2 September 2020
ABSTRAK
Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh trauma
atau pembedahan. Masalah utama yang terjadi pada perawat tentang perawatan luka adalah
kurangnya pelatihan dan keterampilan untuk merawat luka sehingga berdampak terhadap
proses kesembuhan luka tersebut dan membuat angka kejadian infeksi meningkat di rumah
sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan sikap
perawat tentang perawatan luka dengan desain penelitian desain penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 30 responden yang diambil
dengan menggunakan teknik Total sampling. Hasil penelitian menujukkan mayoritas
subjek penelitian berusia 36-45 tahun (56,7%), berjenis kelamin laki-laki (50%),
perempuan (50%), tingkat pendidikan D3 (73,3%), tahun tamat sekolah 1998-2002 (50%),
lama bekerja 6-10 tahun (36,7%), pelatihan yang diikuti adalah pelatihan yang tidak
berkaitan dengan perawatan luka (100%). Hasil penelitian ini juga menunjukkan tingkat
pengetahuan responden terhadap perawatan luka berada dalam kategori cukup (60%). Hasil
penelitian ini juga menunjukkan tentang sikap responden berada dalam kategori positif
(96,7%). Diharapkan bagi rumah sakit dapat mempertimbangkan untuk mengadakan
pelatihan perawatan luka bagi tenaga perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut,
sehingga dapat mengoptimalkan pelayanan yang ada di rumah sakit terutama untuk
perawatan luka.
Kata kunci: Pengetahuan, sikap, perawatan luka
ABSTRACT
Wound is a condition of tissue continuity breaking which is caused by trauma or surgery.
The main problem that occurs in wound treatment is lack of training and skills to treat
wounds affects the wound healing process which makes the incident rate of infection
increases in hospitals. This study discussed the knowledge and attitudes of nurses about
wound treatment with a descriptive research with cross sectional design. The sampled of
this study were 30 respondents taken using total sampling technique. Research results
obtained from studies showed that most of the subjects were 36-45 year-olds (56.7%), with
the gender of male (50%), female (50%), D3 education level (73.3%), school graduated in
year 1998- 2002 (50%), working for 6-10 years (36.7%), training followed by Basic
Trauma Cardio Life Support (BTCLS) (100%). The results of this study indicated the level
of respondents' knowledge of wound treatment in the moderate category (60%). The results
of this study also showed that respondents' attitudes were in the positive category (96.7%).
It is expected that hospitals can be considered for wound-treatment training for nurses who
are employed at the hospital, so that they can support the services in hospitals, especially
for wound treatment.
Keywords: knowledge, attitude, wound treatment
menggunakan teknik total sampling dengan dari 30 responden yang diteliti pada
30 responden. Kriteria inklusi untuk sampel karakteristik sikap, sebagian besar
dalam penelitian ini adalah seluruh perawat responden memiliki sikap positif
yang bekerja di RSAU dr. Sukirman sebanyak 29 orang responden (63.3%).
Alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner . Data Tabel 1 Karakteristik Responden
yang dikumpulkan adalah data demografi
responden yaitu nama, umur, jenis kelamin
pendidikan, tahun tamat sekolah, lama
bekerja, dan pelatihan yang pernah diikuti.
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan program komputer. Analisis
univariat Analisa ini digunakan untuk
mengambaran tentang distribusi
karakteristik demografi responden seperti
umur, jenis kelamin pendidikan, tahun
tamat sekolah, lama bekerja, dan pelatihan
yang pernah diikuti. Hasil analisis disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi dan
persentase melalui program komputerisasi.
HASIL PEMBAHASAN
Analisis Univariat
1. Karakteristik responden
Dari Tabel 1 Menunjukkan hampir
Penelitian ini mendapatkan hasil setengahnya responden (35,0%) 21
bahwa karakteristik responden sebagian orang berumur 17-25 tahun, sebagian
besar berumur 36-45 tahun sebanyak 17 besar responden (53,5%) 32 orang
(56,7%), jenis keamin laki laki sebanyak merupakan perempuan, sebagian besar
15 responden (50%) dan jenis kelamin responden (56,7%) 34 orang
perempuan sebanyak 15 responden berpendidikan SMA/SMK dan hampir
(50%,) tingkat pendidikan terbanyak yaitu setengahnya responden (38,3%)
D3 sebanyak 22 responden (73,3%), tahun 23 orang merupakan seorang ibu rumah
tamat sekolah pada rentang 1998-2002
sebanyak 15 responden(50%), lama
bekerja 6-10 sebanyak 11 responden PEMBAHASAN
sebanyak 50%, pelatihan yang pernah 1. Karakteristik responden
diikuti pelatihanyang tidak berkaitan a. Usia
dengan perawatan luka 30 (100%).
Hasil penelitian yang dilakukan
2. Gambaran Pengetahuan terhadap 30 orang responden didapatkan
Perawat Terhadap Perawatan Luka bahwa sebagian besar responden
Terkini berumur 36-45 tahun sebanyak 17
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa responden (56,7%). Rentang umur 36-45
dari 30 responden yang diteliti pada merupakan usia matang, dimana
karakteristik berdasarkan tingkat seseorang pada umur tersebut akan
pengetahuan sebagian besar responden memiliki pola tangkap dan daya pikir
memiliki tingkat pengetahuan cukup yang baik sehingga pengetahuan yang
sebanyak 18 orang responden (60.0%). dimilikinya juga akan semakin membaik
(Notoatmodjo 2012).
3. Gambaran Sikap Terhadap
Perawatan luka Terkini Hal ini dapat diasumsikan bahwa
perawat yang ada di RSAU dr. Sukirman
Penelitian ini mendaptkan hasil bahwa
memiliki daya tangkap dan daya pikir
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 233
http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/index
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 8 No. 2 September 2020
yang baik, namun apabila perawat tidak nomor 38 tahun 2018 tentang
pernah mengikuti pelatihan-pelatihan keperawatan, bab 2 tentang jenis
keperawatan terutama perawatan luka, perawat, dimana pada permenkes
maka tingkat pengetahuan perawat tersebut dijelaskan bahwa jenis perawat
tentang perawatan luka menjadi dibagi menjadi dua yaitu perawat
berkurang, dan juga apabila tidak ada vokasional dan perawat professional.
keinginan dari perawat untuk Perawat vokasional adalah perawat
melanjutkan pendidikannya membuat lulusan pendidikan vokasi keperawatan
perawat menjadi kurang update dalam paling rendah program Diploma Tiga
ilmu keperawatannya. Keperawatan, sedangkan perawat
b. Jenis Kelamin profesional adalah perawat lulusan
pendidikan profesi keperawatan yang
Hasil penelitian yang dilakukan merupakan profesi keperawatan dan
terhadap 30 responden didapatkan program spesialis keperawatan.
bahwa jumlah laki laki sebanyak 15
responden (50%) dan perempuan Perawat tamatan SPK yang
sebanyak 15 responden (50%). Menurut berada di RSAU dr Sukirman sebanyak
Budiman dan Riyanto (2015), tidak 8 orang, dan sebanyak 3 orang perawat
terdapat perbedaan antara laki-laki dan sedang melaksanakan pendidikan D3
perempuan terhadap tingkat Keperawatan, sedangkan selebihnya
pengetahuan seseorang. tidak ingin melanjutkan pendidikan ke
jenjang selanjutnya dengan alasan
Hal ini tidak sesuai dengan susahnya mengatur waktu antara
pendapat yang diungkapkan Arisanty keluarga dan kuliah, dan juga adanya
(2016), yang menyatakan bahwa dunia jabatan militer yang dimiliki perawat
keperawatan sangat didominasi oleh membuat perawat tidak ingin
perempuan. Perawat perempuan pada melanjutkan pendidikannya dibidang
umumnya mempunyai kelebihan kesehatan serta pendidikan perkuliahan
dibandingkan dengan perawat laki-laki tidak mempengaruhi kepangkatan
yang terletak pada kesabaran, ketelitian, terhadap perawat militer membuat
tanggap, kelembutan naluri dalam perawat tidak ingin melanjutkan
mendidik, merawat, mengasuh, perkuliahaannya.
melayani dan membimbing.
Pengetahuan dan sikap
Hal ini dapat diasumsikan bahwa dipengaruhi oleh banyak faktor
perawat yang ada di RSAU dr. Sukirman diantaranya pendidikan, (Notoatmodjo,
tidak membedakan antara perawat laki- 2012). Pendidikan merupakan salah satu
laki dan perempuan untuk setiap tugas faktor penting yang dapat menambah
yang diberikan bagi rumah sakit, tetapi pengetahuan seseorang, sehingga tingkat
untuk tugas diluar rumah sakit seperti pendidikan mendukung pengetahuan
dukungan militer bagi Lanud Roesmin baik yang dimiliki responden pada
Nurdjadin, maka perawat laki-laki lebih penelitian ini. Hal ini sesuai dengan
di utamkan, dan dalam tugasnya nanti pendapat Budiman (2013) bahwa
akan di dukung dari kesatuan lain seperti semakin tinggi pendidikan seseorang
dari tenaga kesehatan lapangan. diharapkan semakin luas
c. Tingkat Pendidikan pengetahuannya.
Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 30 responden berdasarkan d. Tahun Tamat Sekolah
tingkat pendidikan responden, sebagian Hasil penelitian yang dilakukan
besar adalah tamatan D3 sebanyak 22 terhadap 30 orang responden yang diteliti
orang responden (73.3%), sedangkan pada karakteristik berdasarkan tahun
SPK sebanyak 8 responden (26,7%). Hal tamat sekolah yang paling banyak adalah
ini tidak sesuai dengan Permenkes pada rentang tahun 1998-2002 sebanyak
memiliki pengetahuan cukup dan kurang. Menurut Maryunani (2015), ada beberapa
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian faktor yang mempengaruhi proses
Septiyanti (2014) bahwa lebih dari penyembuhan luka pada seseorang
setengah total perawat (59,3%) yang diantaranya adalah : Faktor umum : Perfusi
bekerja di ruangan medical surgical RS Eka dan oksigenasi jaringan, status nutrisi,
Hospital Pekanbaru telah mampu penyakit, terapi obat, kemoterapi, usia.
memahami teknik perawatan luka terkini Kemudian juga ada Faktor lokal : Praktek
dengan baik. Pengetahuan tinggi perawat di manajemen luka, temperature luka, tahanan
Rumah Sakit Eka Hospital ini didukung dan gesekan, adanya benda asing.
oleh adanya sosialisasi metode perawatan Tidak adanya perawat yang
luka terkini pada tahun 2011. memilki pendidikan S1 Ners membuat
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari kurangnya pengetahuan perawat tentang
setengah responden, yaitu sebanyak 18 faktor-faktor yang mempengaruhi luka.
orang responden (60%) memiliki Perawat vokasional lebih mengedpankan
pengetahuan cukup tentang perawatan luka skill dari pada teori, sementara itu untuk
terkini di RSAU dr. Sukirman Pekanbaru. faktor-faktor penyembuhan luka lebih
Kozier (2010) mengatakan metode diutamakan critical thinking yang benar.
perawatan luka lembab dengan balutan Sebanyak 3 (10,0%) perawat
tertutup secara klinis memiliki keuntungan mengetahui tentang pemilihan balutan
akan meningkatkan proliferasi dan migrasi terkini, bahwa perawatan luka lembab
dari sel- sel epitel disekitar lapisan air yang tertutup bertujuan untuk meningkatkan re-
tipis, mengurangi resiko infeksi dan epitelisasi jaringan baru. Perawatan luka
timbulnya jaringan parut. lembab tertutup mampu meningkatkan re-
Sebanyak 2 (6,7%) perawat yang epitelisasi 30-50%, meningkatkan sintesa
mengetahui tentang manajemen perawat kolagen sebanyak 20-60%, dan rata-rata re-
luka pada kasus luka berwarna merah, epitelisasi dengan kelembaban 2-6 kali
memiliki sedikit eksudat dan banyak lebih cepat dan epitelisasi terjadi 3 hari
vaskularisai, hal ini disebabkan karena lebih awal dari pada luka yang dibiarkan
kurangnya pengetahuan perawat tentang kering terbuka (Maibach, Bashir &
perawatan luka terkini yang menggunakan McKibbon, 2012).
prinsip lembab tertutup. Hal ini disebabkan Kurangnya pelatihan serta tidak
karena tidak adanya pelatihan yang diikuti tersediannya jenis balutan terkini di
perawata tentang perawatan luka dan juga Rumah sakit membuat perawat kurang
kurangnya keinginan perawat untuk menegerti cara memilih balutan yang
melanjutkan pendidikannya ke jenjang tepat pada kasus lasus luka yang
yang lebih tinggi. ditanganinya, sehingga di butuhkan juga
Sebanyak 7 (23,3%) perawat yang dukungan dari manajemen Rumah Sakit
mengetahui tentang tipe-tipe penyembuhan untuk memberikan pelatihan dan
luka. Menurut Arisanty (2016), luka dapat dukungan perlengkapan alat untuk
diklasifikasikan berdasarkan dari lamanya mendukung penegetahuan perawat
proses penyembuhan luka, yaitu luka akut tentang perawatan luka menjadi lebih
dan kronis. Hanya sebanyak 13 orang baik.
perawat yang bisa membedakan antara luka
akut dan luka kronis, hal ini mungkin saja 3. Gambaran Sikap Perawat Terhadap
bisa terjadi karena pengalaman dan ruangan Perawatan Luka Terkini
tempat perawat itu bekerja, pengalaman Sikap merupakan kecenderungan
perawat UGD lebih banyak dari pada merespon (secara positif atau negatif)
pengalaman perawat yang bekerja di responden, situasi atau objek tertentu.Sikap
poliklinik tentang perawatan luka. tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari
Sebanyak 4 (13,3%) perawat yang dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan
mengetahui tentang faktor faktor yang latihan sepanjang perkembangan individu.
mempengaruhi proses penyembuhan luka. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 236
http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/index
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 8 No. 2 September 2020