Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BAYI NY A

DI PMB DINCE SAFRINA RUMBAI

OLEH : BELLA INDAH M.S


NIM :20101001

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN HANG TUAH PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada saya sebagai penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus
ini yang berjudul “Pencegahan Hipotermi Pada Bayi Ny A di PMB Dince Safrina Rumbai“.
Dalam kesempatan ini saya menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya sebagai penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
menyelesaikan dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan laporan kasus ini.
Demikian saya sebagai penulis berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Pekanbaru, 06 Desember 2022

Penulis
Laporan pendahuluan
PENCEGAHAN HIPOTERMI

1.1 Difinisi
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menentukan derajat kesehatan
masyarakat, baik pada tingkat Nasional maupun Provinsi. Menurut perkiraan World Health
Organisation (WHO), sekitar 130 juta bayi yang lahir di seluruh dunia, 4 juta meninggal pada
usia neonatal yang sebagian besar sekitar 98% terjadi di negara berkembang. Salah satu faktor
risiko utama untuk morbiditas dan mortalitas dalam 28 hari pertama kehidupan neontal adalah
hipotermia. Hipotermia juga telah terbukti menjadi faktor risiko untuk sepsis neonatal,
perdarahan intra-ventrikel, dan enterokolitis nekrotikans. Hipotermia pada bayi baru lahir adalah
umum di seluruh dunia dengan prevalensi berkisar antara 32 hingga 85 persen. Insiden
hipotermia neonatal jauh lebih tinggi di negara berkembang. Hipotermia adalah kondisi suhu
tubuh dibawah normal. Adapun suhu normal bayi pada neonatus adalah 36,5oC -37,5°C (suhu
ketiak) dan hipotermi dibawah 36,0 oC (Parti et al., 2020)
Kematian bayi di Indonesia yang disebabkan oleh hipotermia sebesar 24,2% kasus.
Hipotermi menyumbang angka kematian bayi sebanyak 6,3% salah satu penyebab hipotermi
yaitu kurang baiknya penanganan bayi baru lahir. Salah satu penanganan yang tepat bagi bayi
baru lahir yaitu dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Dalam pelaksanaan ini tubuh ibu
dijadikan sebagai thermoregulator yang fungsinya untuk mengatur suhu bayi saat bayi merasa
kedinginan maupun kepanasan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang dapat
mengakibatkan bayi mengalami cacat seumur hidup dan kematian. Hipotermi pada bayi baru
lahir dapat mengakibatkan terjadinya cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan
hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak.
Cara mencegah hipotermia salah satunya mencakup ruang hangat (25°C), pengeringan
langsung, resusitasi dibawah penghangat bercahaya, kontak kulit ke kulit dengan ibu, atau
inkubator (Pranoto & Windayanti, 2018).
Salah satu tindakan pencegahan hipotermia pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan
menghangatkan tubuh bayi, yaitu dengan merawat secara konvensional di dalam inkubator,
namun, teknologi inkubator relatif mahal. Negaranegara berkembang, termasuk Indonesia,
dihadapkan pada masalah kekurangan tenaga terampil, biaya pemeliharaan alat, serta logistik.
Selain itu, penggunaan inkubator dinilai menghambat kontak dini antara ibu-bayi dan pemberian
air susu ibu (ASI), serta berakibat ibu kurang percaya diri dan tidak terampil merawat bayi baru
lahir.
Perawatan dengan metode kanguru (PMK) dengan melakukan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi baru
lahir yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi,
keselamatan dan kasih sayang. Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung
kesehatan dankeselamatan bayi yang lahir premature maupun yang aterm. Kehangatan tubuh ibu
merupakan sumber panas yang efektif. Hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu
dengan kulit bayi (Rukiyah & Yulianti, 2010)

1.2Rumusan Masalah
1.2.1Bagaimanakah konsep pencegahan hipotermi yang mencakup definisi, penyebab, tanda dan
gejala serta penanganannya?
1.2.2Seperti apakah penatalaksanaan pencegahan hipotermi?
1.2.3Bagaimanakah kesesuaian antara teori dan praktek dalam melakukan pencegahan
hipotermi?

1.3Tujuan
1.3.1Mengetahui konsep dari pencegahan hipotermi yang mencakup definisi, penyebab, tanda
dan gejala serta penanganannya.
1.3.2Memahami dan dapat melakukan penatalaksanaan pencegahan hipotermi.
1.3.3Mengetahui dan memahami kesesuaian antara teori dan praktek dalam melakukan
pencegahan hipotermi.

1.4Manfaat
1.4.1Memberikan pengetahuan dan keterampilan baik teori maupun praktek dalam melakukan
pencegahan hipotermi.
1.4.2Mengetahui bagaimana merefleksikan kasus dalam melakukan asuhan BBL berupa
pencegahan hipotermi.
2.1 Konsep Pencegahan Hipotermi
2.1.1 Definisi
Bayi baru lahir mengalami penurunan suhu tubuh karena kehilangan panas empat kali lebih besar
dari orang dewasa yang menyebabkan hipotermi (Hutagaol, 2014). Hipotermi adalah suatu
keadaan apabila suhu tubuh dibawah 36,5 oC.
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai sehingga bayi cepat
mengalami kedinginan, bila tidak segera ditangani bayi akan kehilangan panas.
Adapun mekanisme atau proses penurunan suhu pada BBL, yaitu segera setelah dilahirkan, suhu
BBL akan turun. Bayi yang masih basah bisa kehilangan panas cukup banyak untuk membuat
suhu tubuhnya turun sampai sebanyak 2-4°C (3,6 - 7,2°C). Karena dalam keadaan basah, maka
bayi tersebut akan kehilangan sebagian besar panas tubuhnya melalui penguapan (evaporasi) dari
permukaan kulit yang basah, persentuhan dengan bendabenda yang dingin (konduksi),
persentuhan dengan udara dingin (konveksi), atau persentuhan dengan benda-benda yang
bersuhu lebih rendah di sekitarnya (radiasi) (WHO, 1993).
2.1.2 Penyebab
Hipotermi disebabkan belum sempurnanya pengaturan suhu tubuh bayi, maupun kurangnya
pengetahuan tentang penanganan bayi baru lahir (Puspita, 2011).
Beberapa hal yang dapat menyebabkan hipotermi adalah air ketuban atau cairan yang menempel
pada tubuh bayi yang tidak segera dikeringan, serta keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan
berat badan lahir kurang dari 2.500 gram dapat mempengaruhi bayi mengalami hipotermi
(Prawirohardjo, 2011)

2.1.3 Tanda dan Gejala


Hipotermi pada bayi baru lahir memiliki tanda-tanda klinis dan gejala yaitu kaki teraba dingin,
tangisan melemah, pernafasan lambat dan tidak teratur, bunyi jantung melambat, warna kulit
tidak merata, pucat dan menyusu sedikit (Abubakar, 2012)
2.1.4 Penanganan
Upaya penanganan dalam mengatasi terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir yaitu dengan :

- Melakukan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu (perawatan dengan metode
kangguru) merupakan cara efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir yang mendasar
yaitu kehangatan, air susu ibu, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.
- Melakukan inisiasi menyusu dini yang mana mencegah terjadinya hipotermi. Dengan
IMD resiko kehilangan panas pada bayi baru lahir lahir dapat mengurangi angka kematian bayi.
- Membungkus bayi agar tetap hangat dengan menyelimuti atau dibedong
- Menyediakan ruangan atau tempat yang hangat untuk menaruh bayi.
2.2 Penatalaksanaan Pencegahan Hipotermi
Penatalaksanaan merupakan tindakan nyata yang dilakukan pada klien secara
komprehensif dengan melihat kondisi klien dan fasilitas yang ada. Maka penatalaksanaan
dilakukan yaitu jaga bayi tetap hangat, atur posisi bayi dengan posisi ekstensi,isap lendir,
keringkan dan rangsang bayi, atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi dan
melakukan penialain bayi.
Pada penatalaksanaan tinjauan kasus didapatkan mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi dengan teknik 6 langkah
a.mengobervasi TTVsetiap 4 jam, meletakkan bayi di dalam box dibawah lampu 100 watt
dengan jarak 60 cm dan diusahakan bayi tetetap hangat
b. mengganti popok setiap selesai BAB/BAK
.meletakkan bayi dengan posisi mendapatkan ASI/PASI dan pola eliminasi : belum BAB
dan BAK
(didapatkan di salah satu jurnal jurnal.stikeshusadajombang.ac.id)
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, 2012. Fisiologi Pada Neonatus. Jurnal Konas III IDSAI.

Hutagaol, H., 2014. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Suhu dan Kehilangan
Panas Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Fakultas Unand.
Parti, Malik, S. & Nurhayati, 2020. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap
Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan Cerdas, 2(2).
Pranoto, H.H. & Windayanti, H., 2018. Efektivitas Metode Kantong Plastik Dalam Pencegahan
Hipotermi Pada BBLR di Kabupaten Semarang. Indonesian Journal of Midwivery, 1(1).
Prawirohardjo, S., 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Puspita, 2011. Jurnal Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah & Yulianti, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media.
WHO, 1993. Thermal Control Of The Newborn: A Practical Guide.
http://jurnal.stikeshusadajombang.ac.id/index.php/jah/article/view/10/8

Anda mungkin juga menyukai