Anda di halaman 1dari 9

VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2022

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN RESPONSE TIME


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SELASIH KABUPATEN PELALAWAN

Carles1, T. Zulfan Efendi2


1,2
STIKes Tengku Maharatu, Pekanbaru, Riau, Indonesia
Email: carlesulung@gmail.com

ABSTRAK

Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan cepat dan tepat pada seorang
atau kelompok agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan. Upaya
peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien
gawat darurat baik dalam sehari-hari maupun dalam keadaan bencana Instalasi gawat darurat menyediakan
penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya
untuk itu diperlukan adanya Response Time yakni memerlukan kecepatan dalam penanganan pasien,
dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan perawat dengan respon time di Instalasi Gawat Darurat RSUD Selasih Kabupaten
Pelalawan. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat study analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2021 – Januari 2022 di IGD
RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan. Adapun hasil uji statistic chi square dengan nilai p value 0,004. Nilai
tersebut <0,05 (0,004<0,05) yang artinya terdapat hubungan bermakan pada tingkat pengetahuan perawat
dengan response time di Instalasi Gawat Darurat RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan. Disarankan responden
dapat meningkatkan lagi keterampilan tentang penaganan kegawat daruratan khususnya tentang respone time
dari berbagai pelatihan baik yang diadakan Rumah Sakit maupun melalui Instansi Lainnya.
Kata Kunci: pengetahuan, perawat, waktu respon, IGD,

ABSTRACT

Emergency services are services that can provide quick and appropriate action to a person or group in order to
minimize mortality and prevent disability. Efforts to improve the emergency department are aimed at supporting
basic services, so that they can cope with emergency patients both on a daily basis and in a disaster situation.
requires speed in patient handling, calculated from the time the patient arrives until the treatment is carried out.
The purpose of this study was to determine the relationship between the level of knowledge of nurses and
response time in the Emergency Installation at Selasih Hospital, Pelalawan Regency. The research method used
in this research is an analytic study with a cross sectional approach. This research was conducted in November
2021 – January 2022 at the ER Selasih Hospital, Pelalawan Regency. The results of the chi square statistical
test with a p value of 0.004. The value is <0.05 (0.004 <0.05), which means that there is a significant
relationship between the level of knowledge of nurses and response time in the Emergency Installation of
Selasih Hospital, Pelalawan Regency. It is suggested that respondents can improve their skills regarding
emergency handling, especially regarding response time from various trainings held either by hospitals or
through other agencies.

Keywords: knowledge, nurse, response rime, IGD

46
VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2022

PENDAHULUAN juga dalam Keputusan Menteri Kesehatan


Instalasi gawat darurat merupakan No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
ujung tombak pelayanan rumah sakit yang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
terus meningkat jumlah pasiennya, baik di sebutkan waktu tanggap pelayanan di
karena kurangnya staf, kurangnya tempat IGD adalah ≤5 (lima) menit terlayani
tidur, proses operasional yang buruk, setelah kedatangan pasien.
kurangnya akses universal terhadap Pelayanan gawat darurat merupakan
pencegahan dan perawatan primer, pelayanan yang dapat memberikan
penutupan, dan konsolidasi rumah sakit tindakan cepat dan tepat pada seorang atau
dan trauma centre. Persoalan yang kelompok agar dapat meminimalkan angka
kompleks dan fenomena multi disiplin ini kematian dan mencegah terjadinya
mengakibatkan lambatnya penanganan kecacatan. Upaya peningkatan gawat
pasien, rasa sakit dan penderitaan darurat ditujukan untuk menunjang
berkepanjangan, tertundanya pengobatan pelayanan dasar, sehingga dapat
dan perawatan pasien, peningkatan jumlah menanggulangi pasien gawat darurat baik
pasien yang pulang tanpa pelayanan, dalam sehari-hari maupun dalam keadaan
kelelahan dokter, perawat dan staf bencana (Nurhasim, 2015).
(Rudy,2014) Kegawatdaruratan Dampak yang dapat terjadi jika
merupakan suatu kejadian yang tiba-tiba waktu tanggap atau response time lambat
menuntut tindakan segera yang mungkin akan berdampak pada kondisi pasien
karena epidemi, kejadian alam, untuk seperti rusaknya organ- organ dalam atau
bencana teknologi, perselisihan atau komplikasi, kecacatan bahkan kematian,
kejadian yang disebabkan oleh manusia dan apabilawaktu tanggap cepat maka akan
(WHO, 2012). Keadaan gawat darurat berdampak positif yaitu mengurangi
yaitu keadaan klinis dimana pasien sangat pembiayaan, tidak terjadi komplikasi dan
membutuhkan pertolongan tenaga berkurangnya angka mortalitas dan
kesehatan dengan segera untuk morbilitas (Kemenkes, 2009). Menurut
mengurangi kecacatan lebih lanjut dan Word Healt Organization (WHO) terdpat
menyelamatkan nyawa pasien (Depkes RI, beberapa penyakit yang dianggap gawat
2009). darurat dan penyumbang kematian
Response Time merupakan terbanyak di dunia diantaranya adalah
kecepatan dalam penanganan pasien, penyakit jantung iskemik 7,4 juta (13,2%),
dihitung sejak pasien datang sampai stroke 76.7 juta (11.9%), penyakit paru
dilakukan penanganan (Suhartati et al. obstruktif kronik 3,1 juta (5,6%), Infeksi
2011). Dalam melakukan layanan pernapasan bawah 3,1 juta (5,5%), dan
kesehatan khusus di unit gawat darurat, kanker 1,6 juta (2,9%), kasus cedera
salah satu indikator yang harus dicapai atau kecelakaan memberikan angka
yaitu penangan response time yang tepat kematian mencapai 1,2 juta. Dari beberapa
untuk mencapai hasil yang diharapkan. kasus tersebut maka perlu peningkatan
Standar response time tertuang dalam layanan kesehatan sesuai dengan standar
Keputusan Menteri Kesehatan termasuk tingkat pengetahuan dan
Republik Indonesia No keterampilan petugas kesehatan yang
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar berada di lingkup Instalasi Gawat Darurat.
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit yang Pengetahuan sikap dan
menyebutkan bahwa pasien gawat darurat keterampilan petugas kesehatan IGD
harus terlayani paling lama 5 (lima) menit sangat dibutuhkan dalam pengambilan
setelah sampai di gawat darurat, begitu keputusan klinis agar tidak terjadi

47
VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2022

kesalahan dalam melakukan pemilahan keputusan Menteri Kesehatan tahun 2019.


saat triage sehingga dalam penanganan Keterlambatan penanganan pada pasien
pasien bisa lebih optimal dan terarah di Instalasi Gawat Darurat dapat
(Oman, 2008). mengakibatkan kecacatan atau kematian
Hasil penelitian Sabriyati. O.W, dkk yang mana menurut Maatilu (2014) dalam
(2012), bahwa faktor-faktor yang penelitiannya membuktikan waktu tanggap
berhubungan dengan ketepatan waktu perawat pada penanganan pasien gawat
tanggap penanganan kasus di IGD bedah darurat yang memanjang dapat
dan non bedah adalah ketersediaan menurunkan usaha penyelamatan pasien
stretcher, ketersediaan petugas triase, pola dan terjadinya perburukan kondisi pasien.
penempatan staf, tingkat karakteristik Perawat di IGD dituntut untuk selalu
pasien, factor pengetahuan, keterampilan menjalankan perannya di berbagai situasi
dan pengalaman petugas kesehatan, yang dan kondisi yang meliputi tindakan
menangani kejadian gawat darurat. penyelamatan pasien secara profesional
Terdapat hubungan tingkat pengetahuan khususnya penanganan pada pasien gawat
petugas kesehatan IGD terhadap tindakan darurat, hal ini tidak lepas dari pentingnya
triage berdasarkan priorotas dan ada tingkat pengetahuan perawat dalam
hubungan antra sikap petugas kesehatan menanangani kasus pasien gawat darurat
IGD terhadap tindakan triage berdasarkan sehingga penulis tertarik untuk melakukan
priorotas sehingga pengetahuan tentang penelitian tentang Hubungan tingkat
response time untuk petugas kesehatan pengetahuan perawat dengan response
sangat penting untuk memberikan asuhan time di Instalasi Gawat Darurat RSUD
keperawatan yang bermakna. Selasih Kabupaten Pelalawan.
Hasil penelitian Ahmad (2012),
terdapat beberapa faktor yang METODE PENELITIAN
berhubungan dengan waktu tanggap Desain penelitian yang digunakan
perawat dalam melakukan tugasnya, faktor dalam penelitian menggunakan metode
tersebut adalah faktor internal meliputi penelitian cross sectional study atau
pengetahuan, pendidikan, lama kerja, penelitian yang dilakukan dimana
motivasi, umur, dan jenis kelamin. Faktor pengambilan dari semua variabel
eksternal meliputi imbalan dan sarana dilakukan pada satu waktu yang
prasarana. Hasil penelitian Martanti (2015) bersamaan, dilaksanakan pada bulan
tersebut menunjukkan bahwa semakin baik November 2021 – Januari 2022 di IGD
tingkat pengetahuan maka akan semakin RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan.
terampil dalam pelaksanaan triage. Populasi dari penelitian ini adalah perawat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh IGD RSUD Selasih Pelalawan yang
Maatilu (2014), response time pada berjumlah 31 orang. Teknik sampling
penanganan pasien gawat darurat di IGD yang digunakan pada penelitian ini adalah
didapatkan response time perawat dalam total sampling, yaitu teknik pengambilan
penanganan kasus gawat darurat rata-rata sampel dimana jumlah sampel sama
lambat (> 5menit). Sedangkan penelitian dengan populasi (Sugiyono, 2007).
yang dilakukan oleh Noor (2009), instrument penelitian berupa kuesioner.
response time pada penanganan pasien Prosedur Pengumpulan data primer secara
IGD didapatkan waktu tanggap 7,4 menit. formal kepada responden dengan
Pada kenyataan yang ada banyak mennggunakan kuesioner, terdiri dari
terjadi keterlambatan waktu tanggap beberapa pertanyaan kepada responden
perawat yaitu adanya waktu tanggap lebih untuk dijawab. Dalam melakukan
dari 5 menit, hal ini menunjukkan belum observasi peneliti membawa instrumen
terpenuhnya standar IGD sesuai lembar observasi dan kuesioner. Data

48
VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2022

sekunder diperoleh dengan mengumpulkan (Soekidjo, 2002:133). Ini berarti


data awal dari laporan yang ada di IGD menunjukkan sejauh mana suatu alat
RSUD Selasih Pelalawan. pengukuran itu tetap konsisten bila
Pengolahan data penelitian menurut Moh. dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
Nasir, (2015) dalam Miftakul, (2016) terhadap gejala yang sama,
proses pengolahan datan terdapat langkah-
langkah yang haus di tempuh, Editing
suatu kegiatan bertujuan untuk meneliti HASIL
kembali apakah isian pada lembar
pengumpulan data sudah cukup baik Tabel 1 Distribusi frekuensi responden
sebagai upaya menjaga kualitas data agar berdasarkan umur
dapat diproses lebih lanjut, Coding
merupakan tahap kedua setelah editing
dimana peneliti mengklasifikasi hasil
kuesioner menurut kriteria tertentu.,
Scoring yaitu penilaian data dengan
memberikan skor pada pertanyaan yang Berdasarkan tabel 1 dari jumlah 31
berkaitan dengan tindakan responden. Hal responden diketahui bahwa mayoritas
ini dimaksudkan untuk memberikan bobot umur responden berumur ≥ 30 tahun
pada masing-masing jawaban sehingga sebanyak 25 orang (80,6%)
mempermudah perhitungan (Nazir, 2011),
Tabulating adalah penyusunan dalam Tabel 2 Distribusi frekuensi responden
bentuk tabel. Tabulasi adalah berdasarkan Jenis Kelamin
pengelompokkan dengan membuat daftar
tabel frekuensi sesuai analisa yang
dibutuhkan.
Analisa univariat suatu prosedur
pengolahan data dengan menggambarkan
dan meringkas dan dengan cara ilmiah
Berdasarkan tabel 2 dari jumlah 31
dalam bentuk tabel atau grafik (Nursalam,
responden diketahui bahwa mayoritas
2016), Analisa bivariat adalah analisa yang
Jenis Kelamin responden Laki-Laki
di lakukan terhadap dua variabel yang
sebanyak 19 orang (61,3%)
diduga berhubungan atau berkorelasi.
(Nursalam, 2016). Analisa akan
dilakukan di program SPSS 21.0 for Tabel 3 Distribusi frekuensi responden
Windows dengan menggunakan uji Chi berdasarkan Tingkat Pendidikan
Square.
Validitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk
mengetahui instrumen yang valid atau
sahih, kuesioner diuji validitasnya
Berdasarkan tabel 3 dari jumlah 31
menggunakan uji Product Moment. Suatu
instrumen dikatakan valid apabila korelasi responden diketahui bahwa mayoritas
tiap butir memiliki nilai positif dan nilai r Tingkat Pendidikan responden adalah
hitung > t tabel (Soekidjo,2002:129), Diploma sebanyak 19 orang (61,3%)
Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan

49
VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2022

Tabel 4 Distribusi frekuensi responden Berdasarkan tabel 7 dari 31 responden


berdasarkan Lama Bekerja diperoleh Pengetahuan perawatan
terbanyak adalah baik 22 orang (71,0%)
dengan mayoritas response time di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Selasih
Kabupaten Pelalawan Cepat sebanyak 17
orang (54,80%). Adapun hasil uji statistic
chi square dengan nilai p value 0,004.
Berdasarkan tabel 4 dari jumlah 31 Nilai tersebut <0,05 (0,004<0,05) yang
responden diketahui bahwa mayoritas lama artinya terdapat hubungan bermakan pada
bekerja responden adalah ≥ 5 Tahun tingkat pengetahuan perawat dengan
sebanyak 24 orang (77,4%) response time di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan
Tabel 5 Distribusi frekuensi responden PEMBAHASAN
berdasarkan Pengetahuan
Karakteristik Perawat berdasarkan
Umur, Pendidikan, Jenis Kelamin dan
Lama Bekerja
Berdasarkan Hasil penelitian dari
jumlah 31 responden diketahui bahwa
mayoritas umur responden berumur ≥ 30
Berdasarkan tabel 5 dari jumlah 31
tahun sebanyak 25 orang (80,6%),
responden diketahui bahwa mayoritas mayoritas Jenis Kelamin responden Laki-
pengetahuan responden baik sebanyak 22 Laki sebanyak 19 orang (61,3%),
orang (71,0%) mayoritas Tingkat Pendidikan responden
adalah Diploma sebanyak 19 orang
Tabel 6 Distribusi frekuensi responden (61,3%), dan mayoritas lama bekerja
berdasarkan Respone Time responden adalah ≥ 5 Tahun sebanyak 24
orang (77,4%
Berdasarkan aturan yang berlaku
bahwa sesorang yang dikatakan
professional adalah telah menempuh
pendidikan minimal Level 5 yakni tigkat
Sarjana dan ditambah semakin baik pada
Berdasarkan tabel 6 dari jumlah 31 level 6 yakni telah memiliki kompetensi
responden diketahui bahwa mayoritas sesuai dengan bidangnya. Hal ini sudah
respone time responden cepat sebanyak 23 diterapkan oleh Intalasi Gawat Darurat
orang (74,2%) RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan
dimana telah mempekerjakan tenaga
Tabel 7 Hubungan Pengetahuan perawat yang memiliki pendidikan yang
Perawat dengan Response Time di kompeten yaitu pendidikan Profesi Ners.
Instalasi Gawat Darurat RSUD Selasih Serta telah menempatkan tenaga perawat
Kabupaten Pelalawan dengan memiliki pengalam kerja > 5 tahun
dalam hal ini pengalaman kerja sangat
memberikan harapan untuk memdapatkan
mutu pelayanan yang baik

50
VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2022

Pengetahuan perawat tentang response sangat penting untuk memberikan asuhan


time keperawatan yang bermakna.
Berdasarkan tabel 5 dari jumlah 31
responden diketahui bahwa mayoritas Respon Perawat tentang response time
memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 Berdasarkan tabel 6 dari jumlah 31
orang (71,0%). Hal ini dengan adanya latar responden diketahui bahwa mayoritas
belakang pendidikan responden mayoritas respone time responden cepat sebanyak 23
tingkat tingkat Diploma sebanyak 19 orang orang (74,2%). Hal ini didukung dengan
(61,3%), sehingga tingkat pengetahuan dan semakin baiknya pendidikan perawat dan
pemahaman sudah baik. Merujuk pada lama bekerja dengan mayoritas > 5 Tahun
teori Notoatmodjo, 2014 bahwa faktor sebanyak 24 orang (77,4%). Hasil ini
yang mempengaruhi pengetahuan salah diartikan bahwa perawat telah melakukan
satunya adalah pendidikan. Pendidikan respone time dengan baik dan telah
adalah upaya untuk memberikan menerapkan Standar response time sesuai
pengetahuan sehingga terjadi perubahan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
perilaku positif yang meningkat kea rah Indonesia No 856/Menkes/SK/IX/2009
yang lebih baik. tentang standar Instalasi Gawat Darurat
Pengetahuan merupakan hasil dari Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa
tahu dan ini terjadi setelah orang pasien gawat darurat harus terlayani paling
melakukan penginderaan terhadap suatu lama 5 (lima) menit setelah sampai di
objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya gawat darurat, begitu juga dalam
terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang Keputusan Menteri Kesehatan No
memungkinkan seseorang untuk dapat 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pelayanan Minimal Rumah Sakit di
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari sebutkan waktu tanggap pelayanan di IGD
pengalaman langsung maupun melalui adalah ≤5 (lima) menit terlayani setelah
pengalaman orang lain. Faktor-faktor yang kedatangan pasien
mempengaruhi pengetahuan antara lain: Hasil penelitian ini sejalan dengan
umur, pengalaman, pendidikan, pekerjaan, Hasil penelitian Ahmad (2012), dimana
jenis kelamin, informasi, lingkungan dan terdapat beberapa faktor yang
sosial budaya (Notoatmodjo, 2014). berhubungan dengan waktu tanggap
Hal ini sejalan dengan hasil perawat dalam melakukan tugasnya, faktor
penelitian yang dilakukan oleh Sabriyati. tersebut adalah faktor internal meliputi
O.W, dkk (2012), bahwa faktor-faktor pengetahuan, pendidikan, lama kerja,
yang berhubungan dengan ketepatan waktu motivasi, umur, dan jenis kelamin. Faktor
tanggap penanganan kasus di IGD bedah eksternal meliputi imbalan dan sarana
dan non bedah adalah ketersediaan prasarana. Begitujuga dengan hasil
stretcher, ketersediaan petugas triase, pola penelitian Martanti (2015) dengan
penempatan staf, tingkat karakteristik menunjukkan bahwa semakin baik tingkat
pasien, factor pengetahuan, keterampilan pengetahuan maka akan semakin terampil
dan pengalaman petugas kesehatan, yang dalam pelaksanaan triage.
menangani kejadian gawat darurat. Penelitian lainnya yang sejalan
Terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan penelitian ini adalah Hasil
petugas kesehatan IGD terhadap tindakan penelitian yang dilakukan oleh Maatilu
triage berdasarkan priorotas dan ada (2014), mengatakan bahwa response time
hubungan antra sikap petugas kesehatan pada penanganan pasien gawat darurat di
IGD terhadap tindakan triage berdasarkan IGD didapatkan response time perawat
priorotas sehingga pengetahuan tentang dalam penanganan kasus gawat darurat
response time untuk petugas kesehatan rata-rata lambat (> 5 menit).

51
VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2022

Hasil penelitian ini juga sejalan


Hubungan tingkat pengetahuan dengan hasil penelitian Nasution (2009)
perawat tentang response time dengan menunjukkan bahwa kinerja perawat dapat
penerapan response time di IGD RSUD dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
Kabupaten Rokan Hulu berdasarkan karakteristik responden
Berdasarkan tabel 6 dari 31 seperti umur, jenis kelamin, dan
responden diperoleh Pengetahuan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan
perawatan terbanyak adalah Baik 22 orang bahwa kelompok umur pada responden
(71,0%) dengan mayoritas response time yang berusia ≥39 tahun lebih besar
di Instalasi Gawat Darurat RSUD Selasih persentasenya yaitu 45,2% dengan kinerja
Kabupaten Pelalawan Cepat sebanyak 17 baik dibandingkan usia < 39 tahun yaitu
orang (54,80%). Adapun hasil uji statistic 24,2%. Berdasarkan jenis kelamin
chi square dengan nilai p value 0,004. menunjukkan bahwa responden
Nilai tersebut <0,05 (0,004<0,05) yang perempuan lebih besar persentasenya
artinya terdapat hubungan bermakan pada yang berkinerja baik yaitu 38,3%
tingkat pengetahuan perawat dengan dibandingkan dengan responden laki-laki,
response time di Instalasi Gawat Darurat yaitu 26,7%. Berdasarkan lama kerja
RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan. menunjukkan bahwa responden yang
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini bekerja ≥13tahun kinerjanya lebih baik
terjadi setelah orang melakukan yaitu 46,2% dibandingkan responden yang
penginderaan terhadap suatu objek bekerja < 13 tahun, yaitu 25%.
tertentu. Pengetahuan atau kognitif Penelitian berasumsi bahwa perawat
merupakan domain yang sangat penting di Intalasi Gawat Darurat RSUD Selasih
untuk terbentuknya tindakan seseorang ini memiliki respon yang baik karena telah
(Notoatmodjo, 2014) memiliki penddikan dan pengetahuan
Hasil penelitian ini sesuai dengan tentang response time di ruang IGD, serta
teori bahwa pekerjaan sesorang memiliki pengalaman tentang respone time
dipengeruhi dari beberapa factor yang baik bahkan sebagian berdasarkan
diantaranya, pengetahuan, penagalaman informasi dari beberapa perawat telah
dan Pendidikan. Dalam menilai memiliki kompetensi dalam penanganan
ketrampilan seseorang yang dalam hal ini kegaw daruratan sehingga diterapkan
response time perawat, bisa saja dengan baik dan sesuai Standar.
dipengaruhiadanya faktor motivasi perawat
dalam mempraktikkan ketrampilan kerja KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
yang didapat dari pendidikannya. Banyak KEBIJAKAN
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
kerja, menurut Mangkunegara (2000) Tingkat pengetahuan perawat
faktor-faktor tersebut antara lain: Faktor tentang response time adalah baik
kemampuan dan Faktor motivasi. Motivasi sebanyak 22 orang (71,0%), Respon
merupakan kemauan atau keinginan perawat tentang response time adalah
didalam diri seseorang yang adalah cepat sebanyak 23 orang (74,2%),
mendorongnya untuk bertindak (Depkes Hasil uji statistic chi square dengan nilai p
RI, 2002). value 0,004. Nilai tersebut <0,05
Sedangkan menurut Nursalam (0,004<0,05) yang artinya terdapat
(2001), menjelaskan peran perawat dalam hubungan bermakan pada tingkat
intervensi keperawatan harus berdasarkan pengetahuan perawat dengan response
pada kewenangan dan tanggung jawab time di Intalasi Gawat Darurat RSUD
secara profesional meliputi tindakan Selasih Kabupaten Pelalawan
dependen, independen daninterdependen.

52
VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2022

DAFTAR PUSTAKA Time Pada Penanganan Pasien


Instalasi Gawat Darurat RSUP
Depkes RI, 2009 Standar Tenaga Persahabatan.
Keperawatan Di Rumah Sakit, Notoadmojo,(2003). Pendidikan dan
Direktorat Pelayanan Keperawatan perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.
Direktoral Jenderal Pelayanan Rineka Cipta.
Medik. Nursalam & Pariani (2001), Pendekatan
Gadarbima. (2013). Tata Kerja
Praktis; Metodologi Riset
Kegawatdarurat Diakses tanggal 6
Keperawatan, Sagung Seto,
November 201 dari
https://gadarbima.wordpress.co Jakarta.
m/2013/01/31/peran-dan- Nursalam. (2012). Manajemen
fungsperawat/. Keprawatan: Aplikasi dalam
Hamid, A.Y,(2007). Riset Keperawatan Praktik Keperawatan Profesional.
Konsep Etika dan Instrumentasi. Jakarta: Salemba Medika. Oman.
Jakarta: EGC. Keputusan Menteri K. (2008). Panduan belajar
Kesehatan Republik Indonesia emergency EGC: Jakarta.
(2009). Standar Instalasi Gawat Pradana, A.P. (2015) Gambaran
Darurat (IGD) Rumah Sakit. Jakarta: Pengetahuan Perawat Dalam
Menteri Kesehatan Republik Melakukan Triage Di UGD RSUD
Indonesia. Kota Surakarta
Kartikawati, D. N, (2013). Buku ajar Putri, N. Z. (2017) Hubungan Response
Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Time Perawat pada Pelayanan
Darurat, Salemba Medika: Jakarta Gawat Darurat Dengan Kepuasan
Laoh, Joice M dkk. (2014). Gambaran Pasien Di IGD RSUD dr. Rasidin
Padang R.
Pengetahuan Perawat Pelaksana
Republik Indonesia KepmenKes RI
dalam Penanganan Pasien Gawat
nomor 856. (2009). Standar IGD
Darurat di Ruangan IGDM BLU
Rumah Sakit. Menteri
RSUP Prof. Dr. R. Kandou Manado.
Kesehatan.Jakarta Hendrik, (2010).
Maatilu, V. (2014). Faktor-Faktor Yang
Pelayanan kesehatan masyarakat.
Berhubungan Dengan Response Time
Kedokteran. Jakarta : EGC
Perawat pada penanganan Pasien
Sabriyati, W. O. (2012) Faktor-Faktor yang
Gawat Darurat Di IGD RSUP RSUP
Berhubungan Dengan Ketepatan
Prof. Dr. R. Kandou Manado.
Waktu Tanggap Penanganan Kasus
Mahrur, Arif dkk. (2016). Faktor-Faktor
Pada Response Time Di Instalasi
yang Mempengaruhi Lamanya
Gawat Darurat Bedah dan Non Bedah
Waktu Tanggap dalam Pelayanan
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Gawat Darurat di Instalasi Gawat
Setyawan. H. (2015) Gambaran
Darurat (RSUD dr. Soedirman
Pengetahuan Peran Perawat
Kebumen.
Dalam Ketepatan Waktu Tanggap
Nursalam. (2017). Metodologi Peneliian
Penanganan Kasus GAwat darurat
Ilmu Keperawatn. Jakarta:
Di Instalasi Gawat Darurat Rumas
Salemba
Sakit Umum Daerah Karanganyar,
Medika. Noor.(2009). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Response

53
VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2022

Surakarta : STIKes Kusuma


Husada.
Septian 2016,(2016). Hubungan response
time perawat dengan tingkat
kecemasan pasien kategori triage
kuningdi Instalasi gawat darurat di
RSD Dr. Soedirman Kebumen.
Sudarjat A dkk, (2014). Hubungan
Pengetahuan dan pengalaman
perawat dengan keterampilan
triaged IGD RSCM-dari ASSHP
Iriana-Jurnal Keperawatan, 2014-
ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id.
Surtiningsih.(2015). Hubungan
Response Time Perawat Dengan
Kepuasan Penanganan
Kewatdaruratan Pada Pasien
Kecelakaan Di IGD RSD Balung.
Taufik,(2017). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan triage pada
penanganan gawat darurat di IGD
Rs. Islam Faisal Makassar dan RS.
Bhayangkara Mappaodang
Makassar. S1 Keperawatan Stikes
Panakkukang Makassar.
Tira (2013). Triage keperawatan gawat
darurat. Diakses tgl 4 November
2019 dari
www.academia.edu/4293016/TRIA
GE_Keperawatan_Gawat_Darurat.
Vitriase, dkk.2014. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Response
Time Perawat Pada Penanganan
Pasien Gawat Darurat Di IGD
RSUP Prof. Dr. D. Kandou Manado.

54

Anda mungkin juga menyukai