Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN REFLEKSI KASUS

TENTANG
INISIASI MENYUSU DINI (IMD) UNTUK MENCEGAH
HIPOTERMIA PADA BAYI BARU LAHIR
PADA ASUHAN BAYI BARU LAHIR
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

DISUSUN OLEH :
NAMA : TYAS PALUPY
NPM : 1590122019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS

1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN REFLEKSI KASUS


STASE ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
INISIASI MENYUSU DINI UNTUK MENCEGAH HIPOTERMIA
PADA BAYI BARU LAHIR
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Ciamis, Januari 2023


Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Mahasiswa

YUDITA INGGA HINDIARTI., SST., M.Kes NI’MATUL KHOERIYAH, A.Md.Keb TYAS PALUPY

2
REFLEKSI KASUS

1. Deskripsi Kasus
Di sebuah TPMB Ni’matul Khoeriyah, A.Md.Keb tanggal 24 Januari 2023 jam 01.00 wib

datang seorang perempuan Ny.W usia 30 tahun G3P2A0 hamil 41 minggu mengeluh

kenceng sejak jam 22.00 wib. Dilakukan observasi persalinan bayi lahir pukul 01.30 wib

secara spontan, A/S : 7/9/10 Jenis kelamin : Laki-laki, , selanjutnya bidan menjelaskan

rencana Asuhan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayinya. Ibu dan keluarga paham dan

setuju atas asuhan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang akan dilakukan pada bayi.

Sesaat setelah bayi baru lahir, bayi hanya dikeringkan di bagian kepala dan badan tanpa

membersihkan area telapak tangan. Kain yg basah diganti dengan handuk kering,

kemudian bayi dipakaikan topi bayi. Dilakukan pemotongan tali pusat setelah 2 menit

bayi baru lahir, selanjutnya bayi diletakkan telengkup di perut dan dada ibu secara skin to

skin.

2. Emosi Pribadi

Ketika menemukan kondisi diatas menjadi sebuah pengalaman berharga bagi saya

sebagai teknisi Kesehatan dalam membantu proses persalinan, dimana proses itu sangat

dinanti serta membahagiakan oleh Ibu bersalin. Dan proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

seperti sebuah momen yang tidak dapat diulangi, serta tidak semua Ibu dapat merasakan

kondisi seperti yang Ibu tersebut rasakan.

3. Evaluasi

Dari asuhan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang diberikan oleh Bidan sudah melakukan

dengan baik secara teknis mulai dari melakukan Inform consent sebelum dilakukan

asuhan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sampai menjelaskan prosedur serta tata cara

3
pelaksanaan.

Hanya disini Bidan tersebut tidak melakukan pengawasan dalam hal pengukuran sebelum

ataupun sesudah asuhan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) tersebut. Bidan hanya melakukan

penilaian secara pandang tanpa melakukan pengukuran tanda-tanda vital bayi, serta

mengecek apakah asuhan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berhasil atau tidak. Walaupun

secara keseluruhan bayi tampak kemerahan, menangis kuat, serta Gerakan aktif.

Proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terkesan hanya formalitas sembari menunggu proses

kala III dan kala IV berlangsung.

4. Analisis Kasus

Bayi baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada orang dewasa,
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu. Pada 30 menit pertama bayi dapat
mengalami penurunan suhu 3-40C. Pada ruangan dengan suhu 20-250C suhu kulit bayi
turun sekitar 0,30C per menit. Penurunan suhu diakibatkan oleh kehilangan panas secara
konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi. Kemampuan bayi yang belum sempurna
dalam memproduksi panas maka bayi sangat rentan untuk mengalami hipotermia.

Hipotermia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian bayi baru lahir di negara
berkembang. Prevalensi yang tinggi dari hipotermia telah dilaporkan secara luas bahkan
dari negara tropis. WHO telah merekomendasikan asuhan untuk mempertahankan panas
dalam asuhan bayi baru lahir, namun hipotermia terus berlanjut menjadi kondisi yang
biasa terjadi pada neonatal, yang tidak diketahui, tidak di dokumentasikan dan kurang
memperoleh penanganan.

Suhu bayi yang rendah mengakibatkan proses metabolik dan fisiologi melambat.
Kecepatan pernafasan dan denyut jantung sangat melambat, tekanan darah rendah dan
kesadaran menghilang. Bila keadaan ini terus berlanjut dan tidak mendapatkan
penanganan maka dapat menimbulkan kematian pada bayi baru lahir.

Resiko kematian pada bayi baru lahir tinggi pada saat kelahiran dan semakin menurun
pada hari dan minggu berikutnya. Sekitar 50% kematian bayi terjadi dalam 24 jam

4
pertama kelahiran dan sekitar 75% terjadi selama minggu pertama kelahiran. Kematian
bayi dikenal dengan fenomena 2/3, pertama, fenomena 2/3 kematian bayi pada bulan
pertama, 2/3 kematian bayi pada 1 minggu pertama dan 2/3 kematian bayi pada 24 jam
pertama.

Hipotermia cenderung terjadi pada masa transisi pada bayi baru lahir. Masa transisi bayi
merupakan masa yang sangat kritis pada bayi dalam upaya untuk dapat bertahan hidup.
Bayi baru lahir harus beradaptasi dengan kehidupan di luar uterus yang suhunya jauh
lebih dingin bila dibandingkan suhu didalam uterus yang relatif lebih hangat sekitar
370C. Suhu ruangan yang normalnya 250C – 270C berarti ada penurunan sekitar 100C.
Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengendalikan suhu secara adekuat,
bahkan jika bayi lahir saat cukup bulan dan sehat sehingga sangat rentan untuk
kehilangan panas.

Asuhan essensial diperlukan pada bayi baru lahir agar dapat mencegah terjadinya
komplikasi dan dapat menyelamatkan nyawa bayi seperti segera mengeringkan tubuh
bayi baru lahir dan inisiasi menyusu dini sangat diperlukan untuk upaya bayi dapat
bertahan hidup dan menunda semua asuhan lainnya minimal satu jam pertama
kelahiran.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan
dengan air susu ibunya sendiri dalam satu jam pertama kelahiran.

Menurut Roesli (2012: 28) bayi yang dilakukan IMD berada dalam suhu yang aman.
Karena suhu payudara ibu meningkat 0,50C dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada
ibu. Hal ini terbukti bahwa suhu tubuh bayi setelah pelaksanaan IMD mengalami
peningkatan dan berada dalam batas normal yaitu 37,310C. (SalembaMedika Sari D.R.
dkk. 2014).

Yeltra Armi (2013) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh inisiasi menyusu dini
terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir. Inisiasi menyusu dini bisa
menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Karena
suhu badan ibu yang melahirkan lebih panas dibandingkan dengan ibu yang tidak
melahirkan, jika bayi di letakkan di dada ibu maka dapat menghangatkan bayi dan
mencegah bayi mengalami penurunan suhu tubuh.

5
5. Kesimpulan
Berdasarkan analisis kasus diatas, maka penatalaksanaan selanjutnya ketika melakukan
asuhan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) seperti diatas Bidan harus lebih fokus dalam
melakukan asuhan tersebut paling tidak 1 jam pertama bayi lahir dengan menunda asuhan
Tindakan yang lainnya. Selanjutnya dilakukan pengawasan serta pengukuran nilai tanda-
tanda vital, reflek bayi.
Hal ini sejalan dengan program pemerintah dengan mewajibkan Praktik Mandiri Bidan
mempunyai Kerjasama empat tangan dalam praktik Persalinan, dengan harapan salah
satunya adalah persalinan dengan asuhan Sayang Ibu dan Bayi.
Satu Bidan dapat fokus dalam menolong persalinan, satu bidan lainnya dapat fokus dalam
asuhan bayi baru lahir.
Asuhan IMD sebaiknya diperlakukan seperti sebuah protap yang harus dilaksanakan
dalam asuhan persalinan lanjutan Bayi Baru Lahir mengingat penting serta manfaat dari
IMD itu sendiri. Asuhan serta pengawasan IMD sebaiknya masuk dalam dokumen
kelengkapan status Ibu Bersalin.
6. Tindak lanjut
Sebagai tenaga pemberi asuhan, Bidan dituntut untuk profesional dalam memberikan
asuhan sejak awal kehamilan, persalinan, bayi baru lahir sampai dengan masa nifas.
Dengan perkembangan serta kemajuan ilmu kebidanan yang berbasis asuhan sayang ibu
dan bayi, serta asuhan yang berdasar pada evidence based bidan diharapkan mampu
menerapkan dalam asuhan yang diberikan.
Selanjutnya perlu Kerjasama antara Bidan, Ibu, keluarga Ibu maupun tenaga lainnya
dalam memberikan edukasi sejak dalam masa kehamilan mengenai asuhan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD).
Harapannya ke depan pelaksanaan asuhan IMD dapat memberikan manfaat bagi
pencegahan hipotermia pada bayi baru lahir, serta manfaat keberhasilan ASI Eksklusif
selanjutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, G. (2019). William Manual of Obstetrics. EGC.

Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G., & Manuaba, I. B. G. F. (2013). Ilmu Kebidanan,


Penyakit Kandungan dan KB. EGC.

Nugroho, T. (2014). Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Nuha Medika.

Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. In Ilmu Kebidanan


Sarwono Prawirohardjo (Keempat). Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.

Anda mungkin juga menyukai