Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH KEPERAWATAN METODE KANGURU (PKM)

TERHADAP PENCEGAHAN HIPOTERMI


PADA BAYI BARU LAHIR
DI RSUD I LAGALIGO
TAHUN 2019

Proposal Penelitian

Oleh:

SRIYANTI GITA PALOMBA


201701012

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BATARA GURU
SOROWAKO
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menentukan derajat

kesehatan masyarakat, baik pada tingkat Nasional maupun Provinsi. Menurut perkiraan

World Health Organisation (WHO), sekitar 130 juta bayi yang lahir di seluruh dunia, 4 juta

meninggal pada usia neonatal yang sebagian besar sekitar 98% terjadi di negara

berkembang.

Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), angka kematian bayi di Indonesia

pada 2019 lalu adalah 21,12. Angka ini menurun dari catatan pada 2018 ketika angka

kematian bayi di Indonesia masih mencapai 21,86 atau pada 2017 yang mencapai 22,62,

meski mengalami penurunan namun angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong

tinggi dibanding negara Asia Tenggara lainnya. Pada tahun 2019, negara Asia Tenggara

dengan angka kematian bayi paling rendah adalah Singapura (2,26), disusul Malaysia

(6,65), Thailand (7,80), Brunei Darussalam (9,83), dan Vietnam (16,50).2 Secara

keseluruhan, diperkirakan bahwa 15% hingga 20% dari semua kelahiran di seluruh dunia

adalah BBLR, mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun, sebagian besar dari mereka

dilaporkan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

3 Dalam periode neonatal, sekitar 36% kematian terjadi pada hari kelahiran dan 73%

terjadi pada minggu pertama. Lebih dari 80% kematian neonatal terjadi pada bayi berat

lahir rendah (BBLR) kurang baik nya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan

menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan

kematian.misalnya karena hipotermi.

Hipotermia pada bayi baru lahir adalah umum di seluruh dunia dengan prevalensi berkisar

antara 32 hingga 85 persen. Insiden hipotermia neonatal jauh lebih tinggi di negara berkembang. 5
Hipotermia adalah kondisi suhu tubuh dibawah normal. Adapun suhu normal bayi pada neonatus

adalah 36,5 o C - 37,5 °C (suhu ketiak) dan hipotermi dibawah 36,0 oC.6

Kematian bayi di Indonesia yang disebabkan oleh hipotermia sebesar 24,2% kasus. Hipotermi

menyumbang angka kematian bayi sebanyak 6,3% salah satu penyebab hipotermi yaitu kurang

baiknya penanganan bayi baru lahir. Salah satu penanganan yang tepat bagi bayi baru lahir yaitu

dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Dalam pelaksanaan ini tubuh ibu dijadikan sebagai

thermoregulator yang fungsinya untuk mengatur suhu bayi saat bayi merasa kedinginan maupun

kepanasan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan bayi mengalami

cacat seumur hidup dan kematian. Hipotermi pada bayi baru lahir dapat mengakibatkan terjadinya

cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan

kerusakan otak.

Salah satu tindakan pencegahan hipotermia pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan

menghangatkan tubuh bayi, yaitu dengan merawat secara konvensional di dalam inkubator, namun,

teknologi inkubator relatif mahal. Penggunaan incubator di negara berkembang memerlukan

perhatian khusus terutama terhadap ketersediaan sumber listrik yang memadai, tenaga terlatih

untuk supervisi, pemeliharaan, dan perbaikan alat, sterilisasi inkubator, dan jumlah inkubator.

Seringkali dijumpai satu inkubator digunakan untuk lebih dari satu bayi karena jumlahnya terbatas,

hal ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosocomial, selain itu penggunaan ingkubator di nilai

menghambat kontak dini antara ibu-bayi dan pemberian aior susu ibu (ASI) serta berakibat ibu

kurang percaya diri dan tidak terampil merawat bayi baru lahir.

Perawatan dengan metode kanguru (PMK) yaitu dengan melakukan kontak langsung antara

kulit bayi dengan kulit ibu merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir

yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi,

keselamatan dan kasih sayang. Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung

kesehatan dankeselamatan bayi yang lahir premature maupun yang aterm. Kehangatan tubuh ibu
merupakan sumber panas yang efektif. Hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu

dengan kulit bayi. Merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir yang

paling mendasar yaitu kehangatan,air susu ibu, perlindungan dari infeksi keselamatan dan kasih

sayang . metode i ni sangat tepat dan mudah di lakukan guna mendukung kesehatan dan

keselamatan bayi yang lahir premature maupun yang atrem.

PMK pertamakali di kembangkan oleh Edgar rey di bogota kolombia,tahun 1978.kemudian di

lanjutkan Hector martinez dan Luis navarette.hal ini hal ini di lakukan untuk mengatasi kelangkaan

fasilitas dan sumber daya rumah sakit untuk merawat bayi BBLR. Sejak tahun 1980-an metode

kanguru di kembangkan oleh colombian depepartement of social security dan word laboratory

sebuah lembaga swadaya masayarakat (LSM) berbasis di swiss.

Negara –negara merkembang sangat di anjurkan sangat di anjurkan mengadopsi metode

ini,mengingat terbatasnya fasilitas pelayanan kesehatan,terutama di daerah pedesaan. Tentu saja

pelaksanaan nya di supervisi oleh tenaga kesehatan, dengan bantuan unicef, cara perawatan ini di

perkenalkan ke negara berkembang, dan negara maju termasuk amerika serikat,inggris,prancis,

swedia,dan belanda menggunakan metode ini sebagai alternatif penggunaan ingkubator dan

humanisasi proses persalinan dalam konteks prematuritas(Pramoto,2009).

PMK tidak hanya sekedar ingkubator,namun juga memeberi sebagai keuntungan yang tidak

bisa di berikan ingkubator.perawatan dengan metode kanguru telah terbukti telah meningkatkan

hubungan antara ibu dan bayi, pengaturabn suhu tubuh yang efektif serta denyut jantung dan

pernafasan yang stabil,peningkatan berat badan yang lebih baik,mengurangi stress pada ibu dan

bayi. Metode ini dapat di lakukan selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah.kelompok bayi

yang di rawat dengan metodee kanguru juga mendapat ASI yang baik,pertambahan berat badan

lebh baik dan lama perawatan di rumah sakit lebih pendek.metode kanguru terbukti lebih hemat

dari segi perawatan alat di bandi ng konvensional.


Hasil penelitian di lakukan Mitayani (2011),menyatakan di dapatkan selisih antara sushu

sebalum dan sesudah di lakukan perawatan dengan metode kanguru adalah 0,5o. Setelah di lakukan

analisis bivariat dengan menggunakan uji wilcoxon di dapatkan nilai p = 0.011 ( p <

0,05).menunjukkan bahwa ada keefektifan perawatan metode kanguru terhadap adaptasi suhu bayi

baru lahir beresiko masa pemulihan. Penelitian Utami (2012) juga menyatakan bahwa pengaruh

antara menerapan metode kanguru dengan peningkatan suhu bayi baru lahir.

Hasil penelitian Zakiah, ddk, (2013), menyatakan bahwa hasil uji statistik wilcoxon test,di

dapatkan p < dari α,artinya ada perbedaan terhadap peningkatan suhu tubuh bayi BBLR anata

sebelum dan sesudah di lakukan penerapan perawatan metode kanguru di RSUD Hadji Boejasin

palaihari tahun 2013.

Menurut informasi dari petugas di rumah sakit umun daeran ilagaligo wotu,pelaksaan

progaram metode kanguru di mulai tahun 2015 di mana progam ini mulai di perkenalkan tahun

2014. Program PMK ini di buat untuk meningkatkan pelayanan persalinan di RSUD ilagaligo wotu.di

mana program PMK sangat mendukung program IMD selain medapatkan kehangatan langsung dari

tubuh ibu serta memudahkan bayi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi (menyusui secara langsung)

Petugas kesehatan di rumah sakit RSUD ilagaligo wotu melakukan perawatan metode

kanguru tetapi masih kurang menjelasakan manfaat dan tujuan keperawatan metode kanguru

tersebut. Padahal metode kanguru sudah sejak lama membantu percegahan hipotermi.

Berdasarkan survei yang di lakukan RSUD ilagaligo wotu pada 8 orang ibu yang melahirkan di

ataranya 3 orang ibu menyatakan sudah melakukan perawatan metode kanguru atas anjuran dari

petugas kesehatan ,sementara 5 ibu yang tidak mau melakukan metode kanguru karena ibu tidak

tega mengikat bayi yang masih kecil,takut dan merasa tidak penting hal ini memungkinkan karena

penjelasan yang kurang dari perawat,sehingga lebih memilih tidak melakukan PMK. Berdasarkan

latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakaukan penelitian tentang “pengaruh pengaruh
perawatan metode kanguru (PMK) terhadap pencegahan hipotermi pada bayi berat badan lahir

rendah di RSUD ilagaligo, wotu.

B .Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh perawatan

metode kanguru (PMK).terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir.

C .Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kanguru terhadap pencegahan hipotermi

pada bayi baru lahir di rumasakit umum daerah ilagaligo,wotu. Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui suhu bayi sebelum melakukan perawatan metode kangguru.

b. Mengetahui suhu bayi setelah melakukan perawatan metode kangguru.

D .Manfaat Penelitian

1.Bagi Tempat Penelitian

a. Dapat menjadi masukan atau sumber informasi

b. Dapat menjadi informasi yang berguna bagi setiap ibu yang telah melahirkan

maupun sebelum melahirkan.mengenai metode kangguru pada bayi baru lahir.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan

mutu akademik.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pustaka bagi penelitian-penelitian

yang akan datang.


c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

dan menjadi salah satu bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini sebagai sarana untuk mempraktekkan teori didapat di kampus

dengan kenyataan di lapangan.

b. Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengembangkan dan memperdalam

pengetahuan dalam bidang kesehatan kerja khususnya tentang penangana

metode kangguru pada bayi baru lahir


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A .Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi menyusui dini (eraly initation) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai

menyusui dini dinamakan the breast cralw atau merangkak mencari payudara. Inisiasi

menyusui dini merupakan suatu prosedur langkah awal yang harus dilakukan antara ibu dan

bayi. Inisiasi menyusu dini dilakukan dengan cara membiarkan kulit ibu melekat pada kulit

bayi(skin to skin) segera setelah persalinan.

Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari

dan menemukan sendiri payudara ibunya. Seperti obat kimiawi yang diberikan saat ibu

melahirkan dapat sampai ke janin yang mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada

payudara ibu. Sebelum melakukan tindakan IMD ini sangat dianjurkan untuk menciptakan

suasana yang tenang, nyaman, dan penuh kesabaran untuk memberikan kesempatan bayi

untuk merangkak mencari payudara ibu (Sukrita, Tiara, & Sugianto, 2017) .

Secara umum kita mengenal Inisiasi Menyusui Dini, sebagai proses ketika bayi menyusui

segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak

disodorkan ke puting susu).

Inisiasi Menyusui Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI

eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui, sehingga diharapkan terpenuhinya kebutuhan gizi

bayi hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi. Sebagaimana kita ketahui, ASI

merupakan makanan alami pertama untuk bayi, memberikan semua energi dan gizi bayi

untuk kebutuhan bulan pertama kehidupan, dan terus diberikan sampai setengah atau lebih

dari kebutuhan gizi bayi. Bayi yang tidak diberi ASI secara penuh pada enam bulan pertama

kehidupan, mempunyai risiko terkena diare 30x lebih besar dibandingkan dengan yang

diberikan ASI selama enam bulan penuh.


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) atau early lactch on / breast crawl merupakan kondisi

ketika bayi mulai menyusui sendiri setelah lahir, yaitu ketika bayi memiliki kemampuan

untuk dapat menyusu sendiri, dengan kriteria terjadi kontak kulit ibu dan kulit bayi

setidaknya dalam waktu 60 menit pertama setelah bayi lahir.

B. Fisiologi Laktasi

Menyusui atau laktasi mempunyai dua pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI.

Payudara/mamae terbentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu, dan selesai saat mulai

menstruasi, dengan terbentuknya hormone estrogen dan progesterone yang berfungsi untuk

maturase alveoli. Sedangakan hormone prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk

produksi ASI disamping hormone lain seperti insulin, tiroksin, dan sebagainya (Sidi dkk.,

2015).

Ketika hamil proses pengeluaran ASI tidak akan terjadi karena terjadi peningkatan

hormon prolaktin dari plasenta tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat

kadar estrogen yang tinggi. Pada hari pertama sampai ketiga pasca persalinan terjadi

penurunan kadar estrogen yang bermakna, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan

dapat mempengaruhi kelenjar mamae untuk menghasilkan ASI. Melalui IMD, terjadilah

proses rangsangan pada putting susu oleh bayi, kemudian terbentuk prolaktin oleh hipofisis,

sehingga sekresi ASI semakin lancar.

Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu refleks prolaktin dan

refleks aliran timbul (Proverawati & Rahmawati, 2015)

a) Refleks Prolaktin

Dalam putting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris, bila dirangsang dengan

isapan bayi maka dapat merangsang ujung saraf sensori yang mempunyai fungsi sebagai

reseptor mekanik. Rangsangan ini diteruskan ke hipotalamus melalui medulla spinalis

sehingga akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin.


Faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis sehingga prolaktin

dapat keluar. Hormone prolaktin nantinya akan merangsang sel-sel alveoli dalam

membuat ASI. Dengan demikian mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan

penyusuan makin banyak pula produksi ASI. Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30

menit setelah lahir.

b) Refleks Aliran

Rangsangan putting susu yang diteruskan ke kelenjar hipofisis depan selanjutnya

diteruskan ke kelenjar hipofisis belakang, yang mengeluarkan hormone oksitosin.

Hormone oksitosin berfungsi dalam memacu kontraksi otot polos pada dinding alveolus

dan dinding saluran, agar ASI dapat dipompa keluar. Ketika intensitas ibu dalam

menyusui meningkat/sering maka pengosongan pada alveolus dan saluran akan semakin

baik, sehingga kemungkinan terjadi bendungan susu semakin kecil, dan proses menyusui

berjalan lancar. Saluran ASI yang memiliki bendungan akan mengganggu proses

menyusui dan juga berakibat buruk untuk kesehatan (Astutik, 2015).

Involusi rahim juga akan semakin cepat dan baik karena oksitosin dapat memacu

kontraksi otot rahim. Rasa mulas pada perut ibu pada hari-hari pertama menyusui menjadi

mekanisme alami dalam proses kembalinya rahim ke bentuk semula. Refleks yang

penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu refleks menangkap (rooting reflex) yaitu

timbul apabila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan.

Kemudian refleks menghisap adalah refleks yang timbul bila langit-langit mulut bayi

tersentuh oleh putting. Serta refleks menelan yang terjadi bila mulut bayi terisi ASI, bayi

akan menelannya (Sidi dkk., 2015).

C. Pentingnya Inisiasi Munyusui

Menurut Maryunani (2015), alasan penting melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

adalah karena suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal (thermogulator) yang
diperlukan bayi. Kulit dada ibu yang melahirkan 1oC lebih panas dari ibu yang tidak

melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu tubuh ibu otomatis naik 2oC untuk

menghangatkan bayi, sehingga dapat menurunkan resiko hipotermia dan menurunkan

kematian bayi akibat kedinginan. Kehangatan dada ibu saat bayi diletakkan didada ibu,

akan membuat bayi merasakan getaran cinta sehingga merasakan ketenangan, merasa

dilindungi dan kuat secara psikis. Bayi akan lebihtenang, karena dengan mendengar

pernapasan dan detak jantung ibu dapat menenangkan bayi, menurunkan stress akibat

proses kelahiran dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan puting susu ibunya sendiri,

akan tercemar bakteri yang tidak berbahaya terlebih dahulu sebagai anti ASI ibu,

sehingga bakteri baik ini membentuk koloni disusu dan kulit bayi. Hal ini berarti

mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. Pada saat bayi dapat

menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepatkeluar sehingga bayi akan

lebih cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan pertama yang kaya akan antibody

dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang

dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya. Bayi akan belajar menyusu dengan

nalurinya sendiri. Sentuhan, kuluman / emutan dan jilatan pada puting ibu akan

merangsang oksitosin ibu yang penting dalam menyebabkan kontraksi rahim, sehingga

membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain

yang membuat ibu merasa tenang, rileks dan merangsang pengaliran ASI dari payudara.

Secara psikologis pemberian ASI pada satu jam pertama akan memberikan manfaat

yaitu bayi akan mendapat terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan.

Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat kelelahan selama proses persalinan karena

kepala bayi
harus melewati pintu atas panggul, panggul dalam dan dasar panggul yang membuat bayi

stress. Dengan menemukan puting susu ibu, bayi mendapatkan ketenangan kembali.

Pelukan ibu membuat bayi merasa aman dan nyaman seperti dalam rahim ibu. Hal ini

merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis,

karena ia mendapat modal pertama membentuk kepercayaan diri terhadap lingkungan.

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) memiliki pengaruh penting untuk keberhasilan ibu dan

bayi dalam pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif untuk enam bulan pertama. ASI sendiri

merupakan sumber makanan utama bayi selama 6 bulan pertama. Dengan mengetahui

manfaat dari IMD, pasangan yang akan menyambut kedatangan buah hati akan dapat

membuat rencana untuk mencari penolong persalinan yang mengerti dan mendukung

IMD.

D. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

a).Manfaat untuk bayi adalah:

1. Bayi akan mendapat kolostrum atau ASI pertama yang dihasilkan oleh ibu. Susu

ini kaya akan sel imun dan antibodi sehingga dapat meningkatkan daya tahan bayi.

2. Bayi akan dapat menjalankan ASI eksklusif dengan lebih baik.

3. Bayi akan mendapat perhatian dan kasih sayang dari ibu.

4. Menjaga suhu tubuh bayi agar

5. tetap hangat.

6. Bayi akan menjadi lebih tenang karena berada di dalam dekapan ibu.

7. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi karena ASI merupakan makanan dengan

kualitas dan kuantitas yang optimal

8. Memberi kekebalan pasif kepada bayi melalui kolostrum sebagai imunisasi

pertama bagi bayi

9. Meningkatkan kecerdasan
10. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas

11. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi

12. Mencegah kehilangan panas

13. Bayi yang diletakkan segera di dada ibunya setelah melahirkan akan didapatkan

kehangatan sehingga dapat menurunkan resiko hypothermia sehingga angka

kematian dapat ditekan. Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua

derajat untuk menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit otomatis turun

satu derajat untuk mendinginkan bayi.

14. Merangsang kolostrum segera keluar.

b) .Manfaat untuk ibu adalah:

1. Memberikan kebahagiaan bagi ibu dalam menyambut buah hati.

2. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif kepada bayi meningkat.

3. Rangsangan bayi ketika menyusu akan meningkatkan pembentukan hormon oksitosin

yang berguna untuk menghasilkan ASI, menenangkan ibu, dan meningkatkan

kontraksi rahim yang membantu proses lahirnya ari – ari dan mengurangi perdarahan

setelah melahirkan.

4. Ibu akan dapat langsung memberikan perhatiannya kepada anak setelah proses

persalinannya. 

5. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin

6. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI

7. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Sidi et all, 2015).

E. Prinsip Inisiasi Menyusui Dini

Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap

di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini

menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusui sendiri.
Apabila ruangan bersalin dingin, bayi di beri topi dan di selimuti. Ayah atau keluarga

dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses bayi menyusui ini. Ibu

diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusui, menolong bayi bila

diperlukan (JNPK, 2017)

F. Langkah – langkah Pelaksanaan IMD

1. Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan resusitasi, letakkan

bayi di atas perut ibunya (bila sectio,bayi diletakkan diatas dada) dan keringkan

bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangannya.

Bau cairan amnion pada tangan bayi akan membantunya mencari puting ibu yang

mempunyai bau yang sama. Maka agar baunya tetap ada, dada ibu juga tidak

boleh dibersihkan. Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai menghilangkan

verniks karena verniks dapat berfungsi sebagai penahan panas pada bayi.

2. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan bayi di atas perut ibu dengan

kepala bayi menghadap kearah kepala ibunya.

3. Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan menyelimuti ibu dan

bayinya, dan kenakan topi pada kepala bayi.

4. Pengamatan oleh Windstrom, Righard dan Alade memperlihatkan bahwa bayi-

bayi yang tidak mengalami sedasi mengikuti suatu pola perilaku prefeeding yang

dapat diprediksi. Apabila bayi dibiarkan tengkurap di perut ibu, selama beberapa

waktu bayi akan diam saja tetapi tetap waspada melihat kesekelilingnya.

5. Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan menendang, menggerakkan

kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi ini akan membantu uterus untuk berkontraksi.

Meskipun kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat melihat areola mammae

yang berwarna lebih gelap dan bergerak menuju ke sana. Bayi akan membentur-
benturkan kepalanya ke dada ibu. Ini merupakan stimulasi yang menyerupai

pijatan pada payudara ibu.

6. Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera penciuman dan

dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi akan mengangkat kepala, mulai

mengulum puting, dan mulai menyusui. Hal tersebut dapat tercapai antara 27 - 71

menit.

7. Pada saat bayi siap untuk menyusui, menyusui pertama berlangsung sebentar,

sekitar 15 menit, dan setelah selesai, selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada

keinginan bayi untuk menyusui. Selama menyusui bayi akan mengkoordinasi

gerakkan menghisap, menelan, dan bernapas.

8. Setelah usai tindakan inisiasi menyusui dini ini, baru tindakan asuhan keperawatan

seperti menimbang, pemeriksaan antropometri lainnya, penyuntikkan vitamin K1,

dan pengoleskan salep pada mata bayi dapat dilakukan.

9. Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada hari berikut.

10. Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai keinginan

bayi (rooming in / rawat gabung).

B. Involusi Uteri

1.Pengertian Involusi Uteri

Involusi uteri merupakan proses berkurangnya ukuran uterus setelah lahirnya

plasenta yang disebabkan karena adanya kontraksi dan mengecilnya sel-sel

miometrium oleh proses autolysis yang dipecah dalam bentuk sederhana kemudian

diabsorbsi (Reeder & Martin 2015).Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari

suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus

setelah melahirkan. (Hincliff, 2015 )Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim

setelah persalinan kembali kebentuk asal. (Ramali, 2015)


2 . Proses Involusi Uterus

a. Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang

terus menerusdari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga

membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

b. Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon

esterogen saat pelepasan plasenta.

c. Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam

otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah

mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5

kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan

karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

d. Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi

otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan

berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi

situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

3 . Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Ute


Uteri rus

Plasenta la Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm


hir

7 hari Pertengahan pusat dan 500 gram 7,5 cm


(minggu 1) simpisis

14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm


(minggu 2)

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm


Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas.

Gambar Tinggi Fundus Uteri Pada Masa Nifas.

1 .Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Involusi Uteri

1. Mobilisasi dini

Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir,

yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan

plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan

adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya

peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat

yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.

2. Status gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin

dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar

ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping
mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk

menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum dengan status gizi yang baik

akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa

nifas dan mempercepat proses involusi uterus.

3. Menyusui

Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang hipofise

posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat

menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus

terjadi.

4. Usia

Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana

proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan

penurunan penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan

dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat

involusi uterus.

5. Paritas

Paritas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering tereggang

memerlukan waktu yang lama. (Sarwono, 2014)

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang dirumuskan dari

fakta – fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep memuat teori, dalil atau

konsep – konsep yang akan dijadikan dasar dan pijakan untuk melakukan penelitian

(Suryono dan Mekar, 2016). Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep yang lain, atau antara variabel

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo,2015).

X Y

 Ibu yang melakukan


IMD Involusi Uterus
 Ibu yang tidak pada ibu post
melakukan IMD partum

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep

Keterangan:

X : Variabel Independen (Bebas)

Y : Variabel dependen (Terikat)

: Hubungan Antar Variabel

B. Hipotesa Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan ibu yang melakukan IMD dengan involusi uterus pada ibu post

partum.
b. Ada hubungan ibu yang tidak melakukan IMD dengan involusi uterus pada

ibu post partum.

2. Hipotesis Nol (H0)

a. Tidak Ada hubungan ibu yang melakukan IMD dengan involusi uterus pada

ibu post partum.

b. Tidak Ada hubungan ibu yang tidak melakukan IMD dengan involusi uterus

pada ibu post partum.

C. Definisi Operasional

Perubahan retrogesit pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus

di tandai dengan penurunan ukuran berat badan serta perubahan pada lokasi uterus

dan warna dan jumlah lokia.

No Variabel Defenisi Cara Hasil Skala


Menguk Pengukuran data
ur
1 Inisiasi Menberikan Wawanca Kategori: Ordin
Menyusu kesempatan kepada ra dengan a. Melakuka al
i Dini ibu untuk menyusui bantuan n IMD=2
(IMD) anaknya sesegera kuesioner b. Tidak
mungkin setelah melakuka
dalam wktu 30-60 n IMD=1
menit sampai
menghisap putting
susu ibunya
2 Involusio proses berkurangnya observasi a. Baikjika Ordin
uterus ukuran uterus setelah uterus setinggi al
lahirnya plasenta atau dibawah
yang disebabkan pusat=2
karena adanya b. Tidak Baik
kontraksi dan jika uterus
mengecilnya sel-sel tidak setinggi
miometrium atau dibawah
pusat=1
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Analitik , yaitu suatu penelitian yang dilakukan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam

masyarakat (Notoatmodjo, 2015). Mengenai hubungan IMD terhadap involusi uterus

pada ibu post partum .

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di BPS Jawari Djamaluddin Kecamatan tomoni

Kabupaten Luwu Timur.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan juni 2020 sampai dengan Juli 2020.

C. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di BPS Jawari

DjamaluddinKecamatan tomoni Kabupaten Luwu Timur.

2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalahseluruh ibu yang bersalin di BPS

Jawari Djamaluddin Kecamatan tomoni Kabupaten Luwu Timur pada saat penelitian.

3. Sampling

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu

“purpossive sampling” yakni pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu

yang dibuat peneliti sendiri berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.


1. Kriteria Inklusi

a) Ibu bersedia menjadi responden penelitian

b) Ibu post partum yang melakukan IMD

c) Ibu tidak mengalami komplikasi/penyulit saat persalinan.

2. Kriteria eksklusi

a) Kondisi bayi yang tidak sehat seperti asfiksia dan BBLR.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data yang diperoleh secara langsung menemui responden dengan menggunakan:

a. Kuesioner

Berupa kuesioner yang di gunakan untuk mengetahui jumlah ibu yang melakukan

IMD.

b. Observasi

Dilaksanakan observasi langsung pada ibu bersalin di BPS Jawari Djamaluddin

yang bersedia menjadi responden .

c. Wawancara

Dilaksanakan kepada ibu-ibu post partum di BPS Jawari Djamaluddin dengan

terlebih dahulu meminta persetujuan ibu untuk menjadi responden.

E. Teknik Pengolahan Dan Analisa Data

1. Pengolahan data meliputi

a. Editing

Memeriksa kembali kebenaran pengisian dengan tujuan agar data yang masuk

dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dikelompokkan dengan

menggunakan aspekpengaturan.
b. Coding

Pemberian nilai atau kode pada pilihan jawaban yang sudah lengkap

c. Tabulating

Pengolahan dan penyajian data dalam tabel penelitian deskriptif sederhana.

Bertujuan untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta

pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel

distribusifrekuensi.

2. Analisa data

a. Analisa Univariat

Membuat tabel distribusi frekuensi dan presentase dari masing-masing variabel

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap tiap variabel independent dan dependen,

dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan α =

0,05dengan bantuan computer SPSS versi 22.0.

F. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan

dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, untuk itu perlu adanya izin dari

institusi pendidikan. Setelah mendapatkan izin dari institusi pendidikan, penelitian boleh

dilakukan dengan menggunakan etika sebagai berikut:

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan diberikan sebelum pengumpulan data, agar responden

mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan diteliti selama
pengumpulan data, jika subyek tidak bersedia untuk diteliti, maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek pada lembar

kerahasiaan dalam pengumpulan data yang akan diisi oleh subyek. Akan tetapi lembat

kuesioner tersebut diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dan dibantu

oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai