PENDAHULUAN
penting di negara berkembang. Diperkirakan terdapat 136 juta bayi yang lahir setiap
tahun, namun 4 juta di antaranya meninggal dalam periode neonatal (0-28 hari) dan
perlu mendapat perhatian khusus karena sebagian besar kematian bayi terjadi pada
masa awal kelahiran (neonatus) didukung dengan data yang menunjukkan tingkat
Children’s Emergency Fund) tahun 2020 dari Bayi yang baru lahir sangat rentan,
dalam menurunkan angka kematian bayi baru lahir mengalami penurunan dalam
2020).
tahun 2019, dari 29.322 kematian balita, 69% (20.244 kematian) diantaranya terjadi
pada masa neonatus. Dari seluruh kematian neonatus yang dilaporkan, 80% (16.156
kematian) terjadi pada periode enam hari pertama kehidupan. Sementara, 21% (6.151
1
kematian) terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan dan 10% (2.927 kematian) terjadi pada
Pada tahun 2019, penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi berat
kematian bayi di tahun 2016 mencapai 301, tahun 2017 menurun 239, tahun 2018
naik lagi 248, tahun 2019 turun 242 dan di tahun 2020 naik 2 kasus berjumlah 244.
2020).
Bayi yang berada di ruangan khusus NICU terpisah dengan ruang perawatan
ibu. Perawatan bayi di NICU mempunyai dampak yang bermakna pada orang tua
terutama seorang ibu dan hal ini dapat menyebabkan konsekuensi jangka panjang
pada keluarga itu. Krisis kelahiran bayi berat badan lahir rendah dan stigma yang
terjadi pada kelahiran bayi yang sakit berat, diperberat oleh perpisahan antara ibu dan
bayi yang diakibatkan perawatan di NICU sehingga hal ini akan menyebabkan respon
cemas pada setiap ibu. Kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan proses
fisiologi dalam tubuh manusia. Kecemasan tidak sama dengan rasa takut dan
2
bahaya sehingga akan menyebabkan kehilangan kendali pada individu tersebut.
Kecemasan yang tidak segera diatas akan sangat berdampak pada kondisi psikologis
individu seperti stress dan depresi bahkan kecenderungan untuk melakukan bunuh
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk membantu mengatasi rasa sedih dan rasa
kehilangan yang dialami para orang tua, menanggapi pertanyaan mereka dengan
optimal dan memudahkan kemampuan mereka beradaptasi. Salah satu cara dalam
koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan
menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya
dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa
aman dalam dirinya (Stuart & Sundeen, 2013). Orang tua khususnya seorang ibu akan
misalnya saja dimulai dari adanya perasaan bersalah karena telah melahirkan bayi
dengan berat yang kurang. Kemudian rasa bersalah akan berkembang menjadi
perasaan takut, cemas, stres dan depresi karena pada akhirnya bayi akan dirawat di
ruang NICU di mana ibu akan selalu terpusat perhatiannya atas kondisi bayinya yang
Studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr. MM. Dunda Limboto pada
tanggal 20 Juli 2021 melalui bagian rekam medik didapatkan data kematian neonatal
selama tahun 2019 sebanyak 13 bayi sedangkan tahun 2020 sebanyak 15 bayi.
Sementara data sejak Januari sampei dengan bulan Maret, jumlah bayi meninggal
3
sebanyak 2 bayi. Hal ini menunjukkan kematian neonatal masih menjadi masalah
utama. Hasil wawancara dengan 5 orang tua bayi didapatkan keterangan 4 orang
diantaranya mengeluh sulit tidur, tidak nafsu makan dan sering memirkan kondisi
bayinya yang sedang dirawat di NICU. Hasil observasi didapatkan orang tua nampak
cemas dan gelisah selama bayinya dirawat di NICU. Hasil observasi terhadap 5 orang
ibu juga didapatkan 3 orang diantaranya selalu menghindar bila diajak berkomunikasi
dan gelisah.
penting untuk mengetahui mekanisme koping dan kecemasan orang tua dengan
1. Kematian neonatal merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat penting
di negara berkembang. Diperkirakan terdapat 136 juta bayi yang lahir setiap
tahun, namun 4 juta di antaranya meninggal dalam periode neonatal (0-28 hari).
di tahun 2016 mencapai 301, tahun 2017 menurun 239, tahun 2018 naik lagi 248,
tahun 2019 turun 242 dan di tahun 2020 naik 2 kasus berjumlah 244
4
3. Data kematian neonatal selama tahun 2019 sebanyak 13 bayi sedangkan tahun
5. Hasil observasi didapatkan orang tua nampak cemas dan gelisah selama bayinya
dirawat di NICU. Menurut para orang tua, upaya yang mereka lakukan saat ini
orang tua bayi di ruang NICU di RSUD dr. MM. Dunda Limboto?
koping dengan kecemasan orang tua bayi di ruang NICU di RSUD dr. MM. Dunda
Limboto.
1. Mengetahui mekanisme koping orang tua bayi di ruang NICU di RSUD dr. MM.
Dunda Limboto.
2. Mengetahui kecemasan orang tua bayi di ruang NICU di RSUD dr. MM. Dunda
Limboto.
5
3. Menganalisis hubungan mekanisme koping dengan kecemasan orang tua bayi di
keilmuan khusus dalam memberikan dukungan pada orang tua yang mengalami
kecemasan.
asuhan keperawatan baik kepada bayi maupun keluarga bayi yang sedang
menjalani perawatan intensif di ruang NICU maupun orang tua dari bayi yang
2. Bagi Perawat
perawatan intensif di ruang NICU, sehingga dapat membantu para perawat yang
khususnya bekerja di ruang NICU khususnya pada para orang tua yang memiliki
3. Bagi orangtua
kecemasan.
6
4. Bagi Peneliti
penggunaan mekanisme koping pada ibu yang memiliki bayi dengan BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) yang sedang menjalani perawatan intensif di ruang
NICU.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus, yaitu merupakan individu yang
sedang mengalami masa pertumbuhan dan baru mengalami trauma kelahiran serta
Neonatus mempunyai pertahanan fisik yang lemah dan fungsi imunitas yang imatur
sehingga rentan terhadap invasi bakteri. Dalam hal ini neonatus memerlukan
penanganan dan perlakuan yang khusus karena memiliki risiko kematian yang lebih
intensif untuk bayi baru lahir (sampai usia 28 hari) yang memerlukan pengobatan dan
organ-organ vital pada bayi baru lahir. Ada berbagai penyakit pada bayi baru lahir
yang menyebabkan bayi harus dirawat di NICU, seperti bayi yang lahir dengan berat
kesulitan dalam proses persalinan, maupun bayi yang lahir secara prematur. Bayi
yang baru lahir dan ada masalah terhadap kondisinya, maka perlu dirawat di ruang
8
Ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan intensif
untuk bayi yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna mencegah dan
1. Level I adalah untuk bayi risiko rendah, dengan kata lain bayi normal yang sering
mencakup bayi lahir sehat yang segera dilakukan rawat gabung dengan ibunya,
2. Level II adalah untuk bayi risiko tinggi tetapi pengawasan belum perlu intensif.
Pada level ini bayi diawasi oleh perawat 24 jam, akan tetapi perbandingan
perawat dan bayi tidak perlu 1-1. Perawatan level II meliputi perawatan bayi
ruangan infeksi dan non infeksi. Adapun bayi yang dapat dirawat di level ini
antara lain bayi dengan hiperbilirubinemia yang memerlukan terapi sinar maupun
transfusi tukar; bayi berat badan lahir rendah (BB 1500-kurang dari 2500 gram)
atau sangat rendah (BB kurang dari 1500 gram), bayi kurang bulan (umur
inkubator; bayi yang tidak dapat atau tidak boleh diberikan minum peroral,
sehingga harus diberikan infus intravena, bayi yang membutuhkan terapi oksigen,
tetapi belum memerlukan alat bantu nafas mekanis, misalnya bayi dengan distres
atau gangguan nafas, riwayat lahir tidak langsung menangis; bayi dengan gejala
9
hipoglikemia (kadar gula darah rendah) atau ibu dengan riwayat diabetes melitus;
bayi dengan riwayat tindakan persalinan yang menyebabkan trauma bayi lahir,
misalnya dengan forcep atau vacum ekstraksi; bayi sakit tersangka infeksi
intravena.
3. Level III adalah untuk bayi risiko tinggi dengan pengawasan yang benar benar
ekstra ketat. Satu orang perawat yang bertugas hanya boleh menangani satu
pasien selama 24 jam penuh. Perawatan level III (NICU) meliputi perawatan bayi
sakit kritis atau belum stabil yang memerlukan support alat bantu nafas mekanik
pemberian obat-obatan atau tindakan intervensi khusus. Adapun bayi yang harus
dirawat di NICU antara lain bayi dengan sindrom gawat nafas derajat 3 dan 4
yang memerlukan support alat bantu nafas mekanik (Bubble Nasal CPAP atau
berat badan lahir amat atau sangat rendah (kurang dari 1200 gram), atau bayi
dengan umur kehamilan kurang dari 34 minggu yang belum mendapatkan obat
dll; serta perawatan bayi pasca operasi besar yang membutuhkan support
10
pemberian surfaktan, transfusi tukar, pemasangan akses umbilikal, pemasangan
1. Level I: ruang perawatan biasa; pasien dirawat di ruang atau kamar biasa dan
3. Level III: selain monitor dan inkubator, ruangan juga mesti difasilitasi ventilator.
2.3.1 Pengertian
Kecemasan atau ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon otonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Stuart &
Sundeen, 2013).
diobservasi secara langsung. Reaksi pertama yang muncul atau dirasakan oleh klien
11
dan keluarganya disaat klien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana begitu
mulai masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai klien dan keluarganya
Menurut Direja (2011), Kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan
proses fisiologi dalam tubuh manusia. Kecemasan tidak sama dengan rasa takut dan
Menurut Berman, et all (2016) dalam Zaini (2019), ansietas atau cemas
merupakan perasaan takut atau ketautan yang tidak dapat dijelaskan dan merupakan
respon terhadap stimulus internal dan eksternal yang memiliki tanda dan gejala
maka dapat disimpulakn bahwa kecemasan adalah perasaan takut atau khawatir yang
dirasakan oleh setiap orang yang diwujudkan melalui reaksi psikologis akibat
keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan
12
b. Gangguan terhadap kebutuhan dasar minum
1. Teori psikoanalitik
secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan. Secara
individu untuk menanganinya. Pada teori ini kecemasan dibagi kedalam dua tipe
yaitu:
a. Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang dikawal saat bayi lahir akibat adanya stimulasi tiba-
13
kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan.
b. Kecemasan subsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, freud melihat ada jenis kecemasan
lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian yaitu id dan
superego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai
2. Teori interpersonal
ditentukan oleh hubungan ibu dan anak pada awal kehidupannya, bayi berespon
seolah-olah ia dan ibunya adalah satu unit. Dengan bertambahnya usia, anak melihat
ketidaknyamanan yang timbul akibat tindaknnya sendiri dan diyakini bahwa ibunya
Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau kehilangan dapat
yang dicintainya. Harga diri seseorang merupakan faktor penting yang berhubungan
14
adalah orang yang mudah terancam, mempunyai opini negatif terhadap dirinya atau
3. Teori perilaku
Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami. Kecemasan
dapat juga muncul melalui konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan dan
individu harus memilih salah satu. Konflik menimbulkan kecemasan dan kecemasan
4. Teori keluarga
5. Teori biologic
sehingga terjadi perpindahan ion. Perubahan ini mengakibatkan eksitasi sel dan
memperlambat aktivitas sel dan memperlambat aktivitas sel. Teori ini menjelaskan
15
bahwa invidu yang sering mengalami kecemasan mempunyai masalah dengan proses
neurotansmiter ini. Mekanisme koping juga dapat terganggu karena pengaruh toksik,
defisiensi nutrisi, menurunnya suplai, perubahan hormon dan sebab fisik lainnya.
2021)
berikut: respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan
aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri.
Secara fisiologi situasi stres akan mengaktifkan hipotalamus, yang selanjutnya akan
mengaktifkan dua jalur utama stres, yaitu sistem endokrin (korteks adrenal) dan
disekresinya hormon ACTH ke dalam darah maka hormon ini akan mengaktifkan
kortisol. Hormon kortisol ini juga berperan dalam proses umpan balik negatif yang
16
Selain itu, umpan balik negatif ini akan merangsang hipotalamus bagian
anterior untuk melepaskan hormon Thirotropic Releasing Hormone (TRH) dan akan
(TTH). TTH ini akan mengakibatkan perubahan tekanan darah, frekuensi nadi,
peningkatan Basal Metabolic Rate (BMR), peningkatan asam lemak bebas, dan juga
peningkatan ansietas. Mekanisme kedua dari stres yaitu melalui jalur sistem saraf
mengaktifkan sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Aktivasi sistem saraf simpatis
untuk kemudian kedua hormon ini dibawa oleh darah ke semua jaringan tubuh.
Epinefrin dan norepinefrin akan berikatan dengan reseptor β1dan α1 adrenergik dan
memperkuat respon simpatis untuk meningkatkan tekanan darah dan frekuensi nadi
(Videbeck, 2012).
reseptor muskarinik (M3) pada otot polos bronkus dan mengakibatkan peningkatan
frekuensi nafas. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf parasimpatis membalik
17
proses ini dan mengembalikan tubuh pada kondisi normal sampai tanda ancaman
1. Respon fisiologis
a. Kardiovaskuler
1) Palpitasi
3) Pingsan
b. Respirasi
1) Nafas cepat
2) Sesak nafas
3) Pernafasan dangkal
4) Terengah-engah
c. Gastrointestinal
2) Mual
3) Nyeri perut
d. Neuromuscular
18
1) Peningkatan reflex
2) Reaksi kejut
4) Insomnia
5) Gelisah
6) Gerakan kaku
e. Saluran kemih
f. Kulit
1) Wajah memerah
2) Berkeringat
3) Gatal
4) Wajah pucat
2. Respon perilaku
a. Kegelisahan
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Bicara cepat
3. Respon kognitif
a. Gangguan perhatian
19
c. Sering lupa
d. Kesalahan penilaian
e. Mimpi buruk
f. Kehilangan kontrol
4. Respon afektif
a. Kegelisahan
b. Ketidaksabaran
c. Rasa gelisah
d. Ketegangan
e. Gugup
f. Ketakutan
g. Frustasi
h. Ketidakberdayaan
1. Lingkungan
Hal ini dapat disebabkan pengalaman individu. Kecemasan secara normal timbul bila
2. Emosi
20
Kecemasan biasa terjadi bila individu tidak mampu menemukan jalan keluar
atas permasalahan atau hubungan personal. Ini terjadi akibat rasa marah atau frustasi
3. Sebab fisik
timbulnya kecemasan. Hal ini biasanya terlihat dalam kondisi seperti kehamilan,
4. Keturunan
kecemasan. Berikut ini telah dirangkum beberapa instrumen atau alat ukur pengkajian
kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol
Present) sampai dengan 4 (severe). Skala HARS pertama kali digunakan pada
tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi
standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala
21
HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk
melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97.
skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable. Indikator kecemasan
(HRSA) dengan skor dan kategori yang ditentukan untuk menilai tingkat
kecemasan adalah:
Anxiety Analog Scale (AAS) merupakan modifikasi dari Hamilton Rating Scale
for Anxiety (HRSA) yaitu instrumen untuk mengukur “state” anxietas yang
dialami. Modifikasi meliputi (6) enam aspek yaitu keadaan cemas, tegang, takut,
kesulitan tidur, kesulitan konsentrasi dan perasaan depresi atau sedih. Dimana
responden diminta untuk memberi tanda pada enam kotak bergaris 100 mm
dimana dia pada aspek kecemasan yaitu diteliti. Pada skala angka (0)
menunjukkan titik permulaan atau tidak gejala sama sekali, sedangkan skala 100
menunjukkan keadaan ekstrim yang luar biasa (Panambang, 2000). VAS-A juga
merupakan alat ukur yang cukup reliable untuk digunakan pada pengukuran
cemas
22
3. Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS)
Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) adalah kuesioner yang digunakan untuk
baik dan reliabilitas uji yang baik. Kuesioner ini mengandung 20 pertanyaan,
penurunan kecemasan.
Setiap butir pertanyaan dinilai berdasarkan frekuensi dan durasi gejala yang
timbul: (1) jarang atau tidak pernah sama sekali, (2) kadangkadang, (3) sering,
dan (4) hampir selalu mengalami gejala tersebut. Total dari skor pada tiap
tingkat kecemasan yang tinggi. Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) telah
STAI terdiri dari 40 item yang terbagi kedalam dua dimensi kecemasan, yaitu
state anxiety dan trait anxiety yang setiap dimensinya memiliki 20 item. Setiap
23
Skala pengukuran State-Trait Anxiety Inventory (STAI) memiliki empat poin
salah satu alternatif jawaban pada setiap item. Untuk dimensi state anxiety,
responden diharuskan untuk memilih salah satu alternatif jawaban sesuai dengan
Alternatif jawaban yang dapat dipilih di antaranya adalah Sangat Tidak Sesuai
(STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Sedangkan untuk
dimensi trait anxiety, responden di harusakan untuk memilih salah satu alternatif
jawaban sesuai dengan perasaan yang seringkali atau pada umumnya ia rasakan.
Alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden di antaranya adalah Tidak
2.4.1 Pengertian
pertahanan ego untuk melindungi dirinya serta sebagai bentuk dari penatalaksanaan
Menurut Stuart & Sundeen (2013), koping didefinisikan sebagai salah satu
24
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa koping adalah suatu
dialaminya.
a. Konfrontasi
b. Perencanaan masalah
a. Berbicara dengan orang lain, teman, keluarga dan perawat tentang masalahnya
25
b. Mencari tahu lebih banyak informasi tentang situasi yang dihadapi melalui
f. Belajar dari pengalaman masa lalu, tidak mengulangi kegagalan yang sama.
Dimensi koping ini merujuk pada upaya untuk mengurangi berbagai reaksi
a. Penerimaan
b. Menjaga jarak
c. Kontrol diri
d. Menghindar
e. Penilaian positif
26
Menurut Yosep (2019), penyesuaian psikologis pada setiap individu terjadi atas
1. Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami masalah adalah syok, rasa tidak
percaya dan menolak kenyataan yang dihadapinya. Mereka cenderung akan berupaya
mencari alternatif melalui informasi tambahan yang dapat mendukung persepsi atas
diri mereka.
2. Marah
Tahap ini muncul saat individu mulai sadar akan kenyataan yang dihadapinya.
Perasaan yang meningkat sering diproyeksikan kepada orang yang ada disekitarnya
dalam berbagai ekspresi misalnya marah, lebih agresif, bicara kasar atau menuduh
3. Tawar-menawar
Pada tahap ini individu biasanya akan mengatakan seandainya dulu saya
menjaga kesehatan atau seandainya dulu saya tidak melakukan hal itu.
4. Depresi
Pada tahap ini seringkali individu akan menunjukkan sikap menarik diri, tidak
5. Penerimaan
Pada tahap ini individu mulai dapat menerima kenyataan yang ada dan mulai
mereorganisasi perasaannya.
27
Stuart & Sundeen (2013) membagi mekanisme koping menjadi dua macam
yaitu mekanisme koping yang adaptif dan mekanisme koping yang maladaptif.
1. Mekanisme koping adaptif adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat positif,
2. Mekanisme koping maladaptif adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat negatif,
merugikan dan destruktif serta tidak dapat menyelesaiakan masalah secara tuntas
Menurut Muhith (2015) ada lima cara penting dalam menghadapi masalah,
yaitu:
bahwa keadaan akan baik-baik saja, menyemangati diri sendiri untuk tetap tegar dan
tidak boleh menyerah serta percaya bahwa terapi hemodialisa akan membantu
bahwa setiap masalah ada solusinya seperti memikirkan cara lain dalam mengatasi
penyakit.
Dukungan sosial merupakan dukungan verbal, saran, bantuan yang nyata atau
tindakan yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam
lingkungan sosialnya. Dukungan ini juga dapat berupa kehadiran orang tertentu dan
28
hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya.
atau aktif pada kegiatan-kegiatan kerohanian juga menjadi cara koping dalam
kepada Tuhan juga bisa dilakukan dengan meminta saran atau mencari informasi
Menerima keadaan atau sadar akan keadaan dirinya yang menderita suatu
penyakit dan cenderung mencari hikmah dari keadaan tersebut. Penerimaan berbagai
29
Mengalami dengan kecemasan - Perbedaan
Kecemasan responden adalah Teknik
Dengan Bayi Sakit pengalaman sebelumnya consecutive
Kritis Di NICU dan lama bayi di rawat di sampel, analisis
RSUD Prof.dr. ruangan NICU statistik uji chi
Margono square.
Soekardjo
Purwokerto /
Sekar, Fatimah
dan Etika (2016)
Faktor-Faktor Studi korelasi terdapat pengaruh - Persamaan
Yang diagnosis penyakit, Menggunakan
Berhubungan tindakan corssectional
Dengan Tingkat pengobatan/perawatan, studi,
Stres Orang Tua sosial ekonomi, menggunakan
Pada Anak Yang pengetahuan dalam teknik
Di Rawat Di merawat anak dan sistem aksidental
Ruangan pendukung keluarga sampel
Perinatologi / terhadap tingkat stres - Perbedaan
Yeni, Rini dan orang tua selama anak Uji statistik
Karim (2013) dirawat di rumah sakit. chisquare.
30
2.5 Kerangka Berpikir
BBLR, asfiksia
neonatorum, sepsis
neonatorum, kelainan
kongenital
Perawatan intensif di
ruangan NICU
31
1. Koping berfokus Mekanisme koping Kecemasan
pada masalah 1. Adaptif orang tua
2. Koping berfokus 2. Mal adaptif
pada emosi
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan Variabel
32
2.6 Hipotesis
dengan tingkat kecemasan orang tua bayi di ruang NICU RSUD dr. MM. Dunda
Limboto.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2021
pengumpulan data dilakukan secara bersamaan pada satu waktu tertentu yang
Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independen yaitu variabel yang tidak tergantung pada variabel lain atau variabel yang
akan menyebabkan perubahan pada variabel lain sedangkan variabel dependen yaitu
dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan orang tua bayi. Selanjutnya kedua
34
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Skala
Variabel Alat ukur Hasil ukur
operasional ukur
Variabel
independen
35
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
ini adalah seluruh orang tua bayi yang di rawat di ruangan NICU RSUD dr. MM.
Dunda Limboto.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian karakteristik
yang ada dalam populasi (Riyanto, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah kepala
orang tua bayi yang dirawat di ruangan NICU yang ditentukan dengan teknik
accidental sampling yaitu sampel digunakan bila secara kebetulan hadir atau bertemu
dengan peneliti saat penelitian berlangsung. Adapun kriteria sampel yang digunakan
adalah:
36
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data primer adalah data utama yang diperoleh peneliti melalui lembar data
1. Data Karakteristik
Data karakteristik responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
Kuesioner koping orang tua terdiri dari 20 pernyataan yang diambil dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Rafiki (2017) yang kemudian modifikasi oleh
peneliti. Pernyataan dalam kuisioner ini terdiri dari pernyataan positif yaitu:
Pernyataan
Indikator Mekanisme koping
Positif Negatif
Merasa optimis terhadap maas depan 1,2 3,4
Menggunakan dukungan sosial 5,9 6,7,8
Menggunakan sumber spritual 10, 11, 12
Mengontrol situasi/ perasaan 13, 14, 15, 16
Mencoba menerima kenyataan 17,18,19,20
1) Selalu =4
2) Sering =3
37
3) Kadang-kadang =2
4) Tidak pernah =1
1) Selalu =1
2) Sering =2
3) Kadang-kadang =3
4) Tidak pernah =4
5. Kuisioner Kecemasan
menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang terdiri dari 14 item
pernyataan. Dalam penggunaan alat ukur ini peneliti mendampingi responden dan
menjelaskan tanda dan gejala yang dialami kemudian tanda dan gejala yang
list.
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti melalui data dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo, Kabupaten Gorontalo dan RSUD dr. MM. Dunda Limboto untuk
peneliti dengan merujuk pada teori yang telah ada. Selanjutnya, sebelum kuisioner ini
akan digunakan untuk pengumpulan data, terlebih dahulu akan dilakukan uji validitas
38
dan reliabilitas untuk mengetahui apakah kuisioner ini dapat digunakan sebagai alat
pengumpul atau tidak. Kuisioner yang akan diuji validitas dan reliabilitas adalah
dimana apabila nilai yang diperoleh lebih besar dari nilai t hitung maka kuisioner
dinyatakan valid. Selanjutnya uji reliabilitas menggunakan nilai alpha crombach 0,70.
Apabila nilai yang didapatkan nilai relibilitas lebih dari 0,70 maka kuisioner
yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) sehingga tidak perlu dilakukan uji
bentuk kalimat atau huruf ke bentuk data angka atau bilangan. Hal ini untuk
c. Entry, yaitu mengisi kolom-kolom atau kotak lembaran kode sesuai dengan
39
memasukkan data untuk diolah menggunakan computer maka otomatis akan
3. Penyajian data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi di sertai penjelasan tabel
1. Analisis Univariat
responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, mekanisme koping dan
kecemasan.
2. Analisis Bivariat
tingkat kecemasan. Analisa statistik hasil jawaban atas hasil observasi diskoring
dan kemudian dilakukan uji korelasi. Uji yang digunakan adalah Pearson r yang
40
dianalisis menggunakan komputerisasi SPSS. Adapun rumus yang digunakan
adalah:
41
Menurut Hidayat (2017), dalam etika penelitian ini ada 3 (tiga) prinsip yang
untuk menjadi responden. Tujuan Informed Concent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika subjek bersedia maka
memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik
42
Prinsip keterbukaan dan keadilan (justice) dilaksanakan dengan cara menjelaskan
ketelitian.
43
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Candra, I. W., Harini, I. G. A., & Sumirta, I. N. (2017). Psikologi landasan keilmuan
praktik keperawatan jiwa. Penerbit Andi.
Hawari, D. (2013). Manajemen Stres Cemas dan Depresi Cetakan ke-4. Jakarta:
FKUI, 27–33.
Madiyono, B., Moeslichan, S., Sastroasmoro, S., Budiman, I., & Purwanto, S. H.
(2014). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi, 5, 352–386. Jakarta;
EGC.
Maryanti, D., & Sujianti, B. T. (2011). Buku Ajar Neonatus, Bayi Dan Balita.
Jakarta. Trans Info Media.
Maryunani, A. (2013). Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta
timur: CV. Trans Info Media.
44
Riyanto, A. (2011). Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika, 216.
Sembiring, J. B. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta; Deepublish.
Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa .(Ramus & Egi
Komara, penerjemah). Jakarta: EGC.
Supinganto, dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Dasar. Jakarta; Yayasan Kita Menulis.
Videbeck, S. L. (2012). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Egc, 45, 2010–2011.
Yosep, I. (2019). Buku ajar keperawatan jiwa. Bandung; PT. Refika Aditama
45
Lampiran 1
FORMULIR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Oleh : …………….
untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan kecemasan orang tua bayi di
Penelitian ini salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Jurusan
Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi saudari
dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak
tanpa ada sanksi apapun. Jika saudari bersedia menjadi responden silahkan saudari
Tanggal :
No. responden :
46
Lampiran 2
Setelah membaca penjelasan penelitian ini maka saya mengetahui manfaat dari
penelitian ini. Saya mengerti bahwa peneliti akan menjunjung tinggi hak-hak saya
sebagai responden dan saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak
Gorontalo,…September 2021
………………………..
Paraf/ tanda tangan
47
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk Pengisian.
Jawablah pertanyaan dibawah ini secara jujur dan benar dengan memberi tanda
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
Tani Wiraswasta
48
II. MEKANISME KOPING
Cara pengisian:
Berikanlah tanda checklist ( √ ) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada
masing-masing butir pertanyaan dengan pilihan yang sesuai dengan yang Anda
alami.
Kadang- Tidak
No Kemampuan Koping selalu sering
kadang pernah
Merasa optimis terhadap masa
depan
1 Dalam menyelesaikan masalah, saya
memikirkan cara yang paling tepat
untuk menyelesaikan masalah
2 Mencoba untuk menyelesaikan suatu
permasalahan tahap demi tahap
3 Saya menyakiti diri sendiri ketika
ada masalah yang tidak terselesaikan
4 Untuk melupakan kemarahan, saya
sering membanting pintu, bantal,
buku, dll
Menggunakan dukungan sosial
5 Saya meminta bantuan teman/
sahabat ketika ada masalah
6 Saya berdamai dengan takdir,
terkadang saya hanya sedang tidak
beruntung
7 Saya tidak mau bertemu dengan
orang lain ketika saya adalah
masalah
8 Saya memendam sendiri masalah
yang saya hadapi
9 Saya selalu berfikir positif terhadap
setiap masalah yang saya hadapi
Menggunakan sumber spiritual
10 Ketika ada masalah frekuensi ibadah
saya meningkat
11 Saya selalu berdoa untuk bila setiap
ada masalah
12 saya menyerahkan semua persoalan
yang saya hadapi kepada Tuhan
49
Mengontrol Situasi Atau Perasaan
13 Ketika ada masalah, saya bertindak
seolah-olah tidak mengalami
masalah sama sekali
14 Saya sering mencoba untuk
melupakan masalah dari dalam
pikiran dan memikiran sesuatu yang
lain.
15 Saya mencoba memandang masalah
sebagai bagian kehidupan yang harus
saya jalani
16 Ketika saya ada masalah saya
menjadi lebih kuat
Mencoba menerima kenyataan
yang ada
17 Saya menghabiskan waktu untuk
nonton TV atau membaca koran
18 Saya menghindari masalah saya
dengan melakukan kegiatan yang
bermanfaat
18 Saya menolak untuk percaya bahwa
saya sedang memiliki masalah
19 Ketika saya ada masalah, saya
berusaha untuk melupakan masalah
dan meninggalkannya
20 Ketika saya memiliki masalah, saya
menyalahkan orang lain atas masalah
saya
(Sumber : modifikasi Rafiki, 2017)
50
III. TINGKAT KECEMASAN
51
Tidak Nyenyak
Mimpi buruk
Mimpi yang menakutkan
Banyak Mimpi-Mimpi
Bangun dengan Lesu
5. Gangguan kecerdasan
Daya ingat buruk
Sulit berkonsentrasi
Sering bingung
Banyak Pertimbangan
6. Perasaan depresi
Kehilangan minat
Sedih
Berkurangnya kesukaan pada hobi
Perasaan berubah-ubah
Bangun Dini Hari
7. Gejala somatic ( otot-otot )
Nyeri otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemertak
Suara tak stabil
8. Gejala sensoris
Telinga berdengung
Penglihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lemah
52
9. Ganguan kardiovaskular
Denyut nadi cepat
Berdebar-debar
Nyeri dada
Rasa lemah seperti mau pingsan
10. Gejala pernafasan
Rasa tertekan di dada
Perasaan tercekik
Merasa nafas pendek/sesak
Sering menarik nafas panjang
11. Gejala pencernaan
Sulit menelan
Mual muntah
Perut terasa penuh dan kembung
Nyeri lambung sebelum makan dan sesudah
12. Gejala urogenetalia
Sering Buang Air Kecil
Tidak Dapat Menahan Air Seni
Amenorrhoe
Menorrhagia
Menjadi Dingin (Frigid)
Ejakulasi Praecocks
Ereksi Hilang
Impotensi Tidak dapat menahan kencing
13. Gejala otonom
Mulut kering
Muka kering
53
Mudah berkeringat
Sakit kepala
Bulu roma berdiri
14. Apakah anda merasakan
Gelisah
Tidak tenang
Mengerutkan dahi muka tegang
Nafas pendek dan cepat
Jumlah skor :................
Kesimpulan :
Kecemasan ringan (skor 6-14)
Kecemasan sedang (skor 5-27)
Kecemasan berat (skor 28-36)
Kecemasan berat sekali (> 36)
54