Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah

sakit yang dilaksanakan di instalasi gawat darurat. Tugas instalasi gawat darurat

(IGD) adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan

keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan

gawat darurat medis. Sebagai unit pelayanan yang menanggulangi penderita

gawat darurat, komponen pelayanan di IGD harus memenuhi pelayanan

masyarakat dalam penanggulangan penderita gawat darurat dan dikelola

sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang harmonis dengan unit-unit dan

instalasi-instalasi lain dalam rumah sakit (Depkes RI, 2006).

Salah satu tujuan dalam pelayanan di rumah sakit adalah kepuasan pelanggan,

baik itu pasien maupun keluarga. Berdasarkan hasil penelitian dari Tomsal Siboro

(2013) kepuasan pasien ditentukan oleh keseluruhan pelayanan yaitu pelayanan

pendaftaran pasien, dokter, perawat, obat-obatan, sarana dan prasarana serta

lingkungan fisik rumah sakit. Sriyono dalam Tomsal Siboro (2013) menjelaskan

bahwa salah satu faktor yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien adalah

pelayanan yang diberikan oleh perawat di instalasi gawat darurat karena kurang

tanggapnya perawat terhadap kondisi pasien.

1
2

Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan

pertolongan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan

kecacatan, atau pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan yang sangat

penting (Time saving is life saving) seluruh tindakan yang dilakukan pada saat

kondisi gawat darurat harus benar-benar efektif dan efisien, hal ini mengingatkan

bahwa pasien dapat kehilangan nyawa hanya dalam hitungan menit saja karena

waktu adalah nyawa (Sutawijaya, 2009). Standar IGD sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan (2009) bahwa indikator waktu tanggap di IGD adalah harus ≤ 5 menit,

waktu tanggap dari perawat pada penanganan pasien gawat darurat yang

memanjang dapat menurunkan usaha penyelamatan pasien.

Menurut Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya

waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit

jantung. Mekanisme response time, disamping menentukan keluasan rusaknya

organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan, kecepatan dan

ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke instalasi gawat

darurat memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya

sehingga dapat menyambung suatu penanganan gawat darurat dengan response

time yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan

meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD

rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes, 2009). Pelayanan dalam kegawat

daruratan memerlukan penanganan secara terpadu dari multidisiplin dan multi

profesi termasuk pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral


3

mengutamakan akses pelayanan kesehatan bagi korban dengan tujuan mencegah

dan mengurangi angka kesakitan, kematian dan kecacatan (Suhartati et al, 2011)

Triage adalah suatu proses tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan

pada beratnya cedera yang diprioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway,

breathing dan circulation dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya

manusia dan probabilitas hidup penderita (Kartikawati, 2012). Adapun jenis-jenis

triage antara lain triage dua tingkat, triage tiga tingkat, triage empat tingkat,

triage lima tingkat, skala triage Australia, skala triage Kanada dan skala triage

Manchester (Kartikawati, 2012). IGD Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto Jakarta yang sekarang ini sudah menggunakan skala triage Australia

dimana pasien dibedakan dalam 5 (lima) kategori yaitu 1 (satu) sangat

mengancam hidup, 2 (dua) sedikit mengancam hidup, 3 (tiga) berisiko

mengancam hidup, 4 (empat) darurat dan 5 (lima) biasa.

Berdasarkan hasil penelitian Purba, dkk (2015). Menunjukkan bahwa

Response Time perawat yang cepat (≤ 5 menit) dan yang lambat (>5 menit) sama,

masing-masing berjumlah 15 orang (50%), menggambarkan bahwa response time

di IGD RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado masih belum 100% memilki

response time ≤5 menit. Hasil kepuasan keluarga menunjukkan kurang puas

berjumlah 6 orang (20%) dan yang puas berjumlah 24 orang (80%), dan terdapat

hubungan yang signifikan (p value = 0.017) antara response time dengan

kepuasan keluarga pasien.

Berbeda dengan penelitian Tumbuan, dkk (2015). Menunjukkan bahwa dari

77 responden, ada 33 responden (42,9%) yang mendapatkan response time yang


4

tepat ≤ 5 menit dari perawat dan 44 responden (57,1%) yang mendapatkan

response time yang tidak tepat > 5 menit dari perawat, sedangkan hasil penelitian

kecemasan pasien menunjukkan bahwa ada 17 responden (22,1%) dengan tingkat

kecemasan ringan, 19 responden (24,7%) dengan tingkat kecemasan sedang, 27

responden (35,1%) dengan tingkat kecemasan berat, 14 responsden (18,2%)

dengan tingkat kecemasan panik dan terdapat hubungan yang signifikan (p value

0,001) antara response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA 30 November 2018, dari hasil

observasi response time perawat dan wawancara dengan 10 pasien kategori triage

4 dan 5 di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA didapatkan bahwa response time perawat di IGD rata-rata > 5 menit.

Wawancara yang dilakukan pada 10 pasien yang setelah mendapatkan respon dan

tindakan dari perawat, 7 pasien mengatakan kurang puas karena lamanya perawat

menangani mereka dan 3 pasien mengatakan puas dengan pelayanan yang

diberikan perawat.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik meneliti hubungan

response time perawat dengan tingkat kepuasan pasien kategori triage 4 dan 5 di

Instalasi Gawat Darurat RSPAD GATOT SOEBROTO, sehingga nantinya pasien

merasa puas dengan waktu tanggap yang diberikan perawat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimanakah Hubungan Response Time Perawat dengan Tingkat


5

Kepuasan Pasien Kategori Triage 4 dan 5 di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas adapun tujuan umum dari

penelitian ini yaitu untuk mengetahui Hubungan Response Time Perawat dengan

Tingkat Kepuasan Pasien Kategori Triage 4 dan 5 di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) RSPAD GATOT SEOBROTO JAKARTA

1.3.1 Tujuan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan umum di atas adapun tujuan

khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1) Mengidentifikasi response time perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

2) Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien kategori triage 4 dan 5 di Instalasi

Gawat Darurat (IGD) RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

3) Menganalisis hubungan response time perawat dengan tingkat kepuasan

pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk

perkembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan gawat darurat khususnya


6

tentang response time dengan tingkat kepuasan pasien, sehingga perawat dapat

meningkatkan response time untuk pasien triage 4 dan 5.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1.4.2.1 Bagi Institusi

Sebagai masukan dan informasi perkembangan ilmu pengetahuan untuk

penelitian selanjutnya.

1.4.2.2 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai acuan dan bahan dalam memberikan pelayanan sehingga pasien

merasa puas menerima pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSPAD

GATOT SOEBROTO JAKARTA

1.4.2.3 Bagi Peneliti

Selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam

memberikan gambaran maupun informasi bagi peneliti selanjutnya.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian Purba, dkk (2015) berjudul “ Hubungan Response

Time Dengan Kepuasan Keluarga Pasien Gawat Darurat Pada Triase Merah Di

IGD RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado”. Penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif, populasi dalam penelitian ini diambil dari jumlah kunjungan pasien

triase merah ke ruang IGD dengan jumlah rata-rata perbulan adalah 30 pasien dan

sampel 30 responden. Desain penelitian ini bersifat survei analitik dengan

pendekatan cross sectional dan tehknik sampling yang digunakan adalah non
7

probability sampling yaitu accidental sampling. Pengambilan data menggunakan

lembar kuisioner dan observasi. Hasil dari penelitian menggunakan uji Chi-

Square didapatkan nilai p value = 0,017, yaitu ada hubungan antara response time

dengan kepuasan keluarga pasien. Penelitian yang saya ambil berjudul “Hubungan

Response Time Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Katagori Triage 4 dan

5 di IGD RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA” dengan desain penelitian

diskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh pasien

katagori triage 4 dan 5 yang berkunjung ke IGD dengan sampel 102 responden.

Tehnik pengambilan sampel dengan non probability sampling yaitu accidental

sampling dan pengambilan data menggunakan kuesioner dan observasi di IGD

RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

Berdasarkan penelitian Tumbuan, dkk (2015) berjudul “ Hubungan Response

Time Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kategori Triase Kuning Di IGD

RSU GMIM Kalooran Amurang”. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,

populasi dalam penelitian ini diambil dari rata-rata jumlah kunjungan pasien triase

kuning per bulan ke ruang IGD yaitu 239 pasien/bulan dengan sampel 77

responden. Desain penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional dan tehknik sampling yang digunakan adalah probability

sampling yaitu purposive sampling. Pengambilan data menggunakan lembar

kuisioner dan observasi. Hasil dari penelitian menggunakan uji Chi-Square

didapatkan nilai p value = 0,001, yaitu ada hubungan yang signifikan antara

response time perawat dengan kecemasan pasien di IGD RSU GMIM Kalooran

Amurang. Penelitian yang saya ambil berjudul “Hubungan Response Time


8

Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Katagori Triage 4 dan 5 di IGD

RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA” dengan desain penelitian diskriptif

korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh pasien katagori

triage 4 dan 5 yang berkunjung ke IGD dengan sampel 102 responden. Tehnik

pengambilan sampel dengan non probability sampling yaitu accidental sampling

dan pengambilan data menggunakan kuesioner dan observasi di IGD RSPAD.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan Pasien

2.1.1 Pengertian Kepuasan

Kepuasan pasien adalah tanggapan pasien terhadap kesesuaian tingkat

kepentingan atau harapan (ekspektasi) pasien sebelum mereka menerima jasa

pelayanan dengan sesudah menerima jasa pelayanan (Muninjaya, 2011),

sedangkan menurut Irawan dalam Nursalam(2015) Kepuasan adalah persepsi

terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapannya. Jadi kepuasan adalah

hasil dari akumulasai konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau

jasa. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan kepuasan pasien adalah suatu ungkapan perasaan pasien

terhadap pelayanan yang diterima sesuai dengan pelayanan yang diharapkannya.

2.1.2 Kepuasan Pasien

Pasien adalah makhluk Bio-Psiko-Sosio-Ekonomi-Budaya, artinya dia

memerlukan terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan harapan aspek biologis

(kesehatan), aspek psikologis (kepuasan), aspek sosio-ekonomi (papan, sandang,

pangan dan afiliasi sosial) dan aspek budaya. Siapapun yang mengetahui secara

khusus kebutuhan, keinginan ataupun harapan pelanggan atau pasien, maka dialah

yang mempunyai keuntungan berhubungan dengan pelanggan (Nursalam, 2015).

Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan,

harapan pelanggan dapat anda penuhi, maka pelanggan akan puas. Kepuasan
9
10

pelanggan adalah perasaan senang atau puas bahwa produk atau jasa yang

diterima telah sesuai atau melebihi harapan pelanggan. Kepuasan pasien

merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan dan kepuasan

pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih banyak lagi untuk

mendapatkan pasien yang loyal (setia). Pasien yang loyal akan menggunakan lagi

pelayanan kesehatan yang sama bila mereka membutukan lagi. Bahkan telah

diketahui bahwa pasien loyal akan mengajak orang lain untuk menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan yang sama (Nursalam, 2015).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien (Moison, Walter

dan White dalam Nooria, 2008) yaitu sebagai berikut:

1) Karakteristik produk, karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan

bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan

beserta kelengkapannya.

2) Harga, semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan

yang lebih besar.

3) Pelayanan, meliputi pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan

dalam pelayanan dan tanggap terhadap keluhan pasien. Rumah sakit

dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan

kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit.

4) Fasilitas, kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian

kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana,

tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap.
11

5) Image, yaitu citra, reputasi dan kepedulian perawat terhadap lingkungan

konsumen.

6) Komunikasi, bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima

oleh perawat.

2.1.4 Indeks Kepuasan

Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada kepuasan konsumen. Secara

garis besar dikategorikan dalam 5 kategori yaitu Prodicy Quality, Price

Emotional, Factor, dan Cost of Aquiring (Supriyanto dan Ratna dalam Nursalam,

2015).

1) Product Quality

Bagaimana konsumen akan merasa puas atas produk barang yang

digunakan. Beberapa dimensi yang membentuk kualitas produk barang

adalah performance, reliability,conformance, durability, feature dan lain-

lain.

2) Service Quality

Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah dikonsumsinya.

Dimensi service quality yang lebih dikenal dengan servqual meliputi 5

dimensi yaitu tangible, reliability, assurance, emphaty, responsiveness.

Skala ini dinyatakan dengan skala 1-5. Skala 1 adalah tidak puas dan skala 5

adalah puas. Nilai rerata skala adalah nilai skor (skor=jumlah n pengukuran

dikatakan skala).
12

3) Emotional Factor

Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang digunakan

dibandingkan pesaing. Emotional factor diukur dari preceived best score,

artinya persepsi kualitas terbaik dibandingkan pesaingnya.

4) Price

Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai) manfaat

dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan konsumen. Harga adalah

harga pelayanan medis yang harus dibayar.

5) Cost of Aquaring

Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang atau jasa.

2.1.5 Dimensi Kepuasan

Menurut Parasuraman, dkk dalam Lupiyoadi (2009), menyatakan ada lima

dimensi kepuasan yang dikenal dengan SERVQUALmeliputi:

1) Reliability (Keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan

yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. Menurut Palmer dalam Sari

(2008), item-itemnya meliputi:

a. Petugas mampu menangani masalah pasien dengan tepat.

b. Prosedur Pelayanan yang tidak berbelit-belit.

2) Responsiveness (Daya Tanggap), yaitu respon atau kesigapan petugas dalam

membantu pelanggan, menyampaikan informasi yang jelas dan memberikan

pelayanan yang cepat dan tanggap, yaitu meliputi: kesigapan petugas dalam

melayani pasien, kecepatan petugas dalam penanganan keluhan pasien.

Menurut Palmer dalam Sari (2008), item-itemnya meliputi:


13

a. Petugas menyampaikan informasi yang jelas.

b. Pelayanan yang cepat dan tepat.

3) Assurance (Jaminan), yaitu pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan

para petugas rumah sakit menumbuhkan rasa percaya pada para pasien. Hal

ini meliputi beberapa komponen yaitu komunikasi, kredibilitas, keamanan,

dan sopan santun. Menurut Palmer dalam Sari (2008), item-itemnya

meliputi:

a. Pelayanan yang sopan dan ramah

b. Jaminan keamanan pelayanan dan kepercayan terhadap pelayanan.

c. Keteramipaln petugas dalam bekerja.

4) Tangibles (Bukti Langsung), yaitu kemampuan rumah sakit menunjukkan

eksistensinya kepada pihak-pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan

sarana dan prasarana fisik rumah sakit yang dapat diandalkan, keadaan

lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan

oleh pemberi jasa pelayanan. Hal ini meliputi fasilitas fisik yaitu gedung,

gudang, perlengkapan dan teknologi kesehatan yang digunakan serta

penampilan petugasnya. Menurut Palmer dalam Sari (2008), item-itemnya

meliputi:

a. Petugas selalu menjaga kerapian dan penampilannya.

b. Kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan dan alat-alat

5) Emphaty (Empati), yaitu memberikan perhatian yang bersifat individual

atau pribadi diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami

keinginan pasien. Dimana suatu perusahaan rumah sakit diharapkan


14

memiliki pengetahuan dan pengertian tentang pelanggan secara spesifik,

serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pasien. Menurut

Palmer dalam Sari (2008), item-itemnya meliputi:

a. Pelayanan yang diberikan tidak memandang pangkat atau status pasien.

b. Petugas perhatian kepada pelanggan.

2.1.6 Pengukuran Tingkat Kepuasan

Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam

penyediaan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila

pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka

pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan efisien. Metode yang sampai

saat ini paling tepat untuk mengukur kepuasan adalah dengan menggunakan

kuesioner (Supranto, 2006). Menurut Nursalam (2015) dan Hidayat (2014) untuk

mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1) Sangat tidak puas = 1

2) Tidak puas = 2

3) Puas = 3

4) Sangat puas = 4

Cara interpretasi dapat berdasarkan persentase sebagai berikut (Hidayat, 2014).

1) 0 – 25 % = Sangat tidak puas

2) 26 – 50 % = Tidak puas

3) 51 – 75 % = Puas

4) 76 – 100 % = Sangat puas


15

Cara untuk mendapatkan persentase yaitu menggunakan rumus sebagai berikut

(Aspuah, 2011):

Ket:

Sp = Skor perolehan

Sm = Skor maksimal

2.2 Response Time

2.2.1 Pengertian Response Time

Menurut Depkes RI (2006) salah satu indikator mutu pelayanan IGD adalah

waktu tanggap atau yang disebut dengan response time. Menteri Kesehatan pada

tahun (2009) telah menetapkan salah satu prinsip umumnya tentang penanganan

pasien gawat darurat yang harus ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah

sampai di IGD, waktu tanggap gawat darurat merupakan gabungan dari waktu

tanggap saat pasien tiba di depan pintu IGD.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Response Time

Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang

datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan

kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan

response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai

dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen

IGD rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes, 2009).


16

2.2.3 Response Time Berdasarkan Waktu Tunggu Triage Australia

Berdasarakan waktu perawatan pasien triage Australia response time

perawat dibagi menjadi lima kategori yaitu sebagai berikut.

1) Kategori 1 (sangat mengancam hidup), response time perawat harus cepat

atau langsung memberikan intervensi kepada pasien.

2) Kategori 2 (sedikit mengancam hidup), response time perawat harus kurang

dari 10 menit.

3) Kategori 3 (berisiko mengancam hidup), response time perawat harus

kurang dari 30 menit.

4) Kategori 4 (darurat), response time perawat harus kurang dari 60 menit.

5) Kategori 5 (biasa), response time perawat harus kurang dari 120 menit.

2.3 Triage

2.3.1 Pengertian Triage

Triage berasal dari bahasa Prancis ‘Trier’ yang artinya membagi atau

mengelompokkan dalam tiga kelompok (Department of Emergency Singapore

General Hospital dalam Kartikawati, 2012). Sistem ini dikembangkan di medan

pertempuran dan digunakan bila terjadi bencana. Di medan pertempuran, triage

digunakan untuk menentukan prioritas penanganan pada korban Perang Dunia I.

Klasifikasi ini digunakan oleh militer perang, untuk mengidentifikasi dan

melakukan penanganan pada tentara korban perang yang mengalami luka ringan

dengan tujuan setelah dilakukan penanganan dapat kembali ke medan perang.


17

Triage mulai digunakan di unit gawat darurat pada tahun 1950 dan tahun

1960. Penggunan triage di unit gawat darurat disebabkan oleh peningkatan jumlah

kunjungan ke unit gawat darurat yang dapat mengarah pada lamanya waktu

tunggu penderita dan keterlambatan di dalam penanganan kasus-kasus kegawatan

(Kartikawati, 2012)

Triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan

tingkat kegawatan kondisinya (Zimmermann dan Herr, 2006 dalam Kartikawati,

2012). Triage juga di artikan sebagai suatu tindakan pengelompokkan penderita

berdasarkan pada beratnya cedera yang diprioritaskan ada tidaknya gangguan

pada airway, breathing, dan circulation dengan mempertimbangkan sarana,

sumber daya manusia dan probabilitas hidup manusia (Kartikawati, 2012).

Triagedibedakan menjadi dua yaitu TriagePre-Hospital dan Triage In

Hospital. TriagePre-Hospital yaitu triage yang digunakan pada musibah

massal/bencana dilakukan dengan tujuan bahwa dengan sumber daya yang

minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin. Pada musibah massal,

jumlah korban puluhan atau mungkin ratusan, dimana penolong sangat belum

mencukupi baik sarana maupun penolongnya sehingga dianjurkan menggunakan

teknik START (Simple Triage and Rapid Treatment), sedangkan TriageIn

Hospital pada unit gawat daruratperawat bertanggung jawab dalam menentukan

prioritas perawatan pada pasien. Keakutan dan jumlah pasien, skill perawat,

ketersediaan peralatan dan sumber daya dapat menentukan seting prioritas.


18

2.3.2 Tujuan Triage

Adapun tujuan triage menurut Kartikawati (2012) sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.

2) Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakutannya.

3) Menempatkan pasien sesuai dengan keakutannya berdasarkan pada

pengkajian yang tepat dan akurat.

4) Menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien.

2.3.3 Prinsip Triage

Adapun prinsip triage menurut Kartikawati (2012) sebagai berikut.

1) Triage harus dilakukan dengan segera dan singkat

2) Kemampun untuk menilai dan merespons dengan cepat kemungkinan yang

dapat menyelamatkan pasien dari kondisi sakit atau cedera yang

mengancam nyawa dalam departemen gawat darurat.

3) Pengkajian harus dilakukan secara adekuat dan akurat.

4) Keakuratan dan ketepatan data merupakan kunci dalam proses pengkajian.

5) Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.

6) Keselamatan dan keefektifan perawatan pasien dapat direncanakan jika

terdapat data dan informasi yang akurat dan adekuat.

7) Intervensi yang dilakukan berdasarkan kondisi keakutan pasien.

8) Tanggung jawab yang paling utama dari proses triage yang dilakukan

perawat adalah keakuratan dalam mengkaji pasien dan memberikan

perawatan sesuai dengan prioritas pasien. Hal ini termasuk intervensi

terapeutik dan prosedur diagnostik.


19

9) Tercapainya kepuasan pasien.

a. Perawat triage harus menjalankan triage secara simultan, cepat dan

langsung sesuai keluhan pasien.

b. Menghindari keterlambatan dalam perawatan dalam kondisi yang kritis.

c. Memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga.

1. Penempatan pasien yang benar pada tempat yang benar saat waktu yang

benar dengan penyedia pelayanan yang benar.

2.3.4 Klasifikasi Triage

Sistem klasifikasi mengidentifikasi tipe pasien yang memerlukan berbagai

level perawatan. Prioritas didasarkan pada pengetahuan, data yang tersedia, dan

situasi terbaru yang ada (Kartikawati, 2012). Huruf atau angka yang sering

digunakan antara lain sebagai berikut.

1) Prioritas 1 atau emergency.

2) Prioritas 2 atau urgent.

3) Prioritas 3 atau nonurgent.

Pasien dapat diklasifikasikan menjadi berikut ini.

1) Korban kritis diberi label merah atau kegawatan yang mengancam nyawa

(prioritas 1). Kriteria pada pengkajian adalah

a. Respirasi >30 x/menit.

b. Tidak ada nadi radialis

c. Tidak sadar/penurunan kesadaran.

Pasien membutuhkan tindakan yang cepat. Keluhan utama adalah

berdasarkan pada ancaman serius terhadap nyawa, tubuh, atau organ,


20

misalnya: serangan jantung, trauma berat, gagal napas, syok dan fraktur

terbuka.

2) Tertunda diberi label kuning atau kegawatan yang tidak mengancam nyawa

dalam waktu dekat (prioritas 2). Kriteria sebagai berikut.

a. Respirasi <30 x/menit.

b. Nadi teraba.

c. Status mental normal.

Pasien membutuhkan tindakan segera, tetapi pasien masih memungkinkan

menunggu beberapa jam jika mampu, misalnya: nyeri abdomen, fraktur

tertutup, dan batu ginjal.

3) Pasien yang masih bisa berjalan atau setelah dilakukan pengkajian, karena

kondisi pasien tidak kritis, maka pasien dapat menunggu diberi label hijau

(prioritas 3), misalnya: konjungtivitis, gangguan pada tenggorokan, kulit

dan sebagainya.

4) Pasien meninggal diberi label hitam atau tidak memerlukan penanganan.

2.3.5 Kategori Triage

2.3.5.1 Triage Dua Tingkat

Dalam sistem triage dua tingkat, pasien dikategorikan sakit atau tidak

sakit. Pasien yang sakit membutuhkan perawatan darurat dengan kondisi yang

membahayakan nyawa, tubuh atau organ. Sementara itu, pasien yang tidak sakit

merupakan pasien yang tidak menunjukkan tanda-tanda serius, bisa menunggu

jika perawatan sedikit tertunda (Kartikawati, 2012).


21

2.3.5.2 Triage Tiga Tingkat

Sistem triage tiga tingkat ini banyak digunakan di Amerika Serikat.

Pengkategorian dapat ditentukan berdasarkan warna (merah, kuning dan hijau)

atau pemberian nomor (kategori 1, 2, 3), tetapi pada dasarnya kategori tersebut

merujuk pada kondisi di bawah ini (Kartikawati, 2012).

2.3.5.2.1 Gawat Darurat

Pasien membutuhakn tindakan yang cepat. Keluhan utama adalah

berdasarkan pada ancaman serius terhadap nyawa, tubuh, atau organ, misalnya:

serangan jantung, trauma berat, gagal napas, syok dan fraktur terbuka

(Kartikawati, 2012).

2.3.5.2.2 Darurat

Pasien membutuhkan tindakan segera, tetapi pasien masih

memungkinkan menunggu beberapa jam jika mampu, misalnya: nyeri abdomen,

fraktur tertutup, dan batu ginjal (Kartikawati, 2012).

2.3.5.2.3 Biasa

Pasien yang masih bisa berjalan atau setelah dilakukan pengkajian,

karena kondisi pasien tidak kritis, maka pasien dapat menunggu diberi label hijau,

misalnya: konjungtivitis, gangguan pada tenggorokan, kulit dan sebagainya

(Kartikawati, 2012)

2.3.5.3 Triage Empat Tingkat

Penggunaan sistem triage empat tingkat ini dilakukan dengan

menambahkan status life threatening (ancaman nyawa) selain status gawat

darurat, darurat, dan biasa (Kartikawati, 2012).


22

2.3.5.4 Triage Lima Tingkat

Berdasarkan kebijakan yang telah disepakati antara American Chollege of

Emergency Physicians (ACEP) dan ENA pada tahun 2003, maka di Amerika

Serikat telah diberlakukan secara nasional penggunaan sistem triage lima tingkat.

ACEP dan ENA meyakini bahwa kualitas pelayanan pasien akan bertambah

dengan menerapkan skala triage terstandar dan proses kategori akuitas. Saat ini,

skala triage lima tingkat banyak digunakan diseluruh UGD rumah sakit di

Amerika Serikat. Pada skala ini ada penambahan level yaitu tingkat 1 yang berarti

gawat darurat tertinggi dan tingkat 5 untuk pasien dengan kondisi yang paling

ringan (Kartikawati, 2012).

2.3.5.5 Skala Triage Australia

Skala triage Australia ini banyak digunakan di UGD rumah sakit di

Australia. Penghitungan waktu dimulai sejak pasien pertama kali tiba di UGD,

pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan jika perawat akan mengambil keputusan

tingkat kedaruratan triage. Selain itu, proses triage meliputi pemeriksaan kondisi

kegawat daruratan pasien secara menyeluruh (Kartikawati, 2012).


23

Tabel 2.1Triage Australia dan skala akuitasnya.

Tingkat Waktu Perawatan Presentase Tindakan

Sangat mengancam hidup Langsung 100

Sedikit mengancam hidup 10 menit 80

Berisiko mengancam hidup 30 menit 75

Darurat 60 menit 70

Biasa 120 menit 70

Keuntungan menggunakan skala triage Australia yaitu memberikan

penilaian tepat waktu untuk semua pasien yang datang ke IGD berdasarkan

kriteria klinis, praktis digunakan karena membedakan katagori pada pasien gawat

darurat, pengalokasian kode triage memerlukan waktu tidak lebih dari lima menit

2.3.5.5.1Gambaran Klinis Pasien Triage Australia

Gambaran klinis pasien-pasien pada triageAustralia menurut Western

Australian Centre for Evidence Informed Healthcare Practice Curtin University

(2011) sebagai berikut.

1) Kategori 1 : Pasien dengan henti jantung, henti napas, resiko segera ke

saluran napas, pernapasan <10x/menit, GCS <9, kejang berkepanjangan.

2) Kategori 2 : Pasien dengan gangguan pernapasan berat, stridor parah,

perfusi berkurang, HR <50 atau >150 (dewasa), hipotensi dengan efek


24

hemodinamik, kehilangan banyak darah, nyeri dada seperti serangan

jantung, nyeri sangat berat, penurunan kesadaran, GCS <13, disfasia,

deman dengan tanda-tanda kelesuan, multi trauma besar (patah tulang

besar, amputasi).

3) Kategori 3 : Pasien dengan hypertension berat, kehilangan darah cukup

banyak, sesak napas cukup berat, kejang, muntah terus menerus, dehidrasi,

cedera kepala, nyeri dada yang berat tidak di jantung, nyeri perut, cedera

ektrimitas sedang, luka robek.

4) Kategori 4 : Pasien dengan perdarahan sedang, cedera dada tanpa nyeri

tulang rusuk atau distress pernapasan, kesulitan menelan, cedera kepala

ringan, tidak ada kehilangan kesadaran, nyeri sedang, muntah atau diare

tanpa dehidrasi, radang mata atau ada benda asing, pergelangan kaki

terkilir, fraktur tertutup, bengkak, sakit perut non spesifik.

5) Kategori 5 : Pasien dengan hanya nyeri minimal, riwayat berisiko

rendah, gejala minor penyakit stabil yang ada, gejala minor kondisi

berisiko rendah, luka ringan, lecet-lecet kecil, laserasi (tidak memerlukan

jahitan).

2.3.5.6 Skala Triage Kanada

Sekelompok dokter dan perawat di Kanada mengembangkan skala akuitas

dan triage lima tingkat. Setiap tingkst triage mewakili beberapa keluhan dari

pasien. Pada triage tingkat 1, contoh kasusnya yaitu serangan jantung, trauma

berat, gagal napas akut dan lain-lain. Sementara itu triage tingkat 5, contohnya

pasien terkilir, luka ringan dan sebagainya. Triage yang dilakukan oleh perawat
25

harus berdasarkan ilmu dan pengalaman tentang proses pemilahan pasien

berdasarkan tingkat kedaruratannya (Kartikawati, 2012).

Tabel 2.2 Triage Kanada dan skala akuitasnya.

Tingkat Waktu untuk Waktu untuk dokter Respons

perawat langsung

Resusitasi Langsung Langsung 98%

Gawat Darurat Langsung <15 menit 95%

Darurat <30 menit < 30 menit 90%

Biasa <60 menit < 60 menit 85%

Tidak Gawat <120 menit < 120 menit 80%

2.3.5.7 Skala Triage Manchester

Skala ini dikembangkan di Inggris oleh kelompok perawat dan dokter

gawat darurat. Setiap tingkatan pada triage ini diberi nama, nomor dan warna

sebagai pedoman perawat dalam memberikan perawatan kepada pasien. Perawat

menanyakan tanda dan gejala kepada pasien dan jawaban iya dari pasien

menunjukkan tingkat kedaruratan pasien (Kartikawati, 2012).


26

Tabel 2.3 Triage Manchester dan skala akuitasnya.

Nama Warna Waktu

Langsung Merah 0 menit

Gawat darurat Orange 10 menit

Darurat Kuning 60 menit

Standar Hijau 120 menit

Biasa Biru 240 Menit

Keuntungan menggunakan skala triage Manchester yaitu skala ini

membutuhkan dokumentasi standar, pendekatan diyakini menghemat waktu yang

diperlukan untuk dokumentasi, pendekatan ini sangat bermanfaat bagi perawat

pemula karena proses pengambilan keputusan dengan parameter yang sudah

ditetapkan. Kelemahan skala triage ini membutuhkan sistem komputerisasi yang

canggih (Panduan TriageIGD RS Indera Provinsi Bali).

2.4 Hubungan Response Time Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Kategori Triage 4 dan 5 di Instalasi Gawat Darurat

Suatu rumah sakit disebut memiliki pelayanan paripurna salah satunya adalah

harus memiliki pelayanan gawat darurat. Pelayanan gawat darurat merupakan

pelayanan yang diberikan selama 24 jam yang memiliki perawat dengan

kompetensi khusus dibidang kegawatdaruratan (Permenkes, 2014). Dari segi


27

manajemen bisnis Instalasi Gawat Darurat (IGD) sangat penting memberikan

pelayanan yang maksimal. Setiap pasien yang masuk ruang rawat inap hampir

75% akan melewati IGD sebelum masuk ruang rawat inap. Ini artinya respon

terhadap kualitas rumah sakit pertama kalidirasakan oleh pasien adalah di IGD.

Salah satu indikator kualitas pelayanan yang penting diperhatikan di IGD

adalah waktu tanggap (response time) perawat. Dalam pelayanan gawat darurat

diperlukan response time dengan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat

kepada pasien, baik dari pemberian pelayanan kegawatdaruratan maupun dalam

penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa ada

alasan yang jelas menyebabkan persepsi negatif dalam kualitas pelayanan(Depkes

RI, 2006). Menurut Nursalam (2015) kepuasan muncul dari kesan pertama masuk

pasien terhadap pelayanan yang diberikan perawat, seperti pelayanan yang cepat

dan tanggap.

Hal ini didukung oleh penelitian Anjaryani (2009) yang menemukan dengan

memberikan pelayanan maksimal akan mempengaruhi peningkatan kepuasan

pasien. Penelitian yang berbeda dilakukan Wilde (2009) waktu tanggap cepat

sangat dibutuhkan pada pasien di IGD, waktu tanggap maksimal yang dapat

mengurangi angka kematian baik kasus medik maupun surgical. Penelitian yang

dilakukan Widodo, dkk (2015) yang menemukan bahwa response time perawat

yang cepat akan mempengaruhi peningkatan kepuasan pasien. Sama dengan

penelitian Widodo, penelitian yang dilakukan oleh D. Pisu. Hermawan, dkk(2015)

menemukan bahwa semakin cepat response time perawat semakin puas pasien dan

sebaliknya semakin lambat response time perawat semakin tidak puas pasien.
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seseorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat,2014)

Karangka konseptual adalah suatu hubungan atau kegiatan antara konsep satu

terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin di teliti. Karangka konseptual

akan memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel -

variabel yang akan di teliti (Setiadi, 2013). Karangka ini di dapat dari konsep ilmu

atau teori yang di pakai sebagai landasan penelitian atau ringkasan dari tinjauan

pustaka yang di hubungkan dengan garis sesuai dengan variabel yang akan di

teliti. Sesuai dengan tujuan dan pemikiran peneliti yaitu Hubungan Response

Time Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien Kategori Triage 4 dan 5 di IGD

RSPAD GATOT SEOBROTO JAKARTA.Adapun kerangka konseptual dalam

penelitian ini dapat dijelaskan seperti gambar berikut.

28
29

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Response Time Perawat


dengan Tingkat Kepuasan Pasien Kategori Triage 4 dan 5 di IGD
RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA.

Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang


mempengaruhi Response mempengaruhi Kepuasan:
Time:
Karakteristik produk
1. Sarana Harga
2. Prasarana Pelayanan
3. Sumber daya manusia Fasilitas
4. Manajemen IGD Image
Komunikasi

Tingkat Kepuasan pasien

Dimensi Kepuasan:
1. Reliability
Response Time
2. Responsivines
3. Assurance
4. Tangible
5. Emphaty
Ket :

: Variabel yang diteliti

: Tidak diteliti

: Mempengaruhi
30

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian

tertentu misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, setatus perkawinan, pekerjaan

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen dan dependen

(Bivariate) yaitu mengenai hubungan response time dengan tingkat kepuasan

pasien kategori triage 4 dan 5 di IGD RSPAD GATOT SEOBROTO JAKARTA.

3.2.2 Macam-macam Variabel

Menurut Nursalam (2014), macam-macam variabel dalam penelitian dapat

dibedakan berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya

yakni sebagai berikut.

3.2.2.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain.

Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu

dampak pada variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu

response time perawat.

3.2.2.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel

respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain. Dalam

penelitian ini variabel terikatnya yaitu tingkat kepuasan pasien.


31

Tabel 3.1 Definisi Operasional VariabelHubungan Response TimePerawat


Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Triage Tingkat 4 dan 5 di IGD
RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA Tahun 2018.
No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional

11 Variabel Waktu Response time Observasi Ordinal 1. ≤5:


bebas : tanggap yang perawat akan (Arloji/Stop Cepat
Response dinilai dari di berikan watch) 2. 6-10:
time respon time nilai sesuai Sedang
perawat atau waktu yang 3. >10:
kecepatan perawat Lambat
pelayanan gunakan untuk
keperawatan menangani
di IGD pada pasien ketika
saat pasien pasien baru
baru datang masuk pintu
sampai IGD sampai
mendapatkan pasien
penanganan. mendapatkan
penanganan.

22 Variabel Suatu Kepuasan Kuesioner Ordinal 1. Sangat


terikat : ungkapan pasien tidak
Tingkat perasaan terhadap puas: 0-
kepuasan pasien response time 25%
pasien terhadap perawat akan 2. Tidak
pelayanan di ukur dengan puas: 26-
yang diterima kuesioner dan 50%
sesuai dengan skor yang 3. Puas:
pelayanan didapat lalu 51-75%
yang dicari 4. Sangat
diharapkan persentasenya. puas: 76-
dan diukur 100%
menggunakan
kuesioner
kepuasan.
32

3.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara atas rumusan masalah

penelitian yang akan dicari jawabannya dalam penelitian. Hipotesis berfungsi

untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan

yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2012).

3.2.3 Jenis jenis Hipotesis

3.2.3.1 Hipotesis Nol (H0)

Hipotesis nol merupakan hipotesis yang digunakan untuk pengukuran

statistik dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau

kompleks dan bersifat sebab atau akibat.

H0 : Tidak ada hubungan response time perawat dengan tingkat kepuasan

pasien katagori triage 4 dan 5 di IGD RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA.

3.2.3.2 Hipotesis Alternatif (Ha/H1)

Hipotesis alternatif adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini menyatakan

adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan antara dua atau lebih variabel.

Ha/H1 : Ada hubungan response timeperawat dengan tingkat kepuasan

pasien katagori triage 4 dan 5 di IGD RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif korelasional yaitu mengkaji

hubungan antara variabel. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

yaitu suatu penelitian menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel

independen dan dependen diamati hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,

2014), dalam hal ini adalah hubungan response time perawat dengan tingkat

kepuasan pasien katagori triage 4 dan 5 di IGD RSPAD GATOT SOEBROTO.

Desain penelitian ialah sebagai barikut:

Variabel I Deskripsi
Variabel

Uji Interpretasi
Hubungan makna/arti
Deskripsi
Variabel II
Variabel

Gambar 4.1 Skema penelitian deskriptif korelasional

4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah Langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, yang dimulai

dari penetapan populasi, penentuan sampel dan seterusnya (Nursalam, 2014).

Berdasarkan rumusan masalah, maka kerangka kerja pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

33
34

Populasi
Pasien kategori triage 4 dan 5 di IGD
RSPAD Gatot Soebroto dengan
jumlah 137 pasien

Inklusi Eksklusi

Sampel
Pasien kategori triage 4 dan 5 di IGD
RSPAD Gatot Soebroto dengan
jumlah 102 pasien

Tehnik Sampling
Non Probability sampling dengan tehnik accidental
sampling

Instrument Penelitian
(Kuesioner & Observasi )

Analisa data
Menggunakan uji statistik dengan analisa data korelasi bivariat yaitu
uji Spearman Rank, berbantuan sistem komputer

Penyajian Hasil Penelitian

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Response Time Perawat


dengan Tingkat Kepuasan Pasien Katagori Triage 4 dan 5 di IGD
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di IGD RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.


35

4.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan pada tanggal 30 November

– 30 Desember 2018.

4.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian dapat ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015). Populasi target adalah

sekelompok atau subyek atau data dengan karakteristik klinis dan demografi.

Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dibatasi oleh tempat

dan waktu (Sastroasmoro, 2008). Populasi target adalah seluruh pasien kategori

triage 4 dan 5 di IGD seluruh RS di Provinsi DKI JAKARTA dan sedangkan

populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kategori triage 4

dan 5 di IGD RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA yang rata-rata perbulan

yaitu 137 pasien

4.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2014). Sampel terdiri dari

bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian

melalui sampling (Nursalam, 2014). Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel

tersebut digunakan (Hidayat, 2014).


36

Rumus yang digunakan untuk menetukan besar sampel menggunakan rumus

Slovin (Nursalam, 2014) adalah sebagai berikut:

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : Standar eror (5%)

Perhitungan rumus diatas didapatkan hasil akhir 102 responden, agar

karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum

pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi.

4.4.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penlitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2014). Kriteria

inklusi yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi pasien:

1. Bersedia menjadi responden.

2. Pasien dewasa berumur 17-55 tahun.

3. Pasien dengan katagori triage 4 dan 5.


37

4.4.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2014).

Kriteria eksklusi yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi pasien:

1. Pasien yang tidak bisa membaca dan menulis.

2. Pasien yang tidak bisa melihat.

4.4.3 Teknik Sampling

Teknik Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan

populasi yang ada (Hidayat, 2014). Teknik pengambilan sampel dengan cara

accidental sampling yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan

kebetulan bertemu (Hidayat, 2014). Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah dengan non probability sampling. Pengambilan sampel dilakukan

dengan cara accidental sampling.

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

4.5.1 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data Primer yaitu

data yang dikumpulkan dari para responden dan bukan berasal dari pengumpulan

data yang pernah dilakukan sebelumnya. Data primer didapatkan dari responden

yang diperoleh adalah hasil pengukuran meliputi kepuasan pasien dan observasi

response time perawat.


38

4.5.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari data primer. Data primer diperoleh dengan

cara mengisi kuesioner oleh responden setelah responden selesai mendapatkan

penanganan oleh perawat dan mengobservasi response time perawat dengan

menggunakan arloji/stop watch ketika responden baru masuk pintu IGD sampai

responden mendapatkan penanganan dari perawat.

4.5.2.1 Alat Pengumpulan Data

Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulan data

(Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitan ini, alat pengumpulan atau instrument

penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan cara memberikan pertanyaan-

pertanyaan tertutup dan observasi. Pengumpulan data diperoleh secara langsung

dari hasil pengisian kuesioner oleh responden yang lebih dahulu diberikan

pengarahan tentang prosedur penelitian oleh peneliti. Angket atau kuesioner

adalah alat ukur atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Pembuatan

kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat peneliti sesuai

penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2014). Observasi merupakan cara

pengumpulan data dengan mengadakan melakukan pengamatan secara langsung

kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan

diteliti (Hidayat, 2014). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu

lembar observasi dan arloji/stopwatch untuk mengukur response time perawat,

serta kuesioner untuk mengukur kepuasan.


39

4.5.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Permohonan ijin dari pihak jurusan keperawatan untuk melakukan studi

pendahuluan, peneliti meminta ijin kepada RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA.

2) Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang akan mendukung

penelitian.

3) Mengajukan izin pengumpulan data dan penelitian yang ditandatangani

oleh Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) JAYAKARTA DKI

JAKARTA. Ijin tersebut ditujukan kepada RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA serta Badan Kesatuan Bangsa & Politik (Kesbang Pol).

4) Peneliti utama akan dibantu oleh peneliti pendamping yang sebelumnya

sudah dilakukan persamaan persepsi.

5) Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kemudian peneliti memberikan informed consent pada responden untuk

ditandatangani sebagai bukti persetujuan menjadi responden penelitian.

6) Peneliti datang ke IGD lalu diadakan pengisisan kuesioner oleh responden

serta dilakukannya observasi response time perawat dalam menangani

pasien.

7) Menyimpulkan hasil penelitian

4.5.3 Uji Validitas

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar

adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabititas data. Uji Validitas
40

adalah suatu indeks yang menunjukkan alat itu benar untuk mengukur apa yang

diukur (Notoatmodjo, 2012).

Setelah semua pertanyaan dinyatakan valid dilakukan uji reliabilitas yaitu

untuk melihat tingkat konsistensi suatu instrument. Berdasarkan hasil uji validitas

pada kuesioner kepuasan yang berjumlah 20 pernyataan dengan sampel 30 orang

dengan berbantuan sistem komputer dan kuesioner disebarkan di ruang IGD

RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA, didapatkan bahwa semua pernyataan

valid dan dapat digunakan, r hitung terendah yaitu 0,341 dan tertinggi yaitu 0,758

dengan r tabel 0,312.

4.5.4 Uji Reliabilitas

Yang dimaksud dengan reliabilitas adalah indeks yang menujukkan sejauh

mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sugiyono, 2015).

Berdasarkan hasil uji reliabel pada kuesioner kepuasan dengan jumlah 20

pernyataan dengan sampel 30 orang dengan berbantuan sistem komputer dan

kuesioner disebarkan di ruang IGD RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA,

didapatkan bahwa semua pernyataan sangat reliabel dan dapat digunakan,

terendah 0,896 dan tertinggi 0,907.

4.6 Pengolahan dan Analisa Data

4.6.1 Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012) setelah data terkumpul dilakukan pengolahan

data melalui beberapa tahapan sebagai berikut :


41

4.6.1.1 Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

kuesioner tersebut apakah kuesioner sudah diisi lengkap.

4.6.1.2 Coding

Setelah semua data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Untuk memudahkan dalam pengolahan data,

maka setiap jawaban dari kuesioner yang telah disebutkan diberi kode dengan

karakter masing-masing, untuk memudahkan penginterpretasian hasil penelitian

seperti, Tingkat Pendidikan : (0) Tidak Sekolah ,(1) SD, (2) SMP , (3) SMA,

Tamatan Akademik (4). Jenis kelamin : (0) Laki-laki , (1) Perempuan. Pekerjaan :

Tidak Bekerja (0) ,Buruh (1) , Petani (2), PNS (3), Wiraswasta (4). Response time

perawat: Cepat (1), Sedang (2), Lambat (3). Tingkat kepuasan pasien: Sangat

tidak puas (1), Tidak puas (2), Puas (3), Sangat puas (4).

4.6.1.3 Entering

Yaitu memasukkan data yang telah diperoleh sesuai dengan kode yang

telah ditetapkan ke dalam media pengolahan data. Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan komputer.

4.6.1.4 Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di

entry.
42

4.6.1.5 Tabulating

Memasukkan data dari hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai criteria

ke dalam program SPSS.

4.6.2 Tehnik Analisa Data

4.6.2.1 Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Sugiyono, 2015). Anialisa Univariat yaitu

analisa yang digunakan untuk melihat gambaran dari masing-masing variabel dan

menganalisis frekuensi serta persentase dengan dibantu program komputer yang

dapat menghasilkan data persentase. Dalam penelitian ini, uji univariat akan

digunakan untuk menjawab tujuan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi karakteristik demografi responden meliputi jenis

kelamin, pekerjaan dan pendidikan.

2) Mengidentifikasi response time perawat.

3) Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien kategori triage 4 dan 5.

4.6.2.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel

(Sugiyono, 2015). Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mencari hubungan

antara response time perawat dengan tingkat kepuasan pasien kategori triage 4

dan 5 di IGD RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA, untuk uji hubungan

antara kedua variabel adalah dengan tehnik korelasi Spearman Rank dengan

dibantu program komputer.


43

Hasil analisis diambil dengan kesimpulan sebagai berikut:

1) Bila t hitung ≥ t tabel , Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara

response time perawat dengan tingkat kepuasan pasien kategori triage 4 dan 5

di IGD RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA.

2) Bila t hitung ≤ t tabel , Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara response

time perawat dengan tingkat kepuasan pasien kategori triage 4 dan 5 di IGD

RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA.

4.7 Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan

sebuah penelitian, mengingat penelitian kebidanan akan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika peneliti harus di perhatikan karena manusia

mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian (Nursalam, 2014). Etika dalam

melakukan penelitian yaitu :

4.7.1 Self Determination

Responden di berikan kebebasan untuk menetukan pilihan apakah bersedia

atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, setelah semua informasi yang

berkaitan dengan penelitian di jelaskan dengan menandatangani Informed Consent

yang di berikan.

4.7.2 Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.Informed Consent di

berikan sebelum peneliti melakukan tujuan agar responden mengerti maksud dan
44

tujuan dari penelitian. Jika responden bersedia, maka mereka menandatangani

lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak-hak pasien.

4.7.3 Anominity

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpilan data atau hasil peneliti yang di sajikan.

4.7.4 Confidentiality

Pada saat penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua responden yang telah di

kumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang dilaporkan pada hasil penelitian.

4.7.5 Beneficence

Peneliti selalu berupaya agar segala tindakan keperawatan yang di berikan

kepada klien mengandung prinsip kebaikan (promote good). Prinsip berbuat yang

terbaik bagi klien ini tentu saja dalam batas-batas hubungan teraupetik antara

peneliti dan klien.

4.7.6 Justice

Subjek harus diperlakukan adil baik sebelum pemberian perlakuan dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi tanpa

membedakan gender, agama dan etnis (Nursalam, 2014).

Anda mungkin juga menyukai