PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penentu citra dan mutu rumah sakit, disamping itu tuntutan masyarakat terhadap
kepada pasien yang tiba- tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya bila tidak mendapat pertolongan secara cepat
meliputi pelayanan di unit rawat jalan, unit rawat inap, unit gawat darurat,
tersebut harus dituntut untuk selalu efektif dalam melayani siapapun pasien yang
datang. Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit krusial dari suatu
rumah sakit yang berfungsi sebagai pintu utama dalam penanganan kasus
1
Menurut World Health Organization (WHO), 2014 Keselamatan pasien
mengalami pasien dengan resiko infeksi 83,5% dan bukti kesalahan medis
2016).
mencapai 4.402.205 (13,3% dari total seluruh kunjungan di RSU dengan jumlah
kunjungan 12% dari kunjungan IGD berasal dari rujukan dengan jumlah RSU
1.033 dari 1.319 rumah sakit yang ada. Jumlah yang signifikan ini kemudian
memerlukan perhatian yang cukup besar dengan pelayanan pasien gawat darurat
(Kepmenkes, 2017).
tidak lepas dari kesiapan dan kemampuan perawat yang melayaninya termasuk
dan bijaksana sehingga hal yang diharapkan pasien dapat tercapai (Margaretha,
2010). Tingginya tingkat pelayanan yang baik, maka akan menimbulkan rasa
puas dan sikap yang tertib dari masyarakat. Hal ini dikarenakan kepuasan
merupakan suatu perasaan senang atau kekecewaan seseorang yang berasal dari
pelayanan. Namum sebanyak apapun pelayanan publik yang ada, tentu masih
ada beberapa tempat dan pelayanan yang tidak terlalu memberikan pelayanan
2
yang ekstra dan memuaskan, sehingga masih banyak masyarakat yang masih
sakit dituntut untuk selalu siap melayani pasien, kesiapan itu meliputi
pelayanan keperawatan dan non keperawatan. Di IGD hampir setiap saat ada
kasus kegawatan yang harus segera mendapat pelayanan dan disinilah perawat
yang selalu kontak pertama dengan pasien selama 24 jam. Penggunaan SIMRS
(Suprapto 2015 dalam Kaloa, 2017). Oleh karenanya perawat IGD disamping
harus dilakukan oleh perawat IGD diantaranya basic life support, dan Advance
Cardiac Life Support (ACLS) agar dapat melakukan resusitasi semua sistem.
Selain itu juga dijelaskan bahwa mutu pelayanan rumah sakit sangat di
pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber
daya manusia.(Depkes RI 2006 dalam Kambuaya, 2016). Salah satu cara rumah
3
sakit meningkatkan kinerja perawat yaitu dengan mengadakan atau memberikan
keperawatan di ruang IGD rumah sakit. Hal ini didukung oleh teori Robin
(2007) yang mengatakan bahwa tidak ada alasan yang meyakinkan bahwa
orang- orang yang telah lebih lama berada dalam suatu pekerjaan akan lebih
hidup klien yang didasarkan atas SOP pelayanan kegawat daruratan. Respons
time perawat merupakan gabungan dari waktu tanggap atau waktu respon
perawat saat pasien tiba didepan pintu rumah sakit, sampai mendapatkan
tanggapan atau respon dari petugas instalasi gawat darurat dengan waktu
pelayanan yaitu waktu yang diperlukan pasien sampai selesai (Haryantun, 2008
dalam Pisu, 2015). Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada
pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan
dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat terutama triage
pasien(Kepmenkes, 2009).
Selain itu pelaksanaan triage juga merupakan bagian dari SOP pelayanan
ternyata tidak semua kasus pasien yang datang merupakan kasus dengan kondisi
gawat darurat yang mengancam jiwa, namun ada beberapa kasus yang termasuk
pasien dengan kategori false emergency. Salah satu cara untuk pasien false
B. Kajian Masalah
didapatkan bahwa jumlah pasien rawat inap tahun 2014 berjumlah 195 orang,
tahun 2015 berjumlah 339 orang, tahun 2016 berjumlah 900 orang dan pada
tahun 2017 mencapai 1.119 pasien. Jumlah perawat IGD adalah 42 orang.
time perawat. Dari 20 pasien yang masuk di IGD ketika ditangani oleh perawat
kemudian dijadikan sampel awal, diperoleh hasil response time perawat dari
waktu pasien tiba di pintu IGD hingga mendapat penanganan oleh perawat yang
bertugas di IGD yaitu rata – rata waktu yang dibutuhkan oleh perawat IGD yaitu
7 menit. Hal ini bila dibandingkan dengan Kepmenkes Tahun 2009 masih lebih
lama dari standar yang telah ditetapkan mengenai standar pelayanan minimal
rumah sakit di IGD yaitu ≤ 5 menit. Selain itu, hasil observasi dengan 5 orang
pasien mengatakan bahwa mereka membawa keluarga yang sesak napas namun
persediaan O2 tidak ada, hanya ditemui tabung oksigen yang kosong atau tidak
sesuai dengan kebutuhan pasien sehingga mereka menunggu dalam waktu yang
lama untuk dicarikan oksigen terlebih dahulu. Selain itu pasien juga
5
mengeluhkan kekurangan kursi roda untuk memindahkan atau menjemput
Kolaka Timur tidak didapatkan SOP GD paten yang menjadi rujukan dalam
ke IGD tidak melalui tahap triage score seperti yang tercantum dalam SOP
perawat yang telah dianggap senior di ruangan IGD yang tingkat pendidikannya
telah sampai pada perawat provesional. Dua orang keluarga pasien mengatakan
perawat dengan status tenaga sukarela yang baru masuk 1 tahun yang lalu. 5
kepala ruangan IGD dijelaskan bahwa 70% tenaga perawat IGD adalah tamatan
lebih lanjut dalam memberikan pelayanan yang profesional kepada pasien. Salah
6
senior dengan perawat yang masih baru. Perawat senior lebih terlihat lebih sopan
C. Rumusan Masalah
pasien di ruangan IGD rumah sakit umum daerah Kabupaten Kolaka Timur?
pasien di ruangan IGD rumah sakit umum daerah Kabupaten Kolaka Timur?
pasien di ruangan IGD rumah sakit umum daerah Kabupaten Kolaka Timur?
pasien di ruangan IGD rumah sakit umum daerah Kabupaten Kolaka Timur?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
8
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Perawat
F. Keaslian Penelitian
pasien di instalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Petala
3. Lebih lanjut penelitian Pisu (2015) tentang hubungan respons time perawat
Kandou manado.
9
4. Kemudian penelitian Hadi (2015) tentang Pengembangan Alur Pasien dan
keperawatan.
10