Diajukan Sebagai
DosenPengampuh
OLEH :
Kelompok v
i
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU
TAHUN 2022
ii
KATA PENGANTAR
Dengan meyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi MahaPenyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukus serata kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
Adapun makalah asuhan kebidanan neonatus ini telah penulis usahakan semaksimal
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.
Namun, tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasamaupun yang lainnya. Oleh karenaitu, dengan
lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada penulis sehingga penulis dapat memperbaiki makalah asuhan
3
Kelompok V
4
5
6
7
BAB I
PENDAHULUAN
negara ASEAN lainya yaitu Indonesia sebanyak 44 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan
dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1000
Saat ini tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan semakin meningkat.
Hal tersebut didorong oleh berbagai perubahan mendasar di masyarakat baik ekonomi,
pendidikan, teknologi dan informasi serta berbagai perubahan lainnya. Salah satu pelayanan
keperawatan terhadap bayi hipotermia ataupun bayi dengan resiko tinggi hipotermia.
Hipotermia merupakan penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu normal. Menurut dr
Imral Chair SpA(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Ketua I
yang diselenggarakan Forum Promosi Kesehatan Indonesia, bayi prematur maupun bayi
cukup bulan yang lahir dengan berat badan rendah, terutama di bawah 2.000 gram, terancam
kematian akibat hipotermia yaitu penurunan suhu badan di bawah 36,5°C di samping asfiksia
Hipertermia pada bayi baru lahir jika suhu tubuh >37,5◦C per axila (Rukiyah dan Lia,
2010). Jadi dapat disimpulkan bahwa hipertermia adalah keadaan dimana suhu tubuh
meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu untuk menghilangkan panas atau
mengurangi produksi panas. Rentang normal suhu tubuh bayi baru lahir berkisar antara 36,5 –
37,5 °C.
8
Angka kejadian hipoglikemia di Indonesia secara umum belum tercatat karena
kegawatdaruratan pada neonatus yang harus segera diatasi, kejadian hipoglikemia biasanya
tidak terlihat, bayi biasanya hanya diam atau pasif tidak banyak bergerak dan disangka tidur,
maka dari itu banyak orang yang tidak tahu bahwa bayi tersebut hipoglikemia.
Meskipun angka kejadian hipoglikemia sangat rendah, namun jika tidak diatasi atau
diberi pertolongan dengan baik dan benar dalam jangka panjang bisa menyebabkan hasil tes
IQ rendah, kelainan gambar EEG, visual, dan pendengarannya bisa terganggu (Melis, 2004).
Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh eksotoksin yang dapat larut
(tetanospasmin) dari Clostridium tetani. Biasanya toksin tersebut dihasilkan oleh bentuk
vegetatif organisme tersebut pada tempat terjadinya perlukaan selanjutnya diangkut serta
difiksasi di dalam susunan syaraf pusat. Sedangkan Tetanus neonatorum terjadi pada
neonatus (bayi berusia 0-28hari) dan menyerupai tipe tetanus generalisata. Spora dari kuman
Clostridum tetani masuk melalui pintu masuk satu-satunya ke tubuh bayi baru lahir, yaitu tali
pusat. Peristiwa tersebut dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi lahir
maupun saat perawatannya sebelum puput (lepas tali pusat) (Depkes RI, 2010).
hipertensi, hepatitis, malaria, dan diabetes selama kehamilan adalah salah satu kondisi yang
menyebabkan tingginya kematian ibu (Koblinsky, 2012). Penyakit penyerta yang sering
sistem imun manusia, penurunan sistem imun pada orang yang terinfeksi HIV menyebabkan
AIDS. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) ialah sekumpulan tanda atau gejala
9
klinis pada penderita HIV akibat infeksi oportunistik karena penurunan sistem kekebalan
tubuh (Kemenkes RI, 2014). HIV dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak aman,
pemakaian jarum suntik secara bergantian, dan dari ibu hamil yang terinfeksi HIV ke bayinya
masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for Youth on Drug,
salah satu dari sepuluh isu global utama yang berkaitan dengan kehidupan pemuda yang
harus mendapatkan perhatian dengan prioritas tinggi. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya
catatan kriminal dari berbagai negara di dunia bahwa penggunaan NAPZA dimulai saat usia
muda. PBB mencatat bahwa para pemuda di seluruh negara mengkonsumsi NAPZA dengan
frekuensi yang meninggi dan cara yang lebih berbahaya daripada yang dilakukan oleh usia
lanjut (Amriel, 2008). Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) (2012),
jumlah remaja yang menggunakan NAPZA sekitar 230 juta orang atau 5% dari jumlah
Hipertemia?
Neonaturum?
10
5. Bagaimanakah asuhan dan penatalaksanaan pada bayi yang lahir dari ibu
6. Bagaimanakah asuhan dan penatalaksanaan pada bayi yang lahir dari ibu dengan
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan dan penatalaksanaan pada bayi dengan
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan dan penatalaksanaan pada bayi dengan
Hipoglikemia
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan dan penatalaksanaan pada bayi dengan
Tetanus Neonaturum
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan dan penatalaksanaan pada bayi dengan
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan dan penatalaksanaan pada bayi yang
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan dan penatalaksanaan pada bayi yang
11
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asuhan dan Penatalaksanaan pada bayi dengan Hipotermia dan Hipertemia
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal yaitu suatu keadaan
dimana suhu tubuh berada dibawah 35º C, Adapun suhu tubuh bayi dan neonatus adalah 36,5-
produksi panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh dalam keadaan normal,
kemampuan ini sangatlah terbatas pada BBL. Bayi baru lahir sering mengalami hipotermi karena
permukaan tubuh yang luas dibandingkan massa tubuh, dan suhu lingkungan yang dingin.
Hipertermia pada bayi baru lahir adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh yang tinggi dan
bukan disebabkan oleh mekanisme pengaturan panas hipotalamus (Maryati , Sujiartidan Budiarti,
2010). Hipertermia pada bayi baru lahir jika suhu tubuh >37,5◦C per axila (Rukiyah dan Lia,
2010). Jadi dapat disimpulkan bahwa hipertermia adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat
diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi
produksi panas. Rentang normal suhu tubuh bayi baru lahir berkisar antara 36,5 – 37,5 °C.
b. Penyebab
Penyebab hipotermi menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) yaitu : Berat badan
12
panas (misalnya Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi) ,trauma kurang terpapar informasi
Menurut (Dewi, 2014) Empat penyebab kemungkinan yang dapat mengakibatkan bayi baru lahir
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh
bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh,
konduksi biasa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang
hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika
membiarkan atau menempatkan BBL dekat dengan jendela, atau memberikan BBL di ruangan
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan
panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda) sebagai contoh, memberikan BBL dalam
ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam kedaan
telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok).
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembapan
udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi
oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran udara melewati. Apabila
13
BBL dibiarkan dalam suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,
Hipertermia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh meningkatnya produksi
panas,pengurangan kehilangan panas, atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sangat
panas) atau dehidrasi. (Maryati, Sujiarti dan Budiarti, 2010). Tiga penyebab terbanyak demam
tetapi 20% penyebab adalah infeksi virus. Sebagian besar penyebab demam pada anak terjadi
akibat perubahan titik pengaturan hipotalamus yang disebabkan adanya pirogen seperti bakteri
atau virus yang dapat meningkatkan suhu tubuh.Terkadang demam juga disebabkan oleh adanya
c. Diagnosis
yaitu :
1. Hipotermia sedang :
b. Gangguan nafas
d. Malas minum
e. Latergi
2. hipotermia berat
14
b. Tanda lain hipotermia sedang
e.cianosis,
2. Hipertemia
1) Tahap I : awal
f)Mulut kering
h) Lemas
d. Penatalaksanaan
15
1. Hipotermia sedang
a. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,
b. Lakukan metode kangguru bila ada ibu atau pengganti ibu, kalua tidak gunakan inkubator
dan ruangan hangat, periksa suhu dan hindari paparan panas yang berlebihan.
d. Mintalah ibu mengamati tanda bahaya dan segera mencari pertolongan bila
e. Periksa kadar glukosa, nilai tanda bahaya dan tanda-tanda sepsis. Lakukan perawatan
lanjutan dan pantau bayi selama 12 jam periksa suhu setiap 3 jam.
2. Hipotermia Berat
1) Segera hangatkan bayi dibwah pancaran panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila
2) Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu, beri pakaian hangat, pakai
3) Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering berubah.
4) Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi lebih dari 60 kali permenit atau kurang dari 30
kali permenit, ada tarikan dinding dada, dan merintih saat ekspirasi) lakukan terapi pada
distres pernafasan.
5) Pasang jalur intra vena dan beri cairan intra vena sesuai dengan dosis rumatan. Perikasa
16
8) Anjurkan ibu menyusui segera setalh bayi siap atau pasang naso gastric tube (NGT)
9) Periksa suhu tubuh bayi, alat yang digunakjan untuk menghangatkan atau suhu ruangan
setiap jam.
B. Hipoglikemia
a. Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah secara abnormal
rendah yaitu a yaitu <50 mg/dl atau bahkan <40 mg/dl (Rahardjo, 2012 dan Maryam, 2009).
b. Etiologi Hipoglikemia
Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki cadangan
glukosa yang rendah yang disimpan dalam bentuk glikogen (Novyana, 2010). Hipoglikemia
disebabkan oleh ketidakseimbangan asupan makanan, insulin, dan aktivitas (Wong, 2005).
Hipoglikemia Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini
disebabkan oleh karena bayi tidak lagi mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin
plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun (Iswanto, 2012).
Menurut Iswanto (2012), terdapat 4 kelompok besar bayi neonatal yang secara
1) Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes melitus atau menderita diabetes
selama kehamilan dan bayi yang menderita penyakit eritroblastosis fetalis berat, bayi
17
2) Bayi dengan berat badan lahir rendah yang mungkin mengalami malnutrisi intrauterin,
yang mengakibatkan cadangan glikogen hati dan lemak tubuh total menurun. BBLR yang
termasuk rawan adalah bayi kecil menurut usia kehamilan, salah satu bayi kembar yang
lebih kecil berat badan berbeda 25% atau lebih, berat badan lahir kurang 2000 gr bayi
yang menderita polisitemia, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita toksemia dan
bayi dengan plasenta yang abnormal, terutama sangat peka dan mudah terkena gangguan
ini. Faktor-faktor lain yang juga berperan akan timbulnya hipoglikemia pada kelompok
ini mencakup respon insulin yang tidak normal, gangguan glikoneogenesis, asam lemak
bebas yang rendah, rasio berat otak atau hati yang meningkat, kecepatan produksi kortisol
yang rendah dan mungkin kadar insulin yang meningkat serta respon keluaran epinefrin
yang menurun.
3) Bayi yang sangat imatur (kecil) atau yang sedang sakit berat dapat menderita
kalori, dan bayi dengan berat badan lahir rendah yang menderita sindrom gawat nafas,
asfiksia perinatal, polisitemia, hipotermia dan infeksi sistemik dan bayi yang mengalami
4) Pada bayi yang menderita kelainan genetik atau gangguan metabolisme primer (jarang
sensitivitas leusin, insulinoma, nesidioblastosis sel beta, hiperplasia fungsional sel beta
18
Gejala hipoglikemia dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok besar, yaitu gejala
yang berasal dari sistem saraf autonomi dan gejala yang berhubungan dengan kurangnya
suplai glukosa pada otak. Pada neonatus gejala hipoglikemia tidak spesifik, antara lain
tremor, peka rangsang, apnea dan sianosis, hipotonia, iritabel, sulit minum, kejang, koma,
yakni :
1) Transisi dini neonatus (Early transitional neonatal ) Ukuran bayi yang besar ataupun
hiperinsulin.
glikogen.
d. Penatalaksanaan Hipoglikemia
a. Jika kadar gula darah 25-40 mg/dl tanpa tanda dan gejala hipoglikemia
19
b. Jika kadar gula darah >25-45 mg/dl dengan tanda dan gejala hipoglikemia
1) Beri air gula kira-kira 30 cc satu kali pemberian dan observasi keadaannya.
2) Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan kain hangat, jauhkan dari hal-
3) Segera beri ASI (Air Susu Ibu) Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar
glukosa darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml ASI perah tiap kg
4) Observasi keadaan bayi, yaitu tanda-tanda vital, warna kulit, reflek dan tangisan bayi.
5) Bila tidak ada perubahan selama ± 24 jam dalam gejala-gejala tersebut segera rujuk ke rumah
sakit.
c. Jika kadar gula darah <25 mg/dl dengan tanda gejala hipoglikemia
1. Pasang jalur IV, berikan glukosa 10% 2 ml/kg BB secara pelan dalam 5 menit
3. Periksa kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus glukosa dan kemudian 3 jam sekali
5. Bila kemampuan minum bayi meningkat, turunkan pemberian cairan infus setiap hari
C. Tetanus neonatorium
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir dikenal dengan istilah tetanus neonatorum.
Tetanus pada dasarnya dapat terjadi pada usia berapa pun, namun salah satu populasi
yang terutama rentan terhadap kondisi ini adalah bayi baru lahir.
20
Tetanus dapat dialami oleh seseorang yang terekspos terhadap spora dari
bakteri Clostridium tetani, yang umumnya terdapat pada tanah. Kondisi ini disebabkan
oleh zat berbahaya yang disebut neurotoksin, yang diproduksi oleh pertumbuhan bakteri
pada jaringan mati. Misalnya pada luka yang kotor atau pada pusat setelah persalinan
Tetanus neonatorum sendiri merupakan salah satu jenis tetanus pada bayi baru lahir yang
tidak memiliki proteksi berupa imunitas pasif. Hal ini biasanya merupakan akibat dari ibu
Sebagian bayi yang mengalami tetanus neonatorum dapat mengalami kematian. Kondisi
ini terutama lebih sering terjadi pada area pedesaan, di mana sebagian besar persalinan
b. Penyebab
tersebut memproduksi zat berbahaya yang dikenal dengan istilah neurotoksin, yang
memengaruhi aktivitas normal dari saraf tubuh dan menyebabkan spasme otot.
Beberapa faktor yang terkait dengan terjadinya tetanus neonatorum adalah perawatan tali
pusat yang kurang baik, pemotongan tali pusat yang tidak higienis, ibu yang tidak
mendapatkan imunisasi, sirkumsisi yang tidak higienis, tindik telinga yang tidak higienis,
persalinan yang tidak higienis, dan sebagainya. Spora dari bakteri dapat berkontak
dengan jaringan tubuh, berkembang biak, dan memproduksi toksin yang kemudian
menyebabkan penyakit.
21
c. Gejala
Masa inkubasi tetanus neonatorum, yakni periode waktu dari pertama kali terjadinya
ekspos terhadap bakteri hingga waktu tanda dan gejala pertama timbul, pada tetanus
Tanda dan gejala yang dapat timbul pada tetanus neonatorum adalah spasme pada tubuh,
kesulitan bernapas atau frekuensi pernapasan yang lebih cepat dari normal, distres
pernapasan, kebiruan pada kulit, demam, tanda infeksi seperti adanya nanah pada tali
d. Diagnosis
Pada wawancara medis, dokter dapat menanyakan adanya gejala yang diamati pada bayi
serta riwayat imunisasi sebelumnya pada ibu. Sementara itu pada pemeriksaan fisik,
dokter akan mengevaluasi adanya tanda dan gejala dari tetanus neonatorum.
e. Penatalaksanaan
Penanganan dari tetanus neonatorum diawali dari identifikasi portal masuknya bakteri ke
dalam tubuh bayi, dan membersihkan area di mana terdapat luka. Setelahnya, pemberian
22
Bila terdapat spasme, dokter juga dapat menginstruksikan pemberian obat sedasi atau
f. Pencegahan
Transmisi dari tetanus neonatorum pada persalinan dapat dicegah dengan meningkatkan
cakupan imunisasi, terutama untuk wanita hamil. Selain itu perlu untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai pentingnya persalinan yang bersih dan perawatan tali pusat yang
baik.
Vaksinasi dengan tetanus toksoid (TT) juga dapat membantu melindungi ibu hamil dari
2.4 asuhan dan penatalaksanaan pada bayi dengan penyakit yang di derita ibu selama
hamil
Mengetahui apa saja penyakit yang dapat membahayakan janin sangat berguna bagi ibu
hamil. Dengan begitu, tindakan pencegahan dan penanganan bisa dilakukan sedini
1. Anemia
23
Meski terdengar sepele, anemia pada ibu hamil benar-benar tidak boleh dianggap remeh
dan perlu mendapat penanganan segera. Jika tidak, penyakit ini dapat meningkatkan
risiko kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, dan cacat lahir. Ibu hamil yang rentan
Sebab, saat hamil, kebutuhan darah akan meningkat demi mendukung pertumbuhan janin
dalam kandungan. Jika tubuh ibu hamil tidak mampu memproduksi lebih banyak sel
darah merah, hal ini akan memicu terjadinya anemia. Beberapa gejala dari penyakit ini
adalah mudah lelah, pusing, sesak napas, dan kulit terlihat lebih pucat.
2. TORCH
Salah satu penyakit pada ibu hamil yang harus diwaspadai adalah TORCH
simplex). Penyakit ini dapat meningkatkan risiko gangguan pada janin, seperti rusaknya
sistem saraf pusat janin, hilangnya pendengaran, gangguan penglihatan, kelainan mental,
3. Keputihan
Keputihan sebenarnya adalah masalah umum bagi wanita. Namun, saat kondisi ini terjadi
saat hamil, ibu perlu waspada. Meski pada awal kehamilan keputihan cenderung
meningkat, karena tubuh sedang berusaha melindungi rahim dan vagina dari infeksi,
jelang masa akhir kehamilan, jumlah keputihan biasanya mengalami peningkatan dan
24
Hal itu sebenarnya normal, karena merupakan tanda bahwa tubuh sedang mempersiapkan
kelahiran. Namun, jika terjadi perubahan yang tidak biasa pada keputihan yang dialami,
seperti perubahan warna, aroma, dan muncul nyeri pada vagina, segera konsultasikan ke
dokter.
4. Hepatitis B
Hepatitis B pada ibu hamil juga perlu diwaspadai. Sebab, penyakit ini dapat
meningkatkan risiko tertentu saat persalinan, seperti bayi lahir prematur, lahir dengan
berat badan rendah, atau kelainan anatomi dan fungsi tubuh lainnya.
5. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari berada di bagian bawah rahim,
sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Kondisi ini dapat mengakibatkan
perdarahan yang berlebihan. Jika perdarahan tidak berhenti, janin harus segera dilahirkan
6. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah sebutan untuk penyakit diabetes yang dialami oleh ibu hamil.
Penyakit ini perlu diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi
kehamilan. Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, perubahan hormon saat
hamil diduga menjadi pemicu utamanya. Sebab, biasanya diabetes gestasional akan
7. Candidiasis
25
Candidiasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida. Penyakit ini
umumnya terjadi karena perubahan hormon saat kehamilan. Ibu hamil perlu waspada jika
sudah muncul infeksi atau candidiasis vulvovaginal, yaitu infeksi candidiasis yang terjadi
8. Sembelit
Sembelit pada ibu hamil umumnya terjadi di trimester pertama kehamilan. Penyakit ini
juga dipicu oleh perubahan hormon, tetapi bisa juga disebabkan oleh pola makan yang
kurang serat. Jika tidak ditangani, sembelit pada ibu hamil bisa menyebabkan
Itulah beberapa penyakit yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil. Untuk menghindari
berbagai dampak buruk akibat penyakit tersebut, periksakanlah kehamilan secara rutin.
Jika memang ditemukan masalah, dokter bisa segera melakukan penanganan, sesuai
2.5 Asuhan dan Penatalaksanaan pada bayi yang lahir dari ibu menderita HIV DAN AIDS
Lahir dari ibu yangg menderita HIV & AIDS(bayi dari ibu HIV/AIDS) BIHA yang
dilahirkan dari ibu tidak mendapat pengobatan ARV kemungkinan mengalami berbagai
26
BIHA yang mengalami rapid progressor ditandai dengan perkembangan penyakit yang
Bila BIHA lahir di rumah sakit, maka bayi akan diberikan obat antiretrovirus untuk
mencegah bayi positif HIV. Saat usia 4 sampai 6 minggu, bayi akan diperiksa darahnya
untuk melihat apakah terdapat virus di dalamnya. Bila hasil positif BIHA disebut
sebagai HIV exposed infected (HEI) dan akan mendapat obat ARV rutin seumur hidupnya.
Bila hasilnya negatif, maka BIHA harus diobservasi kondisi kesehatannya setiap bulan. Bila
sampai usia 18 bulan kondisi BIHA tetap sehat, maka harus diperiksa antibodi anti HIV.
Bila positif maka anak diobati dengan obat antiretrovirus. Bila pemeriksaan antibodi pada
usia 18 bulan ini negatif, maka sebaiknya pemeriksaan antibodi ini diulangi setiap tahunnya.
2.6 Asuhan dan Penatalaksanaan pada bayi Lahir dari ibu dengan riwayat Merokok dan
pengunaan NAPZA
British medical association tobacco control resource Centre Menunjukkan bahwa ibu
yang merokok selama kehamilan memiliki Resiko melahirkan bayi berat lahir rendah (bblr)
sebesar 1,5-9,9 kali Dibandingkan dengan berat badan lahir bayi dari ibu yang tidak
merokok, Ditambahkan lagi menurut kuroki (1988) mengatakan bahwa 1,34 % dari Wanita
perokok melahirkan bayi cacat dengan kelainan berupa polidaktili, talipes, kelainan
pesimen yang dapat digunakan untuk mengukura kadar kotinin adalah darah, saliva dan
urin. Spesimen darah yang dapat digunakan adalah plasma dan serum. Konsentrasi
kotinin plasma berhubungan baik dengan berbagai efek biologis merokok dibandingkan
dengan jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Untuk monitoring paparan rokok jangka
27
panjang dan pendek, metode analitik dengan pemeriksaan cotinin di saliva menggunakan
GC-MS juga telah tersediajenis obat-obatan terlarang yang dikonsumsi saat hamil dan
1. Heroin
bayi Anda. Salah satunya adalah terhambatnya pertumbuhan bayi dalam kandungan.
Perkembangan otak bayi juga berisiko terganggu. Keguguran, melahirkan bayi secara
prematur dan lahir mati juga bisa terjadi akibat penggunaan heroin.
Ketika baru dilahirkan, bayi berisiko mengalami kesulitan dalam bernapas dan gejala
putus obat. Setelahnya, ketika dia tumbuh besar, tingkah lakunya berisiko lebih
2. Kokain
awal-awal kehamilan. Bayi juga bisa terkena stroke, gangguan pernapasan, serangan
jantung, atau kerusakan otak yang bisa menyebabkan kematian. Jika Anda akhirnya
bisa melalui masa-masa kehamilan, maka bayi Anda akan terlahir dengan segudang
masalah. Bayi berkemungkinan terlahir dengan berat badan yang rendah dan kesulitan
Saat dia tumbuh dewasa, kondisi fisik dan mentalnya berisiko terganggu. Dia juga
berpotensi memiliki IQ yang rendah. Hal tersebut bisa berdampak pada masa depannya.
28
3. Mariyuana
Kerap disebut ganja. Obat-obatan terlarang jenis ini paling banyak dipakai. Jika
mengisap ganja saat sedang mengandung, Anda berisiko melahirkan bayi secara
prematur. Tidak hanya itu, bayi juga akan terlahir dengan berat badan rendah, berikut
bayi mendadak.
4. Metadon
obat ini juga dapat menyebabkan bayi baru lahir mengalami gejala putus obat, seperti
diare, kram perut, luka-luka pada kulit, dan menangis tanpa henti.
5. Metamfetamin
29
Menggunakan narkoba jenis halusinogen seperti PCP & LSD saat hamil bisa
meningkatkan risiko ibu hamil menyakiti dirinya sendiri sehingga menyakiti bayinya
juga. Selain itu, halusinogen juga bisa membuat bayi lahir dengan berat badan
Saat proses kelahiran, bayi juga lebih mudah terkejut dan gelisah. Bayi bisa
mengalami gejala putus obat yang ditandai dengan tangisan yang berlebihan serta
tubuh yang gemetaran. Mengalami gangguan belajar saat dia tumbuh dewasa juga
dapat terjadi. Kemampuan anak untuk menghafal dan berkonsentrasi terganggu. Jika
Anda menggunakan obat terlarang terutama secara reguler dan sedang hamil, temui
dokter dan diskusikan cara terbaik untuk berhenti. Ada jenis obat narkotika tertentu
yang perhentiannya perlu dilakukan secara bertahap dan tidak secara langsung karena
berisiko berdampak buruk. Selain itu, bantuan medis akan sangat bermanfaat jika
Berterus terang kepada dokter atau bidan bahwa Anda seorang pecandu agar
mereka dapat memberikan perawatan dan perhatian khusus kepada kehamilan Anda.
Jika Anda telah kecanduan obat-obatan terlarang, seperti heroin, mungkin dokter akan
dianggap lebih baik. Meski begitu, risiko tetap bisa dialami oleh bayi karena pada
Kondisi kesehatan wanita hamil tidak sama seperti wanita normal pada umumnya.
Kondisi mereka lebih sensitif alias banyak pantangannya, terutama yang berhubungan
dengan asupan gizi. Jadi usahakan untuk selalu menjaga asupan nutrisi ketika sedang
30
hamil. Konsultasikan kepada dokter mengenai apa saja yang boleh dan tidak boleh
dikonsumsi.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal yaitu suatu keadaan
dimana suhu tubuh berada dibawah 35º C, Adapun suhu tubuh bayi dan neonatus adalah 36,5-
37,5ºC (suhu aksilla).sedangkan Hipertermia pada bayi baru lahir adalah suatu kondisi dimana
suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh mekanisme pengaturan panas hipotalamus
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah secaraabnormal
rendah yaitu a yaitu <50 mg/dl atau bahkan <40 mg/dl (Rahardjo, 2012 dan Maryam, 2009) dan
Tetanus dapat dialami oleh seseorang yang terekspos terhadap spora dari bakteri Clostridium
tetani, yang umumnya terdapat pada tanah. Kondisi ini disebabkan oleh zat berbahaya yang
disebut neurotoksin, yang diproduksi oleh pertumbuhan bakteri pada jaringan mati. Misalnya
pada luka yang kotor atau pada pusat setelah persalinan yang tidak steril.
Penyakit yang diderita ibu dapat membahayakan janin. Dengan begitu, tindakan
pencegahan dan penanganan bisa dilakukan sedini mungkin agar resiko dapat dihindari
seminimal mungkin dan pada ibu yang menderita HIV/AIDS Bila BIHA lahir di rumah sakit,
maka bayi akan diberikan obat antiretrovirus untuk mencegah bayi positif HIV. Saat usia 4
sampai 6 minggu, bayi akan diperiksa darahnya untuk melihat apakah terdapat virus di
dalamnya. Bila hasil positif BIHA disebut sebagai HIV exposed infected (HEI) dan akan
mendapat obat ARV rutin seumur hidupnya. Bila hasilnya negatif, maka BIHA harus diobservasi
kondisi kesehatannya setiap bulan. Bila sampai usia 18 bulan kondisi BIHA tetap sehat, maka
harus diperiksa antibodi anti HIV. Bila positif maka anak diobati dengan obat antiretrovirus. Bila
32
pemeriksaan antibodi pada usia 18 bulan ini negatif, maka sebaiknya pemeriksaan antibodi ini
Ibu dengan riwayat merokokdan penggunaan Napza selama kehamilan memiliki Resiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (bblr) sebesar 1,5-9,9 kali Dibandingkan dengan berat badan
lahir bayi dari ibu yang tidak merokok, Ditambahkan lagi menurut kuroki (1988) mengatakan
bahwa 1,34 % dari Wanita perokok melahirkan bayi cacat dengan kelainan berupa polidaktili,
3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa dan terpelajar kita harus berperan dalam menurunkan AKI
DAN AKB dengan upaya promotif dan preventif tentang asuhan bayi dengan resiko tinggi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Surabaya : Health Books Publishing. Arikunto,S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, A. (2008). Pengantar Epidemiologi.
Jakarta : Binarupa Aksara. Cashion, Lowdermilk & Perry. (2013). Keperawatn Maternal Buku 2.
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun
2017. Boyolali : Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.. HD,S.R., Fitriani, Elvi., & Utami, Sri.
(2014). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Tentang Kehamilan Resiko Terhadap Pengetahuan Ibu
Hamil. JOM PSIK, 1 (2). Irianto, dan Koes. (2013). Mikrobiologi Medis (Medical Micro
Biology). Bandung : Alfabeta. Irianto, dan Koes. (2014). Biologi Reproduksi (Reproductive
Biology).
Kumalasari, Intan. (2015). Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan Antenatal,
Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika.
34
Jakarta:Penerbit IDAI.
Liyod,S.S, Mutmainnah,A, & Johan, H. (2018). Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru
Marmi,S.ST & Rahardjo, Kukuh. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Marwiyah. (2016). Hubungan Penyakit Kehamilan dan Jenis Persalinan Dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Serang. NurseLine Journal, 2 (1).
Meihartati, Tuti. (2016). Persalinan Premature Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Paradise Tahun 2015. Jurnal Darul Azhar, 2 (1), Agustus 2016 – Januari 2019 : 66-70.
Nugroho, A., Rusyani, Y.R., & Susanto, N. (2016). Kajian Faktor Resiko Sebagai Prediksi
Gawat Darurat Obstetrik Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Bantul. Jurnal Formil (Forum Ilmiah)
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Puskesmas Cibatu Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat Tahun 2017. Jurnal Ilmu dan Budaya
35
Pangemanan, Eunike A., Wantania, John J., & Wagey, Freddy W. (2016). Karakteristik
Kehamilan Dengan Luaran Asfiksia Saat Lahir Di RSUP Prof.Dr.D Kandou Manado Periode
Primadewi, R. (2008). Rahasia Kehamilan. Jakarta : Shira Media. Rahayuningsih, F.B. (2013).
Perawatan Nifas dan Bayi Baru Lahir. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan,
79-83.
Rochjati,P. (2003). Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Pusat Safe Mother Hood-lab / SMF
Obgyn RSU Dr. Sutomo Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.
Rochjati,P. (2011). Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil Edisi 2. Pusat Safe Mother Hood-lab /
SMF Obgyn RSU Dr. Sutomo Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.
Saifuddin, Abdul Bari. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta : Nuramedika.
Susila & Suyanto. (2014). Metodologi Penelitian Cross Sectional. Klaten : Boss Script.
Wibowo, Arief., Jayanti, K.D., & Basuki Herri. (2016). Faktor Yang Mempengaruhi Kematian
Ibu (Studi Kasus Di Kota Surabaya). World Health Organization. (2014). WHO
36
37
38
39
40
41