Wanita 28 tahun P2 A1 melahirkan 1 jam yang lalu, lahir spontan ditolong oleh
bidan di Puskesmas Bahu. Lahri bayi BB: 3000gr, panjang 48cm, setelah lahir
bayi dicoba untuk melahirkan plasenta, tapi plasenta tidak lahir, diikuti dengan
perdarahan banyak, dipasang infus.
Pemeriksaan pada waktu masuk :
Saat ini kedaan umum tampak sakit, T : 80/50, N: 120x/menit, R: 28x/menit.
Status obstetri : TFU pusat simphisis, kontraksi kurang.
Tampak perdarahan aktif dari jalan lahir.
Wanita, 28 tahun P2 A1
Melahirkan 1 jam lalu, spontan
Bayi lahir : BB = 3000gr, Panjang 48 cm
Plasenta tidak lahir, diikuti perdarahan banyak
Dipasang infus
Keadaan umum :
o Tampak sakit
o T : 80/50 mmHg
o N : 120x/menit
o R : 28x/menit
Status obstetri :
o TFU pusat simphisis
o Kontraksi kurang
o Perdarahan aktif dari jalan lahir
Masalah Dasar :
Wanita, 28 tahun P2 A1 melahirkan 1 jam lalu, spontan, tapi plasenta tidak lahir,
dengan perdarahan banyak.
Setel ah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis
ibu dan badan bayi di keluarkan dengan gerakan fleksi lateral
kearah simfisis pubis.
2. Anamnesis
a. Identitas Pasien
- Nama
:
- Jenis Kelamin
: Perempuan
- Umur
: 28 tahun
- Pekerjaan
:
- Alamat
:
- Status perkawinan
:
- Suku, Agama, Ras
:
b. Keluhan Utama dan riwayat penyakit sekarang
- Keluhan utama :
Setelah bayi lahir, dicoba untuk melahirkan
plasenta tapi plasenta tidak lahir dan diikuti dengan perdarahan
banyak.
- Seberapa kuat kontraksi yang dirasakan ibu saat melahirkan?
- Apakah ibu masih merasakan kontraksi saat ini?
- Seberapa banyak darah yang keluar?
- Apakah hanya darah yang keluar atau ada yang lain?
c. Keluhan Penyerta
- Apakah ada keluhan lain yang dirasakan selain keluhan utama?
- Apakah ibu merasakan nyeri pada perut?
d. Riwayat Aktivitas Seksual dan Obstetrik
- Apakah pasien sudah pernah hamil sebelumnya? Apakah ada
riwayat melahirkan dan abortus? G3P2A1
- Berapa jarak kehamilan antara anak sebelunya dengan anak
yang sekarang?
- Faktor apa yang menyebabkan terjadinya abortus?
- Pada waktu melahirkan anak pertama apakah melahirkan
spontan, normal atau sesarae?
e. Riwayat Penyakit Dahulu dan penyakit keluarga
- Apakah pernah mengalami keluhan seperti ini pada persalinan
sebelumnya?
- Apakah ada riwayat kelainan uterus?
- Apakah ada riwayat mioma atau polip?
- Apakah ada penyakit pada keluarga?
- Apakah pasien ada riwayat anemia?
f.
Riwayat Kebiasaan
- Apakah ada kebiasaan merokok?
- Bagaimana kegiatan pasien sehari-hari saat hamil?
- Bagaimana pola makan ibu saat hamil?
- Apakah ibu mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi?
penanganan
sebeumnya?
o Auskultasi
c. Thorax
Inspeksi :
o Ictus cordis tidak terlihat (normal).
o Tanpa venektasi.
o Bentuk dada simetris.
o Retraksi (-).
o Pada mammae dapat terlihat keluarnya cairan kekuningan
atau colostrum.
Palpasi :
o Tidak teraba thrill.
o Stem fremitus simetris.
o Tanpa limfadenopati supraklavikularis.
Perkusi :
o Tidak ada kardiomegali.
o Perkusi Paru normal (sonor/sonor).
Auskultasi :
o S1 dan S2 tunggal.
Frekuensi
denyut
jantung
tergolong
takikardi
(120x/menit).
o Suara napas paru vesikuler. Ronki (-/-), wheezing (-/-).
d. Status Obstetrik dan Ginekologi
Inspeksi :
o Abdomen tampak agak cembung dan tampak longgar,
striae gravidarum (+).
o Vulva vagina normal.
o Orifisim uretra eksterna normal.
Palpasi :
o Kontraksi uterus kurang.
o Tinggi fundus uteri pusat shimphisis.
o Nyeri tekan abdomen.
Periksa Dalam :
o Tampak perdarahan aktif dari jalan lahir.
o Pada pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina,
uterus, dan pemeriksaan inspekulo. Cara ini dilakukan
guna menentukan adanya robekan dari serviks, vagina,
o
persalinan
e. Extremitas
Inspeksi : Normal.
Palpasi
: Normal.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium.
Darah lengkap
o Untuk memeriksa kadar Hb dan Hematokrit.
o Perhatikan jika adanya trombositopenia,
serta
jumlah
leukosit.
Pemeriksaan Darah Rutin.
Hemoglobin
Eritrosit
Nilai normal
Wanita : 12-16 g/dL
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
LED
MCV
4.300-10.800 sel/mm3.
150.000-450.000/mm3.
Wanita : 37-48%
Wanita : <20
MCH
MCHC
o
80-200
m3.
21-131 pg/sel.
32-36 g/dL.
Pada pasien dapat ditemukan penurunan kadar Hb, jumlah
eritrosit, dan Hematokrit.
Nilai Normal
Trombosis
BT
CT
PT
aPTT
1-7 menit
4-10 menit
10,6-14,4 detik
22,1-28,1 detik
Kadar
fibrinogen
diperiksa
untuk
menilai
adanya
konsumptif
mengindikasikan adanya
uteri
dan
menemukan
apakah
adanya
hematom.
Pada
diagnose
retensio
plasenta
jika
ditambah
dengan
ini
dengan
Rest plasenta
Rest plasenta adalah plasenta tidak lepas sempurna dan meninggalkan
sisa, dapat berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
Rest plasenta disebabkan oleh plasenta tertanam terlalu dalam sampai
lapisan miometrium uterus. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau
lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan
tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab
umum terjadinya perdarahan lanjut dalam masa nifas (perdarahan
pasca persalinanan sekunder). Perdarahan post partum yang terjadi
segera sering disebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil
plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi harus
menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian lasenta yang hilang, uterus
harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan.
Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada
perdarahan dengan sisa plasenta.
Plasenta akreta
Plasenta inkreta
Plasenta parkreta
8. Patofisiologi
- Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva)
Penyebab ini merupakan yang paling sering mengakibatkan retensio
plasenta. normalnya plasenta akan terlepas dari dinding uterus akibat
kontraksi uterus secara terus menurus. uterus akan semakin kecil dan
miometrium menebal. termasuk pengecilan pada daerah lapisan dindin
uterus tempat melekat plasenta sehingga jaringan penyokong tempat
mlekatnya plasenta terpisah dan plasenta terlepas. Kontraksi yang
tidak ade kuat dari uterus akan menyebabkan pelepasan plasenta yang
tidak sempurna oleh karena proses pengecilan tempat implantasi
plasenta pada dinding uterus yang tidak cukup untuk melepaskan
plasenta serta kurangnya penebalan otot-otot miometrium sehingga
tidak mampu menutup pembuluh darah yang ada diantaranya
sehingga terjadi perdarahan.
-
Plasenta melekat erat pada dinding uterus dan sebab villi korialis
menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritoneum
(plasenta akreta-perkreta)
implantasi plasenta yang terlalu dalam juga salah satu penyebab
retensio plasenta. kontraksi uterus (HIS) tidak mampu melepaskan
plasenta karena kuatnya ikatan implantasi kedalam dinding uterus.
penyebab ini biasanya tidak akan menimbulkan perdarahan karena
kuatnya implantasi sehingga tidak terjadi pemutusan jaringan
(sebagian atau seluruhnya)
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar,
retensio plasenta bisa juga disebabkan oleh tidak adanya atau
kurangnya usaha untuk melahirkan atau kurangnya tekanan
interabdominal sehingga plasenta yang sudah terlepas dari tempat
pelekatan dinding uterus tertahan dan tidak mampu dikeluarkan
melalui pintu uterus. Bisa juga disebabkan karena salah penanganan
atau ada manipulasi pada kala III sehingga ostium uterus tidak terbuka
9. Penatalaksanaan
Penanganan Penanganan retensio plasenta atau sebagian
plasenta adalah:
- Resusitasi.
Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang
berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida
isotonik
atau
larutan
ringer laktat
yang
hangat,
apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil pemeriksaan darah.
- Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer
laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
- Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews (uterus ditekan di
abdomen di daerah fundus, kemudian di daerah suprasimfisis atau
subumbilikal ke arah kraniodorsal (arah tekanan membentuk sudut ke
belakang / vertebra dan ke atas / kepala) sambil tali pusat
10.
Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi
a. Perdarahan Hebat: setelah plasenta lahir rahim akan berkontraksi
dan menyebabkan pembuluh darah di dalamnya mengerut
(konstriksi). Jika terjadi retensio plasenta, uterus tidak dapat
melaksanakan fungsi ini dan jika pembuluh darah tidak berkontriksi
maka akan terjadi perdarahan yang banyak
b. Multiple Organ Failure yang berhubungan dengan Kolaps sirkulasi
dan penurunan perfusi Organ: ini terjadi akibat perdarahan hebat
yang menyebabkan suplai darah dan oksigen ke organ menjadi
berkurang jika ini terus terjadi makan akan terjadi kematian
jaringan dan menyebabkan gagal fungsi organ
c. Sepsis: jika plasenta tetap tertinggal didalam uterus maka akan
terjadi infeksi yang berat seperti endometritis
d. Masalah Fertilitas: Plasenta yang tertinggal di dalam uterus juga
dapat menyebabkan uterus menjadi infertil
e. Kematian
Prognosis
Prognosis Tergantung dari Lamanya, Jumlah darah yang hilang, Keadaan
Ibu dan efektifitas terapi.
Kalau semuanya baik dan dapat diatasi makan Prognosis Baik
Bonam et Malam
11.
Edukasi dan Pencegahan
Pencegahan
a. Pencegahan resiko plasenta adalah dengan cara mempercepat
proses separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan
uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan
talipusat terkendali. Usaha ini disebut juga penatalaksanaan aktif
kala III
b. Mengamati dan melihat kontraksi uterus.
Kesimpulan :
Wanita, 28 tahun didiagnosis dengan retensio plasenta karena melahirkan
secara spontan 1 jam lalu, tetapi plasenta tidak lahir. Prognosis baik bila segera
ditangani, dan mencegah komplikasi.