh lapisan
masyarakat utnuk memperoleh pelayanan kesehatan yang terpadu.

6
2.6 Kendala Pelaksanaan MTBS Di Puskesmas
Meskipun MTBS telah diketahui sebagai jen’is intervensi yang paling cost ffective
dalam memberikan dampak terbesar pada beban penyakit pada global, namun belum
semua puskesmas di Indonesia dapat menerapkannya. Hal ini di sebabkan adanya
beberpa kendala antara lain :
a. Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan (seperti bidan) yang dapat di latih MTBS.
b. Perpindahan (mutasi) tenaga kesehatan (sperti bidan ) yang telah dilatih.
c. Kurang lengkapnya saran dan prasarana penduduk dan sebaginya.

2.7 Penilaian Dan Klasifikasi Anak Sakit Pada MTBS


Telah disebutkan sebelumnya bahwa MTBS adalah sutau pendekatan yang digagas
oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapakan petugas melakukan penilaian, membuat
klasifiksi dan memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang
umumnya mengancam nyawa. Maka untuk melakukan penilaian da kalsifikasi, MTBS
mengelompokkannya menjadi 2 kelompok umur, yaitu :
a. Penilaian Dan Klasifikasi Anak Sakit Umur 1 Hari Sampai 2 Bulan :
Apabila anak belum berumur dua bulan, maka ia tergolong bayi muda. Maka dalam
MTBS digunakan bagan “ penilaian klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1
hari sampai 2 bulan”.
b. Penilaian Dan Klasifikasi Anak Sakit Umur 2bulan Sampai 5 Tahun.
Apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, digunakan bagan “ penilaian dan
klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun “. Sampai 5 tahun, berarti anak
belum mencapai ualng tahunnya yang ke 5. Kelompok umur ini termasuk balita
berumur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak yang sudah berumur 5
tahun. Maka dalam MTBS proses menejemen kasus di sajikan dalam sutau bagan
yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaanya.
Langkah langkanya adalah:
1) Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit.
2) Menentukan tindakan dan pemebrian pengobatan.
3) Memberikan konseling bagi ibu

7
4) Menejemn terpadu bayi muda.
5) Memberikan pelayanan tindak lanjut.
Untuk memperjelaskan pengertian langkah-langkah dalam MTBS tersebut,
berikut ini penjelasan dari beberapa definisi istilah langkah-langkah yang digunakan
dalam MTBS, antara lain:
1) Menilai anak bererti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
2) Membuat klasifikasi berarti membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan
penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya. Klasifikasi merupakan suatu
kategori untuk melakukan tindakan bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.
3) Menentukan tindkakn dan memberi penobatan berarti menentukan tindakan dan
memberi oengobatan di fasilitasi kseahtan sesuai dengan setiap klasifikasinya,
memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara
memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah.
4) Memberi konseling bagi ibu berarti termasuk juga menilai cara pemberian makan
anak, memberikan ajunran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan
harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
5) Tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak untuk
pemeriksaan ulang.
6) Menejemen terpadu bayi muda meliputi: menilai dan membuat klasifikasi,
menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak lanjut bayi
umur 1hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit.
7) Memberi pelayanan tindak lanjut berarti.

2.8 Gambaran Singkat Tatalaksana Balita Sakit Dengan MTBS


Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai pendekatan MTBS.
Seorang anak blita sakit yang dibawa berobat ke puskesmas, dapat di tangi dengan
pendekatan MTBS oleh petugas kesehatan (bidan ) yang telah terlatih. Bidan yang
telah dilatih MTBS ini memakai tool yang di sebut algoritma MTBS untuk:

8
a. Melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara menanyakan kepada orangtua/ wali ,
apa saja keluhan-keluhan atau msalah, kemudian memeriksa dengan cara “ lihat dan
dengar (infeksi dan auskultasi)” atau lihat dan raba “
b. Setelah itu, bidan akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil Tanya-
jawab dan pemeriksaan.
Berdasarkan hasil klasifikasi, bidan yang terlatih dappat menentukan jenis tindakan
atau pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi pneumonie berat atau penyakit
sangat berat akan dirijuk ke dokter puskesmas, anka yang imunisasinya belum lengkap
akan di lengkapi, anak dengan maslah gizi akan rujuk ke ruang konsultasi gizi, dan
seterusnya.
a. Gambaran singkat tatalaksana bayi muda berusia kuran dari 2 bulan dengan MTBS
atau disebut juga MTBM (menejemen terpadu bayi muda)
Penilaian da klasifikasi bayi muda (0-kurang 2 bulan ) didalam MTBM terdiri dari:
1) Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau
infeksi bakteri.
2) Menilai dan mengklasifikasikan diare
3) Memeriksa dn mengklasifikasikan kemungkina berat badan rendah atau masalah
pemberian air susu ibu. Dalam kegiatan ini, diuraikakn secara terperinci cara
mengajari ibu tentang cara meningkatkan produk ASI, cara menyusui yang baik,
megatasi masalah pembrian ASI secara sistematis dan terperinci, cara merawat
tali pusat, menjelaskan kepada ibu tentang jadwal imunisasi pada bayi kurang
dari 2 bulan, menasehati ibu cara memberikan cairan tambahan pada waktku
bayinya sakit, kapan harus kunjungan ulang, dan lain-lain.
4) Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi
5) Memeriksa masalah dan keluhan lain.
b. Gambaran singkat tatalaksana balita sakit dengan MTBS
Penilain dan klasifikasi balita skit yaitu anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, secara
ringkas adalah sebagi berikut: pada saat anak sakit datang ke ruang pemeriksaan,
petugas keseahatan terlatih akan menanyakan kepada orang tua/wali secara
berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:

9
1) Apakah anak bisa minum/ menyusui ?
2) Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
3) Apakah anak menderita kejang ?
Kemudian petugas kesehatan terlatih akan melihat memeriksa apakah anak tampak
letargis/tidak sadar ?
Setelah itu petugas kesehatan (bidan )terlatih akan menanyakan keluhan utama lain :
1) Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas ?
2) Apakah anak menderita diare ?
3) Apakah anak demam?
4) Apakah anak mempunyai masalah telinga?
5) Memeriksa status gizi
6) Memeriksa anemia
7) Memeriksa status imunisasi
8) Memberiksa pemberian vitamin A
9) Menilai masalah/keluhan-keluhan lain.
Berasarkan hasil penilaian-penilaian tersbut diatas, petugas kesehatan (bidan )
terlatih akan mengklasifikasikan keluhan / penyakit anak, setelah itu melakukan
penilaian/klasifikasi.
Tindkaan yang dilakukan antara lain:
1) Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
2) Mengajari ibu cara mengobati infeksi local dirumah
3) Menjelaskan ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal
aturan penangananan diare di rumah
4) Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan Selma anak
sakit maupun dalam keadaan sehat.
5) Menasehati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan

2.9 Petunjuk Penilaian Kunjungan Pertama Pada MTBS


A. Petunjuk Penilaian Kunjungan Pertama Pada MTBA 0-2 Bulan5

10
1. Lakukan penilaian tanda dan gejala : nilai apakah ada tanda dan gejala kejang,
gangguan pernafasan, hipotermia, kemungkinan infeksi bakteri, icterus,gangguan
saluran cerna, diare, atau kemungkinan berat badan rendah dan masalah
pemberian ASI
2. Tentukan klasifikasi dan tingkat kegawatan : Klasifikasikan kejang (ada tanda
tremor dan penurunan kesadaran), gangguan nafas (adanya henti nafas, nafas
cepat), hipotermia (hipotermia sedang atau berat), infeksi bakteri sistemik,
infeksi bakteri lokal berat, infeksi bakteri lokal), icterus (ikterus patologi atau
icterus fisiologis) gangguan saluran cerna (muntah segera setelah minum,
berulang, berwarna hijau, dll), diare (diare dehidrasi berat, diare dehisrasi sedang
atau ringan, diare tanpa dehidrasi, diare persisten atau disentri), berat badan
rendah atau masalah pemberian ASI (berat badan sangat rendah dan masalah
pemberian ASI, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI, berat badan
tidak rendah dan tidak ada masalah ASI).
3. Tentukan tindakan dan pengobatan : kejang, gangguan nafas, hiportemia berat,
hipotermia sedang : infeksi bakteri sistemik, infeksi bakteri lokal berat, infeksi
bakteri lokal, gangguan saluran cerna, diare dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa
dehidrasi, diare persisten dan disentri, berat badan sangat rendah/rendah dengan
masalah pemberian ASI.
4. Berikan konseling : konseling tentang cara pemberian obat oral di rumah,
konseling tentang cara mengobati infeksi bakteri lokal di rumah, konseling
tentang cara menyinari bayi dengan cahaya matahari, konseling tentang cara
mengobati luka atau bercak putih (trush) di mulut, konseling tentang cara
meningkatkan ASI, konseling tentang cara meneteki, dll.
B. Petunjuk Penilaian Kunjungan Pertama Pada MTBS Umur 2 Bulan-5 Tahun
1. Memeriksa Tanda-Tanda Bahaya Umum
a. Tanyakan :
1) Apakah anak bisa minum atau menetak ?
2) Apakah anak selalu memuntahkan semuanya ?
3) Apakah anak menderita kejang ?

11
b. Lihat :
1) Apakah anak tampak letargis atau tidak sadar
Seorang anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penanganan segera,
selesaikan penilaian ini dan lakukan penanganan segera, sehingga rujukan tidak
akan terlambat.
2. Tanyakan Keluhan Utama
Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas ?
a. Jika ya, tanyakan : berapa lama ?
b. Lihat, dengar :
1) Hitung pernafasan dalam 1 menit
2) Perhatikan, adakah tarifan dinding dada ke dalam
3) Lihat dan dengar adanya stridor

KLASIFIKASI BATUK ATAU SUKAR BERNAFAS

Gejala Klasifikasi Tindakan


1. Ada tanda bahaya PNEUMONIA BERAT 1. Beri dosis pertama
umum atau PENYAKIT antibiotic yang
2. Tarikan dinding dada SANGAT BERAT sesuai
ke dalam 2. Rujuk segera
3. Stridor
Nafas cepat PNEUMONIA 1. Beri antibiotic yang
sesuai selama 5 hari
2. Beri pelega
tenggorokan dan
pereda batuk yang
aman
3. Nasihati ibu kapan
harus kembali segera
4. Kunjungan ulang
setelah 2 hari
Tidak ada tanda-tanda BATUK BUKAN 1. Jika batuk lebih dari

12
bahaya pneumonia atau PNEUMONIA 30 hari, rujuk untuk
penyakit sangat berat pemeriksaan lebih
lanjut
2. Beri pelega
tenggorokan dan
pereda batuk yang
aman
3. Nasihati ibu kapan
harus kembali segera
4. Kunjungan ulang
setelah 5 hari bila
tidak ada perbaikan

3. Apakah anak Diare ?


a. Jika ya, tanyakan :
1) Sudah berapa lama ?
2) Apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja) ?
b. Lihat dan raba
1) Lihat keadaan umum anak :
a) Apakah anak latergis atau tidak sadar ?
b) Gelisah, rewel atau mudah marah ?
2) Lihat apakah matanya cekung ?
3) Beri anak minum :
a) Apakah anak tidak bisa minum atau malas minum ?
b) Haus, minum dengan lahap ?
4) Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor, apakah kembalinya Sangat
lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat ?
KLASIFIKASI DIARE UNTUK DEHIDRASI

GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN


Terdapat 2 atau lebih DIARE : DEHIDRASI 1. Jika tidak ada

13
dari tanda berikut ini : BERAT klasifikasi berat
1. Letargis atau tanda lainnya, maka berikan
sadar cairan untuk dehidrasi
2. Mata cekung berat (rencana terapi
3. Tidak bisa minum lihat lampiran)
atau malas minum 2. Jika anak juga
4. Cubitan perut mempunyai
kembalinya sangat klasifikasi berat
lambat lainnya, segera rujuk
dan selama dalam
perjalanan, mintakan
ibu agar terus
memberikan oralit
sedikit demi sedikit
3. Anjurkan ibu tetap
memberi ASI
4. Jika ada kolera di
daerah tersebut beri
obat antibiotic untuk
kolera
Terdapat dua atau lebih DIARE : DEHIDRASI 1. Beri cairan dan
dari tanda berikut ini : RINGAN/SEDANG makanan sesuai
1. Gelisah, rewel, rencana terapi B
mudah marah (lihat lampiran
2. Haus, minum dengan 2. Jika anak juga
lahap mempunyai
3. Cubitan kulit perut klasifikasi berat
kembalinya lambat lainnya, rujuk segera
ke rumah sakit dan
mintakan ibu agar

14
tetap memberikan
oralit serta anjurkan
untuk tetap
memberikan oralit
serta anjurkan untuk
tetap memberi ASI
3. Nasihat ibu kapan
harus segera kembali
4. Kunjungan ulang
setelah 5 hari bila
tidak ada perbaikan
Tidak cukup tanda-tanda DIARE : TANPA 1. Beri cairan dan
untuk diklasifikasikan DEHIDRASI makanan sesuai
sebagai dehidrasi berat rencana terapi A
atau ringan/sedang (lihat lampiran)
2. Nasihati ibu tentang
kapan harus segera
kembali
3. Kunjungan ulang
setelah 5 hari bila
tidak ada perbaikan

4. Apakah anak Demam ?


(Pada anamnesis atau teraba panas atau suhu 37,5°C atau lebih)
a. Jika ya :
1) Temukan daerah resiko malaria : risiko tinggi, risiko rendah atau tanpa
risiko malaria
2) Jika daerah risiko rendah atau tanpa risiko malaria, tanyakan :
a) Apakah anak dibawah berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu
terakhir ?

15
b) Jika ya, apakah dari daerah risiko tinggi atau risiko rendah malaria
b. Kemudian tanyakan :
1) Sudah berapa lama anak demam ?
2) Jika lebih dari 7 hari, apakah demam terjadi setiap hari ?
3) Apakah pernah mendapat klorokuin dalam 2 minggu terakhir ?
4) Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir
c. Lihat dan raba
1) Lihat dan raba adanya kaku kuduk
2) Lihat adanya pilek
d. Lihat adanya tanda campak :
1) Ruam merah di kulit yang menyeluruh
2) Terdapat salah satu gejala berikut : batuk, pilek, atau mata merah
Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bulan terakhir :
a. Lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya dalam dan luas ?
b. lihat apakah matanya bernanah
c. Lihat adakah kekeruhan pada kornea mata
Jika anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir. Klasifikasikan
campak.
Klasifikasikan demam untuk demam berdarah dengue (hanya jika demam kurang
dari 7 hari)
a. Tanyakan :
1) Apakah anak mengalami perdarahan dari hidung atau gusi yang berat ?
2) Apakah anak muntah ? Jika iya :
a) Apakah sering ?
b) Apakah muntah dengan warna atau seperti kopi ?
3) Apakah brak berwarna hitam?
4) Apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah ?
b. Lihat dan Raba :
Lihat adanya :
1) Perdarahan dari hidung atau gusi yang berat

16
2) Bintik perdarahan di kulit (petekie), jika ya dan tidak ada tanda lain dari
DBD, lakukan uji tornikuet, jika mungkin.
c. Periksa tanda-tanda syok
Ujung ekstermitas teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tidak teraba.
5. Apakah anak mempunyai masalah telinga ?
Jika ya, tanyakan :
a. Apakah telinganya sakit ?
b. Adakah cairan/nanah keluar dari telinga ? jika ya, berapa lama ?
Lihat dan raba :
a. Lihat, adakah cairan/nanah keluar dari telinga ?
b. Raba, adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telinga ?
KLASIFIKASI MASALAH TELINGA :

GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN


Pembengkakan yang MASTOIDITIS 1. Beri dosis pertama
nyeri di belakang telinga antibiotic yang sesuai
2. Beri dosis pertama
parasetamol di klinik
untuk mengatasi nyeri
3. Rujuk segera
1. Tampak cairan atau INFEKSI TELINGA 1. Beri antibiotic selama
nanah keluar dari AKUT 5 hari
telinga dan telah 2. Beri parasetamol
terjadi kurang dari 14 untuk nyeri
hari, atau 3. Keringkan telinga
2. Nyeri telinga dengan kain atau
kertas penyerap
4. Kunjungan ulang
setelah 5 hari
Tampak cairan/nanah INFEKSI TELINGA 1. Keringkan telinga
keluar dari telinga dan KRONIS dengan kain atau

17
telah terjadi selama 14 kertas penyerap
hari atau lebih 2. Kunjungan ulang
setelah 5 hari
Tidak ada sakit telinga TIDAK ADA INFEKSI Tidak perlu tindakan
dan tidak ada nanah TELINGA tambahan
keluar dari telinga

6. Memeriksa Status Imunisasi Anak


Lihat dan Raba :
a. Lihat apakah anak tampak sangat kurus ?
b. Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan, apakah sangat pucat, agak pucat ?
c. Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua kaki ?
d. Bandingkan berat badan menurut umum

KLASIFIKASI STATUS GIZI

GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN


1. Badan tampak sangat GIZI BURUK dan/atau 1. Beri vitamin A
kurus atau ANEMIA BERAT apabila anak-anak
2. Bengkak pada kedua tampak sangat kurus
kaki, atau dan/atau bengkak
3. Telapak tangan sangat pada kedua kaki
pucat 2. Segera rujuk
1. Telapak tangan agak BGM (Bawah Garis 1. Lakukan penilaian
pucat, atau Merah) atau ANEMIA tentang cara
2. Berat badan menurut pemberian makan
umur sangat rendah pada anak dan nasihat
(Bawah garis merah : ibu tentang cara
BGM) pemberian makan
pada anak dan bila
ada masalah
pemberian makan,

18
kunjungan ulang
setelah 5 hari.
2. Jika anemia, beri zat
besi dan jika di
daersah dengan resiko
tinggi malaria, beri
anti malaria oral dan
beri pirantel pamoat,
(hanya jika anak
berusia 4 bulan atau
lebih, dan belum
pernah diberi dalam
waktu 6 bulan
terakhir, serta hasil
pmeriksaan tinja
positif) dan kunjungan
ulang setelah 4
minggu
3. Nasihati ibu kapan
harus kembali segera
4. Jika BGM, kunjungan
ulang setelah 4
minggu
Berat badan menurut TIDAK BGM (Bawah 1. Jika anak berumur
umur tidak BGM dan Garis Merah) dan TIDAK kurang dari dua tahun
tidak ditemukan tanda ANEMIA lakukan penilaian
lain dari malnutrisi dan tentang cara
anemia pemeberian makan
pada anak dan
nasihati ibu

19
2. Jika ada masalah
pemberian makan
kunjungan langsung
setelah 5 hari
3. Nasihati kapan harus
kembali segera

7. Memeriksa Status Imunisai Anak


Lihat table jadwal imunisasi :
TABEL : JADWAL IMUNISASI (dapat menyesuaikan kebijakan)

UMUR JENIS IMUNISASI


2 bulan BCG Polio 1 DPT 1
3 bulan HB 1 Polio 2 DPT 2
4 bulan HB 2 Polio 3 DPT 3
5 bulan HB 3 Polio 4
9 bulan Campak

8. Memeriksa Status Pemberian Vitamin A


TABEL; JADWAL PEMBERIAN VITAMIN A

DOSIS UMUR

Dosis pertama: 100.000 IU 6 bulan – 1 tahun

Dosis berikutnya: 200.000 IU


Jika sesorang anak belum 1 tahun – 5 tahun
mendapatkannya dalam 6 bulan
terakhir, berikan satu dosis

9. Pengobatan
Melakukan langkah-langkah dalam tindakan /pengobatan yang telah di tetapkan
dalam bagan klasifikasi.
a. Beri antibiotic orang yang sesuai.

20
1) Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan antibiotic yang sesuai.
a) Antibiotik pilihan pertama: kontrimoksazol (trimetroprim +
Salfamektazol )
b) Antibiotik pilihan kedua : amoksilin.
2) Untuk disentri: beri antibiotik yang dianjurkan untuk shigela selama 5 hari.
a) Antibiotik pilihan pertama: kontrimoksazol ( trimetriroprim +
salfametoksazol).
b) Antibiotik pilihan kedua: asam nolidiksat.
3) Untuk kolera : beri antibiotik yang dianjurkan untuk kolera selama 3 hari
a) Antibiotik pilihan pertama : kontrimoksazol ( trimetroprim+S
alfametoksazol)
b) Antibiotik pilihan kedua : tetrasiklin.
(sumber:buku baqan MTBS,depkes RI,2004)
b. Bengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah.
Ikuti petunjuk dibawah ini untuk setiap obat oral yang harus diberikan
dirumah. Ikuti juga petunjuk yang tercantum dalam tiap tablet dosis obat :
1) Tentukan obat-obatan dosis yang sesuai dengan umur dan berat badan
2) Jelaskan kepada ibu alasan pemberian obat tersebut.
3) Peragakan cara,mengukur/membuat satu dosis.
4) Perhatikan cara ibu menyiapkan satu dosis
5) Mintalah ibu meberikan dosis pertama pada anak
6) Terangkan dengan jelas cara meberikan obat, beri label dan bungkus obat.
7) Jelaskan bahwa semua obat-obatan tablet/sirup harus diberikan sesuai
waktu yang dianjurkan,walaupun anak menunjukkan perbaikan.
8) Cek pemahaman ibu sebelum meninggalkan klinik.
c. Mengajari ibu cara mengobati infeksi local dirumah
1) Jelaskan kepada ibu tentang pengobatan yang diberikan dan alasannya
2) Uraikan langkah-langkah sebagaimana tercantum pada penjelasan berikut
yang sesuai.

21
3) Amati cara ibu melakukan pengobatan ini diklinik (kecuali untuk batuk dan
sakit tenggorokan).
4) Jelaskan berapa kali ibu harus menegerjakannya dirumah.
5) Cek pemahaman ibu sebelum meninggalkan klinik
d. Pemberian pengobatan hanya di klinik
Pemberian suntikkan antibiotik,kinin,dan lain-lain harus di klinik:
Contohnya pemberian antibiotic intramuskuler (untuk anak yang harus segera
dirujuk tetapi tidak dapatmenelan obat oral), pemberian suntikan kinin untuk
malaria berat.
e. Pemberian cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan pemberian makanan:
menggunakan rencana terapi A, rencana terapi B, atau rencana terapi C.
10. Pemberian Pelayanan Tindak Lanjut
Pemberian pelayanan tindak lanjut terhadap :
a. Pneumonia, sesudah 2 hari :
1) Periksa tanda bahaya umum
2) Lakukan penilaian untuk batuk/sukar bernafas
3) Tanyakan:
a) Apakah anak bernapas lebih lambat?
b) Apakah nafsu makan anak membaik?
4) Tindakan :
a) Jika tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam, beri 1
dosis antibiotic pilihan kepada atau suntikan kloramfenikol,selanjutnya
rujuk segera.
b) Jika frekuensi nafas atau nafsu makan anak tidak menunjukkan
perbaikan, gantilah dengan antibiotic pilihan kedua dan anjurkan ibu
untuk kembali dalam 2 hari (atau rujuk), jika tidak ada obat pilihan
kedua atau jika anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir.
c) Jika nafas melambat, atau nafsu makannya membaik,lanjutkan
pemberian antibiotic hingga seluruhnya 5 hari.
b. Diare persisten, sesudah 5 hari:

22
1) Tanyakan apakah diare sudah berhenti?
2) Tindakan:
a) Jika diare belum berhenti,lakukan penelitian ulang lengkap pada anak.
Berikan pengobatan yang diperlukan, selanjutnya rujuk.
b) Jika diare sudah berhenti,katakan pada ibu untuk menerapkan anjuran
pemberian makan yang sesuai dengan umur anak
c. Disentri,sesudah 2 hari:
1) Tanyakan
a) Apakah beraknya berkurang?
b) Apakah jumlah darah dalam tinja berkurang?
c) Apakah nafsu makan anak membaik?
2) Tindakan :
a) Jika anak mengalami dehidrasi
b) Jika frekuensi berak, jumlah darah dalam tinja atau nafsu makan tetap
atau memburuk : gantilah dengan antibiotic oral pilihan kedua untuk
shigela. Berikan untuk 5 hari
c) Anjurkan ibu untuk kembali dalam 2 hari
3) Pengecualian, jika anak :
a) Berumur kurang dari 12 bulan, atau
b) Mengalami dehidrasi pada kunjungan terakhir atau rujuk
c) Menderita campak dalam 3 bulan terakhir.
Jika beraknya berkurang,jumlah darah dalam tinja berkurang dan nafsu
makan membaik, lanjutkan pemberian antibiotik yang sama sehingga
selesai.
d. Malaria (daerah risiko tinggi dan rendah malaria), jika anak tetap demam
sesudah 2 hari atau demam lagi dalam 14 hari :
1) Anak yang datang untuk kunjungan pertama,tetapi sudah mendapat
klorokuin dalam 2 minggu terakhir, dianggap sebagai kunjungan ulang.
2) Lakukan lihat bagan penilaian dan klasifikasi penilaian untuk gejala utama.
3) Cara penyebab lain dari demam.

23
4) Tindakan :
a) Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk,perlakukan sebagai
penyakit berat dengan demam.
b) Jika ada penyebab lain dari demam selain malaria, beripengobatan
c) Jika tidak ada sediaan darah, beri tablet kina
d) Jika malaria merupakan satu-satunya penyebab demam periksa hasil
sediaan darah yang sudah diambil sebelumnya:
1. Jika positif untuk falciparum atau ada infeksi campuran (mixed),beri
obat anti malaria oral pilihan kedua. Jika tetap demam rujuk untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
2. Jika positif untuk vivax, beri tablet per hari selama 7 hari ditambah
primakuin ¼ tablet per hari selama 5 hari
3. Jika hasil sediaan darah negatif, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.
e) Jika anak tetap demam selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
e. Demam mungkin bukan malaria, jika demam sudah 2 hari
1) Lihat bagan penilaian dan kalasifikasi.
2) Cari penyebab lain dari demam.
3) Lakukan penilaian untuk gejala utama.
4) Tindakan :
a) Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai
penyakit berat dengan demam.
b) Jika ada penyebab lain dari demam selain malaria, beri pengobatan.
c) Jika malaria merupakan satu-satunya penyebab demam:
1. Ambil sediaan darah .
2. Beri obat anti malaria oral pilihan tanpa menunggu hassil sediaan
darah.
3. Nasihati ibu untuk kembali dalam 2 hari jika tetap demam
4. Jika anak tetap demam selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih
lanjut.

24
f. Demam bukan malaria (daerah risiko tanpa malaria dan tidak ada kunjungan
ke daerah dengan risiko malaria), jika demam sesudah 2 hari :
1) Lihat bagian penilaian dan klasifikasi
2) Cari penyebab lain dari demam
3) Lakukan penilaian untuk gejala utama.
4) Tindakan :
a) Tidak ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai
penyakit berat dengan demam
b) Jika penyebab lain dari demam 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
c) Jika tidak diketahui penyebab demam, anjurkan ibu untuk kembali lagi
dalam 2 hari jika tetap demam, pastikan anak mendapat tambahan cairan
dan mau makan.
g. Mungkin demam berdarah dengue,dan
h. Demam: mungkin bukan demam berdarah dengue jika tetap demam sesudah 2
hari
1) Lihat bagan penilaian dan klasifikasi
2) Cari penyebap lain dari demam
3) Lakukan penilaian ulang secara lengkap.
4) Tindakan :
a) Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk,perlakukan sebagai
penyakit berat dengan demam
b) Jika ada penyebab lain dari demam selain DBD,berikan pengobatan
c) Jika ada tanda-tanda DBD, perlakukan sebagai DBD
d) Jika anak tetap demam selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih
lanjut
i. Infeksi telinga, sesudah 5 hari :
1) Lihat bagan penilaiaan dan klasifikasi
2) Ukur suhu tubuh anak
3) Lakukan penilaiaan ulang masalah telinga

25
4) Tindakan :
a) Jika ada pembengkakan yang nyeri di belakang telinga atau demam
tinggi (38,5˚C atau lebih), rujuk segera
b) Infeksi telinga akut: jika masih ada nyeri atau keluar cairan /nanah, obati
dengan antibiotik yang sama selama 5 hari lagi.
5) Lanjutkan mengeringkan telinga kunjungan ulang setelah 5 hari :
a) Infeksi telinga kronis : perhatikan apakah cara ibu mengeringkan telinga
sudah benar, anjurkan ibu untuk melanjutkan.
b) Jika tidak ada nyeri telinga atau keluar cairan/nanah, dan ibu belum
menyelesaikan pemberian antibiotik selama 5 hari, anjurkan untuk
melanjutkannya sampai habis.
j. Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut, setelah 2 hari :
1) Perhatikan apakah matanya merah atau bernanah.
2) Perhatikan apakah ada luka di mulut, ciumlah bau mulutnya
3) Pengobatan infeksi mata:
a) Jika mata masih bernanah, ibu diminta menjelaskan cara mengobati
infeksi mata anaknya. Jika belum benar, ajari ibu cara mengobati
dengan benar.
b) Jika mata tidak bernanah dan merah, hentikan pengobatan.
4) Pengobatan luka di mulut :
a) Jika luka di mulut makin memburuk atau tercium bau busuk dari mulut,
rujuk
b) Jika luka di mulut tetap atau membaik, lanjutkan pengobatan 0,25%
gentian violet hungga seluruh 5 hari
k. Masalah pemberian makan, sesudah 5 hari :
1) Lakukan : lihat pertanyaan pada penilaian ulang tentang cara pemberian
makan ( bagan konseling bagi ibu ).
2) Tanyakan maslalah pemberian makan yang ditemukan pada kunjungan
pertama

26
3) Nasehati ibu tentang semua masalah dalam pemberian makan yang masih
ada atau yang baru dijumpai
4) Jika berat badan anak menurun menurut umur sangat rendah (BGM), ibu
diminta untuk kembali 4 minggu sesudah kunjung pertama, guna mengukur
penambahan berat badan anak
l. Anemia, sesudah 4 minggu :
1) Beri zat besi untuk 4 minggu berikutnya
2) Nasihati ibu untuk kembali 4 minggu kemudian
3) Jika anak masih agak pucat sesudah 8 minggu, rujuk untuk pemeriksaan
lebih lanjut
4) Jika telapak tangan sudah tidak pucat sesudah 8 minggu, tidak ada
pengobatan tambahan
m. Berat badan menurut umur sangat rendah (BGM= bawah garis merah ),
sesudah 4 minggu :
1) Timbanglah anak dan tentukan apakah berat badannya masih sangat rendah
2) Lakukan : lihat pertanyaan pada penilaian ulang tentang cara pemberian
makan (bagan konseling bagi ibu)
3) Tindakan :
a) Jika bert anak menurut umur sudah tidak BGM, pujilah ibu dan
bangkitkan semangatnya untuk melanjutkan.
b) Jika berat badan anak menurut umur masih BGM, nasihati ibu tentang
setiap masalah pemberian makan yang dijumpai
c) Anjurkanlah ibu untuk kembali bersama anaknya setiap bulan sampai
maakanannya baik berat badannya meningkat dan tidak BGM
d) Jika masih diperlukan kunjungan ulang berdasarkan kunjungaan
pertama atau kunjungan saat ini, nasihati ibu tentang kunjungan
berikutnya, juga nasihati ibu tentang kapan harus kembali segera.
11. Konseling Bagi Ibu
Konseling yang diberikan pada ibu antara lain mengenai :
a. Makanan :

27
1) Menilai cara pemberian makanan.
2) Tanyakan :
a) Apakah ibu meneteki anak ini?
1. Berapa kali sehari ?
2. Apakah ibu juga meneteki pada malam hari?
b) Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain?
1. Makanan atau minuman apa ?
2. Berapa kali sehari?
3. Alat apakah yang digunakan untuk member makan/minum anak?
4. Jika berat badan menurut umur sangat rendah/BGM:
a. Berapa banyak makan dan minum yang diberikan kepada anak?
b. Apakah anak mendapat porsi sendiri?
c. Siapa yang member makan anak dan bagaimana caranya ?
d. Selama sakit ini, apakah pemberian makan aanak diubah? Bila ya,
bagaimana ?
b. Anjuran selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat.
1) Sampai umur 4 bulan :
a) Beri ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari
b) Jangan diberi makan dan minuman lain selain ASI ( jika mungkin diberi
ASI eksklusif sampai anak umur 6 bulan )
2) Umur 4 sampai 6 bulan :
a) Beri ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari
b) Beri makanan pendamping ASI 2 kali sehari, tiap kali 2 sendok makan
c) Pemberian makanan pendamping ASI dilakukan setelah pemberian ASI.
d) Makanan pendamping ASI adalah bubur tim lumat ditambah kuning
telur/ayam/tempe/tahu/daging sapi/wortel/bayam/dll.
3) Umur 6 sampai 12 bulan :
a) Berikan ASI sesuai keinginan anak
b) Berikan bubur nasi tambah telur /ayam/ikan/tahu/daging
sapi/wortel/bayam/dll

28
c) Makanan tersebut diberikan 3 kali sehari. Setiap kali makan diberikan
sebagai berikut :
1. Umur 6 bulan : 6 sendok makan
2. Umur 7 bulan : 6 sendok makan
3. Umur 8 bulan : 6 sendok makan
4. Umur 9 bulan : 6 sendok makan
5. Umur 10 bulan : 6 sendok makan
6. Umur 11 bulan : 6 sendok makan
d) Beri juga makanan selingan 2 kali sehari, seperti : bubur kacang hijau,
pisang, biscuit, nagasari, dan sebagainya.
1. Umur 12 sampai 24 bulan :
2. Berikan ASI sesuai keinginan anak
3. Berikan nasi lembek ditambah telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging
sapi/wortel/bayam/dll
4. Makanan tersebut diberikan 3 kali sehari
5. Beri juga makanan selingan 2 kali sehari, seperti bubur kacang ijo
,pisang,biscuit,nagasari dan sebagainya.
e) Umur 2 tahun atau lebih :
1. Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari yang
terdiri dari nasi,lauk-pauk,sayur dan buah.
2. Beri juga makanan bergizi sebagai selingan 2 kali sehari,seperti:
bubur kacang hijau,biscuit,dan sebagainya
c. Anjurkan pemberian makan untuk anak dengan diare lebih dari 14 hari :
1) Jika masih mendapatkan ASI, berikan lebih sering dan lebih
lama,pagi,siang dan malam
2) Jika anak mendapatkan susu selain ASI :
a) Gantikan dengan meningkatkan pemberian ASI,atau
b) Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi ditambah tempe
c) Jangan diberi susu kental manis

29
3) Untuk makanan lain,ikuti anjuran pemberian makan yang sesuai dengan
umur anak.
d. Menasehati ibu tentang masalah pemberian makan :
1) Jika pemberian makan tidak mengikuti anjuran tersebut di atas. nasehati
ibu sesuai dengan umur anak, disamping itu :
2) Jika ibu mengeluh ada kesulitan pemberian ASI, lakukan penilaian
terhadap ibu cara ibu meneteki.
3) Jika bayi berumur kurang dari 4 bulan dan mendapatkan makanan dan non
– ASI:
a) Bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ia dapat memproduksi ASI
sesuai dengan kebutuhan anaknya
b) Anjurkan ibu untuk memberikan ASI lebih sering,lebih lama,pagi,siang
maupun malam dan secara bertahap mengurangi pemberian susu atau
makanan lain.
c) Jika pemberian susu non-ASI harus dianjurkan, nasihati ibu :
1. Agar member ASI sesering mungkin, termasuk di malam hari
2. Buatlah susu non-ASI hanya sejumlah yang dapat dihabiskan anak
dalam waktu 1 jam, jika masih ada sisa, buang.
e. Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama anak sakit:
1) Untuk setiap anak sakit :
a) Berikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali meneteki.
b) Tingkatkan pemberian cairan.
2) Untuk anak diare :
a) Pemberian cairan tambahan akan dapat menyelamatkan nyawa anak.
b) Beri cairan sesuai terapi A atau B.
f. Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan:
Menasehati ibu untuk datang kembali sesuai waktu yang paling awal untuk
permasalahan anaknya.
(sumber:buku bagan MTBS,depkes RI,2004)

30
2.11 Obat-Obatan Standar Yang Digunakan Dalam MTBS
Sebelum mulai menerapkan MTBS harus dilakukan penilaian dan pengamatan
terhadap ketersediaan obat di puskesmas secara umum obat-obatan yang di gunakan
dalam MTBS termasuk dalam daftar obat esensial nasional yang digunakan
puskesmas. Obat-obatan yang diperlukan adalah :
1) Kotrimoksazol tablet dewasa atau tablet atau sirup
2) Sirup Amoxillin atau tablet Amoxillin
3) Kablet ampisilin
4) Kapsul Tetrasiklin
5) Tablet Asam Nalidiksat
6) Tablet Klorokuin
7) Tablet Perimakuin
8) Tablet Sulfaduksin Primetaminn(fansidar)
9) Tablet Kina
10) DiazepamSuppositoria
11) Suntikan Kloramfenikol
12) Suntikan Gentamisin
13) Suntikan Penisilin prokain
14) Suntikan Kinin
15) Suntikan Fenobarbital
16) Diazepam Injeksi
17) Tablet Nistatin
18) Tablet Paracetamol atau sirup
19) Tetrasiklin atau Klorafenikol Salep Mata
20) Gentian Violet (sebelum digunakan harus di encerkan menjadi 0,25% atau 0,5%
sesuai kebutuhan)
21) Sirup Besi (Sulfas Ferosus) atau tablet besi
22) Vitamin A 200.000 dan 100.000 iu
23) Tablet Pirantel pamoat
24) Aquabidest untuk pelarut

31
25) Oralit 200 cc
26) Cairan infus : RL dextrose 5% NaCl 0,9%
27) Alkohol 70%
28) Gliserin
29) Povidone
(Sumber : MTBS, Modul-7,2004)

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
MTBS, singkatan dari menejemen terpadu balita sakit atau dalam bahasa inggris
disebut integrated management of childhood illness (IMCI) adalah suatu pendekatan
yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan focus kepada
kesehatan anak usia 0-5 tahun atau balita secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan
suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara menatalaksana balita sakit.

32
Tiga komponen dalam kegiatan MTBS berikut ini menggantungkan atau sangat
berguna, yaitu: Meningkatkan keterampilan petugas keseahtan dalam tatalaksana kasus
balita sakit, Memberikan dan memperkuat system kesehatan, Memperbaiki praktek
keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan
kasus balita sakit.
Tujuan dari pendekatan MTBS adalah mengajarkan menejemen kasus kepada
bidan, perawat dokter dan tenaga kesehatan lain yang menangani balita sakit dan bati
muda di fasilitasi kesehatan dasar seperti puskesmas, puskesmas pembantu, pondok
bersalin, balai pengobatan, maupun melalui kunjungan rumah
Kendala pelaksanaan MTBS di puskesmas yakni, terbatasnya jumlah tenaga
kesehatan (seperti bidan) yang dapat di latih MTBS, Perpindahan (mutasi) tenaga
kesehatan (sperti bidan ) yang telah dilatih, Kurang lengkapnya saran dan prasarana
penduduk dan sebaginya.
Penilaian dan klasifikasi anak sakit pada MTBS yakni: penilaian dan klasifikasi
anak sakit umur 1 hari sampai 2 bulan dan penilaian dan klasifikasi anak sakit umur
2bulan sampai 5 tahun.
Sebelum mulai menerapkan MTBS harus dilakukan penilaian dan pengamatan
terhadap ketersediaan obat di puskesmas secara umum obat-obatan yang di gunakan
dalam MTBS termasuk dalam daftar obat esensial nasional yang digunakan puskesmas

DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, A. (2013). ILMU KESEHATAN ANAK (Dalam Kebidanan). Jakarta:


CV.TRANS INFO MEDIA.

33

Anda mungkin juga menyukai