Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan berupa pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

gawat darurat. (Permenkes No.012 tahun 2012). salah satu instalasi di

Rumah sakit yang memberikan pelayanan adalah instalasi gawat darurat

(IGD).

IGD merupakan gerbang utama jalan masuknya pasien gawat

darurat sehingga di IGD perawat harus memiliki kemampuan untuk

mengatasi klien gawat darurat karena kondisi klien yang datang ke IGD

harus segera di berikan pelayanan kesehatan agar dapat menyelamatkan

nyawa klien dan mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. (Undang-

Undang Republik Indonesia nomor 44 tentang rumah sakit, 2009).

Kunjungan pasien ke IGD terus meningkat tiap tahunnya. Trend

kunjungan IGD naik hampir 2 kali lipat dibanding kenaikan populasi di

USA. (Tang et al, 2011) Nasional Health Service (NHS) Inggris

melaporkan bahwa jumlah kunjungan di IGD meningkat sebesar 20 %


antara tahun 2007-2008 dan 2011- 2012. Sementara di Amerika Serikat,

dimana IGD melayani pasien jaminan kesehatan nasional, jumlah

kunjungan meningkat sebesar 23 % antara tahun 1997 dan 2007. (Cowling

et al, 2013)

Berdasarkan Kepmenkes tahun 2009 data kunjungan pasien ke IGD

(Instalasi Gawat Darurat) di seluruh Indonesia mencapai 4.402.205 (13,3%)

dari total seluruh kunjungan di RSU dengan jumlah kunjungan 12% dari

kunjungan IGD berasal dari rujukan dengan jumlah Rumah Sakit Umum

1.033 Rumah Sakit Umum dari 1.319 Rumah Sakit yang ada. Jumlah yang

signifikan ini kemudian memerlukan perhatian yang cukup besar dengan

pelayanan pasien gawat darurat (Kepmenkes, 2009).

Pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan

keperawatan yang ditujukan kepada pasien gawat darurat yaitu pasien yang

datang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan

terancam nyawanya / anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak

mendapatkan pertolongan secara cepat dan tepat (musliha, 2010 h,37).

Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya membutuhkan

pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu ada standar dalam

memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan

kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat


dengan response time yang cepat dan tepat (Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 856/MENKES/SK/IX/2009 )

Respons time merupakan waktu antara dari permulaan suatu

permintaan ditanggapi dengan kata lain dapat disebut waktu tanggap.

Waktu tanggap yang baik bagi pasien yaitu ≤ 5 menit ( Menteri Kesehatan

RI, 2008).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa masih banyak rumah sakit

yang lambat dalam waktu tanggap terhadap pasien. Menurut Maatilu (2014)

waktu tanggap perawat di IGD RSUP.Dr.D.Kandou Manado rata-rata lambat > 5

menit, demkian juga penelitian yang dilakukan oleh Noor (2009) dimana waktu

tanggap di IGD RSUP Persahabatan 7,45 menit. Sedangkan penelitian yang

dilakukan Sabriyati (2012) memperlihatkan angka jauh lebih lama watu tanggap

pasien IGD RSUP.Dr.Wahidin Sudirihusodo dengan waktu 8,20 detik. Bila dilihat

dari ketiga Rumah Sakit tersebut maka dapat disimpulkan waktu tanggap perawat

bervariasi dan jauh dibawah standar indikator yang ditetapkan oleh Kepmenkes

(Kementrian Kesehatan,2009).

Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it’s

Live Saving (waktu adalah nyawa), Artinya seluruh tindakan yang

dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan

efisien. Hal ini mengingatkan pada kondisi pasien dapat kehilangan nyawa

hanya dalam hitungan menit saja. Berhenti nafas selama 2-3 menit pada

manusia dapat menyebabkan kematian yang fatal (Sutawijaya, 2009).


Perawat merupakan tenaga penting dalam pelayanan kesehatan di

rumah sakit khususnya di IGD, mengingat pelayanan keperawatan

diberikan selama 24 jam secara terus menerus. Pekerjaan perawat IGD yang

memiliki risiko tinggi seperti memberikan pertolongan darurat kepada

pasien dengan kasus gawat darurat, harus memberikan penanganan yang

tepat agar tidak membahayakan nyawa pasien dan selalu berpacu dengan

waktu akan menjadikan beban kerja pada perawat, beban kerja

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

tanggal 24 maret 2018, dari Hasil pendataan yang di lakukan bagian catatan

medik IGD RS. Harapan Bunda selama tahun 2017 didapatkan hasil jumlah

pasien masuk 10.112 orang. perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS

Harapan Bunda dalam sehari rata-rata menangani 30 pasien dengan jumlah

tenaga perawat yang bertugas pada shift pagi sebanyak 3 perawat shift siang

sebanyak 3 perawat dan malam sebanyak 2 perawat. Jumlah kunjungan

tersebut tidak sebanding dengan jumlah perawat yang bertugas, dimana

perawat di IGD RS Harapan bunda sejumlah 10 tenaga keperawatan. Dari

hasil pendataan yang dilakukan bagian medik IGD RSUD Embung Fatimah

batam selama tahun 2017 didapatkan hasil jumlah pasien masuk 20.337

orang. Dalam sehari rata – rata kunjungan pasien 56 orang, terdapat 22


perawat yang bertugas di ruang Instalasi gawat darurat dimana dalam satu

shift terdiri dari 5 - 6 perawat.

Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Arif Mahrur (2015) tentang

faktor - faktor yang mempengaruhi lamanya waktu tanggap dalam

pelayanan gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat Dr. Soedirman

Kebumen menyimpulkan bahwa : Sebagian besar perawat memiliki waktu

tanggap tepat sebanyak 18 (75,0%). Uji statistik menunjukkan tidak ada

hubungan antara waktu tanggap dengan tingkat kegawatan (Triase)

(p=0,801), ada hubungan antara waktu tanggap dengan keterampilan

perawat (p=0,007), ada hubungan antara waktu tanggap dengan beban kerja

(p=0,003)

selanjutnya dari hasil penelitian dian pratiwi mahading (2014)

tentang hubungan beban kerja perawat dengan waktu tanggap terhadap

pasien di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe

kota Gorontalo menunjukan bahwa ada 20 responsden (60,0%) dengan

waktu tanggap cepat dan 9 responden (31,0%) dengan waktu tanggap

lambat. Hal ini menunjukkan bahwa perawat yang ada di ruang instalasi

gawat darurat rsud prof. Dr. H. Aloei saboe kota gorontalo sebagian besar

memiliki waktu tanggap yang cepat yaitu 60,0% dari 29 responden.

selanjutnya dari hasil penelitian Paulus Ronaldo kambuaya, dkk

(2014) tentang Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Waktu Tanggap


Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Menurut Persepsi Pasien Di IGD

RSUD Kabupaten Sorong menunjukan bahwa dari 50 responden perawat

terdapat 25 responden perawat dengan beban kerja sedang. dengan

pernyataan 15 orang pasien (30%) menilai waktu tanggap perawat baik dan

sebanyak 10 orang pasien (20%) menilai waktu tanggap perawat kurang

baik. Selanjutnya dari 50 responden perawat terdapat 20 responden perawat

dengan beban kerja ringan. dengan pernyataan 11 orang pasien (22%)

menilai waktu tanggap perawat baik dan sebanyak 9 orang pasien (18%)

menilai waktu tanggap perawat kurang baik. Dan dari 50 responden perawat

terdapat 5 responden perawat dengan beban kerja berat. Dengan pernyataan

3 orang pasien (6%) menilai waktu tanggap perawat baik dan sebanyak 2

orang pasien (4%) menilai waktu tanggap perawat kurang baik. %). Dari

hasil uji statistik diperoleh nilai signifikan p = 0.000 dengan tingkat

kemaknaan α = 0.05 hal ini menjelaskan secara statistik terbukti adanya

hubungan antara beban kerja perawat dengan waktu tanggap pelayanan

keperawatan gawat darurat menurut persepsi pasien di IGD Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Sorong.

Penelitian World Health Organization (WHO) menyatakan, bahwa

perawat-perawat yang bekerja di Rumah Sakit di Asia Tenggara termasuk

Indonesia memiliki beban kerja berlebih akibat dibebani tugas-tugas non

keperawatan. Perawat yang diberi beban kerja berlebih dapat berdampak


kepada penurunan tingkat kesehatan, motivasi kerja, kualitas pelayanan

keperawatan, dan kegagalan melakukan tindakan pertolongan terhadap

pasien. Mengingat pelayanan kesehatan yang begitu penting bagi setiap

penduduk, menjadikan sebuah rumah sakit mempunyai peranan yang

penting dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.

Namun untuk memberikan mutu pelayanan kesehatan yang optimal, rumah

sakit memerlukan tenaga-tenaga kesehatan yang produktif dalam bekerja.

Oleh sebab itu peran perawat sangat penting karena selain sebagai ujung

tombak di instalasi gawat darurat, Perawat yang bertugas di IGD adalah

perawat yang dituntut untuk melakukan tindakan kegawat daruratan

secara cepat, tepat dan tanggap.

Adapun upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan mutu

pelayanan IGD yaitu dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan yang

baik. Semua ini dapat dicapai dengan dengan meningkatkan sarana,

prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai

standar. (kepmenkes, 2009)

Berdasarkan uraian di latar belakang maka penulis tertarik untuk

meneliti tentang Hubungan Beban Kerja perawat dengan waktu tanggap

perawat terhadap pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit Kota

Batam Tahun 2018.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut

“Adakah Hubungan Beban Kerja perawat dengan waktu tanggap perawat

terhadap pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit Kota Batam

Tahun 2018 ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Beban kerja perawat dengan waktu

tanggap perawat terhadap pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah

sakit Kota Batam Tahun 2018

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Untuk Mengetahui Beban Kerja perawat di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Batam Tahun 2018

1.3.2.2 Untuk mengetahui waktu tanggap perawat terhadap pasien

di Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit Kota Batam Tahun 2018

1.3.2.3 Untuk melihat Hubungan Beban kerja perawat dengan

waktu tanggap perawat terhadap pasien di Instalasi Gawat

Darurat Rumah sakit Kota Batam Tahun 2018

1.4 Manfaat

1.4.1 Secara teoritis


Sebagai bahan informasi pengetahuan kesehatan khususnya ilmu

keperawatan gawat darurat dan masukan bagi rumah sakit kota

batam mengenai hubungan beban kerja dengan waktu tanggap

perawat terhadap pasien IGD.

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan jadi bahan masukan untuk

meningkatkan pelayanan di rumah sakit, terutama perawat dalam

melakukan perannya melaksanaan ketepatan waktu tanggap

penanganan pada pasien di Instalasi Gawat Darurat.

1.4.2 Bagi Intitusi Pendidikan

Dapat di jadikan sebagai bahan bacaan dan referensi

guna meningkatkan mutu pendidikan terutama pada mahasiswa

keperawatan tentang mengetahui hubungan Beban kerja perawat

dengan waktu tanggap perawat terhadap pasien di Instalasi Gawat

Darurat.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang

response time (waktu tanggap) sebagai upaya mengetahui ketepatan

bahkan ketidakberhasilan penanganan pasien dengan menggunakan

rancangan penelitian yang berbeda dengan variabel lain, cakupan

responden yang lebih luas, dan lokasi penelitian yang berbeda.


1.1 Keaslian Penelitian

Tabel 1.4

Jurnal Penelitian Sebelumnya

Metode
N Nama Judul Hasil penelitian

o peneliti peneliti yang


digunakan

1 Paulus Hubungan Jenis penelitian Hasil penelitian


Ronaldo Beban Kerja yang digunakan
. menunjukkan nilai p = 0.00
Kambua Perawat yaitu penelitian
ya Dengan Kuantitatif dengan tingkat kemaknaan
Waktu dengan
(2016) α = 0.05 hal ini
Tanggap menggunakan
Pelayanan pendekatan menunjukkan bahwa p <α
Keperawatan cross-sectional
ada hubungan antara beban
Gawat
Darurat kerja perawat dengan waktu
Menurut
tanggap pelayanan
Persepsi
Pasien keperawatan gawat darurat
Di IGD RSUD menurut persepsi pasien di
Kabupaten IGD RSUD Kabupaten
Sorong
Sorong.

2 Dian Hubungan Penelitian ini Hasil uji statistik dengan


pratiwi beban kerja merupakan
. menggunakan uji chi-
mahadin perawat penelitian
g dengan waktu survey analitik square dengan alpha 0,05
tanggap dengan teknik
(2014) diperoleh nilai p=0.050 atau
terhadap pengambilan
pasien di sampel p ≤ 0,05. Artinya bahwa
ruang instalasi
terdapat hubungan beban
gawat darurat
rsud prof. Dr. menggunakan kerja perawat dengan waktu
H. Aloei saboe Total Sampling.
tanggap terhadap pasien di
kota gorontalo
ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo

3 Arif Faktor-faktor Penelitian ini Hasil penelitian


Mahrur yang
. menggunakan menunjukkan Sebagian
mempengaruh
(2015) i lamanya metode Cross besar perawat memiliki
waktu tanggap
sectional. waktu tanggap tepat
dalam
pelayanan Analisis data sebanyak 18 (75,0%). Uji
gawat darurat
terdiri dari statistik menunjukkan tidak
di instalasi
gawat darurat analisis ada hubungan antara waktu
rsud dr.
Univariat dan tanggap dengan tingkat
Soedirman
kebumen Bivariat kegawatan (Triase)
(p=0,801), ada hubungan
antara waktu tanggap
dengan keterampilan
perawat (p=0,007), ada
hubungan antara waktu
tanggap dengan beban kerja
(p=0,003)

Anda mungkin juga menyukai