PENDAHULUAN
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang
Plummer, & Boyle, 2018). Gawat darurat adalah suatu keadaan penderita
kegiatan yang harus dikembangkan baik dalam fasilitas yang lengkap dan
Destifiana, 2015)
4.402.205 pasien (13,3% dari total seluruh kunjungan di RSU), 12% berasal dari
rujukan. Data kunjungan pasien IGD di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014
berjumlah 8.201.606 kasus (Dinkes Prov Jatim, 2015). IGD memiliki berbagai
1
2
Triage adalah pemeriksaan awal secara cepat terhadap semua pasien yang
pasien yang mengalami kondisi gawat darurat (prioritas merah) contohnya kasus
sumbatan jalan nafas, kasus henti nafas dan henti jantung. Prioritas kedua pada
kondisi gawat namun tidak darurat (prioritas kuning) seperti kasus peningkatan
frekuensi nafas (takipnea), peningkatan tekanan darah dengan sistolik diatas 160
dengan kondisi tidak gawat dan tidak darurat mendapatkan prioritas ketiga
(prioritas hijau) yakni pada kasus pasien dengan kesadaran baik GCS 13-15
tanpa adanya masalah pada jalan nafas, nilai frekuensi nafas dan hemodinamik
dalam batas normal. Selain itu, terdapat kondisi death on arrival dimana pasien
sudah dalam kondisi pupil medriasis saat datang di IGD (prioritas hitam)
tindakan yang efisien di IGD. Sehingga penanganan pasien tidak serta merta
akan menunggu lebih lama untuk mendapatkan pengobatan (Ainiyah, Ahsan, &
berpotensi mematikan bagi pasien yang kritis (Fong, et.al, 2018). Karakteristik
pelayanan di IGD dimana pasien yang datang tidak terjadwal dan bersifat
menjadi penting bagi perawat dan tenaga medis dalam melakukan triage. Model
dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan negara tersebut dan dijadikan
(Hadi, 2016).
pengembangan baru dalam hal triage. Awalnya triage rumah sakit berkembang
triage System (MTS), Emergency Severity Index (ESI), dan Patient Acuity
triage apa yang digunakan di rumah sakit. Belum ditemukan adanya literatur
menggunakan konsep triage bencara (prioritas merah, kuning, hijau, dan hitam)
(Irawati, 2017)
pelaksanaan triage adalah jumlah tenaga medis dan fasilitas, aliran pasien yang
secara cepat dan tepat agar perawatan setiap pasien menjadi maksimal.
(70%) dan keterampilan yang baik (85%), serta ditemukan adanya hubungan
tatanan pre-hospital berbeda secara signifikan jika dilihat dari aspek jenis
kelamin dan riwayat pelatihan. Namun dari hasil penelitian tersebut juga
jika dilihat dari aspek usia, tingkat pendidikan dan pelatihan kerja (Mahrur, Yuniar,
Kandou Manado, hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada korelasi antara
usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan dengan penanganan pertama pada
pasien, sedangkan lama bekerja memiliki korelasi yang bermakna. Selain itu, dari
tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
tidak ada hubungan antara umur dan lama kerja dengan pengetahuan dan sikap
dari beberapa penelitian yang lain didapatkan hasil yang sebaliknya. Hasil studi
pendahuluan yang dilaksanakan di IGD RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang.
RSSA Malang merupakan rumah sakit pemerintah Provinsi Jawa Timur yang
berkelas A, rumah sakit pendidikan, dan rumah sakit rujukan (fasilitas kesehatan
tingkat III) dari rumah sakit tipe B, rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D atau dari
puskesmas dan atau dari dokter (fasilitas tingkat I). Jumlah total bed pasien di
RSSA Malang berjumlah kurang lebih 950 bed terhitung dari Ruang Paviliun
hingga Ruang 29. Data kunjungan IGD di RSSA Malang dalam setiap harinya
sekitar 85-110 pasien. Jumlah kunjungan dalam satu bulan diperkirakan dalam
(Rekam Medis, 2018). IGD RSSA memiliki 3 kamar operasi lengkap dengan
Suction Pump. Adapun pembagian ruangan di IGD RSSA yaitu 3 ruangan sesua
dengan kegawatan kondisi pasien yakni ruang Triage, Ruang Prioritas 1, Ruang
Prioritas 2 dan Ruang Prioritas 3. Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk
Pengetahuan tentang Triage pada Perawat IGD RSUD Dr. Saiful Anwar Malang”.
tentang triage pada perawat IGD RSUD Dr. Saiful Anwar Malang?
pengetahuan tentang triage pada perawat IGD RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
7
pengetahuan tentang triage pada perawat IGD RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang.
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tentang arti pentingnya
tentang triage pada perawat IGD, serta mampu digunakan sebagai acuan
TINJAUAN PUSTAKA
tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu
yaitu < 10 menit. Penggunaan awal kata “trier” mengacu pada penampisan
screening di medan perang. Kata ini berasal dari bahasa Perancis yang berarti
merupakan ahli bedah Napolleon Bonaparte, adalah orang yang pertama kali
suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan
Triage juga berarti suatu proses yang berkelanjutan karena kondisi pasien yang
kondisi pasien. Pada beberapa kasus trauma sering terjadi kondisi pasien yang
9
10
Triage yang akurat merupakan kunci untuk tindakan yang efisien di IGD
Medicine, 2016). Pasien dengan prioritas rendah akan menunggu lebih lama
untuk penilaian dan pengobatan (Suryanto et al., 2018). Triage memiliki fungsi
penting di IGD, di mana banyak pasien dapat hadir secara bersamaan. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dirawat sesuai urutan urgensi klinis
seperti jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban,
pertama untuk pasien gangguan jalan nafas, kesulitan bernafas atau sirkulasi
yang memiliki masalah pada saat di triage yang sangat mengancam kehidupan
mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
dengan seleksi pasien berdasarkan; (1) ancaman jiwa yang dapat mematikan
dalam hitungan menit (2) dapat mati dalam hitungan jam (3) trauma ringan (4)
sudah meninggal. Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan
11
dengan menilai: (1) tanda vital dan kondisi umum korban (2) kebutuhan medis (3)
2008).
(Kartikawati, 2011) sistem triage di rumah sakit dibagi menjadi tiga yaitu :
2.1.3.1 Tipe 1
ini merupakan sistem triage yang paling dasar. Seorang penyedia layanan
dirasakan pasien dan berdasarkan dari anamnesa ini petugas tersebut membuat
keputusan, apakah pasien sakit atau tidak. Pasien yang masuk dalam kategori
sakit akan dibawa ke ruang perawatan dan diperiksa langsung. Pada sistem
triage tipe 1, catatan tentang status pasien terbatas dan mungkin hanya terdiri
dari nama pasien dan keluhan utama, sehingga hasil dari pendekatan sistem
triage ini kurang professional. Karena penempatan staf yang berada di pintu
pasien yang berisiko tinggi tidak tertangani dengan benar atau bahkan tidak
tertangani. Sistem triage ini tidak memenuhi standar praktik keperawatan gawat
2.1.3.2 Tipe 2
profesional yang berada di ruang triage. Data subjektif atau objektif terbatas
pada keluhan utama. Berdasarkan hal tersebut pasien diputuskan masuk dalam
tingkatan : gawat darurat, darurat, atau biasa. Rumah sakit yang menggunakan
sistem triage ini harus memiliki standar prosedur triage sebagai pedoman dalam
2.1.3.3 Tipe 3
Sistem triage tipe 3/triage komprehensif adalah tipe triage yang memiliki
banyak keuntungan dibandingkan dengan sistem triage yang lain. Sistem triage
tipe 3 ini merupakan proses triage yang disarankan oleh ENA dalam praktik
ialah perawat yang telah berpengalaman dan dinyatakan lulus uji kompetensi
proses orientasi triage. Sistem triage ini memiliki kebijakan, prosedur dan standar
prioritas. Tingkatan penentuan triage tergantung pada institusi atau RS, apakah
triage akan mencatat hasil pengkajian awal dalam rekam medis dan mengkaji
Sistem triage IGD memiliki banyak variasi dan modifikasi yang sesuai
Singapura dan diadopsi oleh rumah sakit yang bekerja sama atau berafiliasi
dengan Singapore General Hospital. PACS terdiri dari 4 skala prioritas yaitu:
pasien P3. Pasien P4 ditangani setelah kasus P1, P2, dan P3 telah tuntas.
Hasil penelitian Fong et.al (2018) menunjukan sistem PACS sangat bagus
tanda vital yang mencakup tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan,
normal, waspada dan gawat, penilaian kondisi pasien dapat dilihat berdasarkan
tabel 2.2.
trauma oleh karena pada pasien trauma walaupun mengalami kondisi yang berat
yang berkaitan dengan traumanya namun dalam keadaan akut seringkali masih
identifikasi pasien, serta memberikan kategori triage yang obyektif. Selain itu
mengukur urgensi klinis sehingga paten terlihat pada waktu yang tepat, sesuai
dengan urgensi klinisnya (Hodge, et.al., 2013). ATS dirancang untuk digunakan
di rumah sakit berbasis layanan darurat di seluruh Australia dan Selandia Baru.
Ini memberikan kesempatan bagi analisis dari sejumlah parameter kinerja di IGD
Gangguan perilaku
- Perilaku agresif dan kasar
- Perilaku yang
membahayakan diri sendiri
dan orang lain dan
membutuhkan tindakan
restraint
diadopsi secara luas di Eropa, Australia, Asia, dan rumah sakit-rumah sakit di
yang sifatnya segera dan tidak dapat ditunda. Parameter prioritas 2 adalah
kesadaran tapi tidak sampai koma (GCS 8-12). Contoh prioritas 2 antara lain,
tindakan sederhana oleh tim medis dan perawat di IGD. Contoh prioritas 4
antara lain pasien BPH yang memerlukan kateter urine, vulnus laceratum
tindakan/intervensi dari tim medis dan perawat. Pasien ini hanya memerlukan
prioritas 5 antara lain, common cold, acne, dan lain-lain (Hadi, 2016).
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu IGD. Perawat triage
2011).
Tujuan triage ini ialah untuk mengumpulkan data dan keterangan sesuai dengan
kondisi pasien dalam rangka pengambilan keputusan triage (Fultz & Sturt, 2005).
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak
21
lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat
bagian jantung dengan monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa
memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien
tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit
(Prasetyantoro, 2013).
pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau
intervensi dan pasien dibawa ke ruang perawatan (FitzGerald, et.al, 2010). Bila
kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa ia
ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif
dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien
Marsden & Windle, 2006). Dua konsep kunci ini sangat penting untuk memahami
22
tingkat individu yang telah mengalami sakit atau cedera. Misalnya pasien
triage berdasarkan penelitian Duko et al., (2019) pada 101 perawat di Rumah
dari responden memiliki pengetahuan tentang triage yang rendah. Faktor yang
diperoleh melalui mata dan telinga. Oleh karena itu pengetahuan merupakan
(Notoatmodjo, 2003).
a) Pengetahuan implisit
dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi,
perspektif, dan prinsip. Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan
b) Pengetahuan eksplisit
seseorang sebelum mengadopsi perilaku baru akan terjadi proses berikut, yaitu:
stimulus.
e) Adaption, subjek lebih berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan
masih ada kaitannya dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat diketahui
dari penggunaa kata kerja, seperti dapat menggambarkan atau membuat bagan,
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan pada suatu kriteria
a) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
b) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
c) Keyakinan
26
Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan
adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran
atau sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
tersebut.
terminal
masyarakat
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi
dilakukannya.
29
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
keperawatan.
Perawat juga bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga
kepada klien.
g) Consultant (konsultan)
terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini
dipengaruhi oleh tiga kesiapan, yaitu kesiapan mental artinya petugas harus siap
dalam 24 jam dan tidak dapat ditunda, kemudian kesiapan pengetahuan teoritis
dan patofisiologis berbagai organ tubuh yang penting dan keterampilan manual
untuk tindakan dalam pertolongan pertama. Yang ketiga kesiapan alat dan obat-
obatan darurat yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
faktor pasien dan ketiga adalah faktor non personil salah satunya adalah beban
31
kerja. Faktor personil atau ketenagaan mempunyai peranan yang penting dalam
IGD, jumlah perawat satu shift, pendidikan terakhir perawat yang bekerja di IGD,
dan pelatihan lanjutan yang pernah diikuti oleh perawat (Dadashzadeh, et.al,
2013).
2.3.4.1 Usia
Usia dominan perawat IGD sekitar 18-34 tahun (Ainiyah, et.al, 2015).
ditemukan angka 33.37 tahun (Fathoni et.al, 2013). Sedangkan dari penelitian
Suryanto et.al (2018) dari 465 perawat IGD mayoritas berusia 26-30 tahun. Dari
2018).
hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada korelasi antara usia terhadap
penanganan pertama pada pasien. Selain itu, dari hasil penelitian Lubis et.al
bahwa tidak ada hubungan antara umur dan lama kerja dengan pengetahuan.
32
yang baik, maka beberapa rumah sakit memprioritaskan laki-laki sebagai tenaga
perawat IGD adalah perempuan. Sedangkan dari penelitian Suryanto et.al (2018)
dari 465 perawat IGD mayoritas berjenis kelamin perempuan (59,1%). Dari
pembeda yang signifikan dengan tingkat pengetahuan dan praktik, namun tidak
langsung, pegawai tetap (permanen) akan memiliki keterampilan yang lebih baik
Pegawai tetap juga mendapatkan prioritas untuk akses terhadap pendidikan dan
(Ners). Sedangkan dari penelitian Suryanto et.al (2018) dari 465 perawat IGD
signifikan dengan sikap dan praktik, namun tidak signifikan pada pengetahuan
yang cukup lama bekerja di IGD setidaknya 5–10 tahun, dengan pengalaman
yang cukup lama, maka kemampuan menghadapi pasien dan kasus juga akan
optimal. Hasil penelitian. Fujino et.al (2015) menunjukkan bahwa semakin lama
bekerja maka kinerja perawat menjadi semakin baik. Keterampilan perawat IGD
baik kritis ataupun non kritis dengan baik, kemampuan teknis berupa
perawat saat bekerja dengan kompeten dalam situasi darurat. Sedangkan dari
penelitian Suryanto et.al (2018) dari 465 perawat IGD terkait pelayanan gawat
darurat, 27,1% memiliki pengalaman kerja kurang dari lima tahun (< 5 tahun).
menjadi dua kelompok yaitu salah satunya sebagai kontrol. Penelitian ini
pelatihan. Kinerja perawat yang kurang baik juga ditunjukkan dari sebagian kecil
34
kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan yang dilakukan, jika
sikap positif ini muncul maka kinerja yang dilakukan juga menjadi optimal, kinerja
yang dimaksud disini adalah pelaksanaan triage. Selain itu, beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja tersebut telah ditemukan dalam penelitian ini yaitu bahwa
sebagian besar mempunyai pengalaman yang cukup lama bekerja di IGD (5-10
tahun), seluruh responden pernah mengikuti BLS, BTLS dan PPGD sedangkan
sebagian besar juga sudah mengikuti GELS. Hal ini sesuai dengan penelitian
Penelitian Suryanto et.al (2018) dari 465 perawat IGD, 32% memiliki
darurat.
BAB 3
Triage IGD
Karakteristik Perawat
Keterampilan
= Diteliti Triage
= Tidak diteliti
35
36
Petugas triage di IGD terdiri dari tenaga medis dan perawat. Perawat dan
tim medis berkolaborasi dalam menentukan tingkat prioritas pasien yang datang
dan penentuan prioritas, kartu triage, dan fungsi triage. Tingkat pengetahuan
secara kategorikal akan dibagi menjadi tiga tingkatan yakni kategori baik, cukup,
dan kurang. Dengan pengetahuan tentang triage yang baik diharapkan dapat
yaitu (H1) :
1. Ada hubungan antara usia perawat dengan tingkat pengetahuan triage pada
perawat di IGD
METODOLOGI PENELITIAN
untuk penelitian ini adalah metode analitik korelasional dengan desain studi
sehingga cukup efektif dan efisien (point time approach). Artinya, tiap subjek
perawat dengan tingkat pengetahuan tentang triage pada perawat IGD RSUD Dr.
4.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua perawat di IGD RSUD Dr.
4.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah perawat yang memenuhi kriteria inklusi
yakni perawat IGD RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dengan pengalaman rotasi di
Ruang Triage.
37
38
Dan kriteria eksklusi yang ditetapkan yakni perawat IGD RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang yang ada halangan atau tidak kooperatif sehingga tidak
Usia Lama hidup perawat Usia yang masih Kuesioner Ordinal 1. Remaja Akhir (17
IGD dalam tahun memungkinkan dalam kategori – 25 th) (Kode 1)
sejak lahir sampai produktif untuk bekerja di IGD 2. Dewasa Awal
dengan ulang tahun (26- 35 th) (Kode 2)
terakhir 3. Dewasa Akhir
(36- 45 th) (Kode 3)
4. Lansia Awal (46-
55 th) (Kode 4)
5. Lansia Akhir (56
– 65 th) (Kode 5)
Jenis Ciri biologis yang Ciri biologis yang dapat Kuesioner Nominal 1. Perempuan (kode 1)
Kelamin dimiliki oleh perawat ditemukan secara nyata dan 2. Laki-laki (kode 2)
IGD dan dibedakan diabsahkan dalam kartu
menjadi laki-laki dan identitas yang resmi
perempuan dikeluarkan oleh pemerintah
(KTP) dengan kemungkinan
sebagai laki-laki atau
perempuan.
40
Tingkat Jenjang pendidikan Jenjang pendidikan formal Kuesioner Ordinal 1. SPK (Kode 1)
Pendidikan formal dalam yang diakui berdasarkan 2. Diploma III (Kode 2)
keperawatan konsil keperawatan nasional : 3. Diploma IV (Kode 3)
berdasarkan ijazah Sekolah Perawat 4. Sarjana (Ners) (Kode
terakhir responden Kesehatan (SPK) 4)
Diploma III Keperawatan 5. Magister Keperawatan
(DIII) (Kode 5)
Diploma IV Keperawatan
(DIV)
Sarjana Keperawatan
(Ners)
Magister Keperawatan /
Spesialis
Pengalaman Lama bekerja dalam Jumlah akumulasi lama Kuesioner Rasio Lama kerja responden
Kerja tahun dimulai sejak bekerja perawat di IGD dalam bulan
responden bekerja di (tahun) yang secara resmi
IGD RSUD Dr. Saiful ditugaskan oleh pejabat yang
Anwar Malang berwenang.
sampai dengan
penelitian
dilaksanakan
41
Pengetahuan - Segala sesuatu yang Terdapat 20 pertanyaan Kuesioner Ordinal Pengetahuan kategori:
Triage diketahui perawat tentang pengetahuan triage Pengetahuan Jawaban benar poin
tentang proses yang terdiri dari 6 komponen Triage 1
pemilahan dan yaitu: (Hadi, 2016) Jawaban salah poin
kategorisasi pasien 1. Pengertian Triage (2 soal) 0
berdasarkan tingkat 2. Prinsip Triage (4 soal)
Rentangan skor 0—20
kegawatdaruratannya 3. Kategori Triage (4 soal)
4. Klasifikasi dan Penentuan
sesuai pedoman di Rentangan skor tersebut
Prioritas (4 soal)
RSUD Dr. Saiful diprosentasekan dan
5. Kartu Triage (3 soal)
Anwar Malang 6. Fungsi Triage (3 soal) dibagi menjadi 3 kategori
tingkat pengetahuan :
Kategori baik : 76 -
100 % (Kode 1)
Kategori cukup : 56 -
75% (Kode 2)
42
pelatihan.
kuesioner dari peneliti sebelumnya yang disusun oleh Hadi (2016), telah diuji
dilakukan oleh Hadi (2016) dan diperoleh hasil seluruh komponen pertanyaan
telah teruji valid menggunakan uji Pearson Correlation ( t hasil > t tabel ) pada
instrumen kuesioner pengetahuan telah valid dan dapat diandalkan sebagai alat
penelitian.
Proposal Penelitian
Populasi Penelitian:
Perawat IGD RSSA
Responden Penelitian:
Total Sampling
Pengolahan Data:
Editing, Coding, Scoring, Tabulating
Penyajian Data
4.9Pengumpulan Data
peneliti dari hasil pengisian kuesioner. Alur pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
a. Peneliti meminta izin penelitian dan melakukan koordinasi dengan Diklit RSU
tidaknya jawaban yang belum diisi, serta kesesuaian jawaban responden dari
Pada coding ini, merupakan tahap pemberian kode pada hasil jawaban
responden untuk memudahkan pada tahap scoring data dan pengolahan data.
operasional. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis
4.10.3 Scoring
Pada tahap scoring ini, dilakukan pengubahan jenis data ke dalam bentuk
angka atau skor yang disesuaikan dengan teknik analisa yang dipilih, misal:
skala likert.
4.10.4 Tabulasi
Dalam tahap tabulasi ini, data yang telah dimasukkan diperiksa kembali
untuk memastikan bahwa data telah lengkap dan benar-benar bersih dari
4.11.1 Univariat
median), dan variasi (varian, range, dan standar deviasi) terhadap data numerik.
Data yang termasuk dalam numerik yaitu umur, pengalaman kerja, dan riwayat
pelatihan. Sedangkan data yang termasuk dalam kategorik adalah jenis kelamin,
47
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (f) dan prosentase (%).
4.11.2 Bivariat
dengan variabel dependen (Sutanto, 2007). Pada penelitian ini digunakan dua uji
statistik, yaitu uji korelasi pearson untuk variabel independen berbentuk data
numerik dan variabel dependen berbentuk kategorik dan uji spearman rho untuk
akan diakukan uji normalitas untuk data numerik, jika sebaran data tidak normal,
maka semua akan diuji dengan menggunakan uji spearman rho. Hal ini terlihat
Nilai alpha yang digunakan dalam penelitian adalah 0,05 dengan tingkat
kepercayaan 95%. Hasil kesimpulan pada uji korelasi pearson bila p value < 0,05
sedangkan hasil uji spearman rho bila p value < 0,05 maka dapat disimpulkan
tersebut dilakukan dengan cara menjalani uji etik yang dilakukan oleh komisi etik
48
terlebih dahulu, setelah uji tersebut pihak komisi etik penelitian RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang mengeluarkan surat laik yang akan digunakan dalam izin
Respect to human
dari setiap pertanyaan, serta hak untuk mengundurkan diri kapan saja.
Confidentiality
maupun alamat asal responden dalam penyajian data untuk menjaga anonymity
Justice
Adler, D., Abar, B., Durham, D. D., Bastani, A., Bernstein, S. L., Baugh, C. W., …
Henning, D. J. (2019). Validation of the Emergency Severity Index (Version
4) for the Triage of Adult Emergency Department Patients With Active
Cancer. The Journal of Emergency Medicine.
Ainiyah, N., Ahsan, & Fathoni, M. (2015). The Factors Associated with The Triage
Implementation in Emergency. Jurnal Ners, 9(1), 147–157.
https://doi.org/10.20473/jn.V10I12015.147-157
Ambarwati, D., & Lataruva, E. (2014). Pengaruh beban kerja terhadap stres
perawat igd dengan dukungan sosial sebagai variabel moderating (studi
pada RSUP Dr. Kariadi Semarang). Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Australasian College For Emergency Medicine. (2016). Guideline on The
Implementation of The ATS. 1–8.
Budiman, R. A. (2013). Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam
penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, P4-8.
Chen, Y. M., & Johantgen, M. E. (2010). Magnet Hospital attributes in European
hospitals: A multilevel model of job satisfaction. International Journal of
Nursing Studies, 47(8), 1001–1012.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2009.12.016
Christ, M., Grossmann, F., Winter, D., Bingisser, R., & Platz, E. (2010). Modern
triage in the emergency department. Deutsches Ärzteblatt International,
107(50), 892.
Dadashzadeh, A., Abdolahzadeh, F., Rahmani, A., & Ghojazadeh, M. (2013).
Factors Affecting Triage Decision-Making from The Viewpoints of
Emergency Department Staff in Tabriz Hospitals. Critical Care Nursing, 6(4),
269–276.
Dinkes Prov Jatim. (2015). Data Kunjungan Pasien IGD di Jawa Timur 2014.
Surabaya.
Duckitt, R. W., Buxton-Thomas, R., Walker, J., Cheek, E., Bewick, V., Venn, R., &
Forni, L. G. (2007). Worthing physiological scoring system: derivation and
validation of a physiological early-warning system for medical admissions.
An observational, population-based single-centre study. British Journal of
Anaesthesia, 98(6), 769–774.
Duko, B., Geja, E., Oltaye, Z., Belayneh, F., Kedir, A., & Gebire, M. (2019). Triage
knowledge and skills among nurses in emergency units of Specialized
Hospital in Hawassa, Ethiopia: cross sectional study. BMC Research Notes,
12(1), 21.
ENA. (2006). Hospital-based emergency care: at the breaking point. Washington,
DC: National Academies Press.
Fathoni, M., Sangchan, H., & Songwathana, P. (2013). Relationships between
Triage Knowledge , Training , Working Experiences and Triage Skills among
49
50
Rekam Medis. (2018). Data Kunjungan Pasien IGD RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang 2018. Malang.
Rembet, M. A., Mulyadi, & Malara, R. T. (2015). Hubungan Response Time
Perawat dengan Tingkat Kepercayaan Keluarga Pasien pada Triase Kuning
(Urgent) di Instalasi Gawat Darurat RSU GMIM Kalooran Amurang. E-
Journal Keperawatan (e-Kp), 3(September), 1–8.
Sumarno, M. S., Ismanto, A. Y., & Bataha, Y. (2017). Hubungan Ketetapan
Pelaksanaan Triase dengan Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien di Instalasi
Gawat Darurat RSUP Prof Kandou Manado. E-Journal Keperawatan (e-Kp),
5(1), 1–6.
Suryanto, Plummer, V., & Boyle, M. (2018). Knowledge, Attitude, and Practice of
Ambulance Nurses in Prehospital Care in Malang Indonesia. Australasian
Emergency Care, 21(1), 8–12. https://doi.org/10.1016/j.auec.2017.12.001
Volz, E., Tordella, M., Miller, R., Spence, B., Hall, C., & Chien, C. (2019). ReDS
Vest Use in the Emergency Department: Identifying High Risk Heart Failure
Patients. Journal of Cardiac Failure, 25(8), S68–S69.
53
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Studi Pendahuluan
54
11. Hasil penelitian ini kelak akan dipublikasikan namun tidak terdapat
identitas Bapak/ibu/sdr dalam publikasi tersebut sesuai dengan prinsip etik
yang diterapkan.
12. Saya akan bertanggung jawab secara penuh terhadap kerahasiaan data
yang Bapak/ibu/sdr berikan dengan menyimpan data hasil penelitian yang
hanya dapat diakses oleh peneliti
Peneliti Utama
Rela Siswanti
NIM 185070209111085
56
Saksi I Saksi II
(…………………………….) (…………………………….)
57
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT
PENGETAHUAN TENTANG TRIAGE PADA PERAWAT IGD
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
A. Karakteristik Responden
Berilah tanda centang pada pilihan yang telah disediakan sesuai dengan data
pribadi anda atau isilah sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
1 No Responden :
2 Umur : Tahun
3 Jenis Kelamin : Laki- Perempuan
Laki
4 Status Kepegawaian : PNS BLUD
5 Pendidikan Terakhir : SPK Diploma III Diploma IV
6 Ners Magister/Spesialis
7 Lama kerja sebagai perawat : Tahun Bulan
8 Lama kerja sebagai perawat IGD : Tahun Bulan
9 Apakah anda pernah dirotasi di Ruang Tidak Pernah Pernah
Triage IGD?
10 Jika pernah pernah rotasi di Ruang Triage
a. Berapa lama total anda bekerja di Ruang Triage ? ….. Tahun ….. Bulan
b. Kapan terakhir bekerja di Ruang Triage?
c. Saat ini bertugas dimana?
*coret salah satu
11 Pelatihan tentang kegawatdaruratanya yang pernah diikuti :
Basic Life Support / Basic Cardiac Life Support (BLS/BCLS)
Tidak
Iya, jika “iya” apakah masih Valid Kadaluarsa
Tahun pelaksanaan pelatihan :
Advanced Cardiac Life Support (ACLS)
Tidak
Iya, jika “iya” apakah masih Valid Kadaluarsa
Tahun pelaksanaan pelatihan :
Basic Trauma Life Support (BTLS)
Tidak
Iya, jika “iya” apakah masih Valid Kadaluarsa
Tahun pelaksanaan pelatihan :
Advanced Trauma Life Support (ATLS)
Tidak
Iya, jika “iya” apakah masih Valid Kadaluarsa
Tahun pelaksanaan pelatihan :
Tidak
Iya, jika “iya” apakah masih Valid Kadaluarsa
Tahun pelaksanaan pelatihan :
Triage Officer Course
Tidak
Iya, jika “iya” apakah masih Valid Kadaluarsa
Tahun pelaksanaan pelatihan :
Trauma Nursing Care
Tidak
Iya, jika “iya” apakah masih Valid Kadaluarsa
Tahun pelaksanaan pelatihan :
ECG dan Pelatihan Resusitasi
Tidak
Iya, jika “iya” apakah masih Valid Kadaluarsa
Tahun pelaksanaan pelatihan :
General Emergency Life Support (GELS)
Tidak
Iya, jika “iya” apakah masih Valid Kadaluarsa
Tahun pelaksanaan pelatihan :
Pelatihan Penanganan Gawat Darurat (PPGD)
Tidak
Iya, jika “iya” apakah masih Valid Kadaluarsa
Tahun pelaksanaan pelatihan :
Lainnya, Sebutkan jika ada …
B. Pengetahuan Triage
Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang telah disediakan yang
menurut anda benar.
1. Usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit disebut ....
a. Pengkategorian korban
b. Triage
c. Prioritas utama penanganan
2. Usaha pemilahan korban mempertimbangkan prioritas penanganan dan
sumber daya yang ada disebut ....
a. Penyortiran pasien
b. Triage
c. Pemilahan korban.
3. Triage pada umumnya dilakukan pada pasien dengan…
a. Semua pasien
b. Pasien korban kecelakaan
c. Pasien dalam kondisi kritis
b. Penampakan
c. Postur tubuh
6. Untuk memastikan urutan prioritas, pada korban akan dipasangkan …
a. Kartu Triage
b. Kartu pengenal
c. Kartu antrian
7. Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas utama
dalam pengobatan medis diberi kartu warna …
a. Merah
b. Hijau
c. Kuning
8. Korban yang dapat menunggu untuk beberapa jam diberi kartu dengan warna
a. Merah
b. Hijau
c. Kuning
9. Korban yang dapat berjalan sendiri diberi kartu dengan warna ….
a. Merah
b. Hijau
c. Kuning
10. Korban yang telah melampaui kondisi kritis dan kecil kemungkinannya untuk
diselamatkan atau telah meninggal diberi kartu …
a. Merah
b. Hijau
c. Hitam
11. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah
kondisi klien salah satunya ….
a. Gawat
b. Perlu perawatan
c. Perlu penanganan segera
12. Keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan
penanganan dengan cepat dan tepat merupakan pengertian …
a. Gawat
b. Darurat
c. Gawat Darurat
13. Suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan
cepat dan tepat seperti kegawatan merupakan pengertian …
a. Gawat
b. Darurat
c. Gawat Darurat
14. Suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan ABC
(Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak
ditolong segera maka dapat meninggal/ cacat merupakan pengertian …
a. Gawat
b. Darurat
c. Gawat Darurat
15. Triage di “tempat korban ditemukan” atau pada tempat penampungan yang
dilakukan oleh tim pertolongan pertama atau tenaga medis gawat darurat
dinamakan ….
60
a. Triage di Tempat
b. Triage Medik
c. Triage Evakuasi
16. Triage yang dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan disebut….
a. Triage di Tempat
b. Triage Medik
c. Triage Evakuasi
17. Triage yang ditujukan kepada korban yang dapat dipindahkan ke rumah sakit
yang telah siap menerima korban bencana masal disebut….
a. Triage di Tempat
b. Triage Medik
c. Triage Evakuasi
18. Berikut merupakan fungsi triage yang berkaitan dengan kegiatan pembedaan
kegawatan yaitu….
a. Memberikan pasien label warna sesuai dengan skala prioritas.
b. Menentukan kebutuhan media
c. Pemindahan pasien ke ruang operasi
19. Berikut merupakan fungsi triage yang berkaitan dengan kegiatan anamnesa
dan pemeriksaan….
a. Menilai tanda-tanda dan kondisi vital dari korban.
b. Menilai kemungkinan kecacatan pada pasien
c. Menilai kemungkinan tindakan operasi pada pasien
20. Berikut merupakan fungsi triage yang berkaitan dengan kegiatan penentuan
derajat kegawatan
a. Menentukan prioritas penanganan korban.
b. Menentukan kebutuhan oksigenasi
c. Menentukan kebutuhan pasien