Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI

Dosen Pengajar: Sheylla Septina M,Ns.,M.Kep

Oleh:

DEVITA PUTRI HAYU NANDANI

NIM70420003

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya serta kesempatan kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada anak Atresia Ani” ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa pula kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Sheylla
Septina M,Ns.,M.Kep yang telah membimbing kami serta mengajarkan kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan peper ini tepat pada waktunya
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran bagi kita, terutama bagi kami sebagai penyusun.

Penyusun

Devita Putri Hayu Nandani

2
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Pengertian Atresia Ani....................................................................................................4
B. Etiologi Atresia Ani........................................................................................................5
C. Patofisiologi Atrsia Ani...................................................................................................5
E. Manifestasi Klinis Atresia Ani........................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani...............................................................................8
G Penatalaksanaan Atresia Ani.........................................................................................10
H. Prognosis Atresia Ani...................................................................................................10
I. Komplikasi Atresia Ani.................................................................................................10
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................25
A. Kesimpulan...................................................................................................................25
B. Saran..............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia Ani merupakan kelainan kongenital yang terbanyak pada daerh anorectal.
Insidensinya adalah 1 dari 4000 hingga 5000 kelahiran hidup. Insidensi pada laki-laki
sedikit lebih banyak dibandingkan perempuan. Pada laki-laki paling sering didapatkan
fistula rektouretra, sedangkan pada perempuan paling sering didapatkan fistula
rektovestibuler (Pena, 2012). Sampai sekarang atresia ani masih dalam berdebatan,
baik mengenai klasifikasi maupun penatalaksanaanya. Beberapa ahli mencoba
mengkalsifikasikan atresia ani serta memperkenalkan teknik operasi terbaik.
Klasifikasi Wingsperead pada pasien atresia ani yaitu, atresia ani letak tinggi,
Intermediet, dan rendah saat ini banyak ditinggalkan karena tidak mempunyai aspek
terapetik dan prognostic(Pena, 2020). Klasifikasi Pena yang membagi atresia ini letak
tinggi dan rendah lebih banyak dipakai karena mempunyai aspek terapi.
Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi
harus dilakukan kolostomi sebagai tindakan bedah awal untuk diversi dan
dekompresi, pada tahap berikutnya dilakukan anoplasti. Prosedut
abdominopperineatal pullthrough yang beberapa waktu lalu dikembangkan dengan
tujuan untuk memudahkan identifikasi dan melindungi otot levator, saat ini banyak
ditinggalkan banyak menimbulkan komplikasi (Pena, 2020). Pena dan Vries pada
tahun 1982 memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagittal
anorectoplasty (PSARP), yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus
dan muskulus levator ani memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan
fisel. Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dimualai dan fungsinya secara jangka
panjang, meliputi anatomis, fungsi fisiologis, bentuk kosmetik serta antisipasi, trauma
psikis. Sebagai tujuannya adalah defekasi secara teratur dan konsistensinya baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Atresia Ani?
2. Apa etiologi Atresia Ani?
3. Apa patofisiologi Atresia Ani?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Atresia Ani?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Atresia Ani?
6. Bagaimana penatalaksanaan Atresia Ani?

4
7. Bagaimana prognosis dari Atresia Ani?
8. Bagaimana komplikasi dari Atresia Ani?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari Atresia Ani
2. Menjelaskan etiologi dari Atresia Ani
3. Menjelaskan patofisiologi dari Atresia Ani
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari Atresia Ani
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari Atresia Ani
6. Menjelaskan penatalaksanaan dari Atresia Ani
7. Menjelaskan prognosis dari Atresia Ani
8. Menjelaskan komplikasi dari Atresia Ani
D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian dari Atresia Ani
2. Mengetahui etiologi dari Atresia Ani
3. Mengetahui patofisiologi dari Atresia Ani
4. Menegtahui menifestasi klinis dari Atresia Ani
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Atresia Ani
6. Mengetahui penatalaksanaan dari Atresia Ani
7. Mengetahui prognosis dari Atresia Ani
8. Mengetahui komplikasi dari Atresia Ani

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Atresia Ani atau disebut juga anus imperforata adalah salah satu jenis cacat lahir yang
terjadi saat usia kehamilan mencapai 5-7 minggu, dimana perkembangan bentuk
rectum (bagian akhir usus besar) sampai lubang anus tidak sempurna, kondisi ini
terjadi pada 1 dari 5.000 bayi, dan merupakan kondisi serius yang perlu ditangani
segera dengan operasi.
B. Etiologi
Pada kondid normal, lubang anus, saluran kemih, dan kelamin janin terbentuk pada
usia kehamilan tuju hingga depalan minggu melalui proses pembelahan dan
pemisahan dinding-dinding pencernaan janin. Gangguan pada masa perkembangan
janin inilah yang akan menyebabkan Atresia Ani. Penyebab ini dibalik gangguan
perkembangan tersebut belum diketahui secara pasti. Para pakar menduka bahwa
terdapat keterlibatan factor keturunan atau genetika dibalik terjadinya cacat lahir ini,
beberapa factor yang menyebabkan Atresia Ani:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubunga dubur.
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3
bulan
c. Adanya ganggua atau berhentinya perkembangan embriologikdidaerah usus,
rectum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.
C. Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, flusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur, gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab Atresia Ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu
atau tiga bulan. Berkait dengan sindrom down Atresia Ani adalah suatu kelainan
bawaan. Atresia Ani yang terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorectal pada
kehidupan embryonal.

6
D. Manifestasi klinis
Menifestasi klinis yang terjadi pada Atresia Ani adalah kegagalan lewatnya
meconium setelah bayi lahir, tidak ada stenosis kanal rektal, adanya membran anal
dan fistula eksternal pada perineum, gelaja lain yang Nampak diketahui adalah jika
bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir juga merupakan sala satu
manifestasi klinis Atresia Ani. Cairan muntahan akan berwarna hijau karena cairan
empedu atau juga hitam kehijauan karena cairan meconium.
E. Pemeriksaan penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal
b. Sinar x terhadapa abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya
c. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sehingga
pencernaan dan mencari adanya factor reversible seperti obstruksi oleh karena
masa tumor
d. Ct Scan
Digunakan untuk menentukan lesi
e. Pyelografi IV
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter
f. Pemerksaan fisik rectum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang
atau jari.
g. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Bias digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan
dengan traktus urinarius.
F. Penatalaksanaan
a. Pembuatan kolostomi

7
Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam
kolon iliaka (assenden) sebagai tempat mengeluarkan feses (Pearce, 2009
dalam Nainggolan & Asrizal, 2013).

b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)


Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya di tunda 9 sampai 12 bulan.
Penundaan ini di maksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar
dan pada otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk berkembang
c. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir pada atresia ani. Biasanya bebrapa hari setelah operasi,
anak akan mulai BAB melalui anus.
G. Prognosis
Prognosis pada antresia ani sebagian besar baik jika didukung perawatan yang tepat
dan juga tregantung kelainan letak anatomi saat lahir. Namun berprognosis buruk
apabila klien atresia ani tidak segera mendapatkan penatalaksanaan yang tepat. Pada
atresia ani letak tinggi, banyak anak mempunyai masalah pengontrolan fungsi usu,
kebanyakan juga mengalami konstipasi. Pada atresia ani letak rendah, anak umumnya
memiliki control buang air besar yang baik, tetapi masih mungkin mengalami
sembelit. Bila atresia ani tidak segera ditangani maka akan terjadi komplikasi seperti
obruksi, intestinal, konstipasi, dan inkontenesia feses.
H. Komplikasi
Menurut Berz (2012), komplikasi yang dapat terjadi pada atresia ani adalah:
a. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan
b. Obstruksi intestinal
c. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan

8
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan

Atresia ani adalah malformasi kongenital dimana rectum tidak mempunyai


lubang keluar. Etiologi secara pasti belum diketahui, namun ada sumber
yang mengatakan kelainan bawaan anus disebakan oleh gangguan
pertumbuhan dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik, secara
fungsional, atresia ani dibagi menjadi 2 yaitu tanpa anus tetapi dengan
dekompresi adequate traktus gastrointestinalis tanpa anus dan tanpa fistula
traktus yang tidak adekuat untuk keluar jalan tinja, untuk pemeriksaan
penunjang bias dilakukan dengan cara pemeriksaan Sinar x, Radiologis,
dan CT Scen.

9
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden.2012. “Buku Saku Keperawatan Pediatrik”.Edisi


ke-3. Jakarta: EGC

10
Soal Kasus

By. A datang dengan keluhan tidak bisa BAB 3 hari sejak dilahirkan. Pasien lahir spontan
dibantu dokter obsgyn. Saat hamil ibu pasien rutin kontrol ke bidan dan dokter kandungan,
dikatakan ibu terdapat infeksi, namun keluarga tidak mengetahui jenis infeksinya. Setelah
lahir, pasien dipulangkan. Setelah dirumah, pasien demam dan perutnya membesar, tidak bisa
BAB. Perut menjadi kembung (+), muntah (-). BAK normal. Oleh keluarga, pasien dibawa ke
RS, oleh dokter spesialis anak, pasien dikonsulkan ke bagian bedah, diinfus, diinjeksi obat-
obatan, dipasang rectal tube, dilakukan spooling, dan dilakukan pemeriksaan colon in loop.
Terdapat riwayat keterlambatan keluarnya mekoneum (+) 3 hari setelah lahir.

Abdomen Inspeksi: Dinding perut > dinding dada, distended (+), Bising usus (+) meningkat,
Perkusi: Timpani, Palpasi : Nyeri tekan (-), supel. Keadaan umum : menangis kuat, BB 2900
gr, Derajat kesadaran composmentis Vital sign: Suhu 36,8 celcius, Nadi 110 x/menit RR 30
x/menit Buat Analisa Data, Prioritas diagnose (minimal 3), dan Rencana Tindakan By. A

11
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Perubahan fisiologis Konstipasi
- Ibu pasien mengatakan selama 3
hari bayi A juga belum BAB
- Ibu pasien mengatakan perut by
A terlihat membesar
- Ibu pasien mengatakan bahwa by
A setelah dirumah mengalami
demam
Do:
- Perut tampak membesar
- Bising usus (+)
- Inpeksi dinding perut lebih dari
dinding dada
2 Ds: Kurang pengetahuan Ansietas
- Ibu pasien mengatakan sangat tentang penyakit dan
khawatir terhadap bayinya prosedur keperawatan
- Ibu pasien mengatakan merasa
bingung apa yang harus
dilakukan
Do:
- Ibu pasien tampak gelisah
- Ibu pasien tampak tegang

3 DS : Ketidakmampuan Defisit
- Ibu pasien mengatakan tidak mengenal masalah pengetahuan
mengetahui apa itu penyakit kesehatan
yang di derita anaknya, penyebab
dan tanda gejala penyakit gagal
ginjal kronik.
DO :

12
- Saat ditanya tentang pengertian,
tanda dan gejala dari penyakit By
A , ibu dan keluarga mengatakan
tidak tahu dan menggeleng
kepala.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Konstipasi b/d Perubahan Fisiologis


2. Ansietas b/d Kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur keperawatan
3. Defisit Pengetahuan Ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan

13
INTERVENSI

No Diagnosa Keperawatan/SDKI SLKI SIKI


1 Konstipasi (D.0049) Setelah diberikan asuhan 1. Manajemen Eliminasi Fekal
Definisi: keperawatanselama2x24 jam
Observasi
diharapkan
Penurunan defekasi normal yang disertai
konstipasi dapat membaik a. Identifikasi masalah usus dan penggunaan
pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta
dengan
fases kering dan banyak oobat pencahar
kriteria hasil:
Eliminasi Fekal b. Identifikasi pengobatan yang berefek pada
Penyebab
1. Kontrol pengeluaran feses
kondisi gastrointestinal
meningkat
Fisiologis
2. Keluhan defekasi lama dan c. Monitor buang air besar (mis. warna,
sulit
1. Penurunan motilitas gastrointestinal konsistensi, volume)
menurun
2. Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3. Mengejan saat defekasi d. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi,
3. Ketidakcukupan diet
menurun
4. Ketidakcukupan asupan serat atau impaksi
4. Distensi abdomen menurun
5. Ketidakcukupan asupan cairan
5. Teraba massa pada rektal Terapeutik
6. Aganglionik (mis. penyakit
menurun
Hircsprung) a. Berikan air hangat setelah makan
6. Urgency menurun
7. Kelemahan otot abdomen
7. Nyeri abdomen menurun b. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
8. Kram abdomen menurun
Psikologis c. Sediakan makanan tinggi serat
9. Konsistensi feses membaik
10. Frekuensi defekasi Edukasi
1. Konfusi
11. Peristaltik usus membaik
2. Depresi a. Jelaskan jenis makanan yang membantu
3. Gangguan emosional
meningkatkan keteraturan peristaltik usus

14
b. Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
Situasional
konsistensi, volume feses
1. Perubahan kebiasaan makan (mis. c. Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik,
jenis makanan, jadwal makan)
sesuai toleransi
2. Ketidakadekuatan toileting
3. Aktivitas fisik harian kurang dari d. Anjurkan pengurangan asupan makanan
yang dianjurkan
yang meningkatkan pembentukan gas
4. Penyalahgunaan laksatif
5. Efek agen farmakologis e. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang
6. Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
mengandung serat
7. Kebiasaan menahan dorongan
defekasi f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan,
8. Perubahan lingkungan
jika tidak terkontraindikasi
Gejala dan Tanda Mayor Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat supositoria
Subjektif
anal, jika perlu.
1. Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
2. Pengeluaran fases lama dan sulit

Objektif

1. Feses keras
2. Peristalitik usus menurun

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

15
1. Mengejan saat defekasi

Objektif

1. Distensi abdomen
2. Kelemahan umum
3. Teraba massa pada rektal

2 Ansietas OUTCOME A. REDUKSI ANXIETAS (I.09314)


Definisi:
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif Tingkat Ansietas menurun 1.  Observasi
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik o Identifikasi saat tingkat anxietas berubah
akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan Tujuan: (mis. Kondisi, waktu, stressor)
individu melakukan tindakan untuk o Identifikasi kemampuan mengambil
Setelah dilakukan tindakan
menghadapi ancaman. keputusan
keperawatan 3x24 jam o Monitor tanda anxietas (verbal dan non
Penyebab. verbal)
diharpak tingkat ansietas
2. Terapeutik
1. Krisis situasional. menurun o Ciptakan suasana  terapeutik untuk
2. Kebutuhan tidak terpenuhi. menumbuhkan kepercayaan
Kriteria Hasil:
3. Krisis maturasional. o Temani pasien untuk mengurangi
4. Ancaman terhadap konsep diri. 1. konsentrasi dapa kecemasan , jika memungkinkan
5. Ancaman terhadap kematian. o Pahami situasi yang membuat anxietas
meningkat
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan. o Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Disfungsi sistem keluarga. 2. perilaku gelisah
o Gunakan pedekatan yang tenang dan
8. Hubungan orang tua-anak tidak
menurun meyakinkan
memuaskan.
o Motivasi mengidentifikasi situasi yang
9. Faktor keturunan (temperamen mudah 3. perilaku tegang

16
teragitasi sejak lahir) menurun memicu kecemasan
10. Penyalahgunaan zat. o Diskusikan perencanaan  realistis tentang
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. peristiwa yang akan datang
toksin, polutan, dan lain-lain). 3. Edukasi
12. Kurang terpapar informasi o Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Gejala dan Tanda Mayor. o Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Subjektif. o Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
1. Merasa bingung. o Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
2. Merasa khawatir dengan akibat. kompetitif, sesuai kebutuhan
3. Sulit berkonsenstrasi. o Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
Objektif. o Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
1. Tampak gelisah. o Latih penggunaan mekanisme pertahanan
2. Tampak tegang.
diri yang tepat
3. Sulit tidur
o Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
Gejala dan Tanda Minor.
o Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,
Subjektif. jika perlu

1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak berdaya.

Objektif.

1. Frekuensi napas meningkat.

17
2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.

3 Defisit Pengetahuan (D.0111) Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan


Tujuan : Setelah dilakukan Observasi
Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi tindakan keperawatan 3x24 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu jam diharpkan tingkat informasi
pengetahuan membaik 2. Identifikasi factor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
Penyebab Kriteria Hasil: hidup bersih dan sehat
1. Meningkatnya perilaku Terapeutik
1. Keteratasan kognitif sesuai anjuran 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Gangguan fungsi kognitif 2. Meningkatnya 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
3. Kekeliruan mengikuti anjuran kemampuan kesepakatan
4. Kurang terpapar informasi menjelaskan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
5. Kurang minat dalam belajar pengetahuan suatu Edukasi
6. Kurang mampu mengingat topik 1. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi
7. Ketidaktahuan menemukan sumber 3. Meningkatkan kesehatan
informasi pertanyaan tentang 2. Ajarkan perilaku bersih dan sehat
masalah yang dihadapi 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
Gejala dan Tanda Mayor 4. Menurunnya persepsi meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
yang keliru terhadap
Subjektif masalah
Menjalani pemeriksaan yang

18
tidak tepat
(tidak tersedia)

Objektif

1. Menunjukan perilaku tidak sesuai


anjuran
2. Menunjikan presepsi yang keliru
terhadap masalah

Gejala dan Tanda Minor

1. Menjalani pemeriksaan yang tepat


2. Menunjikan perilaku berlebihan (mis.
apatis, bermusuhan, agitasi,histeria)

Kondisi Klinis terkait

1. Kondisi klinis yang baru dihadapi


oleh klien
2. Penyakit akut

Penyakit kronis

19

Anda mungkin juga menyukai