Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI KASUS

KB SUNTIK 3 BULAN TANPA MENGGUNAKAN HANDSCOON DAN SPUIT DIPAKAI SECARA


BERULANG

 
Disusun oleh :
Shiva Nabilah (1610104117)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
DESKRIPSI KASUS
Ketika saya praktik di salah satu PMB saya mendapatkan sebuah kasus
yang menurut saya menarik untuk dibahas dan dapat menjadi
pembelajaran terkhusus untuk saya pribadi. Kasus tersebut adalah kasus
kebidanan Keluarga Berencana, waktu itu seorang perempuan usia 27
tahun P2A0Ah2 datang ke PMB untuk melakukan suntik KB 3 bulan
kemudian dilakukan pemeriksaan keadaan umum baik, TD:120/80
Mmhg, N:80x/menit, S:36,4, R:22x/menitBB: 58 kg. Ketika bidan
melakukan tindakan penyuntikan, saya melihat bidan tersebut tidak
memakai handscoon kemudian satu spuit digunakan untuk beberapa
pasien dan spuit diganti ketika angka pada spuit sudah tidak terlihat
jelas.
EMOSI PRIBADI

Emosi yang ●
saya sebagai mahasiswa senang karena bisa
menyenangk mengamati dan menambah ketrampilan
terkait injeksi KB suntik 3 bulan.
an

Emosi yang ●
● saya merasa kecewa dan bingung karena tindakan yang
dilakukan tidak sesuai dengan standar operasional prosedur

tidak pemakaian alat dan APD. Tenaga kesehatan tidak memikirkan


mengenai keselamatan pasien dan tenaga kesehatan itu sendiri
dengan kontaminasi dan resiko tinggi penularan saat proses
menyenangkan tindakan dilakukan
EVALUASI

Pengalam ●
Saya mengetehui tempat dan teknik
penyuntikan dengan benar sesuai dengan
an baik SOP dan dapat mengasah keterampilan.

Melihat secara langsung tindakan yang dapat merugikan pasien


Pengalam

dan saya merasa kasihan karena pasien tidakmendapatkan hak


yang seharusnya dia dapatkan, yaitu pasien tidak
mendapatkanperlindungan agar terhindar dari infeksi dengan

an buruk tidak memakai handscoon dan spuilt yang digunakan secara


berulang.
ANALISIS
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran
anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara
untuk mencegah dan menunda kehamilan. Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).

Salah satu jenis kontrasepsi suntik adalah Depo Mendroksi Progesteron (DMPA),
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara disuntik
intramuscular (di daerah bokong). Cara kerja kontrasepsi suntik dengan mencegah
ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi dan menghambat transportasi
gamet oleh tuba falloppii. (Sulistyawati, 2013).
Menurut Saifudn (2010) sebelum melakukan tindakan petugas kesehatan harus
menggunakan handcoon terlebih dahulu dan setelah tindakan spuit dibuang kedalam
tempat sampah khussu dan jarum dibuang ketempat khusus benda tajam.

Kasus tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Rebuplik Indonesia
No 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan pengendalian infeksi di
fasilitasi pelayanan kesehatan kewaspadaan standar dan berdasarkan Transmisi.
Pada peraturan tersebut dijelaskan untuk memakai APD saat melakukan tindakan,
apalagi tindakan yang memerlukan kontak dengan cairan tubuh pasien.
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan tindakan yang dilakukan di teori maupun di lahan.
Pada pembelajaran teori saat akan melakukan tindakan injeksi KB
kepada pasien bidan harus memakai handscoon, dan satu pasien
menggunakan satu spuit atau satu spuit tidak digunakan secara berulang.
RENCANA TINDAKAN

Apabila menemukan kasus serupa saya tidak akan menirunya atau


mencontohnya. Hal ini dikarenakan tindakan tersebut tidak benar dan merugikan
pasien, bisa menyebabkan penularan penyakit dan infeksi.

Anda mungkin juga menyukai