Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II
ATRESIA ANI

KELOMPOK 2
1. ANNISA MUZRIAH
2. HENGKI SUTOMO
3. IIN HUSNIA DEPI
4. DIANA NOVITA
5. EMA MAULINA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S.1
MATARAM
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati kepada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Solawat
beserta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan
para umat manusia yang merindukan keindahan syurga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Keperawan anak II.
Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kerjasama dan kesungguhan
dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Kami
menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu
belajar dalam penyusunan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi terciptanya karya ilmiah
yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang.
.Penulis menyadari pula, bahwa selesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan
serta bantuan, baik berupa moral maupun material dari semua pihak terkait. Oleh kerena
itu, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih banyak kepada
Dosen dan rekan mahasiswa yang memberikan masukan dan petunjuk serta saran-saran
yang baik.

Mataram, 30 september 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Atresia Ani 3

A. Definisi 3

B. Etiologi 4

C. Manifestasi Klinis 5

D. Patofisiologi 5

E. Pathway 6

F. Tanda dan gejala 7

G. Komplikasi 7

H. Pemeriksaan Penunjang 8

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 9

A. Pengkajian 9
B. Diagnosa Keperawatan 10
C. Intervensi Keperawatan 11
D. Implementasi…………………………………………………………………20
E. Evaluasi………………………………………………………………………20
BAB III PENUTUP 21
3.1 Kesimpulan 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Atresia ani atau anus imperporata adalah malformasi congenital dimana


rectum tidak mempunyai lubang ke luar (Wong,2004). Sebagian besar prognosis
atresia ani biasanya baik bila didukung perawatan yang tepat dan juga tergantung
kelainaan letak anatomi saat lahir. Atresia ani bila tidak segera ditangani maka
dapat terjadi komplikasi seperti obstruksi intestinal, konstipasi dan inkontinensia
feses.

Atresia ani terjadi pada 1 dari setiap 4000-5000 kelainan hidup. Secara
umum atresia ani lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan.
Fistula rektouretra merupakan kelainan yang paling banyak ditemuai pada bayi laki-
laki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada bayi perempuan jenis atresia ani
yang paling banyak ditemukan adalah atresia ani diikuti fistula rektovestibular dan
fistula perineal (Oldham K,2005).

Atresia ani letak tinggi memerlukan penatalaksanaan operasi bertahap yaitu


pembuatan kolostomi, pembuatan saluran anus/PSARP (posterior sagital
anorectoplasty), dan yang terakhir tutup kolostomi. Perawatan pada klien tutup
kolostomi memerlukan perhatian yang serius terutama pada penatalaksanaan cairan
intravena dan perawatan luka. Nyeri, puasa lama, dan hari perawatan yang lama
menimbulkan trauma bagi anak. Perawat memegang peranan penting dalam
mengurangi efek hospitalisasi pada anak, terutama nyeri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari atresia ani ?
2. Bagaimana etiologi dari atresia ani ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari atresia ani ?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari atresia ani ?
5. Seperti apa tanda dan gejala dari atresia ani ?
6. Bagaimana komplikasi dari atresia ani ?
7. Seperti apa pemeriksaan penunjang dari atresia ani ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan atresia ani ?

1
1.3 Tujuan
1. Supaya dapat memahami definisi dari atresia ani
2. Supaya dapat memahami etiologi dari atresia ani
3. Supaya dapat memahami manifestasi klinis dari atresia ani
4. Supaya dapat memahami patofisiologi dan pathway dari atresia ani
5. Supaya dapat mengetahui Seperti apa tanda dan gejala dari atresia ani
6. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari atresia ani
7. Untuk mengetahu bagaimana pemeriksaan penunjang dari atresia ani
8. Untuk memahami asuhan keperawatan atresia ani

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
A. Pengertian

Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak
ada dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia
ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal. Atresia
ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus,
rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002).
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang
atau saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani adalah tidak lengkapnya
perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal
(Suradi, 2001). Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang
anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau
kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum
(Purwanto, 2001).
Atresia ani disebut juga anorektal anomali atau imperforata anus.Merupakan
kelainan kongenital dimana terjadi perkembangan abnormalpada anorektal di

3
saluran gastrointestinal. Atresia ani atau anusimperporata adalah malformasi
congenital dimana rectum tidakmempunyai lubang ke luar (Wong, 2004).
Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1500-5000 kelahiran hidup
dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 % bayi yang menderita
atresia ani juga menderita anomali lain. Kejadian tersering pada laki-laki dan
perempuan adalah anus imperforata dengan fistula antara usus distal uretra pada
laki-laki dan vestibulum vagina pada perempuan (Alpers, 2006).
B. Etiologi
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada
sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :
1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang anus.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan.
4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot
dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin
tidak memadai.
Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal
resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui apakah
mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua orang tua
yang menjadi carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 % dari
bayi yang mempunyaisindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau kelainan
kongenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani (Purwanto, 2001).
Faktor Predisposisi Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan
kongenital saat lahir, seperti :

4
1. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali pada
gastrointestinal.
2. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.
C. Manifestasi klinik
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat
defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi. Pada
golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula
rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan
jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat
terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang
rektoperineal. Gejala yang akan timbul :
1. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
4. Perut kembung.
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam. (Ngastiyah, 2005)
D. Patofisiologi
Terjadinya anus imperforata karena kelainan kongenital dimana saat proses
perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan
rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang
jadi keloaka yang akan juga berkembang jadi genitourinary dan struktur anorektor.
Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan struktur
kolor antara 7-10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan migrasi tersebut
juga karena gagalnya agnesisi sacral dan abnormalitas pada daerah uretra dan
vagina atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate dapat terjadi karena tidak
adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan feses tidak
dapat dikeluarkan. (A. Hidayat Aziz Alimul, 2006)

5
E. Path way

. A. Hidayat Aziz Alimul, 2006 Faktor kongenital factor


lain tak diketahui

Anus imperforata

Stenosis rectum lebih Lubang anus terpisah


rendah/pada anus Membrane menetap Ujung rektum dengan ujung rectum
yang buntu

Hamper disertai
fistula

Bayi laki-laki Bayi perempuan

Fistula Fistula di rekto


rektourinaria vaginal

Berakhir dikandung BAB keluar dari


kemih/uretra vagina

Tindakan pembedahan
 Eksisi membral anal
 Kolostomi sementara setelah 3 bulan di
koreksi

6
F. Klasifikasi
Terdapat bebrapa klasifikasi yaitu :
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga fesest idak
dapat keluar
2. Membranosus atresia adalah terdapat membrane pada anus
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantra rectum dengan
anus
4. Rektal atresia adalah tidak memiliki rectum
G. Tanda dan gejala
Menurut Ngastiyah (2011), gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau anus,
imperforate tejadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala ini dapat berupa :
1. Perut kembung
2. Muntah
3. Tidak bisa buang air besar
4. Pada pemeriksaan radiologi denagn posisi tegak serta terbalik dapat dilihat
sampai dimana terdapat penyumbatan
5. Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan
tinja yang menyerupai pita)
6. Perut membuncit
7. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
8. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi
9. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
10. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula)
k
11. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam
12. Pada pemeriksaan rectal touché adanya membrane anal
13. Perut kembung

7
H. Komplikasi
1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
4. Komplikasi jangka panjang :
a. Eversi mukosa anal
b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
d. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
f. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi. (Betz,
2002)
I. Pemeriksaan penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologis Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi
intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan
bowel dan untuk 23 mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari
sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen Digunakan untuk melihat fungsi organ internal
terutama dalam sistem pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti
obstruksi oleh karena massa tumor.
4. CT Scan Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi
adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.

8
J. Penatalaksanaan
Dalam tindakan atresia ani yaitu :
1. Pembuatan kolostomi Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh
dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan
lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon iliaka.
Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir.
2. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty) Bedah definitifnya, yaitu anoplasty
dan umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk
memberi waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.
Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan
bertambah baik status nutrisinya.
3. Tutup kolostomi Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari
setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering
tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang frekuensinya dan agak padat.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Konsep teori yang digunakan penulis adalah model konseptual
keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan
menjadi 11 konsep yang meliputi :
1. Pola Persepsi Kesehatan. Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga
melanjutkan perawatan di rumah.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik. Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umumnya
terjadi pada pasien dengan atresia ani post tutup kolostomi. Keinginan pasien
untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan muntah dampak dari anastesi.
3. Pola Eliminasi. Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan
paru maka tubuh dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan
dari produk buangan. Oleh karena itu pada pasien atresia ani tidak terdapatnya
lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi.
4. Pola Aktivitas dan Latihan. Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk
menghindari kelemahan otot.

9
5. Pola Persepsi Kognitif. Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran,
penciuman dan daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab
pertanyaan.
6. Pola Tidur dan Istirahat. Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu
karena nyeri pada luka insisi.
7. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri. Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri
misalnya body image, body comfort. Tidak terjadi perilaku distraksi, gelisah,
penolakan karena dampak luka jahitan operasi.
8. Pola Peran dan Pola Hubungan. Bertujuan untuk mengetahui peran dan
hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggung
jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
9. Pola Reproduksi dan Seksual. Pola ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi
sosial sebagai alat reproduksi.
10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi. Adanya faktor stress lama, efek
hospitalisasi, masalah keuangan, dan rumah.
11. Pola Keyakinan. Untuk menerapkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam
upaya pelaksanaan ibadah.
B. Diagnosa keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan pembedahan dan mempunyai anak yang tidak
sempurna
2. Inkontensia bowel berhubungan dengan struktur anus yang tidak komplit
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi
4. kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah dan pembedahan
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengn
ketidak kemampuan mencerna makanan.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
7. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengurangan intake cairan
(Royyan Abdullah, 2012)
C. Rencana keperawatan

10
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
1. Cemas berhubungan dengan a. Anxiety control a. Anxiety rediction
pembedahan dan mempunyai b. Coping (penurunan kecemasan)
anak yang tidak sempurna c. Impulse b. Gunakan pendekatan yang
Ditandai dengan d. Control menenangkan
a. Gelisah Karakteria hasil: c. Nyatakan dengan jelas
b. Insomnia a. Klien mampu mengidentifiksi harapan terhadap pelaku
c. Resah dan mengungkapkan gejala pasien
d. Ketakutan cemas d. Jelaskan semua prosedur
e. Sedih b. Mengidentifikasi, dan apa yng dirasakan
f. Focus pada diri menggunakan dan selama prosedur
g. Kehawatiran menunjukan tehnik untuk e. Pahami repektif pasien
h. Cemas mengontrol cemas terhadap situs stress
c. Vital sing dalam batas f. Temani pasien untuk
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, memberikan ke amanan
bahasa tubuh dan tingkat dan mengurangi takut
aktivitas menunjukan g. Berikan informasi factual
berkurangnya kecemasan mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
h. Dorongan keluarga untuk
menemani anak
i. Lakukan back/ neck rub
j. Dengan penuh perhatian
identifikasi tingkat
kecemasan
k. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
l. Dorongan pasien untuk
mengungkapkan perassan,
ketakutan, prepresi
m. Intruksikan pasien
menggunakan
tehnikrelakssasi
n. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
2. Inkontensia bowel a. Bowel continence Bowel incontinence care
berhubungan dengan struktur b. Bowel elimination a. Perkiraan penyebab fisik
anus yang tidak komplit Kariteria hasil : dan psikologi dari
a. BAB teratur, muliai dari setiap inkontimensia fakal
hari sampai 3-5 hari b. Jelaskan penyebab
b. Defeksi lunak, feses berbentuk masalah dan rasional dari
c. Penurunan insiden tindakan
inkontnensia usus c. Jelaskan tujuan dari

11
menajemen bowel pada
pasien / keluarga
d. Jelaskan prosedur dan
ceritakan hasil yang di
harapkan bersama pasien
e. Instruksikan pasien /
keluarga untuk mencatat
keluaran feses
f. Cuci area perianal dengan
sabun dan air lalu
keringkan
g. Jaga kebersihan baju dan
tempt tidur
h. Lakukan program latihan
BAB
i. Monitor efek samping
pengobatan
Bowel training
a. Rencanakan program
BAB dengan pasien dan
pasien yang lain
b. Konsul ke dokter jika
pasien memerlukan
suppositoria
c. Ajarkan ke pasien atau
keluarga tentang prinsip
latihan BAB
d. Anjurkan pasien untuk
cukup minum
e. Dorong pasien untuk
cukup latihan
f. Jaga privasi klien
g. Kolaborasi pemberian
suposituria jika
memungkinkan
h. Evaluasi status BAB
secara rutin
i. Modivikasi program BAB
jikadiperlukan

3. Kerusakan integritas kulit Tissue integrity: skin dan Preassure management


berhubungan dengan mucous memberanse a. Anjurkan pasien untuk
kolostomi Hasil kerja: menggunakan pakianan
Batasan karakteristik: a. Intergrasi kulit yang baik bisa yang longgar

12
a. Gangguan pada bagian di pertahankan (sensasi, b. Hindari kerutan pada
tubuh elastisitas, temperature, tempat tidur
b. Kerusakan bagian kulit hirdasi, pigmentasi) c. Jaga kebersihan kulit agar
(dermis ) b. Tidak ada luka atau lesi pada tetap bersih dan kering
c. Gangguan permukaan kulit kulit d. Mobilitasi pasien (ubah
(epidermis) c. Perfusi jaringan baik posisi pasien) setiap dua
d. Faktor yang berhubungan d. Penurunan pemahaman dalam jam sekali
proses perbaikan kulit dan e. Monitor kulit akan adanya
mencegah terjadinya ceddera kemerahan
berulang f. Oleskan lotion adanya
e. Mampu melindungi kulit dan kemerahan
mempertahankan kelembaban g. Oleskal lotion /minyak
kulit dan perawatan alami baby oil pada daerah yang
terkena
h. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
i. Monitor status posisi
pasien
j. Pasien dengan sabun dan
air hangat

4. kurang pengetahuan a. Kowlwdge:disease process Teaching: disease process


berhubungan dengan b. Kowledge:health behavior a. Berikan penilaian tentang
perawatan dirumah dan Kriteria hasil: tingkat pengetahuan
pembedahan a. Pasien dan keluarga pasien tentang proses
Faktor yang berhubungan: menyatakan pemahaman penyakit yang spesifik
a. keterbatasan kognitif tentang penyakit b. Jelaskan patofisiologi dari
b. interpretasi terhadap ,kondisi,prognosis dan penyakit dan bagaimana
informasi yang salah program pengobatan . hal ini berhubungan
c. kurangnya keinginan untuk b. Pasien dan keluarga mampu dengan anatomi dan
mencari informasi melaksanakan prosedur yang fisiologi ,dengn cara yang
d. tidak mengetahui sumber- dijelskan secara benar tepat
sumber informasi. c. Pasien dan keluarga mampu c. Gambarkan tanda dan
menjelaskan kembali apa yang gejala yaang bisa muncul
dijelaskan perawat/tim pada penyakit,dengan cara

13
kesehatan lainnya. yang tepat.
d. Gambarkan proses
penyakit,dengan cara yang
tepat.
e. Identifikasi kemungkinan
penyebab,dengan cara
yang tepat.
f. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi
,dengan cara yang tepat.
g. Hindari jaminan yang
kosong.
h. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat.
i. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit.
j. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
k. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion deb\ngan cara
yang tepat atau

14
diindikasikan.
l. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau
dukungan,dengan cara
yang tepat.
m. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal ,dengan
cara yang tepat.
n. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan,dengan cara
yang tepat.

5. Ketidak seimbangan nutrisi Nutritional status: food and fluid Nutrition Management
kurang dari kebutuhan tubuh intake a. Kaji adanya alergi
berhubungan dengn ketidak Kriteria hasil: makanan
kemampuan mencerna a. Adanya peningkatan b. Kolaborasi dengan ahli
makanan. berat badan sesuai gizi untuk menentukan
Faktor-faktor yang dengan tujuan. jumlah kalori dan nutrisi
berhubungan: b. Berat badan ideal sesuai yang dibutuhkan pasien.
Ketidak mampuan dengan tinggi badan. c. Anjurkan pasien untuk
pemasukan atau mencerna c. Mampu mengidentifiksi meningkatkan intake Fe
makanan atau mengabsorpsi kebutuhan nutrisi. d. Anjurkan pasien untuk
zat-zat gizi berhubungan d. Tidak ada tanda-tanda meningkatkan protein dan
dengn faktor biologis, malnutrisi. vitamin C
psikologis atau ekonomi e. Tidak terjadi penurunan e. Berikan subtansi gula.
berat badan yang berarti. f. Yakinkn diet yang

15
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.
g. Berikan makanan yang
terpilih( sudah
dikonsultsikan dengan ahli
gizi )
h. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
i. Monitor jumlh nutrisi dan
kandungan kalori
j. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan.
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
d. Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
e. Monitor lingkungan
selama makan

16
f. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
g. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan
,rambut kusam,dan mudah
patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar
albumin,total protein,Hb
dan kadar Ht.
l. Monitor makanan
kesukaan
m. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
n. Monitor
pucat,kemerahan ,dan
kekeringan jaringan
konjungtiva.
o. Monitor kalori dan intake
nutrisi.

6. Resiko infeksi berhubungan a. Immune status Infection control (control


dengan pembedahan b. Knowledge: infection control infeksi)
Faktor-faktor risiko: c. Risk control a. Bersihkan lingkungan
a. Prosedur infasif setelah dipakai pasien lain
b. Ketidakcukupan Kriteria hasil: b. pertahankan teknik isolasi
pengetahuan untuk a. Klien bebas dari tanda dan c. batasi pengunjung Bila
menghindari paparan gejala infeksi perlu

17
patogen b. mendeskripsikan proses d. instruksikan pada
c. Trauma penularan penyakit, faktor pengunjung untuk
d. Kerusakan jaringan dan yang mempengaruhi mencuci tangan saat
peningkatan paparan penurunan serta berkunjung dan setelah
lingkungan penatalaksanaannya, berkunjung meninggalkan
e. Ruptur membran amnion c. menunjukkan kemampuan pasien
f. Agen farmasi untuk mencegah timbulnya e. gunakan sabun anti
( imunosupresan) infeksi mikroba untuk cuci tangan
g. Malnutrisi d. jumlah leukosit dalam batas f. cuci tangan setiap sebelum
h. Peningkatan paparan normal dan sesudah tindakan
lingkungan patogen e. menunjukkan perilaku hidup keperawatan
i. Imonusupresi sehat g. gunakan baju sarung
j. Ketidakadekuatan imun tangan sebagai alat
buatan pelindung
k. Tidak adekuat pertahanan h. pertahankan lingkungan
sekunder (penurunan HB,, aseptik selama
penekanan respon pemasangan alat
inflamasi) i. ganti letak IV perfer dan
l. Tidak adekuat pertahanan line central dan dressing
tubuh primer (kulit tidak sesuai dengan petunjuk
utuh, trauma jaringan, umum
penurunan kerja silia, cairan j. gunakan kateter intermiten
tubuh statis, perubahan untuk menurunkan infeksi
sekresi PH perubahan kandungan kencing
peristaltik) k. tingkatkan intake nutrisi
m. Penyakit kronik l. berikan terapi antibiotik
Bila perlu
Infection protection ( proteksi
terhadap infeksi)
a. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor hitung granulosit,
WBC
c. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
d. Batas pengunjung
e. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
f. Pertahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
g. Pertahankan teknik isolasi

18
k/p
h. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
i. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
j. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
k. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
l. Dorong istirahat
m. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
n. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
o. Ajarkan cara menghindari
infeksi
p. Laporkan kecurigaan
infeksi
q. Laporkan kultur positif

7. Resiko defisit volume cairan a. Fluid balance Fluid management


berhubungan dengan b. Hydration a. Timbang popo/pembalut
pengurangan intake cairan c. Nutritional status: food and jika diperlukan
Batas karakteristik fluid intake b. Pertahankan catatan intake
a. Kelemahan dan output yang akurat
b. Haus c. Monitor status hidrasi dan
c. Penurunan turgor kulit/lidah Kriteria hasil (kelembaban membran
d. Membran mukosa/kulit a. Mempertahankan urine output
mukosa nadi adekuat,
kering sesuai dengan usia dan BB, BJ
tekanan darah ortostatik)
e. Peningkatan denyut nadi, urine normal, HT normal
jika diperlukan
penurunan tekanan darah b. Tekanan darah koma, suhu
d. Monitor vital Sign
penurunan volume/ tekanan tubuh dalam batas normal
e. Monitor masukkan
nadi c. Tidak ada tanda-tanda
makanan/cairan dan
f. Pengisian pena menurun dehidrasi, elastisitas turgor
hitung kalori harian
g. Perubahan status mental kulit baik, membran mukosa
f. Kolaborasi pemberian
h. Konsentrasi urin meningkat lembab, tidak ada rasa haus
cairan IV
i. Temperatur tubuh yang berlebihan

19
meningkat g. Monitor status nutrisi
j. Hematokrit meninggi h. Kolaborasi pemberian
k. Kehilangan berat badan cairan
seketika (kecuali pada third i. Berikan cairan IV pada
spacing) suhu ruangan
j. Dorong masukan oral
Faktor-faktor yang
k. Berikan penggantian
berhubungan
a. Kehilangan volume nesogatrik sesuai output
cairan secara aktif l. Dorong keluarga untuk
b. Kegagalan mekanisme
membantu pasien makan
pengaturan m. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
n. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
o. Atur kemungkinan
transfusi
p. Persiapan untuk transfuse

(Royyan Abdullah, 2012)

D. Implementasi
Implementasi adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kedalam suatu kamus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Potter & Perry, 2012).
E. Evaluasi.
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap keberhasilan rencana
keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien. Tahap ini merupakan
kunci keberhasilan dalam proses keperawatan.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus


imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz,
2002).Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus (Donna, 2003).
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada
distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2001).
Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna
Penyebab dari atresia ani adalah faktor genetic,Putusnya saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi , lahir tanpa lubang
dubur, Gangguan organogenesis dalam kandungan, berkaitan dengan sindrom
down, faktor lingkungan (seperti peggunaan obat-obatan dan konsumsi alkohol
selama masa kehamilan) namun hal ini masih belum jelas(Bobak, 2005).

21
DAFTAR PUSTAKA

Royyan Abdullah. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Anak. Yogyakarta;


Pustaka Pelajar
Alimul Hidayat Aziz. A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Buku 2.
Jakarta; Selemba Medika
Ngastiya. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta; Egc
Betz, Cecili L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric, Edisi 3. Jakarta; Egc
Ngastiya. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta; Egc

22

Anda mungkin juga menyukai