Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama di puskesmas dilaksanakan dalam bentuk

diantaranya adalah pelayanan gawat darurat (PMK No. 75, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO, 2012, dalam Rahmawati,2017)

terdapat beberapa penyakit yang dianggap penyakit gawat darurat dan

penyumbang kematian terbanyak di dunia diantaranya adalah penyakit jantung

iskemik 7,4 juta (13,2%); Stroke 76,7 juta (11,9%); penyakit baru obstruktif

kronik 3,1 juta jiwa (5,6%); Infeksi Pernafasan Bawah, 3,1 juta (5,5%); dan

Kanker 1,6 juta (2,9%). Kasus cedera atau kecelakaan memberikan angka

kematian mencapai 1,2 juta.

Banyaknya kunjungan di Instalasi gawat darurat memerlukan sistem triase

yang tepat, efisisen dan bertanggung jawab sangat berpengaruh pada keberhasilan

penyelamatan jiwa dan pencegahan kecacatan. Peran dari sistem triase dalam

pelayanan gawat darurat adalah menentukan prioritas pasien berdasarkan

kebutuhannya akan urgent care. Triase membedakan pasien yang harus mendapat

1
perawatan segera dengan pasien yang dapat menunggu di IGD (Graven et. al,

2009).

Triase merupakan cara pemilihan penderita berdasarkan kebutuhan terapi

dan sumber daya yang tersedia. Terapi di dasarkan pada ABC (Airway, dengan

cervical spine control, Breathing dan circulation dengan control perdarahan)

(Musliha, 2010). Triase Kuning (Urgent) diindikasikan kepada korban - korban

yang membutuhkan pengawasan yang diteliti, tapi penanganannya dapat ditunda

untuk sementara (Kemenkes, RI, 2011).

Triase Kuning (Urgent) diindikasikan kepada korban - korban yang

membutuhkan pengawasan yang diteliti, tapi penanganannya dapat ditunda untuk

sementara (Kemenkes, RI, 2011). Response time sangat penting khususnya pada

pasien dengan kategori triase kuning di IGD karena pasien ini membutuhkan

pengawasan yang sangat ketat. Perawat yang cepat dan tanggap dalam

memberikan pelayanan gawat darurat akan mampu memberikan life saving

(keselamatan hidup) pada pasien atau sebaliknya penanganan yang lambat dapat

berakibat pada kecatatan atau kematian (Kartikawati,2014).

Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat

darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada

penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana.

Keberhasilan waktu tanggap atau response time sangat tergantung

kepadakecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk

menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam

perjalanan hingga pertolongan rumah sakit. Penanganan gawat darurat ada

2
filosofinya yaitu Time Saving it’s Live Saving artinya seluruh tindakan yang

dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan

efisien. Hal ini mengingatkan pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan

nyawa hanya dalam hitungan menit saja. Berhenti nafas selama 2-3 menit pada

manusia dapat menyebabkan kematian yang fatal (Sutawijaya, 2009).

Pentingnya waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain

penderita penyakit jantung. Mekanisme waktu tanggap, disamping menentukan

keluasan rusaknya organ-organ dalam juga dapat mengurangi beban pembiayaan.

kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke

IGD memerlukan standar sesuai dengan waktu tanggap yang cepat dan

penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana,

prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD Rumah Sakit sesuai standar

(Wilde, 2009).

Menurut Basoeki et al (2008) konteks pelayanan kegawatdaruratan aspek

asuhan keperawatan pada tahap pelaksanaan merupakan hal yang sangat penting

diperhatikan, karena dalam tahap pelaksanaan atau implementasi ini harus

mengacu kepada doktrin dasar pelayanan gawat darurat yaitu time is life saving

(waktu adalah nyawa), dengan ukuran keberhasilan adalah response time ( waktu

tanggap) selama 5 menit dan waktu definitif ≤ 2 jam. Negara- negara Eropa dan

Amerika telah memiliki layanan panggilan gawat darurat yang dilakukan oleh unit

khusus yaitu EMS (Emergency Management Service). Salah satu standar

pelayanannya yaitu memberikan waktu tanggap (response time)penatalaksanaan

kasus kegawatan secara cepat dan tepat.

3
Respon time yang baik dapat berdampak pada kepercayaan pasien dan

keluarga terhadap kemampuan petugas IGD dalam memberikan tindakan gawat

darurat. Kepercayaan (trust) merupakan kesediaan (Willingness) individu untuk

menggantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat pertukaran karena individu

mempunyai keyakinan (confidence) terhadap pihak lain.Kepercayaan juga dapat

diartikan gambaran sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa

menunjukan sikap pro atau kontra. Kepercayaan lebih mudah untuk tumbuh

diantara orang – orang yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama,

sehingga lebih mudah untuk mengubah kepercayaan individu dari pada mengubah

kepercayaan suatu kelompok (Moorman, Krech 1993 dalam Rembet, 2015).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes,

pada tahun 2007, jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri

atas 1.033 RSU dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000,

sementara data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 (13,3 % dari total seluruh

kunjungan di RSU), dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12,0 % berasal

dari pasien rujukan. Tahun 2015, jumlah penderita yang berkunjung di IGD secara

nasional 67,49 juta, dan tahun 2016 jumlah ini meningkat menjadi 68,28 juta

pasien (Kemenkes R.I, 2017).

Dari data yang didapat di UGD Puskesmas Telaga Biru,jumlah perawat

yang bekerja sebanyak 20 orang. Data kunjungan pasien melalui rekam medik

jumlah kunjungan pasien masuk ke UGD pada bulan Januari sampai dengan bulan

Desember tahun 2016 sebanyak 502 orang sedangkan pada bulan Januari sampai

dengan bulan Desember tahun 2017 mencapai 735 orang. Berdasarkan wawancara

4
dengan keluarga pasien mengenai pelayanan di UGD, empat dari lima keluarga

pasien menyatakan bahwa saat tiba di UGD tidak langsung dilayani dan masih

harus menunggu petugas lebih dari 5 menit sehingga mereka merasa tidak

diperhatikan bahkan mereka cenderung untuk segera di rujuk ke rumah sakit atau

pulang kerumah.

Berdasarkan permasalahan dan studi pendahuluan tersebut, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul“Hubungan Response

Timeperawat dengan Tingkat kepercayaan keluarga pasien pada triase kuning di

Unit Gawat Darurat Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo”.

1.2 Idetifikasi masalah

1. Tahun 2015, jumlah penderita yang berkunjung di IGD secara nasional 67,49

juta, dan tahun 2016 jumlah ini meningkat menjadi 68,28 juta pasien.

2. Data kunjungan pasien melalui rekam medik jumlah kunjungan pasien masuk

ke UGD pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2016

sebanyak 301 orang sedangkan pada bulan Januari sampai dengan bulan

Desember tahun 2017 mencapai 424 orang.

3. Berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien mengenai pelayanan di UGD,

empat dari lima keluarga pasien menyatakan bahwa saat tiba di UGD tidak

langsung dilayani dan masih harus menunggu petugas lebih dari 5 menit

sehingga mereka merasa tidak diperhatikan bahkan mereka cenderung untuk

segera di rujuk ke rumah sakit atau pulang kerumah.

5
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah ada Hubungan Response Timeperawat dengan Tingkat kepercayaan

keluarga pasien pada triase kuning di Unit Gawat Darurat Puskesmas Telaga Biru

Kabupaten Gorontalo?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan response

timeperawat dengan Tingkat kepercayaan keluarga pasien pada triase kuning

di Unit Gawat Darurat Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi Response Time perawat pada triase kuning di Unit

Gawat Darurat Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo

b. Untuk mengidentifikasi tingkat kepercayaan keluarga pasien pada triase

kuning di Unit Gawat Darurat Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo

c. Untuk menganalisis hubungan response time perawat dengan Tingkat

kepercayaan keluarga pasien pada triase kuning di Unit Gawat Darurat

Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap kualitas kinerja perawat UGD

dan menjadi indikator untuk peningkatan kualitas pelayanan perawat di UGD.

2. Bagi Keperawatan

6
Sebagai bahan masukan bagi bidang keperawatan dalam melakukan analisis

faktor yang dapat mempengaruhi response time di UGD dan bahan evaluasi

dalam meningkatkan kualitas tenaga keperawatan di UGD.

3. Bagi peneliti

Sebagai sumber referensi peneliti dalam melakukan penelitian tentang upaya

yang dapat dilakukan dalam meningkatkan response time perawat khususnya

di UGD.

Anda mungkin juga menyukai