Anda di halaman 1dari 8

The 13th University Research Colloqium 2021

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Hubungan Dukungan Manajemen Keperawatan Dengan


Mutu Pelayanan Patient Safety Di RSUD dr. Loekmonohadi
Kudus
Irma Febri Mustika 1*, Yuni Martutik 2, Rusnoto3, Supardi4
1
Administrasi Rumah Sakit/Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Kudus
2
Keperawatan/Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Kudus
*Email: irmafebri@umkudus.ac.id

Abstrak
Keywords: Latar Belakang: Mutu pelayanan rumah sakit sebagai hasil
Dukungan dari sebuah sistem pelayanan dipengaruhi oleh komponen struktur
Manajemen dan proses yang terjadi dalam organisasi rumah sakit tersebut.
Keperawatan; Mutu Keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
Pelayanan Patient rumah sakit, dengan maksud mendorong perbaikan mutu dalam
Safety. keselamatan pasien. Aspek keselamatan pasien dilakukan dengan
dukungan manajemen keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dukungan manajemen keperawatan dengan
mutu pelayanan patient safety di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus.
Metode: Jenis penelitian korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Pengumpulan data secara kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah perawat pelaksana di RSUD dr. Loekmonohadi
Kudus. Teknik sampling dengan Proportional Random Sampling,
besar sampel 136 responden. Analisis data dengan Rank Spearman.
Hasil: Analisa data Rank Spearman mendapatkan nilai p 0.000.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan
dukungan manajemen keperawatan dengan mutu pelayanan patient
safety di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus dengan arah hubungan
positif dan kekuatan hubungan sangat kuat.

1. PENDAHULUAN Kejadian Tidak Diharapkan


Keselamatan Pasien (Patient Safety) (KTD/Adverse Event) sebesar 2,9%
merupakan komponen penting dari mutu dengan 6,6% diantaranya meninggal,
layanan kesehatan yang harus sedangkan di New York sebesar 3,7%
diperhatikan semua pelayanan kesehatan. dengan angka kematian 13,6%.
Laporan Institute of Medicine (IOM) di Angka kematian akibat KTD pada
Amerika Serikat menyatakan bahwa pasien rawat inap di Amerika yang
sebanyak 58% dari 98000 kesalahan yang berjumlah 33,6 juta serta penelitian di
mengakibatkan kematian ternyata dapat Utah, Colorado dan New York adalah
dicegah. Laporan tersebut juga berkisar 44.000 sampai 98.000 (PERSI,
mengemukakan penelitian di rumah sakit 2012). Publikasi WHO mengenai angka
Utah dan Colorado yaitu ditemukan penelitian rumah sakit di Amerika,
Inggris, Denmark, dan Australia

777
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

menemukan KTD sebesar 3,2-16,6 %. perawat tersebut dipengaruhi karakteristik


Berbagai negara selanjutnya segera dari masing-masing rumah sakit dimana
mengembangkan sistem keselamatan perawat bekerja. Penelitian Ardern & Jane
pasien dengan mempertimbangkan data (2016) menyimpulkan bahwa budaya
tersebut (JCI, 2011). National Patient keselamatan pasien dipengaruhi 3 faktor
Safety Agency (NPSA) (2012) di Inggris utama yaitu; 1) Sikap dan perilaku (senior
dan Wales, melaporkan 127.419 insiden management, middle management,
keselamatan pasien. Menurut KKP-RS, supervisor, karyawan, keselamatan dan
mengenai pelaporan insiden keselamatan kesehatan yang representatif serta
pasien di Indonesia berdasarkan propinsi komitmen anggota komite), 2)
ditemukan propinsi DKI Jakarta lingkungan; (tipe organisasi, finansial,
menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% jenis pekerjaan yang dilakukan, desain
diantara delapan propinsi lainnya (Jawa pekerjaan, kecepatan kerja, pelatihan yang
Tengah 15,9%, D.I. Yogyakarta 13,8%, tersedia, garis komunikasi, 3) sistem;
Jawa Timur 11,7%, Sumatera Selatan (proses pelaporan kejadian/insiden yang
6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh mengancam keselamatan pasien, proses
10,7%, Sulawesi Selatan 0,7%). Bidang audit, proses inventigasi, komunikasi dan
spesialisasi unit kerja ditemukan sistem umpan balik).
kesalahan paling banyak adalah pada unit Surijah (2016) menjelaskan bahwa
penyakit dalam, bedah dan anak sebesar dalam rangka menciptakan budaya
56,7% dibandingkan unit kerja lain. keselamatan pasien maka seluruh lapisan
Pelaporan jenis kejadian near miss mulai dari pimpinan sampai karyawan
47,6% ditemukan lebih banyak harus dibenahi. Penelitian Rumampuk
dibandingkan KTD 46,2% (PERSI, 2012). (2016) membuktikan bahwa penerapan
Penelitian Ultaria (2017) membuktikan patient safety ditentukan dari peran
bahwa dimensi keselamatan pasien dalam manajer melalui supervisi. Hasil
kategori sedang (71%), yaitu perbaikan penelitian tersebut membuktikan bahwa
berkelanjutan (72,6%), kerja sama dalam Waktu cuci tangan sebelum pemberian
unit (71,2%), respon non punitive injeksi pertama yang tidak sesuai
(51,8%), staffing (62,3%), dukungan sebanyak 21 orang (50%), sesudah
manajemen (67,6%), persepsi keseluruhan pemberian injeksi pertama yang tidak
tentang patient safety (74,7%). Patient sesuai 7 orang (16,7%). Identifikasi
safety menjadi hal yang mendasar pada pasien pertama tidak sesuai 4 orang
pelayanan pasien. Semua rumah sakit (9,5%), identifikasi pasien kedua tidak
diharuskan untuk melaksanakan program sesuai 1 orang (2,4%). Hal ini perlu
keselamatan pasien. Perawat sebagai adanya dukungan manajemen sehingga
organisasi profesi turut menentukan tindakan kewaspadaan lebih ditingkatkan.
keberhasilan pelaksanaan program Penelitian Nivalinda (2017)
tersebut. membuktikan bahwa penerapan budaya
Penelitian Mariati (2016) keselamatan pasien dipengaruhi motivasi
membuktikan bahwa budaya organisasi dan kepemimpinan. Penelitian Yuswardi
berhubungan dengan perilaku perawat (2017) juga membuktikan bahwa peran
dalam penerapan keselamatan pasien. manajemen berhubungan dengan
Penelitian Mulyati (2016) membuktikan penerapan patient safety culture di rumah
bahwa faktor determinan budaya sakit. Keselamatan pasien merupakan
keselamatan pasien di rumah sakit adalah sistem yang membuat asuhan pasien
persepsi terhadap manajemen (p 0.0005, menjadi lebih aman. Penelitian lain yang
OR 21.3), dukungan tim kerja (p 0.0005, dilakukan oleh Oktafia (2017) juga
OR 13.34), stress kerja (p 0.006, OR 3.94) menunjukkan bahwa dukungan
dan kepuasan kerja (nilai p 0. 002). manajemen melalui motivasi kepala ruang
Perawat harus melaksanakan mutu sangat menentukan identifikasi pasien
pelayanan berfokus pada keselamatan dalam penerapan patient safety.
pasien (Kemenkes, 2014). Tindakan Dukungan manajemen sangat penting

778
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

untuk mencapai keberhasilan dalam


pelaksanaan patient safety. Variabel f %
1. Umur
2. METODE
Jenis penelitian ini Korelasional Mean 31.42 0.0
dengan desain cross sectional. Populasi Median 31.0 0.0
penelitian ini adalah perawat ruang rawat 2. Jenis Kelamin
inap di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
yang berjumlah sebanyak 205 orang (data Laki-laki 51 37.5
bulan April 2018). Teknik sampling Perempuan 85 62.5
proportional random sampling. Besar 3. Pendidikan
sampel 136 responden analisa data Rank
D3 Keperawatan 112 82.4
Spearman.
S1 Keperawatan 24 17.6
4. Masa Kerja
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam rangka meningkatkan mutu < 5 Tahun 65 47.8
pelayanan dan pengembangan sumber 5-10 Tahun 53 39.0
daya, maka RSUD dr. Loekmonohadi > 10 Tahun 18 13.2
Kudus dijadikan sebagai tempat Sumber : Data Primer Tahun 2018
pendidikan mahasiswa, serta dijadikan Hasil penelitian mendapatkan rata-
dalam lahan penelitian. Jenis pelayanan di rata umur responden adalah 31.42 tahun
RSUD dr. Loekmonohadi Kudus terdiri dengan nilai tengah 31 tahun. Jenis
dari pelayanan rawat inap, rawat jalan, kelamin responden paling banyak adalah
hemodialisa, IGD, ICU, PICU-NICU, perempuan sebanyak 85 responden
IBS, Jiwa, Farmasi, Radiologi, gizi, (62.5%) dan jenis kelamin laki-laki
laundry dan Laboratorium. Pelayanan sebanyak 51 responden (37.5%).
tersebut antara lain pelayanan medis dan Pendidikan responden paling banyak
keperawatan. Dalam upaya meningkatkan adalah lulusan D III Keperawatan
pelayanan, maka sumber daya yang ada sebanyak 112 responden (82.4%) dan
terdiri dari perawat, dokter umum, dokter lulusan S1 Keperawatan sebanyak 24
spesialis, analis laborat, apoteker, responden (17.6%). Masa kerja paling
radiografer, ahli gizi, laundry, CSSD dan banyak adalah < 5 tahun sebanyak 65
IPAL. Pelayanan keperawatan sabagai responden (47.8%), masa kerja 5-10 tahun
bentuk pelayanan paling komplek yang sebanyak 53 responden (39%) dan masa
dilakukan di ruang rawat inap selama 24 kerja > 10 tahun sebanyak 18 responden
jam. (13.2%).
RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
senantiasa melakukan pengembangan
infrastruktur dengan menambahkan ruang B. Analisa Univariat
dan gedung pelayanan serta melengkapi
kebutuhan pelayanan seperti USG 4 Variabel f %
dimensi, CT scan, hemodialisa dan 1. Dukungan Manajemen
beberapa alat lainnya. Selain itu dalam Keperawatan
meningkatkan mutu pelayanan juga
dilakukan Akreditasi sesuai standar JCI Baik 95 69.9
dan selalu mengedepankan patient safety Kurang 41 30.1
(keselamatan pasien) dengan standar 2. Mutu Pelayanan Patient
pelayanan minimal (SPM), mencuci Safety
tangan, analisa kasus (root case),
komunikasi efektif dan service excellent. Baik 90 66.2
Kurang 46 33.8
A. Karakteristik Responden Sumber : Data Primer Tahun 2018

779
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

kepemimpinan adalah hal pertama yang


Dukungan manajemen keperawatan harus diperhatikan dalam pengembangan
paling banyak kategori baik sebanyak 95 dan penerapan program keselamatan
responden (69.9%). Mutu pelayanan patient pasien, sehingga pimpinan memiliki
safety paling banyak kategori baik sebanyak peranan penting dalam mendorong
90 responden (66.2%). program keselamatan pasien. Kemenkes
(2017) menjelaskan bahwa dalam rangka
1. Dukungan Manajemen memperbaiki mutu pelayanan terkait
Keperawatan keselamatan pasien, maka langkah awal
Hasil penelitian mendapatkan yang harus dilakukan adalah dengan
dukungan manajemen keperawatan paling menerapkan budaya keselamatan pasien.
banyak kategori baik sebanyak 95 Hal pertama yang harus diperhatikan
responden (69.9%). Hal ini terlihat dari dalam menerapkan budaya keselamatan
jawaban responden yaitu upaya mendorong pasien adalah komitmen pemimpin akan
langkah menuju patient safety, menjamin keselamatan. Karena, untuk menciptakan
keberlangsungan program identifikasi budaya keselamatan pasien yang kuat dan
resiko, menumbuhkan komunikasi, menurunkan kejadian tidak diharapkan,
mengalokasikan sumber daya yang sesuai, diperlukan pemimpin yang efektif dalam
menunjuk perawat, agenda dalam menanamkan budaya yang jelas,
pertemuan. Dukungan yang baik dari mendukung usaha pegawai, dan tidak
manajemen dibuktikan dari komitmen bersifat menghukum. Unsur kepemimpinan
dalam meningkatkan mutu pelayanan yang dimaksud disini adalah pimpinan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. tingkat pertama (lower manager) yaitu
Penelitian Sinurat (2018) membuktikan kepala ruangan, pimpinan tingkat
bahwa dukungan dan peran pimpinan menengah (middle manager) yaitu kepala
manajemen pelayanan keperawatan seksi keperawatan, pimpinan puncak (top
sebagian besar kategori baik (51.7%). manager) yaitu wakil direktur.
Peran pimpinan tersebut dipersepsikan Hasil penelitian mendapatkan bahwa
oleh perawat dalam memberikan dukungan dukungan kurang sebanyak 41 responden
dalam pelaksanaan keselamatan pasien. (30.1%). Hal ini dibuktikan dari hasil
Pimpinan bidang pelayanan keperawatan penelitian yaitu kurangnya motivasi dari
memberikan informasi terkait masalah manajemen dalam menerapkan aspek
keselamatan pasien, mensosialisasikan patient safety, manajemen tidak
tujuh langkah menuju keselamatan pasien, memberikan respon secara cepat tentang
membuat kebijakan terkait keselamatan temuan insiden, pengkajian tidak lengkap
pasien, menyarankan untuk saling tentang patient safety, kurangnya
membantu antar unit, memberikan pertemuan dalam agenda keselamatan
masukan pada perawat dalam tindakan pasien. Penelitian Sumarni (2017)
keselamatan pasien, melakukan ronde membuktikan bahwa implementasi patient
keperawatan, mensosialisasikan enam safety di Rumah Sakit tergolong tinggi,
sasaran keselamatn pasien, serta sedangkan dimensi dukungan manajemen
memahami tujuan program patient safety terhadap patient safety, staffing, dan
sudah ada terlaksana di masing-masing keseluruhan persepsi tentang patient safety
ruangan. tergolong sedang. Hal ini disebabkan
Peran dari pimpinan dalam hal kurangnya perhatian dari manajemen pusat
mendorong penerapan program serta kurangnya kebijakan yang mengikat
keselamatan pasien untuk dapat tetap terhadap pelaksanaan patient safety.
diterapkan dengan baik oleh perawat dan Dukungan manajemen terhadap patient
tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit safety, staffi ng, keseluruhan persepsi
Santa, sehingga pasien puas akan tentang patient safety dan frekuensi
mendapatkan pelayanan kesehatan yang pelaporan kejadian yang tergolong sedang,
diberikan. Hasil penelitian didukung oleh bahkan dimensi staffi ng tergolong rendah.
peneliti Nursha (2013) tentang Hal ini berebda dengan harapan Rumah

780
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Sakit dalam membangun komitmen dan wewenang tim keselamatan pasien rumah
fokus yang jelas tentang patient safety sakit. Pelaksanaan program keselamatan
adalah dengan ikut bertanggungjawabnya pasien secara baik ini disebabkan tingginya
direksi dalam sistem manajemen patient pemahaman dan kesadaran responden
safety, kemauan direksi dalam tentang pentingnya penerapan prinsip
mencanangkan gerakan patient safety, keselamatan pasien yang tidak lain
laporan triwulan yang selalu dilaporkan ditentukan faktor internal dan eksternal.
kepada direksi, pembahasan langsung Penelitian Mulyana (2013) membuktikan
kepada direksi dalam kasus insiden dengan bahwa pencegahan insiden keselamatan
great merah dan kuning, mencari akar pasien dihubungkan dengan usia, tingkat
permasalahan dan mencari jalan keluar kompetensi, pengalaman dan kerjasama
insiden agar tidak terulang kembali, lintas profesi. Penelitian Yulia (2010)
pelatihan kepada minimal koordinator membuktikan bahwa penerapan program
disetiap bagian tentang patient safety. keselamatan pasien dipengaruhi oleh
pelatihan dan pengetahuan perawat. Aspek
2. Mutu Pelayanan Patient Safety karakteristik juga menentukan tingkat
Hasil penelitian mendapatkan pelaksanaan mutu pelayanan. Penelitian ini
bahwa mutu pelayanan patient safety mendapatkan rata-rata umur responden
paling banyak kategori baik sebanyak 90 adalah 31.42 tahun. Pada usia produktif
responden (66.2%). Hal ini ditunjukkan seseorang akan menunjukkan kinerja yang
dengan hasil jawaban responden yaitu profesional. Dalam berbagai variabel
dalam menerapkan prosedur keselamatan faktor usia akan sangat menentukan dan
pasien mulai sejak kontak pertama dengan mempunyai kontribusi yang jelas. Namun
pasien antara lain perawat selau terkait variabel action (bertindak) maupun
mengidentifikasi pasien secar benar, kognitif (pengetahuan), tingkat umur
melakukan komunikasi efektif dan benar, belum menunjukkan adanya kontribusi
mengidentifikasi pemberian obat secara yang pasti, karena variabel kognitif dan
benar, mengendalikan pemberian cairan action akan menuntut adanya kematangan
dan elektrolit, penggunaan alat injeksi kepribadian dan proses pikir (mind). Selain
disposible, memasang cateter, NGT tube itu variabel behavior mencakup aspek
sesuai SOP, melakukan cuci tangan secara intrinsik dan ekstrinsik sehingga variabel
benar, melaporkan kejadian tidak umur mempunyai kontribusi yang minimal
diharapkan, aktif melakukan pengkajian dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
keamanan dan mutu pelayanan, Jenis kelamin responden paling
meminimalkan kesalahan tindakan, banyak adalah perempuan yaitu 85
meningkatkan komunikasi kepada pasien, responden (62.5%). Hal ini disebabkan
memberikan informasi kepada pasien dan karena pergeseran dan perubahan sistem
keluarga sert mendukung peningkatan negara saat ini, dimana dengan terjadinya
budaya patient safety. peralihan tersebut mengakibatkan banyak
Penelitian Sumarni (2017) tenaga kerja yang kemungkinan tidak
membuktikan bahwa mutu pelayanan tertampung di sektor industry. Sementara
patient safety dilakukan merupakan satu itu, karena adanya perbaikan pendidikan
kesatuan dalam memenuhi kebutuhan dan perhatian terhadap perempuan
masyarakat. Patient safety dan mutu rumah menyebabkan semakin meningkatnya
sakit saling berhubungan erat, hal ini tenaga kerja perempuan, baik di sektor
ditunjukan bahwa kualitas mutu rumah formal maupun informal. Berdasar
sakit akan mengakibatkan semakin sejarahnya, bahwa perawat bermula dari
tingginya tingkat keselamatan pasien. perempuan serta adanya karakter bahwa
Kualitas atau mutu sangat dipengaruhi oleh perempuan akan menunjukkan karakter
pelayanan yang berkualitas dan aman dan yang lembut dalam merawat. Sedangkan
akan berdampak pada kepuasan pasien. masa kerja paling banyak adalah < 5 tahun
Program keselamatan pasien mulai sebanyak 65 responden (47.8%). Masa
dariperencanaan hingga evaluasi menjadi kerja menunjukkan pengalaman seseorang,

781
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

yang mana semakin lama bekerja akan berpotensi mengakibatkan cedera pada
semakin menunjukkan kematangan dan pasien. Hal ini berarti kesalahan tersebut
kehandalan dalam kinerja. dapat mengakibatkan cedera atau dapat
Mariati (2016) menjelaskan bahwa pula tidak menyebabkan cedera pada
Pelayanan keperawatan dengan berfokus pasien. Upaya menghindari cedera pada
pada patient safety merupakan salah satu pasien adalah sistem dimana rumah sakit
pelayanan yang sangat penting dan membuat asuhan pasien lebih aman yang
berorientasi pada tujuan yang berfokus meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pada penerapan asuhan keperawatan yang pengelolaan hal yang berhubungan dengan
berkualitas, sehingga dapat memberikan risiko pasien, pelaporan dan analisis
suatu pelayanan yang berkualitas kepada insiden, kemampuan belajar dari insiden
pasien yang menggunakan jasa. dan tindak lanjutnya serta implementasi
Kemampuan memberikan pelayanan solusi untuk meminimalkan timbulnya
asuhan keperawatan secara profesional risiko dan mencegah terjadinya cedera
sesuai standar keperawatan sangat yang disebabkan oleh kesalahan akibat
tergantung pada bagaimana kinerja melaksanakan suatu tindakan atau tidak
perawat rumah sakit dalam menerapkan mengambil tindakan yang seharusnya
standar asuhan keperawatan di rumah diambil (Kemenkes, 2011).
sakit. Berdasarkan penjelasan tersebut
Hasil penelitian mendapatkan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
mutu pelayanan patient safety kurang keselamatan pasien merupakan sebuah
sebanyak 46 responden (33.8%). Hal ini kinerja yang harus dilaksanakan oleh
menunjukkan bahwa kewaspadaan perawat perawat dalam memberikan pelayanan
dalam pencegahan insiden masih rendah kepada pasien. Pelaksanaan yang baik
yang terbukti perawat tidak dilakukan sesuai standar yang telah
mengidentifikasi pasin secara benar, ditentukan karena adanya pemahaman dari
komunikasi yang kurang efektif, perawat, supervisi dan motivasi yang baik.
pemberian obat tidak menggunakan prinsip Sedangkan pelaksanaan yang kurang
benar, tidak aktif dalam mencegah insiden, disebabkan beban kerja yang tinggi dari
tidak mengikuti pelatihan keselamatan perawat dan kurangnya motivasi.
pasien, serta komunikasi pasien dan
keluarga kurang baik. Penelitian Firawati
(2012) membuktikan bahwa penerapan
keselamatan pasien di rumah sakit yang
kurang ditunjukkan sikap dan tindakan
yang lalai, tidak sesuai dengan SOP dan
standar. Hal ini disebabkan banyak faktor
seperti lingkungan, dukungan pimpinan,
pengetahuan yang kurang, beban kerja
yang tinggi. Tindakan ini untuk mencegah
resiko yang mencederai pasien seperti
jatuh, kondisi yang tidak diinginkan, salah
prosedur bahkan sampai kematian. Sebuah
tindakan dalam bentuk kesalahan yang
terjadi pada pelayanan yang diberikan

C. Analisa Bivariat

Mutu Pelayanan Patient


Total
Dukungan Manajemen Safety P
Rho
Keperawatan Baik Kurang value
f % f % f %

782
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Baik 89 93.7 6 6.3 95 100


Kurang 1 2.4 40 97.6 41 100 0.885 0.000
Total 90 66.2 46 33.8 136 100
Sumber : Data Primer Tahun 2018

Pada dukungan manajemen keperawatan baik sebanyak 95 responden ditemukan mutu


pelayanan patient safety paling banyak kategori baik sebanyak 89 responden (93.7%). Pada
dukungan manajemen keperawatan kurang sebanyak 41 responden ditemukan mutu
pelayanan patient safety paling banyak juga berada pada kurang sebanyak 40 responden
(97.6%).
Hasil uji statistik dengan uji nonparametrik Rank Spearman didapatkan nilai nilai p
0.000 dan nilai rho 0.885. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
hubungan dukungan manajemen keperawatan dengan mutu pelayanan patient safety di
RSUD dr. Loekmonohadi Kudus dengan arah hubungan positif dan kekuatan hubungan
sangat kuat. Arah hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin baik dukungan
manajemen keperawatan, maka semakin baik pula mutu pelayanan patient safety.

Hubungan Dukungan dan mengurangi kejadian tidak


Manajemen Keperawatan dengan diharapkan, mendorong dan
Mutu Pelayanan Patient Safety menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu
Hasil penelitian mendapatkan berkaitan dengan pengambilan
hubungan yang signifikan antara keputusan tentang keselamatan pasien,
hubungan dukungan manajemen mengalokasikan sumber daya yang
keperawatan dengan mutu pelayanan adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
patient safety di RSUD dr. meningkatkan keselamatan pasien serta
Loekmonohadi Kudus dengan arah mengukur dan mengkaji efektifitas
hubungan positif dan kekuatan kontribusinya dalam meningkatkan
hubungan sangat kuat. Arah hubungan keselamatan pasien. Surijah (2016)
tersebut menunjukkan bahwa semakin menjelaskan bahwa perawat perlu
baik dukungan manajemen keperawatan, mengkaji faktor-faktor saat
maka semakin baik pula mutu pelayanan merencanakan perawatan atau
patient safety. Arah hubungan tersebut mengajarkan klien cara untuk
dapat dilihat dari prosentase penelitian, melindungi diri sendiri yaitu usia,
yaitu pada dukungan manajemen perubahan persepsi sensorik, gangguan
keperawatan baik sebanyak 95 kesadaran, mobilitas dan status
responden ditemukan mutu pelayanan kesehatan, keadaan emosi, kemampuan
patient safety paling banyak kategori berkomunikasi, pengetahuan tentang
baik sebanyak 89 responden (93.7%). keamanan, gaya hidup dan lingkungan.
Pada dukungan manajemen keperawatan Penelitian Marheni (2016)
kurang sebanyak 41 responden membuktikan bahwa penerapan budaya
ditemukan mutu pelayanan patient keselamatan pasien yang kurang
safety paling banyak juga kurang dikarenakan dukungan kepala ruang
sebanyak 40 responden (97.6%). belum sesuai sehingga bawahan sering
Penelitian Sinurat (2018) melakukan kelalaian, meskipun belum
membuktikan bahwa peran unsur berdampak langsung kepada pasien.
pimpinan bidang pelayanan keperawatan Bimbingan dilakukan kepala ruang
akan mampu meningkatkan mutu dengan melakukan pengarahan kepada
pelayanan dalam meningkatkan seluruh perawat tentang keselamatan
keselamatan pasien. Peran dan pasien harus dilakukan oleh perawat,
dukungan tersebut dilakukan disesuaikan dengan kondisi dan
mendorong dan menjamin implementasi kemampuan dari rumah sakit itu sendiri.
program keselamatan pasien, menekan

783
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Penelitian Mulyana (2013) Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.


membuktikan bahwa penyebab insiden Badan Pengembangan dan
keselamatan pasien seperti KNC Pemberdayaan Sumber Daya
ataupun KTD adalah kurangnya Manusia Kesehatan. Jakarta; 2011.
supervisi kepala ruang sehingga perawat
dalam melaksanakan tindakan tidak 3. Kementerian Kesehatan RI.
sesuai dengan standar. Upaya untuk Permenkes No
meningkatkan peran dan dukungan 1691/MENKES/PER/VIII/2011
pimpinan dalam pelaksanaan penerapan Tahun 2011 tentang Keselamatan
standar asuhan keperawatan yang Pasien di Rumah Sakit. Jakarta;
berfokus pada keselamatan pasien 2011.
diantaranya adalah dengan pembentukan 4. Kementerian Kesehatan RI.
tim supervisi untuk pelaksanaan standar Keselamatan Pasien. Jakarta; 2017.
asuhan keperawatan dengan melibatkan
unsur organisasi profesi perawat, 5. Kementerian Kesehatan RI.
pembinaan secara rutin setiap satu bulan Undang-Undang No. 38 Tahun 2014
sekali oleh tim supervisi dan tentang Keperawatan. Jakarta; 2014.
memberikan umpan balik ke kepala
6. Kuntoro A. Buku Ajar Manajemen
ruang setiap selesai pelaksanaan
Keperawatan. Yogyakarta: Medical
supervisi dengan pembinaan. Supervisi
Book; 2010.
dilakukan untuk menentukan penyebab
dari tidak berjalannya atau berhasilnya 7. National Patient Safety Agency
suatu program dan mencari jalan (NPSA). Seven Step To Patient
keluarnya untuk mengatasi masalah Safety: The Full Reference Guide.
tersebut. Supervisi harus dilakukan London; 2012.
dengan menyesuaikan kondisi dari
rumah sakit, lebih fleksibel dan 8. Nursalam. Manajemen
mengikuti perkembangan. Keperawatan; Aplikasi dalam
praktik keperawatan professional.
Sjabana D, editor. Jakarta: Salemba
4. KESIMPULAN Medika; 2014.
Terdapat hubungan yang signifikan 9. Pohan IS. Jaminan Mutu Layanan
antara hubungan dukungan manajemen Kesehatan; Dasar Pengertian dan
keperawatan dengan mutu pelayanan Penerapan. Jakarta: EGC; 2012.
patient safety di RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus dengan arah 10. Sari ID. Manajemen Pemasaran
hubungan positif dan kekuatan Usaha Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
hubungan sangat kuat (p 0.000). Medika; 2010.
11. Suarli. Manajemen Keperawatan.
Jakarta: EGC; 2015.
REFERENSI
12. Tutiani L, P K. Bahan Ajar
1. Joint Commission International. JCI Keperawatan Manajemen
Accreditation Standards for Keselamatan Pasien. Jakarta; 2017.
Hospitals. Jt Comm Int [Internet].
2011; Available from:
https://www.jointcom-
missioninternational.org/jci-accredi-
tation-standards-for-hospitals.
2. Kementerian Kesehatan RI.
Pedoman Penyelenggaraan

784

Anda mungkin juga menyukai