PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) masih tinggi. Berdasarkan data
KementerianKesehatan (Kemenkes), pada 2015 tercatat ada 326 ibu meninggal
per 100 ribu orang. Peningkatan peran serta bidan merupakan salah satu upaya
untuk menurunkan angka kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas normal . Upaya
yang dapat dilakukan oleh bidan sebagai intervensi untuk mencegah determinan
penyebab kematian ibu adalah dengan cara mempromosikan persiapan persalinan
aman pada ibu hamil dengan menggunakan metode penyuluhan (Depkes, 2016).
Masalah kesehatan ibu erat kaitannya dengan ibu hamil, ibu bersalin dan
ibu nifas yang banyak memberikan kontribusi terhadap angka kematian ibu saat
ini yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Kematian ibu dapat dicegah, bila
ibu hamil mendapatkan kualitas pelayanan antenatal care, intranatal care, dan post
natal care yang baik. (Kemenkes, 2015). Salah satu upaya percepatan penurunan
AKI adalah pelayanan antenatal. Pengawasan antenatal merupakan cara untuk
mendukung kesehatan ibu hamil, dan dapat mendeteksi secara dini tanda bahaya
pada kehamilan, eprsalinan dan nifas.
Peran bidan pada saat pelayanan antenatal adalah melakukan promosi
kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan tanda bahaya di masa
nifas dengan adanya promosi kesehatan diharapkan akan mempengaruhi
masyarakat, baik individu maupun kelompok untuk berperilaku hidup sehat,
dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan dan mau berkunjung ke fasilitas
kesehatan terdekat (Kholid A, 2012). Hasil survey dan riset di Indonesia juga
menunjukkan bahwa pencapaian program KIA di Indonesia mengalami penurunan
kalaupun ada peningkatan belum menunjukkan angka yang signifikan. Cakupan
KIA tahun 2010 adalah 92,7%, tahun 2012 turun menjadi 73,5% dan tahun 2013
meningkat tajam menjadi 95,4%. Cakupan K4 tahun 2010 adalah 61,4%, tahun
2012 naik sedikit menjadi 62,1% dan tahun 2013 sebesar 70,4% . Begitu pula
1
dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2010 adalah
82,2% dan tahun 2012 turun menjadi 63,8% untuk wilayah kota dan 53% untuk
wilayah desa, tahun 2013 sebesar 87,1% (SDKI 2007, SDKI 2012, Riskesdas
2013).
Hasil pengujian hipotesis dengan Stuktural Equation model (SEM) dengan
metode smart PLS menghasilkan temuan penelitian yaitu kesiapan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan di puskesmas poned pegamiran. Kesiapan
dipengaruhi oleh promosi kesehatan (23,94 %), Fasilitas kesehatan (17,00%)
pengaruh langsung kesiapan ibu hamil (79,1%), Peran bidan (23,88%), peran
Suami (14,28%), dan pengaruh tidak langsung sebesar (1,03%). Peran bidan
merupakan faktor dominan yang sangat mempengaruhi kesiapan ibu hamil dlam
menghaapi proses persalinan, semakin tinggi peran tenaga kesehatan maka
semakin tinggi pul pula kesipan ibu hamil dalam menghadapai persalinan.
Pengembangan promosi kesehatan dakl memberikan informasi mengenai asuhan
kehamilan, persalinan dan nifas. Menngkatkan pelayanan fasilitas kesehatan serta
bidan memberikan kelonggaran peraturan bagi suami untuk menemani istri saat
bersalin (Syntax Literate, 2017).
Praktik kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus
terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, serta anak balita bergeser
kepada upaya mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu
menuju kepada pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi hingga usia lanjut,
meliputi konseling pre konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi,
asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi
bidan.
Keselamatan Pasien/KP (Patien Safety) merupakan issue Global dan
Nasional dan merupakan komponen penting dari mutu pelayanan kesehatan,
sebagai prinsip dasar dalam pelayanan pasien .Perhatian dan Fokus terhadap
Keselamatan Pasien ini didorong oleh masih tingginya angka KTD atau AE
(Adverse Event) di rumah sakit baik secara Global maupun Nasional. KTD yang
terjadi di berbagai negara diperkirakan sekitar 3 – 16. %.3 hampir 50 %
diantaranya adalah kejadian yang dapat dicegah.3 Data KTD (kejadian tidak
2
diinginkan) di Indonesia masih sangat sulit diperoleh secara lengkap dan akurat,
tetapi dapat diasumsikan tidaklah kecil. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan,
alat, prosedur pengobatan, dan jumlah karyawan dalam berbagai profesi yang
memberikan pelayanan di rumah sakit memungkinkan untuk tulidak terjadinya
KTD dan KNC, jika tidak dikelola dengan hati-hati. Apabila terjadi 1 (satu) KTD
berat berarti telah terjadi 25 KTD ringan dan 300 near miss (KNC). 3 Data
menunjukkan bahwa insidensi keselamatan pasien sebesar 28, 3 % dilakukan oleh
perawat, untuk itu perawat harus menyadari perannya sehingga dapat
berpartisipasi aktif dalam mewujudkan patient safety.1 Yang menjadi persoalan
adalah kejadian tersebut jarang dilaporkan, jika dilaporkan biasanya hanya KTD
yang bersifat serius atau berat, sementara KTD yang bersifat ringan stau nyaris
cedera hampir tidak pernah dilaporkan. Pelaporan insiden merupakan awal
dimulainya proses pembelajaran yang berdampak pada penurunan bahkan
pencegahan insiden terulang.
Keselamatan pasien merupakan persoalan kritis dalam rumah sakait yang
sering di publikasikan dan menjadi fokos international. Keselamatan pasien
menjadi standar dalam organisasi akreditasi internasional (El-Jardali et al., 2011).
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) telah menyusun standar keselamatan
pasien rumah sakit dalam instrumen standar keselamatan pasien rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin keselamatan pasien (Priyoto
dan Widyastuti, 2014).
3
evaluasi, menyusun indikator keselamatan pasien, melakukan pendokumentasian,
investigasi dan analisis terkait insiden keselamatan pasien(KARS, 2017).
4
oleh PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia). Sejak tahun 2006 workshop
keselamatan pasien dan manajemen risiko klinis, telah diikuti hampir 1900 staf
RS (dokter, perawat, dll) dari + 250 Rumah Sakit seluruh Indonesia (Kemenkes,
2015). Tahun 2008 badan akreditasi nasional rumah sakit menjadikan keselamatan
pasien sebagai standar akreditasi melalui pembentukan komite PMKP.
Undangundang Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dan keselamatan
pasien wajib dilaksanakan oleh Rumah Sakit, dan Permenkes nomor 1691 tahun
2011 tentang keselamatan pasien (Kemenkes, 2015).
Mayoritas (84%) profesional layanan kesehatan dapat merangsang tindakan untuk
memperbaiki budaya keselamatan pasien (Zwijnenberg et al., 2016).
5
1. Untuk mengetahui tentang promosi Kehamilan, Persalinan, dan nifas dan
untuk mengetahui sejauh mana promosi kehamilan berpengaruh pada
penurunan AKI di Indonesia
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi promosi Kehamilan,
Persalinan, dan nifas normal normal.
3. Untuk mengetahui tentang refleksi praktek, refleksi termasuk analisis dan
Patient safety.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi refleksi praktek,
refleksi termasuk analisis dan Patient safety.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Dampak positif promosi kesehatan bagi ibu hamil yaitu ibu hamil dapat
mengetahui betapa pentingnya mengikuti posyandu, agar dapat melihat dan
memantau tumbuh kembang anak, ibu hamil dapat mengetahui betapa pentingnya
perawatan payudara untuk persiapan pemberian ASI Eksklusif (Setiawati et al.,
2015).
Motivasi Bidan dapat meningkatkan keteguhan hati ibu hamil untuk
memiliki Peran Bidan Sebagai Motivator dalam Promosi Kesehatan pada Ibu
Hamil motivasi kuat dalam melakukan antenatal care yang lengkap dalam upaya
pencegahan Anemia selama kehamilan, dapat memelihara kesehatan kehamilan
yang ideal (Fitrayani et al.2016).
Ibu hamil dapat mengetahui cara menjaga kehamilan dengan baik, dapat
mengetahui ciri-ciri kehamilan berisiko tinggi dan cara mengatasinya, dapat
mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan, mengetahui, menyadari dan
mengkondisikan emosional selama kehamilan,mengetahui bagaimana tanda-tanda
persalinan, tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan informasi pada
Ibu hamil mengenai tanda awal kehamilan pemeriksaan rutin serta dapat
memberikan penyuluhan untuk dapat menjaga nutrisi yang tepat, pola istirahat
yang baik, cara merawat Kebersihan diri memantau keadaan ibu hamil dan calon
bayinya serta dapat menurunkan Angka kematian Ibu dan Bayi dan membantu
program pemerintah (Sumardino & Sunarto, 2016) yang menunjukan hasil bahwa
sesudah mendapatkan motivasi dan promosi kesehatan, pengetahuan ibu hamil
dapat meningkat sehingga ibu hamil mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan.
Penelitian oleh (Sumardino & Sunarto, 2016) yang menunjukan bahwa sesudah
mendapatkan motivasi dan promosi kesehatan, pengetahuan ibu hamil dapat
meningkat sehingga ibu hamil dapat mengetahui tentang antenatal care dengan
baik, penelitian oleh (Hutagaol, 2018)
8
2.2 Tinjauan tentang Praktik Kebidanan
9
6. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang
dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
B. Pelayanan Kebidanan
10
layanan rujukan bidan ke tempat fasilitas pelayanan kesehatan secar horizontal
atau vertical atau ke profesi kesehatan yang lain
11
2.3. Tinjauan Tentang Refleksi Praktik Dalam Pelayanan Kebidanan
12
4. Mengidentifikasi dan merujuk perempuan yang memiliki tanda bahaya.
2. Continuity of Care
3. Collaborative Care
13
baru lahir dan balita. Tentu saja pelayanan kebidanan yang berkualitas akan
member hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan pelanggan maupun provider dan
pelayanan yang bermutu. Untuk pelayanan yang berkualitas tersebut diperlukan
seorang pemimpin yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan
yang diberikan oleh organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus
berorientasi pada mutu.
14