Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

KEPERAWATAN KOMUNITAS I

DOSEN PENGAMPU: DR. H. AGUS SUPINGANTO, Ners., M.Kes


DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

ANGGI HAPSARI PUTRI 001STYC18

APRIANTI PURNAMASARI 004STYC18

ARFAH 005STYC18

FENI FERNIANSYAH 017STYC18

GUNAWAN FEBRIANTO 021STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan
menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang
ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta
dalam memberikan tugas makalah “ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA ”. Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber buku dan jurnal yang
telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah


memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 22 Oktober 2020

Kelompok 1
Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep mengenai "anak" dipahami berbeda sesuai dengan perspektif
dan kepentingan yang beragam, misalnya Undang-undang Republik Indonesia
No. 23 Tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak, menyebutkan bahwa anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Dan ini diamini oleh UNICEF dengan memberikan
pengertian yang sama mengenai batas usia anak yaitu anak sebagai penduduk
yang berusia diantara 0 s/d 18 tahun. Menurut Haditono (dalam Damayanti,
1992), anak adalah mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan
tempat bagi perkembangannya. Dari perspektif Augustinus (dalam Suryabrata,
1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak,
mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai
kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-
anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-
aturan yang bersifat memaksa.
Sedangkan Menurut WHO (2003), mendefinisikan anak-anak antara
usia 0–14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi besar. Dilihat
dari pengertian tersebut Undang-Undang nomor 4 tahun 1974 tentang
Kesejahteraan Anak memiliki pandangan sedikit berbeda dimana menyebutkan
bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum
menikah.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Dan Deskripsi Komunitas


2.1.1. Definisi Komunitas
Komunitas adalah sekelompoj manusia yang saling berhubungan lebih
sering dibandingkan dengan manusia lain yang berbeda diluarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting
untuk menunjang kebutuhan sehari-hari. Komunitas meliputi individu,
keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas
adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok berisiko (at
risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat
atau PHBS.
Berdasarkan umur kronologi maka terdapat batasan usia anak yakni
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak
anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-
hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa
pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990,
Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia di
bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.

2.1.2. Deskripsi wilayah komunitas


Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak di Desa
Banyumulek, Dusun Gubuk Baru RT.03 pada tanggal 22 Oktober 2020. Luas
wilayah komunitas kira-kira 400 m² dengan batas wilayah sebelah utara
terdapat jalan pembatas dengan dusun dasan tawar, wilayah sebela timur ada
jalan pembatas dengan wilayah kelompok petani bunga (taman bunga),
wilayah selatan perbatasan dengan RT 04, dan wilayah barat ada perbatasan
denga RT 02.

2.2. Agregat Anak Sebagai Kelompok Resiko


Anak disebut sebagai kelompok beresiko salah satu dikarenakan PHBS yang
tidak terjaga dan tahap perkembangannya yang suka bermain dan melakukan
sesuatu tanpa memperdulikan bahaya yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Menurut Potter dan Perry (2009), masalah kesehatan pada anak seperti
kekurangan atau kelebihan nutrisi, htgiene oral, infeksi. Salah satu infeksi yang
sering sekali terjadi pada anak yaitu infeksi saluran pernapasan akut. Infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi yang menyerang salah satu
bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk
sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Kemenkes RI, 2011). Penyebab utama
terjadi sadalah pathogen penyebab iinfeksi, sebagian besar kasus ISPA pada AUS
disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae yang merupakan penyebab utama
pneumonia (Wong, 2010). Infeksi pada anak umumnya sapat sembuh dalam 5-6
hari dengan penanganan yang cepat, status gizi yang mendukung dan PHBS yang
baik. Akan tetapi pada infeksi yang tidak ditangani dan status gizi anak yang
kurang baik dapat memicu infeksi lebih lanjut.
Gejala yang dapat muncul pada penderita ISPA yaitu batuk, pilek, demam,
dan bahkan sesak. ISPA ditularkan melalui droplet dengan perantara udara.
Droplet ditimbulkan dari orang yang terinfeksi terutama selama terjadi batuk,
bersin, dan berbicara. Penularan terjadi bila droplet yang mengandung
mikroorganisme ini tersebut dalam jarak dekat (biasanya < 1m) melalui udara dan
terdeposit di mukosa mata, mulut, hidung \, tenggorokan, atau faring orang lain
(WHO, 2007). Pada anak mudah tertular ISPA dari orang tua ataupun orang lain.
Ketika orang tua salah satu anggota keluarga ada menderita ISPA tidak
melakukan tindakan penularan ISPA kepada anggota keluarga lainnya termasuk
anak, maka sangat tidak tertutup kemungkinan anak juga dapat menularkan.
2.3. Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak menggunakan
pendekatan Community as patner model. Klien (anak) digambarkan sebagai inti
(core) mencakup sejarah demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8
subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan, dan social, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik, dan
pemerintah, komunikas, pendidikan, dan rekreasi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang
bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenal klien. Yang perlu
dikaji pada kelompok atau komunitas adalah:
a. Core atau inti : data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri:
umur, pendididkan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan
serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunikasi (betty neuman):
1) Perumahan : rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi
dan kepadatan.
2) Pendidikan : apakah ada saranan pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan.
3) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal : apakah tidak
menimbulkan stress.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan : apakah
cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
6) System komunikasi : saranan komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan
terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televise, radio, Koran atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.
7) Ekonomi : tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (upah minimum regional), di bawah UMR
atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan
dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan
sesuai status ekonomi tersebut.
8) Rekreasi : apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas \. Rekreasi ini hendaknya dapat
digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
2.4. Peran Perawat Komunitas Terkait Anak
1. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam
membuat keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah
anak. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat,
tokoh agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan sebagainya.
2. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak,
menetapkan penyedia pelayanan untuk anak.
3. Case Finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak,
menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus
penyakit dan risiko pada anak.
4. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak merancang rencana perawatan untuk
memenuhi kebutuhan anak, mengawasi pelaksanaan pelayanan dan
mengevaluasi dampak pelayanan.
5. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak di
masyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal, memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.
6. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi,
membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek solusi dan pemecahan
masalah.
7. Peneliti
Merancang riset terkait anak, mengaplikasikan hasil riset pada anak,
mendesiminasikan hasil riset.
8. Care Giver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana
tindakan dan mengevaluasi hasil intervensi.
9. Pembela (Advokasi)
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak, menentukan kebutuhan
advokasi, menyampaikan kasus anak usia sekolah terhadap pengambil
keputusan, mempersiapkan anak usia sekolah untuk mandiri.
BAB III

PROSES KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Data Demografi Komunitas
Menurut dari data yang di dapatkan saat turun ke Desa Banyumulek, Dusun
Gubuk Baru RT.03 di dapatkan data bahwa pada RT.03 terdapat 32 KK.
Untuk jumlah anak-anak dilingkungan tersebut berjumlah sebanyak 20 anak.
a. Jenis Kelamin : jenis kelamin anak-anak di Desa Banyumulek, Dusun
Gubuk Baru RT.03 Terdiri dari 7 anak laki-laki dan 13 anak perempuan.
b. Pendidikan : pendidikan yang di tempuh saat ini oleh anak-anak di Desa
Banyumulek, Dusun Gubuk Baru RT.03 yaitu TK sebanyak 4 orang, SD
sebanyak 10 dan 6 anak maseh belum sekolah.
c. Status perkawinan : 100% dari anak-anak usia sekolah di Desa
Banyumulek, Dusun Gubuk Baru RT.03 belum kawin.
d. Nilai-nilai keyakina atau Agama : Agama yang dianut anak-anak di Desa
Banyumulek, Dusun Gubuk Baru RT.03 rata-rata beragama islam.
2. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunikasi (betty neuman):
a. Lingkungan fisik : Sebagian besar rumah di Desa Banyumulek, Dusun
Gubuk Baru RT.03 dalam bentuk permanen. Antara rumah yang satu
dengan yang lainnya rata-rata dibatasi oleh tembok rumah. Jarak antara
rumah yang satu dengan yang lain saling berdekatan.
b. Pendidikan : Berdasarkan hasil angket memperlihatkan rata-rata
pendidikan di Desa Banyumulek, Dusun Gubuk Baru RT.03 sebagian
besar SD dan SMP. Tetapi ada juga masyarakat yang berpendidikan SMA
maupun perguruan tinggi. Hanya sebagian kecil saja yang tidak
bersekolah. Sarana pendidikan terdapat di wilayah Desa Banyumulek,
Dusun Gubuk Baru RT.03 adalah TK, SD, SMP dan SMK.
c. Keamanan dan transportasi : Masyarakat di di Desa Banyumulek, Dusun
Gubuk Baru RT.03 menggunakan transportasi seperti sepeda motor untuk
keluar dan masuk wilayah Desa Banyumulek, Dusun Gubuk Baru RT.03.
Untuk keamanan sendiri berdarakan hasil wawancara masyarakat
mengatakan aman walaupun tidak memiliki satpam di wilayah tersebut
tetapi masyarakat di sana sering melakukan ronda secara bergilir.
d. Politik dan pemerintahan : kebijakan pemerintah dalam rangka
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak diterapkan
melalui puskesmas di Desa Banyumulek, Dusun Gubuk Baru RT.03
dengan keberadaan posyandu di RT. 03. Terdapat juga kader posyandu di
RT 03 yang sebagian besar aktif dalam menjalankan tugasnya.
e. Layanan kesehatan dan sosial : pusat pelayanan kesehatan terdapat di RT
03 adalah Puskesmas kecamatan Kediri yang berjarak 650 meter dari dari
RT 03 dapat ditempuh dengan sepeda motor atau kendaraan umum
lainnya. Sarana kesehatan lainnya yang dapat di jangkau dengan jalan kaki
adalah tempat praktik bidan yang ada di RT 03.
f. Komunikasi : Bahasa yang digunakan di lingkungan… meliputi data
tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua, peran orang tua
dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua
dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak
g. Ekonomi : Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan hasil bahwa
kebanyakan orang tua atau masyarakat yang ada di Desa Banyumulek,
Dusun Gubuk Baru RT.03 berkerja sebagai pedagang dan petani bunga.
h. Rekreasi : Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan oleh anak-anak
dan orang tua di lingkungan RT 03 adalah dengan berkebun menanam
bunga dan sesekali pergi ke pantai atau tempat hiburan lainnya.

3.2. Diagnosis
3.2.1. Analisa Data
NO DATA MASALAH KESEHATAN
Jumlah KK : 32 KK dan rata-rata maseh Resiko Penularan ISPA
memiliki balita dan anak.
1. 20% dari balita dan anak mengalami
pilek dan batuk.
2. 35% status imunisasi pada balita atau
nak tersebut yang tidak lengkap.
3. Pengetahuan orang tua tentang ISPA
kurang (75%)
4. Dalam pencegahan ISPA atau pun
penularanya, rata-rata tidak masyarakat
menggunakan masker apabila sedangan
batuk ataupun pilek saat keluar di
sekitaran rumahnya (100%)
5. Maseh ada yang belum membuka
jendela setiap hari (45%)
6. 80% anggota keluarga ada yang
merokok.

Hasil Observasi :
1. Jarak antar rumah berdekatan
2. Rata-rata memiliki jendela tetapi ada
beberapa yang jarang membukanya.
3. Sinar matahari ada yang tidak dapat
masuk ke beberapa rumah.

Hasil wawancara :
Didapatkan data-data yang sudah di
sebutkan dalam pengkajian diatas.

3.2.2. Menentukan Prioritas Masalah


Masalah Besarnya Kesadaran Sumber daya yang Skor
kesehatan Masalah Masyarakat untuk tersedia
berubah
Resiko 4 2 3 9
Penularan
ISPA

Keterangan pembobotan:
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
3.2.3. Komposisi Diagnosis
Resiko peningkatan terjadinya penukaran pada kasus ISPA pada bayi/balita
dan anak-anak di RT03, Desa Banyumulek, Dusun Gubuk Baru, Kecamatan
Kediri. Ditandai dengan :
1. 35% status imunisasi pada balita atau nak tersebut yang tidak lengkap.
2. Pengetahuan orang tua tentang ISPA kurang (75%)
3. rata-rata masyarakat tidak menggunakan masker apabila sedangan batuk
ataupun pilek saat keluar di sekitaran rumahnya (100%)
4. Maseh ada yang belum membuka jendela setiap hari (45%)
5. 80% anggota keluarga ada yang merokok.
6. Jarak antar rumah berdekatan
7. Sinar matahari ada yang tidak dapat masuk ke beberapa rumah.

3.3. Intervensi
3.4. Implementasi
3.5. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai