Anda di halaman 1dari 9

SKRIPSI

HUBUNGAN RESPON TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PASIEN KATEGORI TRIASE KUNING DI
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2016

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana keperawatan

Oleh :
NURWAHYUDIN
05.13096

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG

BAB 1 Pendahuluan
A. Latar belakang
Menurut World Health Organisation rumah sakit merupakan suatu
organisasi sosial dan kesehatan yang mempunyai fungsi sebagai
pelayanan, meliputi pelayanan paripurna (komperhensif) penyembuhan
penyakit (kuratif) dan juga sebagai pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat. Sebagai bentuk peningkatan kualitas pelayanan
perawatan di Inggris dilakukan evaluasi dengan pendekatan sistem dan
prinsip pelayanan pasien. Hal itu bertujuan supaya pasien mendapatkan
perawatan dengan kualitas yang tinggi dan tepat waktu (Leading Practices
in Emergency Departement , 2010).
Salah satu bagian di rumah sakit yang memberikan pelayanan
adalah Instalasi Gawat Darurat. Instalasi Gawat Darurat merupakan salah
satu unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama
dan sebagai jalan pertama masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat.
Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien
membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa
dan kecacatan lebih lanjut (DepKes RI, 2009). IGD adalah suatu instalasi
bagian rumah sakit yang melakukan tindakan berdasarkan triage terhadap
pasien (Musliha, 2010).
Triase adalah pengelompokan pasien berdasarkan berat cideranya
yang harus di prioritaskan ada tidaknya gangguan airway, breathing, dan
circulation sesuai dengan sarana, sumberdaya manusia dan apa yang
terjadi pada pasien (Siswo, 2015). Sistem triase yang sering di gunakan
dan mudah dalam mengaplikasikanya adalah mengunakan START (Simple

triage and rapid treatment) yang pemilahanya menggunakan warna . Warna


merah menunjukan prioritas tertinggi yaitu korban yang terancam jiwa jika
tidak

segera

mendapatkan

pertolongan

pertama.

Warna

kuning

menunjukan prioritas tinggi yaitu koban moderete dan emergent. Warna


hijau yaitu korban gawat tetapi tidak darurat meskipun kondisi dalam
keaadaan gawat ia tidak memerlukan tindakan segera. Terakhir adalah
warna hitam adalah korban ada tanda-tanda meninggal (Ramsi, IF. dkk ,
2014) 4
Label kuning merupakan salah satu indikator warna yang
digunakan ketika mengidentifikasi, memilah dan menempatkan pasien
pada kategori prioritas untuk mendapatkan perawatan sesuai dengan
tingkat keparahan dalam sistem triase. Pada label kuning, perawatan
pasien dapat ditunda dalam waktu kurang dari 30 menit. Warna kuning
termasuk prioritas tinggi yaitu korban gawat dan darurat yang tidak dapat
dimasukan prioritas tertinggi (label merah) maupun prioritas sedang (label
hijau) (Ramsi ,2014). Pasien dengan kriteria respirasi 10-30 x/menit , nadi
teraba, capillary revilltime lebih dari 2 detik dan niali GCS kurang dari 13
merupakan kriteria pasien label kuning (Kilner T, 2002)
Menurut Moewardi (2003) Salah satu indikator keberhasilan
penanggulangan medik penderita gawat darurat adalah kecepatan
memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat
baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan
waktu tanggap atau response time sangat tergantung kepada kecepatan
yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan

nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan


hingga pertolongan rumah sakit (Haryatun dan Sudaryanto, 2008).
Response Time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien,
dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan (Suhartati et al.
2011). Waktu tanggap yang baik bagi pasien yaitu 5 menit. (Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Berbeda dengan di
Amerika di mana tidak ada undang-undang federal mengenai waktu
tanggap. Waktu tanggap hanya diatur melalui kesepakatan kontrak antara
penyedia Emergency Medical Service (EMS) dengan subdivisi politik yang
menetapkan waktu tanggap kemudian di tetapkan menjadi peraturan.
Misalnya di California yang telah menetapkan standar waktu tanggap 12
atau 15 menit sejak panggilan darurat diterima untuk penyedia EMS
swasta (Ludwig, 2004).
Ketepatan waktu dalam pelayanan kegawatdaruratan menjadi
perhatian penting di negara - negara seluruh dunia. Hasil studi dari
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado (ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei
2015) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien.
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan
dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis
(Tomb,2000). Stuart (2001) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi
yang tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara
subjektif. Cemas berbeda dengan rasa takut.

Kecemasan adalah kondisi membingungkan yang muncul tanpa


alasan dari kejadian yang akan datang. Kecemasan akan muncul pada
keluarga yang salah satu anggota keluarganya sedang sakit. Bila salah satu
anggota keluarga sakit maka hal tersebut akan menyebabkan terjadinya
krisis keluarga. Kecemasan merupakan respon yang tepat terhadap suatu
ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila tingkatannya
tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, et al 2005)
Data kunjungan masuk pasien ke IGD di Indonesia sebanyak
4.402.205 pasien (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009). Pelayanan gawat
darurat di Provinsi Sumatera selatan mengalami peningkatan pada tahun
2011 - 2012 dari 98,80% menjadi 100% dengan berbagai banyak keluhan
pasien yang beranekaragam (Profil kesehatan Provinsi Sumatera selatan
tahun, 2013).
Rumah sakit muhammadiyah Palembang sendiri merupakan rumah
sakit yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat di Kota Palembang.
Data kunjungan pasien ke IGD selama bulan februari Juni 2016
berjumlah 5.285 pasien, di mana pasien dengan kategori triase merah
berjumlah 886 pasien, kategori triase kuning berjumlah 1.195 pasien,
kategori triase hijau berjumlah 3.197 pasien dan kategori triase hitam
berjumlah 27 pasien. Dengan tenaga perawat yang dinas di IGD RS
Muhammadiyah berjumlah 13 orang dengan tingkat pendidikan S1 2
orang, D3 7 orang dan SPK 4 orang. Dari observasi pendahuluan yang
dilakukan pada saat penanganan pasien kategori triase kuning yang
dilakukan 3 perawat di IGD RS Muhammadiyah Palembang rata-rata

respon time perawat yaitu > 5 menit. Observasi dan wawancara yang
dilakukan pada 5 pasien yang masuk ke IGD RS Muhammadiyah
Palembang dengan kategori triase kuning (urgent), setelah mendapatkan
respon dan tindakan pertama dari perawat, 3 dari 5 pasien yang masuk
mengatakan mereka merasa cemas karena lamanya tindakan yang harus
mereka jalani, mereka juga mengatakan pelayanan perawat di IGD masih
lambat.
Berdasarkan uraian diatas

maka dari itu penulis tertarik untuk

meneliti hubungan respon time perawat dengan kecemasan pasien


kategori triase kuning di IGD RS Muhammadiyah palembang.

B. Rumusan masalah
Respon paling umum pada pasien yang berada di ruang IGD salah
satunya adalah respon psikologis (kecemasan). Secara umum pasien yang
sedang berada di ruang IGD tentu ingin mendapatkan pelayannan yang
cepat dan tepat. Kecemasan pasien cenderung bertambah ketika mereka
harus menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan.
Ketepatan waktu penanganan pasien atau respon time oleh perawat
tentu sangat mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien. Apabila
respon time perawat lambat dan kecemasan meningkat maka akan
menimbulkan masalah tambahan bagi pasien.
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini
yaitu : Apakah ada hubungan antara respon time perawat dengan tingkat
kecemasan pasien di IGD dengan kategori triase kuning ?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan


antara respon time perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien
dengan kategori triase kuning di ruang Instalasi gawat darurat Rumah
sakit muhammadiyah Palembang tahun 2016.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
a. Diketahuinya tingkat kecemasan pasien

dengan kategori triase

kuning
b. Diketahuinya berapa lama respon time perawat
c. Diketahuinya hubungan antara respon time perawat dengan tingkat
kecemasan pasien pada kategori triase kuning.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi rumah sakit
a. Sebagai informasi data mengenai adanya peningkatan tingkat
kecemasan pada pasien dengan kategori triase kuning di IGD
sebagai akibat dari keterlambatan respon time perawat.
b. Sebagai bahan masukan untuk operasional pelayanan kesehatan
rumah sakit dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai informasi dan dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa
lain mengenai salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien
di IGD yaitu respon time.
3. Bagi penulis
Sebagai sarana dalam mengembangkan ilmu yang didapat
selama pendidikan tahap akademik dengan mengaplikasikannya dalam
penelitian keperawatan berdasarkan aspek kenyataan yang terjadi
dilapangan serta sebagai acuan dalam menambah wawasan untuk
penelitian selanjutnya.
E. Penelitian terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh


Akrian N, Tumbuan, Lucky Kumaat, Reginus Malara dari program studi
ilmu keperawatan fakultas kedokteran universitas sam ratulangi manado
tahun 2015 dikatakan bahwa Response time perawat di Instalasi Gawat
Darurat RS rata-rata tidak tepat yaitu lebih dari 5 menit. Tingkat
kecemasan pasien kategori triase kuning di Instalasi Gawat Darurat RSU
GMIM Kalooran Amurang mayoritas mengalami kecemasan berat.
Terdapat hubungan yang signifikan antara response time perawat dengan
tingkat kecemasan pasien kategori triase kuning di Instalasi Gawat Darurat
RSU GMIM Kalooran Amurang.
F. Daftar pustaka
Krisanty Paula dkk. 2009. Asuhan keperawatan gawat darurat. Jakarta:
CV. Trans info media.
Oman Kathleen dkk. 2008. Cetakan 1 : Panduan belajar keperawatan
emergency. Jakarta : EGC.
Septian Faiq. 2016. Hubungan respon time perawat dengan tingkat
kecemasan pasien kategori triage kuning di instalasi gawat darurat rumah
sakit umum daerah Dr. Soedirman kebumen. Suatu Studi Di Wilayah Kerja
RSUD soedirman kabupaten Gombong Tahun 2016, Skripsi, Program
studi ilmu kesehatan muhammadiyah, Gombong.
Akrian N Tumbuan, Lucky Kumaat, Reginus Malara. 2015. Hubungan
response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori triase
kuning Di igd rsu gmim kalooran amurang. Jurnal. Program studi ilmu
keperawatan fakultas kedokteran universitas sam ratulangi, manado.
G. Langkah-Langkah perumusan masalah

1. Menentukan peminatan
Kegawatdaruratan
2. Tema
Kecemasan pasien di ruang instalasi gawat darurat.
3. Melakukan kunjungan lapangan
4. Mengumpulkan data
5. Melakukan penelusuran literature
Melakukan pencarian jurnal terkait kecemasan pasien di instalasi
gawat darurat, respon time perawat di instalasi gawat darurat.
6. Masalah
Kecemasan pada pasien di instalasi gawat darurat pada kategori triase
kuning
7. Daftar pertanyaan
a. Apa yang menyebabkan kecemasan pada pasien ?
b. Bagaimana usaha pasien untuk mengatasi kecemasan ?
c. Apakah respon time dari petugas juga mempengaruhi tingkat
kecemasan pasien ?
d. Apa saja faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien di IGD ?
8. Pertanyaan terpilih
Apakah respon time dari petugas juga mempengaruhi tingkat
kecemasan pasien ?
9. Judul penelitian
Hubungan respon time perawat dengan tingkat kecemasan pasien
kategori triase kuning di rumah sakit muhammadiyah palembang tahun
2016

Anda mungkin juga menyukai