Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA


2017

Hubungan Tindakan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Waktu Tanggap Pelayanan


Perawat IGD Di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
Mulhadi Yakim , Setiyawan2, Galih Priambodo3
1

Abstrak
Pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan keperawatan yang ditujukan kepada
pasien gawat darurat yaitu pasien berada dalam keadaan gawat atau akan yang tiba-tiba menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secara cepat dan tepat. Response time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien
dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan dan komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tindakan komunikasi terapeutik
perawat dengan waktu tanggap pelayanan perawat pada pasien yang masuk IGD di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, 36 responden pada perawat di
IGD, total sampling dan analisa data dalam penelitian ini kendall tau. Hasil penelitian analisa univariat
menunjukan mayoritas, komunikasi teraupetik perawat positif 52,8% , waktu tanggap pelayanan
perawat yang cepat 75,0% dan hasil analisa bivariat ada hubungan komunikasi terapeutik perawat
dengan waktu tanggap pelayanan dengan P value = 0.003 dan r -0,496 maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan waktu tanggap pelayanan perawat di IGD RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Hendaknya perawat di IGD perlu meningkatkan kemampuan komunikasi
terapeutik perawat untuk menunjang waktu tanggap pelayanan di IGD.

Kata kunci : Komunikasi terapeutik perawat, waktu tanggap pelayanan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
2. Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
3. Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017

CORRELATION BETWEEN ACTION COMMUNICATION THERAPEUTIC NURSE


WITH RESPONSE TIMESERVICE IN INSTALLATION OF EMERGENCY
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Mulhadi Yakim1, Setiyawan2, Galih Priambodo3

Abstract

Emergency nursing services include nursing services directed to emergency patients in which
patients are in distress or will suddenly come to a head and threatened his life or limbs (will be
disabled) if they do not get help quickly and accurately. Response time is the speed in the handling of
patients shall be calculated from the patient comes to do treatment and therapeutic communication is
communication planned consciously, aims and activities focused on the patient's recovery. This study
aims to determine the relationship between the act of communication therapeutic nurse response time
nursing services to patients in the emergency department RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Correlation descriptive research with cross sectional approach, 36 respondents to the nurse in the
installation emergency, total sampling and analysis of data in this study kendall tau. Results of
univariate analysis showed the majority of research, therapeutic communication 52.8% positive nurse,
nurse service response times are faster 75.0% and the results of the bivariate analysis communication
relationship therapeutic nurse response time service with P value = 0.003 and r -0.496, it can be
concluded that there is a relationship of communication therapeutic nurse response time nursing
services in the installation emergency RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Should a nurse in the ER need
to improve communication therapeutic nurse to support the response time in emergency services.

Keywords : Therapeutic communication nurse, respon time service.


Bibliography : 47 (2006 – 2015)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
2. Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
3. Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Pendahuluan yang ada bila pasien percaya pada hal yang di
Rumah sakit menyebutkan bahwa setiap perlukan (Stuart & Sundeen, 2007).
rumah sakit mempunyai kewajiban Berdasarkan data indeks kepuasan pasien
memberikan pelayanan gawat darurat kepada (IKP) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
pasien sesuai dengan kemampuannya serta menunjukkan Secara rata-rata dari bulan Juli -
membuat, melaksanakan dan menjaga standar September 2016 di seluruh instalasi ranap
pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai termasuk ruang IGD persentasi kepuasan
acuan dalam melayani pasien (UU RI No. 44 pasien terhadap pelayanan perawat masih
tahun 2009). Pelayanan keperawatan gawat berada di atas target yaitu pada 98% dan
darurat meliputi pelayanan keperawatan yang berfluktuasi. kepuasan pasien terhadap
ditujukan kepada pasien gawat darurat yaitu pelayanan perawat cenderung berfluktuasi dan
pasien berada dalam keadaan gawat atau akan mencapai angka 99 %. Yang perlu mendapat
yang tiba-tiba menjadi gawat dan terancam catatan adalah komunikasi yang efektif kepada
nyawanya atau anggota badannya (akan pasien terus ditingkatkan mengingat tuntutan
menjadi cacat) bila tidak mendapat keingintahuan pasien/keluarganya yang cukup
pertolongan secara cepat dan tepat (Musliha, besar menyangkut pemberian perawatan.
2010). Pada unit gawat darurat perawat Perawat instalasi gawat darurat (IGD) di
bertanggung jawab dalam menentukan RSUD Dr. Moewardi surakarta dalam
prioritas perawat pada pasien. Keakuratan dan melakukan ketepatan waktu tanggap pelayanan
jumlah pasien, skill perawat, ketersediaan sudah sesuai standar <5 menit saat melakukan
peralatan dan sumber daya dapat menentukan triase. Setelah melakukan triase pasien akan
setting prioritas (Dewi, 2011). Response time dipindahkan ke ruang medikasi, bedah minor
merupakan kecepatan dalam penanganan dan anak sesuai kasusnya pasien, ketepatan
pasien dihitung sejak pasien datang sampai waktu tanggap pelayanan berlangsung lama
dilakukan penanganan (Suhartati et. al, 2011). karena banyak kendala misalnya untuk
Perawat dituntut untuk melakukan komunikasi berkomunikasi dalam jam kerja saja sulit
terapeutik dalam melakukan tindakan karena banyaknya pasien dan banyak masalah
keperawatan, Penjelasan untuk klien dan lain yang akhirnya perawat tidak bisa
diberikan untuk menurunkan kecemasan dan menjalankan komunikasi terapeutik dengan
meningkatkan kerjasama pasien dan perawat baik.
(Musliha, 2010). Ketika komunikasi perawat Berdasarkan uraian diatas dan beberapa
cukup baik maka tingkat kecemasan pasien masalah diatas, peneliti tertarik melakukan
menghadapi tindakan akan menurun atau penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
berkurang karena komunikasi terapeutik untuk mengetahui apakah ada Hubungan
bertujuan untuk memperjelas dan mengurangi antara tindakan komunikasi teraupetik perawat
beban perasaan dan pikiran serta dapat dengan waktu tanggap pelayanan di ruang IGD
mengambil tindakan untuk mengubah situasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Studi Kepustakaan American college of emergency
Waktu tanggap pelayanan physician (2008) menuliskan bahwa pada
Waktu tanggap pelayanan merupakan IGD yang mengalami permasalahan
gabungan dari waktu tanggap saat pasien tiba berlimpahnya jumlah pasien yang ingin
didepan pintu rumah sakit sampai mendapat mendapatkan pelayanan, menempatkan
tanggapan atau respon dari petugas instalasi seorang dokter di wilayah triase dapat
gawat darurat dengan waktu pelayanan yaitu mempercepat proses pemulangan pasien
waktu yang di perlukan pasien sampai selesai dan discharge untuk pasien minor dan
(Haryatun dan Sudaryanto, 2008). Response membantu memulai penanganan bagi
Time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien yang kondisinya lebih sakit.
pasien, dihitung sejak pasien datang sampai Berdasarakan beberapa pendapat diatas
dilakukan penanganan (Suhartati et al. 2011). dapat disimpulkan bahwa tercapai standar
Keberhasilan waktu tanggap atau response respon time perawat dalam pelayanan di
time sangat tergantung kepada kecepatan yang IGD dipengaruhi oleh, sebagai berikut:
tersedia serta kualitas pemberian pertolongan a. ketersediaan sarana dan prasarana
untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah b. sumber daya manusia profesional
cacat sejak di tempat kejadian, dalam c. sistem managemen IGD yang baik.
perjalanan hingga pertolongan rumah sakit d. Berlimpahnya jumlah pasien yang
(Haryatun dan Sudaryanto, 2008).Respon Time datang
merupakan kecepatan dalam penanganan e. Penempatan staf (dokter dan perawat)
pasien, dihitung sejak pasien datang sampai (Kepmenkes, 2009).
dilakukan penanganan (Suhartati et al. 2011).
Komunikasi terapeutik
1. Faktor- faktor yang mempengaruhi
Komunikasi merupakan komunikasi
waktu tanggap
profesional yang direncanakan secara sadar,
Kecepatan dan ketetapan yang diberikan
mempunyai tujuan dan berpusat pada
pada pasien yang datang ke IGD
kesembuhan pasien (supriyanto dan Ernawati,
memerlukan standar sesuai dengan
2010). Hubungan saling memberi dan
kompetensi dan kemampuannya sehingga
menerima antara perawat dan pasien dalam
dapat menjamin suatu penanganan gawat
pelayanan keperawatan disebut sebagai
darurat dengan respon time yang cepat dan
komunikasi terapeutik perawat yang
penanganan yang tepat. Hal ini dapat
merupakan komunikasi profesional perawat
dicapai dengan meningkatkan sarana,
(Purwaningsih dan Karlina, 2012).
prasarana, sumber daya manusia dan
managemen IGD rumah sakit sesuai
standar (kepmenkes, 2009).
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dapat mendengarkan perasaan
komunikasi terapeutik klien dan menjelaskan prosedur tindakan
Menurut Musliha (2009), mengatakan
keperawatan (Mundakir, 2006).
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi terapeutik, yaitu: 3. Tujuan Komunikasi Terapeutik
a. Perkembangan Komunikasi terapeutik diterapkan oleh
b. usia
perawat dalam berhubungan dengan pasien
c. Persepsi
d. Nilai untuk meningkatkan rasa saling percaya,
e. Latar belakang budaya dan apabila tidak diterapkan akan
f. Emosi
menganggu hubungan terapeutik yang
g. Jenis kelamin
h. Pengetahuan berdampak pada ketidakpuasan pasien.
i. Peran dan hubungan Pasien akan merasa puas ketika kinerja
j. Jarak
layanan kesehatan yang diperolehnya sama
k. Lingkungan
atau melebihi harapannya dan sebaliknya,
2. Manfaat Komunikasi Terapeutik ketidakpuasaan atau perasaan kecewa
Perawat merupakan profesi yang pasien akan muncul apabila kinerja
difokuskan pada perawatan individu layanan kesehatan yang diperolehnya itu
keluarga dan masyarakat sehingga mereka tidak sesuai dengan harapannya (Pohan,
dapat mencapai, mempertahankan atau 2007).
memulihkan kesehatan yang optimal dan
Tujuan Penelitian
kualitas hidup dari lahir sampai mati
Untuk mengetahui hubungan tindakan
(Aripuddin, 2014). Salah satu hal yang
komunikasi terapeutik perawat dengan waktu
dilakukan perawat dalam menjaga
tanggap pelayanan perawat IGD di RSUD Dr.
kerjasama yang baik dengan klien dalam
Moewardi Surakarta.
membantu memenuhi kebutuhan kesehatan

klien, maupun dengan tenaga kesehatan


Metode Penelitian
lain dalam rangka membantu mengatasi
Penelitian dilaksanakan di Instalasi Gawat
masalah klien adalah dengan Darurat RSUD. Dr. Moewardi Surakarta.

berkomunikasi. Dengan berkomunikasi Desain penelitian yang digunakan adalah


deskriptif korelasi dengan pendektan cross Tabel 2 Karakteristik Responden
sectional. Adapun metode pengambilan sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
yang dipakai pada penelitian ini adalah Jenis kelamin Frekuensi Persentasi
(f) (%)
menggunakan teknik total sampling, sehingga
Laki-laki 24 66,7
yang menjadi sampel yaitu berjumlah 41 Perempuan 12 33,3
sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Pada total 36 100
sumber: Data Primer
penelitian ini menggunakan lembar observasi.
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah
Analisa data yang digunakan dalam penelitian
terbanyak berdasarkan jenis kelamin
ini adalah uji kendall tau untuk mencari tahu
perawat didominasi oleh laki-laki sebanyak
hubungan komunikasi terapeutik perawat
dengan waktu tanggap pelayanan. 24 (66,7%). Menurut Potter dan Perry
(2009) jenis kelamin dapat mempengaruhi
Hasil Dan Pembahasan seseorang pada saat berinteraksi, hal
Penelitian ini dilakukan di instalasi gawat tersebut dapat mempengaruhi seseorang
darurat (IGD) RSUD Dr. Moewardi Surakarta dalam menafsirkan pesan yang
dengan jumlah responden yaitu 36 perawat. diterimanya. Pada dasarnya perempuan
dan laki-laki memiliki gaya komunikasi
1. Analisa univariat
yang berbeda.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur (n=36)
Tabel 3 Karakteristik Responden
Umur Frekuensi Persentasi Berdasarkan pendidikan (n=36)
(tahun) (f) (%)
25-30 19 52,8 pendidikan Frekuensi Persentasi
31-35 1 2,8 (f) (%)
36-40 7 19,4 DIII 27 75
41-45 6 16,7 S1 6 16,7
45 ke atas 3 8,3 Ners 3 8,3
total 36 10,70 Total 36 100
Sumber: Data Primer Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 2. Menujukkan bahwa Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 36
dari 36 perawat (100%) di ruang IGD RSUD perawat (100%) di ruang IGD RSUD Dr.
Dr. Moewardi berdasarkan usia yang Moewardi berdasarkan pendidikan yang
terbanyak dengan 19 perawat (52,8%) yaitu terbanyak 27 perawat (75%) memiliki
memiliki umur 25-30 tahun. Wawan & pendidikan DIII. Komunikasi terapeutik
Dewi (2011) mengtatakan bahwa umur perawat dipengaruhi oleh jenis kelamin,
mempengaruhi kematangan berfikir umur dan tingkat pengetahuan (Musliha,
seseorang, salah satu faktor yang 2009).
mempengaruhi pengetahuan adalah umur.
Tabel 4 Distribusi frekuensi komunikasi memahami permasalahan pasien dan tepat
terapeutik perawat (n=36) dalam menanganinya. Walaupun sebagian
Tindakan Frekuensi Persentasi besar dari hasil penelitian ini yang
komunikasi (f) (%)
Positif 19 52,8 menyatakan bahwa perawat telah
Negatif 17 47,2 menerapkan komunikasi terapeutik yang
Total 36 100
Sumber: Data Primer baik, tetapi masih terdapat 17 responden

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan (47,2%), menyatakan tidak baik, hal yang

bahwa dari 36 perawat (100%) di IGD harus mendapat perhatian serius dari

RSUD Dr. Moewardi, paling banyak 19 perawat adalah penerapan komunikasi saat

perawat (52,8%) memiliki tindakan kontak pertama antara pasien dan perawat,

komunikasi terapeutik positive. Hasil sebab hal ini dibuktikan dengan observasi

penelitian ini sejalan dengan penelitian peneliti bahwa masih terdapat perawat

Sutrisno Aswad tentang hubungan yang tidak memperkenalkan diri kepada

komunikasi terapeutik perawat dengan pasien.

kepuasan pasien di ruang Instalasi Gawat


Tabel 5 Distribusi frekuensi waktu tanggap
Darurat RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie
pelayanan perawat (n=36)
Ternate (2015) menjelaskan lebih dari
Waktu Frekuensi (f) Persentasi
separoh responden menyatakan tanggap (%)
komunikasi yang dilakukan perawat baik, Sangat cepat 2 5,6
Cepat 27 75,0
didapatkan hasil sebagai berikut. Diantara Lambat 7 19,4
Total 36 100
80 responden, terdapat 71 orang (88,8%)
Sumber: Data Primer
yang menilai baik sedangkan 9 orang Berdasarakan table 5 menunjukkan
(11,2%) yang menilainya tidak baik. bahwa dari 36 perawat (100%) di IGD
Dari hasil penelitian dapat RSUD Dr. Moewardi paling banyak
menunjukkan, bahwa perawat telah memiliki waktu tanggap pelayanan yang
konsisten menerapkan komunikasi cepat sebanyak 27 perawat (75,0%).
terapeutik. Penerapan komunikasi Sabriyanti (2012) dalam penelitiannya
terapeutik oleh perawat yang efektif ini tentang faktor-faktor yang berhubungan
disebabkan karena kesadaran perawat yang dengan ketepatan waktu tanggap
makin meningkat tentang pentingnya penanganan kasus pada response time di
membina komunikasi yang efektif dan Instalasi Gawat Darurat Bedah dan Non-
terbuka sehingga tercapai hubungan yang bedah RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo
saling percaya dengan pasien untuk dapat yang menunjukan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara ketersediaan Berdasarkan tabel 6 Berdasarkan hasil uji
Stretcher dan ketersediaan petugas di IGD korelasi kendall tau diperoleh koefisien
dengan ketepatan waktu tanggap. Waktu korelasi (r) adalah -0,496 yang berarti
menjadi faktor yang sangat penting dalam bahwa kekuatan hubungan antara dua
penatalaksanaan keadaan gawat darurat, variabel adalah kuat (Sugiyono, 2010).
penting agar dapat terapi mengikuti urutan Arah hubungan adalah negatif (terbalik)
yang sesuai dengan urutan mendesaknya yang artinya semakin baik komunikasi
keadaan yang ada (Boswick, 1997). terapeutik yang diberikan maka semakin
Keberhasilan waktu tanggap atau response lama waktu tanggap pelayanan di IGD
time sangat tergantung kepada kecepatan sedangkan Pada penelitian ini didapatkan p
yang tersedia serta kualitas pemberian value <0,005 yang menunjukkan Ho
pertolongan untuk menyelamatkan nyawa ditolak dan Ha diterima dan menunjukkan
atau mencegah cacat sejak di tempat terdapat hubungan komunikasi terapeutik
kejadian, dalam perjalanan hingga perawat dengan waktu tanggap pelayanan
pertolongan rumah sakit (Hasan, 2012). perawat di IGD RSUD Dr. Moewardi
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan Surakarta.
bahwa waktu tanggap pelayanan yang Hasil penelitian ini sejalan dengan
diberikan perawat di RSUD Dr.Moewardi penelitian Araujo (2015) yang berjudul
Surakarta rata-rata dalam kategori cepat. hubungan komunikasi terapeutik perawat
Managemen yang baik, fasilitas di ruang dengan kecemasan pasien di ruang triase
IGD dan kesadaran perawat tentang waktu instalasi gawat darurat hospital nacional
tanggap mempengaruhi lama waktu waktu guido valadares. Hasil penelitian analisa
tanggap pelayanan kepada pasien. univariat menunjukan mayoritas
,komunikasi teraupetik perawat baik 64,4%
2. Analisa bivariat ,kecemasan berat 54,7% dan hasil analisa
Tabel 6. Hubungan tindakan komunikasi menunjukkan ada hubungan komunikasi
terapeutik dengan waktu tanggap terapeutik perawat dengan kecemasan
pelayanan perawat dengan P value = 0.044 dan r -0,250 maka
Variabel Koefisien P dapat di simpulkan bahwa ada hubungan
korelasi (r) value
Komunikasi -0,496 0,003 komunikasi terapeutik perawat dengan
terapeutik perawat
dengan waktu kecemasan pasien di Ruang Triase
tanggap pelayanan Instalasi Gawat Darurat Hospital Nacional
Sumber: Data Primer Guido Valadares.
Kecepatan dan ketetapan yang waktu tanggap pelayanan perawat di IGD
diberikan pada pasien yang datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dengan

memerlukan standar sesuai dengan kekuatan hubungan yaitu kuat dan arah
hubungannya negatif (terbalik)
kompetensi dan kemampuannya sehingga
dapat menjamin suatu penanganan gawat Saran
darurat dengan respon time yang cepat dan
1. Bagi Rumah Sakit
penanganan yang tepat. Hal ini dapat
Hendaknya pihak Ruang Instalasi
dicapai dengan meningkatkan sarana,
Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi
prasarana, sumber daya manusia dan Surakarta perlu meningkatkan pelayanan
managemen IGD rumah sakit sesuai bagi pasien dengan meningkatkan
standar (kepmenkes, 2009). Green, et. Al. keterampilan komunikasi terapeutik
(2006) yang mengemukakan bahwa pada perawat dengan mengikutsertakan dalam
perubahan yang sangat kecil dan sederhana pelatihan atau seminar-seminar.

dalam penempatan staf sangat berdampak 2. Bagi perawat di IGD

pada keterlambatan penanganan di IGD. Bagi perawat di IGD disarankan untuk


meningkatkan komunikasi terapeutik untuk
menunjang ketepatan waktu tanggap
Simpulan
pelayanan pada pasien sehingga pasien
1. Karakteristik responden berdasarkan umur
merasa lebih nyaman dan puas atas
yang tertinggi adalah umur 25-30 tahun
pelayanan yang diberikan.
(52,8%), jenis kelamin laki – laki (66,7%),
3. Bagi masyarakat
tingkat pendidikan paling banyak adalah
Bagi masyarakat disarankan untuk
DIII (75%).
lebih meningkatkan pengetahuan tentang
2. Komunikasi terapeutik perawat
komunikasi terapeutik perawat dan waktu
menunjukkan bahwa sebagian besar
tanggap pelayanan di IGD, agar lebih
komunikasi terapeutik perawat adalah
memahami tentang pelayanan yang
positif sebanyak 19 responden (52,8%).
didapatkan di rumah sakit khususnya di
3. Waktu tanggap pelayanan perawat sebagian
IGD.
besar adalah cepat sebanyak 27 responden
4. Bagi institusi
(75,0%)
Diharapkan dapat memberikan
4. Berdasarkan hasil uji korelasi kendal tau b
masukan bagi perkembangan ilmu
diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = -
pengetahuan, khususnya ilmu
0,496, dan nilai p = 0,003, hal ini berarti
keperawatan khususnya keperawatan
nilai p< α (0,05). Hal ini berarti ada
gawat darurat terkait dengan komunikasi
hubungan yang signifikan antara tindakan
terapeutik perawat dan waktu tanggap
komunikasi terapeutik perawat dengan
pelayanan.
4. Bagi peneliti lain Asih fitriansari. (2012). Hubungan Komunikasi
Terapeutik Perawat Anak Dan Tingkat
Hasil dari penelitian ini dapat
Kepuasan Keluarga Yang Anaknya
digunakan sebagai dasar untuk penelitian Menjalani Hospitalisasidi RSUD Al-
Ihsan Provinsi Jawa Barat. Jurnal
selanjutnya yang terkait dengan waktu
Kesehatan Universitas Indonesia
tanggap pelayanan perawat di IGD.
Dedah, 2012. Hubungan masa kerja dengan
Peneliti menyarankan kepada peneliti lain pelaksanaannya dalam asuhan
untuk mengeksplore lebih mendalam keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Karawang. Tesis. Universitas
mengenai faktor-faktor lain yang Indonesia
mempengaruhi waktu tanggap pelayanan
De. Araujo, L., Susilo, E., Widodo G. (2014).
perawat di IGD. Hubungan Komunikasi Terapeutik
5. Bagi peneliti Perawat Dengan Kecemasan Pasien
Di Ruang Triase Instalasi Gawat
Dapat menambah wawasan mengenai Darurat Hospital Nacional Guido
hubungan komunikasi terapeutik perawat Valadares. Ungaran : Jurnal STIKES
Ngudi Waluyo
dengan waktu tanggap pelayanan di IGD.
Delami ernawati, dkk. (2009). Komunikasi
Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media
Daftar pustaka
Dharma, Kusuma Kelana. (2011). Metodologi
American College Of Emergency Phsyician. Penelitian Keperawatan: Panduan.
(2008). Emergency Department Melaksanakan dan Menerapkan Hasil
Crowding: High Impact Penelitian. Jakarta Trans Info Media
Solution.http://ebookbrowse.com/emer
gency-department-crowding-high- Dewi, 2011. Buku ajar dasar keperawatan
impact-solution-acep-task-on- gawat darurat. Jakarta : Salemba
boarding-october-2016-pdf- Medika
d319291546
Departemen Kesehatan, (2010). Profil
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Kesehatan Indonesia Tahun 2010,
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Jakarta: Dirjen Yanmed
Cipta
Dempshey, Patricia Ann, (2010). Riset
Aripuddin I. (2014). Ensiklopedia Mini: Asal Keperawatan: Buku Ajar Dan
Mula Profesi Perawat. Jakarta: Pelatihan/Penulis. Jakarta: EGC
Angkasa.
Green L,. V., Soares j.f., Green R.A., (2006).
Akrian, L, et al (2015). Hubungan Response Using Queueing Theory To Increase
Time Perawat Dengan Tingkat The Effectiveness Of Emergency
Kecemasan Pasien Kategori Triase Department Provider Staffing.
Kuning Di Igd Rsu Gmim Kalooran http://www.hbs.edu/units/tom/seminar
Amurang. ejournal Keperawatan (e- s/2007/docs/igreen3.pdf
Kp) Volume 3. Nomor 2
Haryatun, Nunuk dan Sudaryanto. (2008).
Anita K. Achmad. (2012).Faktor-Faktor Yang Perbedaan Waktu Tanggap Tindakan
Berhubungan Dengan Lama Waktu Keperawatan Pasien Cedera Kepala
Tanggap Perawat Pada Penanganan Kategori I-V Di Instalasi Gawat
Asma Di Instalasi Gawat Darurat Darurat RSUD Dr. Moewardi. Jurnal
Rsud Panembahan Senopati Bantul. Berita Ilmu Keperawatan
Yogyakarta: Jurnal Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
Hasan. L. (2012). Hubungan Response Time
Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Priscylia A.C.R, (2014). Hubungan
Instalasi Gawat Darurat Badan Komunikasi Terapeutik Perawat
Rumah Sakit Daerah Kabupaten Dengan Kepuasan Pasien di Ruang
Banggai. Program Studi Ilmu Rawat Inap Irina A RSUP Prof. DR. R.
Keperawatan Fakultas Kedokteran. D. Kandou Manado.
Manado. Skripsi (Tidak eJournalKeperawatan UNSRAT.
dipublikasikan).
Purwaningsih, W Dan Karlina, I. (2012).
Kathleen S. (2007) Panaduan Belajar Asuhan keperawatan jiwa.
Keperawatan Emergensi. Jakarta: Yogyakarta: Nuha Medika
EGC
PUSBANKES 118, (2012). Komunikasi di
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Ruang InstalasiGawad Darurat.
Indonesia. (2009). Standar Instalasi Jakarta : EGC.
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Potter, A Patricia & Perry G. Anne (2009).
Indonesia Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Jakarta: EGC
Indonesia Nomor 129 tahun 2008
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sabriyati. W. O. N. I. (2012). Faktor-faktor
Sakit. Jakarta; 2008. yang berhubungan dengan ketepatan
waktu tanggap penanganan kasus
Machfoedz, M. (2009). pada response time I di instalasi gawat
KomunikasiKeperawatan darurat bedah dan non-bedah RSUP
(KomunikasiTerapeutik), Yogyakarta: DR.Wahidin Sudirihusodo. Makasar :
Ganbika. Jurnal Universitas Hasanudin

Mubarak, W.I, Sajidin, M., Muhith, A., Nasir, Sarwono, J. (2010). Pintar Menulis Karya
A (2009). Komunikasi Dalam Ilmiah-Kunci Sukses dalam Menulis
Keperawatan Dan Aplikasi.Jakarta : Ilmiah. Yogyakarta: ANDI.
Salemba Medika
Saryono. (2008). Metodologi Penelitian
Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Kesehatan: Penuntun Praktis bagi
Darurat. Nuha Medika : Yogyakarta. Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Mundakir, (2006). Komunikasi Keperawatan Sheldon, Lisa Kennedy. 2010. Komunikasi


Aplikasi dalam Pelayanan. Edisi 1. untuk Keperawatan: Berbicara dengan
Yogyakarta: Graha Ilmu Pasien Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Stuart, G. W. (2007). Buku saku keperawatan
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, jiwa. edisi 5. Jakarta : EGC.
dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Suryani. Komunikasi Terapeutik : Teori &
Medika. Praktik. Jakarta. EGC. 2006.

Nursalam. (2007). Managemen Keperawatan Supriyanto dan Ernawati. (2010). Pemasaran


Dan Aplikasinya. Jakarta: Salemba Industri Jasa Kesehatan. Yogyakarta:
Medika. CV Andi Offset

Notoadmojo. (2012). Metodologi Penelitian Suwignyo, G. (2007). Managemen Kinerja


kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Pohan, I. (2006). Jaminan Mutu Layanan
Kesehatan. Jakarta : EGC.
Sugiono. (2007). Statistik untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta

Suhartati et al (2011). Standar Pelayanan


Keperawatan Gawat Darurat Dirumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Undang-Undang Republik Indonesia No.44


Tahun 2009. Rumah sakit

Onony Uchjana Effendy (2006). Ilmu


komunikasi: teori dan praktik.
Bandung: Remaja Rosda Karya

Wawan, A & M, Dewi. (2011). Teori &


Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika

Widodo Eko (2015). Hubungan respone time


perawat dalam memberikan pelayanan
dengan kepuasan pelanggan di IGD
RS. Panti Waluyo Surakarta. Skripsi:
Stikes Kusuma Husada Surakarta

Wiratna. (2015). SPSS untuk penelitian.


Yogyakarta : Pustaka Baru

Wilde, E.T. (2009). Do emergency medical


system response times master for
health outcome?, new york: colombia
university

Anda mungkin juga menyukai