Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS FACTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PASIEN

DALAM PENERAPAN PATIENTS SAFETY DI RUANG RAWAT INAP


RUMAH SAKIT MAJENE

ARMIDAYANTI
R012211007

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASSANUDIN
MAKASSAR
2022
A. Latar Belakang Masalah

Keselamatan menjadi isu global dan terangkum dalam lima isu penting yang
terkait di rumah sakit yaitu keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas. Keselamatan lingkungan yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait
dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan. Gerakan
(Patient Safety) keselamatan pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan rumah sakit
seluruh dunia tidak hanya rumah sakit di negara maju yang menerapkan keselamatan
pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di negara
berkembang seperti di Indonesia (Mudayana & Juniarti, 2018).
Program Pasien untuk Keselamatan Pasien dari Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) telah mendorong penggabungan pengalaman pasien, keluarga dan masyarakat
di semua tingkat perawatan kesehatan yang bertujuan untuk keterlibatan dan
pemberdayaan mereka. Tujuan akhir dari program ini adalah untuk membela dan
mendukung pasien sehingga mereka dapat mengambil keputusan atas perawatan
mereka sendiri, untuk memberikan suara kepada pasien dan orang-orang yang
bertanggung jawab atas perawatan kesehatan, dan untuk mempromosikan kemitraan
di antara pasien, anggota keluarga, masyarakat, staf perawatan kesehatan, pembuat
kebijakan dan akademisi (Villar et al., 2020). Perawatan yang berpusat pada pasien
mendorong pengambilan keputusan bersama dengan pasien tentang manajemen
perawatan kesehatan. Perawat dengan kompetensi yang tinggi dengan berpusat pada
pasien akan mendorong partisipasi pasien dalam keselamatan dengan membangun
kemitraan dengan pasien (Hwang et al., 2019).
Menurut Kemenkes RI (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017)
mengenai keselamatan pasien yang ada di rumah sakit telah menjadi tonggak utama
operasionalisasi keselamatan pasien pada seluruh Indonesia. Hingga saat ini rumah
sakit masi berupaya dalam membangun atau mengembangkan keselamatan pasien dan
dijadikan sebagai panduan manajemen di rumah sakit agar bisa menjalankan
penyemangat dalam mencapai keselamatan pasien secara utuh (Wianti, 2021).
Penelitian yang dilakukan oleh Bishop (2014) yang dilakukan di Kanada
terhadap 10 pasien dan 27 staf perawat tentang keterlibatan pasien dalam keselamatan
pasien yakni pasien akan berbagi informasi dan tanggung jawab kepada perawat
terkait kondisi kesehatan yang dialami pasien. Begitu pula dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Skagerström (2017) terhadap 18 perawat di Swedia menyatakan
bahwa profesi kesehatan berperan aktif memotivasi pasien untuk dapat terlibat dalam
pelaksanaan keselamatan pasien. Dari hasil penelitian ini perawat menyatakan bahwa
keterlibatan pasien adalah tanggung jawab bersama dan menekankan bahwa penyedia
layanan kesehatan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan peluang bagi pasien
untuk berpartisipasi.
Sejalan dengan inisiatif internasional di bidang keselamatan pasien pada
Program Nasional Keselamatan Pasien Brasil yang menganjurkan partisipasi pasien,
menekankan pentingnya humanisasi, komunikasi yang efektif, dan memandang pasien
sebagai faktor yang relevan dalam mencegah terjadinya insiden dan kejadian yang
merugikan. Literatur tentang keselamatan pasien menggambarkan insiden atau
keadaan yang mungkin atau mengakibatkan pasien dalam bahaya yang tidak perlu.
Adapun efek yang bisa terjadi adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien,
memperpanjang masa tinggal di rumah sakit, atau kecacatan. Singkatnya, mereka
adalah hasil yang tidak diinginkan selama penyediaan perawatan kesehatan yang
berasal dari berbagai faktor yang berkontribusi pada keadaan tertentu, berupa
kelalaian yang memainkan peran kunci peningkatan risiko insiden (Villar et al.,
2020).
Pasien mampu dan bersedia untuk melaporkan insiden dan faktor pendukung
tanpa rasa malu, memberikan informasi baru dan berharga tentang jenis dan frekuensi
kejadian yang tidak selalu muncul dalam catatan staf perawatan kesehatan. Bahkan
ketika laporan pasien tentang masalah keselamatan perawatan tumpang tindih dengan
laporan staf, mereka dapat memberikan informasi tambahan. Dengan demikian,
laporan pasien tentang keselamatan perawatan di rumah sakit, dan pengalaman
mereka yang biasanya tidak terdeteksi dalam sistem informasi akan dapat
berkontribusi untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan dan pengambilan
keputusan bersama (Villar et al., 2020).
Dalam memberikan pelayanan kesehatan profesional, keselamatan pasien
merupakan tujuan yang ingin dicapai untuk mencegah kesalahan yang membahayakan
pasien (WHO, 2019). Beberapa data mengkonfirmasi bahwa hampir 134 juta efek
samping dan 2.620.412 kematian diperkirakan terjadi setiap tahun karena perawatan
medis yang tidak aman di negara berpenghasilan rendah-menengah seperti 3,2% efek
samping obat dan 5,1% jatuh yang dialami pasien selama rawat inap (National
Academies of Sciences, Teknik, dan Kedokteran, 2018). Di negara-negara
berpenghasilan tinggi, 1 dari 10 pasien terluka saat menerima perawatan di rumah
sakit (Slawomirski et.al., 2017). Hal ini terjadi karena kegagalan melaksanakan
prosedur standar operasional penyimpanan obat LASA dengan baik, komunikasi yang
tidak efektif antar petugas kesehatan dan kurangnya verifikasi sebelum pemberian
obat, serta kurangnya keterlibatan pasien dalam perawatannya sendiri (WHO, 2019).
Salah satu strategi kunci untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah
melibatkan pasien dalam mengenali risiko dan mencegah bahaya. Studi yang
dilakukan di Inggris mengembangkan rencana tindakan berdasarkan perspektif pasien
yang berisi beberapa tindakan sederhana perubahan penataan furnitur di bangsal dan
kamar, dan penyediaan wadah untuk menyimpan obat yang dibawa pasien dari rumah,
membantu mereka mengelola administrasi (Villar et al., 2020). Salah satu arahan
strategis utama dari sistem ini adalah melibatkan pasien untuk membuat keputusan
yang lebih baik tentang kesehatan mereka (Ding et al., 2019).
Keterlibatan pasien telah menjadi bagian integral dari sejumlah kampanye
keselamatan pasien internasional, termasuk kampanye keselamatan pasien Organisasi
Kesehatan Dunia. Oleh Komisi Gabungan di rumah sakit AS, keterlibatan pasien
dalam praktik keselamatan pasien telah ditemukan terkait dengan tiga sifat, yaitu
jenis kesalahan yang coba dicegah pasien, tindakan yang diperlukan oleh pasien dan
karakteristik tindakan. Dengan demikian, ketiga properti dapat ditargetkan untuk
meningkatkan keterlibatan pasien dan mengidentifikasi kemungkinan hambatan untuk
keterlibatan pasien yang lebih besar. Sebuah penelitian di AS terhadap 2.078 pasien
rawat inap menunjukkan bahwa sementara 91% responden setuju bahwa pasien dapat
membantu mencegah kesalahan, tingkat kenyamanan pasien dengan praktik
keselamatan pasien sangat bervariasi (Bishop et al., 2015).
Hari Keselamatan Pasien diperingati pada tanggal 17 September setiap tahun
dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan publik, meningkatkan
pemahaman global, dan memacu solidaritas dan tindakan global untuk
mempromosikan keselamatan pasien. Setiap tahun kampanye diluncurkan pada tema
terkait keselamatan pasien yang dipilih. Tujuan keseluruhan dari Hari Keselamatan
Pasien Sedunia adalah untuk meningkatkan keselamatan pasien di titik perawatan.
Untuk mendukung upaya ini, tujuan Hari Keselamatan Pasien Sedunia diusulkan
setiap tahun guna mencapai peningkatan yang nyata dan terukur pada titik pemberian
layanan kesehatan (WHO, 2021). Pada tahun 2017 terdapat 1 dari 10 pasien yang
dirawat di ruang rawat inap di rumah sakit, selain itu diperkirakan 42,7 juta dari 421
juta pasien yang dirawat di seluruh dunia mengalami kejadian tidak diharapkan dan
pada tahun 2020 mencatat 134 juta kejadian buruk yang terjadi setiap tahun, 2,6 juta
kematian per tahun karena pelayanan yang tidak aman, 4 dari 10 pasien di bangsal
rawat inap dan rawat jalan terluka (WHO (2020). Berdasarkan laporan Komite
Keselamatan Pasien Nasional, ada 7.465 insiden di seluruh dunia terkait
ketidakamanan pasien dari tahun 2015 hingga 2019, ada 38% kejadian nyaris celaka,
31% non-cedera, dan 31% kejadian tak terduga pada 2019 (Daud, 2020).
Di Indonesia, 6 Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan di rumah sakit
dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.
Selain itu, keselamatan pasien selama perawatan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang sebenarnya adalah mitra dalam proses pelayanan (KARS,
2019). Dirumah sakit umum daerah majene telah menerapkan langkah-langkah
keselamatan pasien di ruang rawat inap yang dibuat dalam bentuk tulisan dan
ditempel di dinding kamar pasien dengan judul “Langkah-langkah keselamatan untuk
mencegah pasien jatuh” dan “Langkah-langkah cuci tangan dengan menggunakan
handrub dan handwash”. Namun data indicator mutu di RSUD Majene pada tahun
2020 didapatkan Indikator keselamatan pasien mengenai angka infeksi nosokomial
dalam hal ini angka kejadian phlebitis yang terjadi di ruang rawat inap mencapai
rerata 3.74% sedangkan standar acuan Depkes RI 2008 yaitu di bawah 1.5%. Insiden
keselamatan pasien lainnya yaitu angka pasien jatuh yang merupakan kejadian yang
tidak diinginkan mencapai tujuh kasus dan pada kasus kesalahan pemberian obat
belum dilakukan pencatatan (Heriyati et al., 2019). Maka dari kasus yang didapat
perlu diketahui factor yang berhubungan dengan partisipasi pasien dalam penerapan
patients safety di ruang rawat inap RSUD Majene.

B. Rumusan Masalah
Perawat yang bekerja lebih lama akan memiliki hubungan yang signifikan
dengan keselamatan pasien melalui perawatan yang berpusat pada pasien, di mana
pasien yang lebih terlibat dan berpartisipasi dalam pedoman dan prosedur perawatan
akan cenderung tidak mengalami bahaya. Yang berarti bahwa perawatan yang
berpusat pada pasien dan berinteraksi lebih lama dengan pasien dapat meningkatkan
partisipasi pasien dalam pelaksanaan keselamatan pasien (Jarrar, 2018).
Keterlibatan pasien dalam keselamatan pasien telah disarankan sebagai sarana
untuk mengurangi risiko terkait dengan perawatan kesehatan dan partisipasi pasien
menjadi bagian integral dari tim perawatan (Bishop et al., 2015). Pada penelitian
Anshar, dkk. terhadap Partisipasi pasien dalam keselamatan pasien di Instalasi
Paviliun Ambun Pagi RSUP DR. M. Djamil Padang menunjukkan bahwa sebagian
besar (61,33%) subyek penelitian memiliki partisipasi yang rendah dalam
keselamatan pasien (Silfa et al., 2018). Berdasarkan latar belakang permasalahan
tersebut sehingga penelitian yang akan dilakukan adalah menganalisis faktor yang
berhubungan dengan partisipasi pasien dalam penerapan patients safety di ruang rawat
inap Rumah Sakit Umum Daerah Majene.

C. Tujuan

Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan partisipasi pasien dalam


penerapan patients safety di ruang rawat inap.

D. Originalitas
Sampai saat ini penelitian di Indonesia mengenai partisipasi pasien dalam
keselamatan pasien masi rendah. Pada penelitian sebelumnya mengenai partisipasi
pasien mempunyai keterbatasan, dimana tidak semua faktor yang mempengaruhi
partisipasi pasien disebutkan untuk dianalisis hubungannya dengan partisipasi pasien
dalam keselamatan pasien. Oleh karena itu, originalitas penelitian ini akan
mengetahui factor apa saja yang berhubungan dengan partisipasi pasien dalam
penerapan patients safety di ruang rawat inap.
Daftar Pustaka

Bishop, A. C., Baker, G. R., Boyle, T. A., & MacKinnon, N. J. (2015). Using the Health
Belief Model to explain patient involvement in patient safety. Health Expectations,
18(6), 3019–3033. https://doi.org/10.1111/hex.12286
Ding, B., Liu, W., Tsai, S. B., Gu, D., Bian, F., & Shao, X. (2019). Effect of patient
participation on nurse and patient outcomes in inpatient healthcare. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 16(8).
https://doi.org/10.3390/ijerph16081344
Heriyati, H., Al-Hijrah, M. F., & Masniati, M. (2019). Budaya Keselamatan Pasien Rumah
Sakit Umum Daerah Majene. Window of Health : Jurnal Kesehatan, 2(3), 194–205.
https://doi.org/10.33368/woh.v0i0.145
Hwang, J. I., Kim, S. W., & Chin, H. J. (2019). Patient Participation in Patient Safety and Its
Relationships with Nurses’ Patient-Centered Care Competency, Teamwork, and Safety
Climate. Asian Nursing Research, 13(2), 130–136.
https://doi.org/10.1016/j.anr.2019.03.001
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan mentri kesehatan republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang kesehatan pasien.
Mudayana, A. A., & Juniarti, N. H. (2018). Penerapan Standar Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Kesehatan Poltekkes
Ternate, 11(2), 93–108.
Silfa, A. B., Hardisman, H., & Pabuti, A. (2018). Analisis Hubungan Pengetahuan dan
Persepsi Pasien dengan Partisipasi Pasien di Instalasi Paviliun Ambun Pagi RSUP DR.
M. Djamil Padang Ditinjau dari Aspek Hukum Keselamatan Pasien. Jurnal Kesehatan
Andalas, 7(2), 160. https://doi.org/10.25077/jka.v7i2.796
Villar, V. C. F. L., da Costa Machado Duarte, S., & Martins, M. (2020). Patient safety in
hospital care: A review of the patient’s perspective. Cadernos de Saude Publica, 36(12).
https://doi.org/10.1590/0102-311X00223019
WHO. (2021). World Patient Safety Day. Asia-Pacific Journal of Public Health, 32(6–7), 1–
10. https://doi.org/10.1177/1010539520950576
Wianti, A. (2021). Karekteristik Dan Budaya Keselamatan Pasien Terhadap Insiden
Keselamatan Pasien. Jurnal Keperawatan Silampari, 5(1).
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/2587

Anda mungkin juga menyukai