Anda di halaman 1dari 6

JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA| Page : 115-120

Vol. 06 No. 02 Juli 2019 | p-ISSN2356-2528; e-ISSN 2620-9640

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENINGKATAN


BUDAYA PATIENT SAFETY DI PELAYANAN KESEHATAN
Rangga Andri Ekananta1
Email: ranggaekananta@gmail.com
1
Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Fakta menunjukkan bahwa banyak pasien rumah sakit yang menjadi
korban kejadian yang tidak diharapkan (KTD). Keselamatan pasien merupakan
masalah kesehatan masyarakat global yang serius (WHO, 2014). Di kumpulkan
angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara, ditemukan KTD dengan
rentang 3,2 – 16,6 %. Rumah sakit memiliki kepentingan untuk menumbuhkan
budaya safety (culture of safety).
Indonesia sendiri hanya 45% pemberi asuhan yang memberikan respon
positif terhadap budaya patient safety. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
faktor yang berpengaruh pada patient safety. Dilakukan tinjauan literatur terhadap
beberapa jurnal. Ada enam faktor yang berpengaruh pada peningkatan budaya
patient safety, diantaranya : kerjasama antar tim, pengetahuan, komunikasi,
kepemimpinan, pelaporan serta respon tidak menghukum terhadap kesalahan.
Cara yang bisa dilakukan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan budaya
patient safety diantaranya meningkatkan manajemen dan kepemimpinan,
meningkatkan pendidikan keselamatan staf dan pengawasan, komunikasi dan
kerja tim, serta meningkatkan budaya pelaporan insiden.

Kata kunci : faktor, peningkatan, budaya, patient safety.


Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Peningkatan Budaya Patient......
Rangga Andri Ekananta

PENDAHULUAN terjadi, jumlah KTD dapat


diperkirakan relatif tinggi
Fakta menunjukkan bahwa banyak (Budihardjo, 2012).
pasien rumah sakit yang menjadi Patient safety adalah
korban adverse events (AEs) atau komponen kritis dari mutu
dalam bahasa Indonesia disebut pelayanan. Banyak kesalahan medis
kejadian yang tidak diharapkan dikaitkan dengan budaya patient
(KTD). KTD disebabkan oleh safety. Sebagai organisasi pelayanan
kesalahan pengobatan (treatment) kesehatan yang secara kontinyu
dan bukan karena kondisi pasien. memperbaiki pelayanannya, rumah
Korban KTD bervariasi dari yang sakit memiliki kepentingan untuk
tingkatannya ringan, yang harus menumbuhkan budaya safety
dirawat lebih lama, sampai pada (culture of safety). Berbagai
akibat yang fatal seperti cacat penelitian tentang budaya patient
seumur hidup dan bahkan meninggal. safety dan alokasi biaya telah
KTD sangat merugikan bagi pasien dilakukan di 40 rumah sakit di
(Budihardjo, 2012). Indonesia, dan ditemukan bahwa
Data dari World Health 45% responden menunjukkan
Organization (WHO) pada 2014, respons positif terhadap persepsi
mengatakan bahwa keselamatan umum patient safety (Elrifda, 2011).
pasien merupakan masalah Penelitian ini bertujuan
keseahatan masyarakat global yang mengidentifikasi faktor-faktor yang
serius. Di Eropa pasien dengan berpengaruh pada upaya peningkatan
resiko infeksi sebesar 83,5% dan patient safety. Tujuan akhirnya
bukti kesalahan medis menunjukkan adalah untuk mencegah terjadinya
50-72,3%. Di kumpulkan angka- kejadian yang tidak diinginkan dan
angka penelitian rumah sakit di meningkatkan kualitas pelayan
berbagai Negara, ditemukan KTD kepada pasien.
dengan rentang 3,2 – 16,6 %.
(Lombogia, 2016) PEMBAHASAN
KTD bisa terjadi di semua
rumah sakit termasuk juga di Elrifda (2011) melakukan
Indonesia. Banyak KTD yang tidak penilaian terhahap budaya patient
dilaporkan. Hasil penelitian di safety di beberapa rumah sakit
Colorado dan Utah menunjukkan dengan responden dari beberapa
bahwa KTD terjadi 2.9 % dari tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi,
jumlah pasien yang dirawat. Hasil perawat dan bidan). Hasilnya adalah
penelitian di sejumlah RS di New masih sangat sedikit responden yang
York menunjukkan jumlah kejadian memberikan respon positif terhadap
KTD yang lebih besar. KTD terjadi budaya patient safety. Hanya ada
3,7 % dari pasien yang dirawat. Data beberapa komponen yang mendapat
statistik nasional mengenai KTD di respon positif di atas 50%, seperti
Indonesia belum ada tetapi harapan dan tindakan
berdasarkan penelitian penelitian supervisor/ manajer untuk
yang ada dan kasus-kasus yang

116 | Vol. 06 No. 02 Juli 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA


Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Peningkatan Budaya Patient......
Rangga Andri Ekananta

peningkatan patient safety (53,9%), safety. Penelitian yang dilakukan


upaya belajar dan peningkatan mutu oleh Cahyono (2015) membuktikan
di dalam organisasi (50,8%), dan bahwa ada hubungan antara tingkat
kerja sama tim di tingkat unit pengetahuan perawat dan praktek
(81,7%). Hal tersebut bisa digunakan keselamatan pasien. Jika tingkat
sebagai kekuatan untuk pengetahuan perawat mengenai
meningkatkan budaya patient safety keselamatan pasien semakin tinggi,
di lingkungan rumah sakit tersebut. maka praktek keselamatan pasien
Faktor pertama yang harus dalam asuhan keperawatan semakin
ditingkatkan pada budaya patient baik. Hasil analisis hubungan antara
safety adalah kerjasama antar tim. tingkat pengetahuan dan praktek
Budaya patient safety harus dipahami keselamatan pasien memiliki
dan dilaksanakan oleh semua hubungan positif.
komponen yang ada di rumah sakit, Faktor ketiga adalah
baik dari manajerial maupun komunikasi. Kesalahan komunikasi
fungsional (perawat, bidan, dokter, merupakan faktor yang berkontribusi
dan dokter gigi). Kerjasama lintas besar pada kasus cedera pasien atau
sektor bertujuan untuk memberikan Kejadian Tidak Diinginkan.
pelayanan yang maksimal kepada Menanggapi fakta ini, sebuah distrik
pasien. Penelitian yang dilakukan di Queensland Australia
oleh Braithwaite et al. (2011) di mengembangkan pelatihan
Australia menunjukkan bahwa komunikasi yang dinamakan
spesialis keselamatan pasien (83,2%) Communication And Patient Safety
lebih banyak membuat saran (CAPS). Ada tiga modul pelatihan
daripada manajer (57,8%) atau staf yang disiapkan yang terdiri dari
(44,1%). Di antara mereka yang staff-to-patient dan staff-to-staff
membuat saran, spesialis lebih communication issues, dan clinical
cenderung menyarankan penerapan and non-clinical staff. Hasilnya
ulasan dan pedoman, dan pelaporan terdapat perubahan dalam perilaku
insiden. Tenaga kerja memberikan komunikasi di tingkat individu, tim
rekomendasi untuk meningkatkan dan fasilitas. Data kuantitatif yang
kondisi staf, kepegawaian, peralatan mendukung bahwa pelatihan seperti
dan infrastruktur yang lebih baik. ini secara langsung meningkat
Perbedaan keyakinan antara spesialis keselamatan pasien masih
keselamatan dan kelompok kerja dibutuhkan. Hasil kualitatif dari
tentang cara meningkatkan patient penelitian tersebut menunjukkan
safety dapat menghambat bahwa peserta dan manajer
keberhasilan pelaksanaan program merasakan perbaikan yang jelas
patient safety. dalam budaya komunikasi setelah
Faktor kedua adalah tim tempat kerja menghadiri kursus.
pengetahuan. Peraturan dan Meningkatkan komunikasi untuk
kebijakan tentang patient safety patient safety adalah keharusan di
sudah banyak tetapi banyak tenaga seluruh dunia (Lee, Allen dan Daly,
kesehatan yang belum 2012)
mengetahuinya. Hal ini berdampak Faktor keempat adalah
pada proses pelaksanaan patient kepemimpinan. Pemimpin harus

117 | Vol. 06 No. 02 Juli 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA


Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Peningkatan Budaya Patient......
Rangga Andri Ekananta

memiliki komitmen yang kuat diberikan oleh pemberi kerja pada


terhadap keselamatan pasien, saat pekerjaan yang selesai dilakukan
sehingga keselamatan pasien menjadi sesuai dengan prosedur yang
hal yang utama dalam memberikan ditetapkan akan memberikan
pelayanan kepada pasien. Pemimpin motivasi tersendiri untuk perawat.
harus mampu menjadi agen (Herawati, 2012)
perubahan bagi anak buahnya dengan Faktor kelima adalah
melaksanakan program keselamatan pelaporan. Melaporkan sebuah
pasien. Pimpinan mendorong dan kejadian atau insiden keselamatan
menjamin implementasi program pasien masih jarang dilakukan atau
keselamatan pasien secara pun bahkan jika ada pelaporan
terintegrasi dalam organisasi. tentang insiden atau kejadian
Pemimpin harus membangun keselamatan pasien belum ada
komitmen dan fokus yang kuat dan pelaporan secara resmi. Hal ini
jelas guna mendukung staff untuk disebabkan para pemberi asuhan
menjalankan program keselamatan takut untuk melaporkan insiden yang
pasien secara berkesinambungan, terjadi pada pasien karena kesalahan
memprioritaskan atau yang dilakukannya. Para pemberi
mengintegrasikan program asuhan merasa takut akan hukuman
keselamatan pasien dalam setiap dari pimpinan atau pihak berwenang
rapat dengan para pengambil atas kesalahan yang telah ia lakukan
keputusan, mengagendakan pelatihan saat melakukan asuhan. Sejatinya
tentang keselamatan pasien bagi pelaporan insiden keselamatan
semua staf secara berkala dan pasien sangat dibutuhkan oleh semua
berkesinambungan. Pimpinan pihak guna perbaikan pelayanan.
menjamin berlangsungnya program Informasi dari pelaporan insiden
proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien yang akurat dan
keselamatan pasien dan program jelas dapat membantu identifikasi
menekan atau mengurangi Kejadian akar permasalahan bagaimana
Tidak Diharapkan. Pimpinan insiden tersebut bisa terjadi serta
mendorong dan menumbuhkan identifikasi faktor risiko sehingga
komunikasi dan koordinasi antar unit insiden yang sama dapat dicegah
dan individu berkaitan dengan untuk kemudian hari. Informasi yang
pengambilan keputusan tentang benar dan jelas yang diperoleh dari
keselamatan pasien. Pimpinan sistem pelaporan, asesmen risiko,
mengalokasikan sumber daya yang kajian insiden, dan audit serta
adekwat untuk mengukur, mengkaji, analisis, digunakan untuk
dan meningkatkan kinerja rumah menentukan solusi. (Herawati, 2012)
sakit serta meningkatkan Tujuh langkah dalam
keselamatan pasien. Pimpinan program keselamatan pasien, langkah
mengukur dan mengkaji efektifitas yang ke 4: kembangkan sistem
kontribusinya dalam meningkatkan pelaporan, pastikan staf anda agar
kinerja rumah sakit dan keselamatan dengan mudah dapat melaporkan
pasien. Pemimpin harus mampu insiden, serta RS mengatur pelaporan
memotivasi bawahannya, salah kepada KKPRS. Pelaporan
satunya dengan pujian. Pujian yang merupakan dasar untuk mendeteksi

118 | Vol. 06 No. 02 Juli 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA


Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Peningkatan Budaya Patient......
Rangga Andri Ekananta

masalah keselamatan pasien, sumber masalah sendiri dilaporkan


informasi lain yang dapat digunakan menemukan jalan keluar tidak
oleh pelayanan kesehatan dan menunjukkan siapa pelaku harus
nasional (Suparti, Maria dan dihukum. Belajar dari insiden
Permatasari, 2014) keselamatan pasien hanya akan
Pelaporan insiden berhasil jika setiap permasalahan
keselamatan pasien merupakan dasar tidak dilihat sebagai kesalahan
untuk membangun suatu sistem individu tetapi harus diperhatikan
asuhan pasien yg lebih aman, 3 dengan pendekatan sistem dan
kegiatan penting adalah: 1) pemahaman faktor manusia.
Mendorong seluruh staf untuk Sebagaimana diatur dalam Peraturan
melaporkan masalah keselamatan Menteri Kesehatan Republik
pasien, khususnya kelompok yg Indonesia Nomer: 755/Menkes/
tingkat pelaporannya rendah. Per/IV/2011 tentang pelaksanaan
Tingkatan pelaporan yg tinggi komite medis di rumah sakit bahwa
biasanya ada pada suatu rumah sakit audit medis dilakukan dengan
yg lebih aman, 2) Pelaporan agar memprioritaskan semua staf untuk
disalurkan ke tingkat nasional yaitu menghilangkan blaming
KKPRS untuk proses pembelajaran (menyalahkan), naming (menyebut
bersama, 3) Upaya kurangi tingkat atau mencari siapa yang salah), dan
keparahan insiden: manajer risiko shaming (mempermalukan atau
harus melihat semua laporan dari mengakui kesalahan)9. Untuk
kematian pada KTD sebelum dikirim mampu belajar dari kesalahan harus
ke KKPRS. Pimpinan RS harus ditekankan pada upaya mencari apa
menerima laporan & rencana yang salah, mengapa kesalahan
kegiatan dari semua kematian yg tersebut dapat terjadi, dan apa yang
secara langsung berhubungan dgn bisa dilakukan untuk memperbaiki
IKP kesalahan. (Herawati, 2012)
Faktor keenam adalah respon
tidak menghukum terhadap KESIMPULAN
kesalahan. Indikator respon tidak
menghukum terhadap kesalahan ini Budaya patient safety di
menunjukkan bahwa dimasa yang Indonesia masih bisa dibilang
akan datang pelaporan terhadap kurang, karena masih rendahnya
insiden keselamatan pasien tidak penilaian respon positif untuk
semata-mata hanya berupa pelaporan komponen budaya pasien. Ada
insiden keselamatan, namun banyak faktor untuk meningkatkan
pelaporan tersebut hendaknya budaya patient safety. Cara yang bisa
ditindaklanjuti guna memperbaiki dilakukan pelayanan kesehatan
kesalahan dan mencari akar diantaranya meningkatkan
permasalahan, tidak untuk manajemen dan kepemimpinan,
menghukum pemberi asuhan yang meningkatkan pendidikan
melakukan kesalahan atau keselamatan staf dan pengawasan,
berpengaruh terhadap penilainan komunikasi dan kerja tim, serta
kinerjanya. Ketika kesalahan meningkatkan budaya pelaporan
dilaporkan, maka cukup melaporkan insiden.

119 | Vol. 06 No. 02 Juli 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA


Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Peningkatan Budaya Patient......
Rangga Andri Ekananta

DAFTAR PUSTAKA Lombogia, A. (2016) “HUBUNGAN


PERILAKU DENGAN
KEMAMPUAN PERAWAT
Braithwaite, J. et al. (2011) DALAM MELAKSANAKAN
“Improving patient safety: The KESELAMATAN PASIEN
comparative views of patient- (PATIENT SAFETY) DI
safety specialists, workforce RUANG AKUT INSTALASI
staff and managers,” BMJ GAWAT DARURAT RSUP
Quality and Safety, 20(5), hal. PROF. DR. R. D. KANDOU
424–431. doi: MANADO,” e-journal
10.1136/bmjqs.2010.047605. Keperawatan (e-Kp), 4.
Budihardjo, A. (2012) “PentIngnya Suparti, S., Maria, E. dan
Safety Culture DI Rumah Sakit Permatasari (2014) “Action
Upaya Meminimalkan Adverse Research: Pelaporan Insiden
Events,” INTERNATIONAL Keselamatan Pasien di IBS
RESEARCH JOURNAL OF RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
BUSINESS STUDIES, 1(1). Klaten,” Muhammadiyah
Cahyono, A. (2015) “Hubungan Journal of Nursing, 1(2), hal.
Karakteristik dan Tingkat 185–198. Tersedia pada:
Pengetahuan Perawat terhadap http://download.portalgaruda.o
Pengelolaan Keselamatan rg/article.php?article=418151&
Pasien di Rumah Sakit,” Jurnal val=8114&title=Action
Ilmiah Widya, 3, hal. 97–102. Research: Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien di IBS
Elrifda, S. (2011) “Budaya patient RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
safety dan karakteristik Klaten.
kesalahan pelayanan: implikasi
kebijakan di salah satu rumah
sakit di Kota Jambi,” Kesmas:
National Public Health
Journal, 6(2), hal. 67–76.
Herawati, Y. T. (2012) “BUDAYA
KESELAMATAN PASIEN DI
RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT X
KABUPATEN JEMBER,” hal.
52–60.
Lee, P., Allen, K. dan Daly, M.
(2012) “A ‘Communication
and Patient Safety’ training
programme for all healthcare
staff: can it make a
difference?,” BMJ Quality &
Safety, 21(1), hal. 84–88. doi:
10.1136/bmjqs-2011-000297.

120 | Vol. 06 No. 02 Juli 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA

Anda mungkin juga menyukai