Anda di halaman 1dari 12

Skenario 2

Wanita 28 tahun P2 A1 melahirkan 1 jam yang lalu, lahir spontan ditolong oleh
bidan di Puskesmas Bahu. Lahri bayi BB: 3000gr, panjang 48cm, setelah lahir
bayi dicoba untuk melahirkan plasenta, tapi plasenta tidak lahir, diikuti dengan
perdarahan banyak, dipasang infus.
Pemeriksaan pada waktu masuk :
Saat ini kedaan umum tampak sakit, T : 80/50, N: 120x/menit, R: 28x/menit.
Status obstetri : TFU pusat simphisis, kontraksi kurang.
Tampak perdarahan aktif dari jalan lahir.

Kata Sulit : Kata Kunci :


-

Wanita, 28 tahun P2 A1
Melahirkan 1 jam lalu, spontan
Bayi lahir : BB = 3000gr, Panjang 48 cm
Plasenta tidak lahir, diikuti perdarahan banyak
Dipasang infus
Keadaan umum :
o Tampak sakit
o T : 80/50 mmHg
o N : 120x/menit
o R : 28x/menit
Status obstetri :
o TFU pusat simphisis
o Kontraksi kurang
o Perdarahan aktif dari jalan lahir

Masalah Dasar :
Wanita, 28 tahun P2 A1 melahirkan 1 jam lalu, spontan, tapi plasenta tidak lahir,
dengan perdarahan banyak.

Pertanyaan dan Pembahasan :


1. Fisiologi Persalinan
Fisiologi persalinan normal
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan,beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama
proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan
ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Kala dalam persalinan
a. Kala I

Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10


cm).
Proses ini berlangsung antara 18-24 jam ,terbagi dalam 2 fase
yaitu:
i. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter
3cm.
ii. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase akselerasi: dalam waktu 3 jam pembukaan 3cm
tersebut menjadi 4cm
2. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4cm
menjadi 9cm
3. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali,
dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9cm menjadi
lengkap
Fase fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada
multi gravid pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase
aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme membukanya seviks berbeda antara pada
primigravida dan multigravida, pada yang pertama ostium
uteri internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga
serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian osteum
uteri eksternum membuka. Pada multigrvida osteum uteri
internum sudah sedikit terbuka. Osteum uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi
dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan
hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus
dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah
lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan
mencapai 5cm, disebut ketuban pecah dini.
Kala I selesai apabila pembukaan seviks uteri telah lengkap.
Pada primigravida kala I berlangsung kira - kira 13 jam,
sedangkan pada multigravida kira - kira 7 jam.
b. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira
- kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini janin
sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada
otot - otot
dasar panggul, yang
secara
reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada
rectum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai
menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka, labia mulai
membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak
dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih
berelaksasi, kepala tidak masuk lagi di luar his, dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan

suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati


perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II
berlangsung rata - rata 1,5 jam dan pada multipara rata - rata 0,5
jam.
c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus
uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus
kontraksi lagi untuk melepas plasenta dari dindingnya. Biasanya
plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
d. Kala IV
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post
partum. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar
biasa. Rata rata perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan
persalinan yang lebih dari 500cc adalah perdarahan abnormal.
Mekanisme persalinan normal
Engagement
Bila
diameter
biparietal
kepala
melewati
pintu
atas
panggul, kepala dikatakan telah menancap ( engaged ) pada pintu
atas panggul.
Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.
Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari
cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin, dan
kontraksi diafragma serta otot - otot abdomen ibu pada tahap
kedua persalinan.
Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding
panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi
terjadi dan dagu didekatkan kearah dada janin.
Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika.
Setiap kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah
lengkung pubis, dankepala hampir selalu berputar saat mencapai
otot panggul.
Ekstensi
Saat kepala janin mancapai perineum, kepala akan defleksi ke
arah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati
permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar
akibat ekstensi.
Restitusi dan putaran paksi luar
Restitusi adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir
hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki
pintu atas. Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan
turun dengan gerakan mirip dengan gerakan kepala.
Ekspulsi

Setel ah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis
ibu dan badan bayi di keluarkan dengan gerakan fleksi lateral
kearah simfisis pubis.
2. Anamnesis
a. Identitas Pasien
- Nama
:
- Jenis Kelamin
: Perempuan
- Umur
: 28 tahun
- Pekerjaan
:
- Alamat
:
- Status perkawinan
:
- Suku, Agama, Ras
:
b. Keluhan Utama dan riwayat penyakit sekarang
- Keluhan utama :
Setelah bayi lahir, dicoba untuk melahirkan
plasenta tapi plasenta tidak lahir dan diikuti dengan perdarahan
banyak.
- Seberapa kuat kontraksi yang dirasakan ibu saat melahirkan?
- Apakah ibu masih merasakan kontraksi saat ini?
- Seberapa banyak darah yang keluar?
- Apakah hanya darah yang keluar atau ada yang lain?
c. Keluhan Penyerta
- Apakah ada keluhan lain yang dirasakan selain keluhan utama?
- Apakah ibu merasakan nyeri pada perut?
d. Riwayat Aktivitas Seksual dan Obstetrik
- Apakah pasien sudah pernah hamil sebelumnya? Apakah ada
riwayat melahirkan dan abortus? G3P2A1
- Berapa jarak kehamilan antara anak sebelunya dengan anak
yang sekarang?
- Faktor apa yang menyebabkan terjadinya abortus?
- Pada waktu melahirkan anak pertama apakah melahirkan
spontan, normal atau sesarae?
e. Riwayat Penyakit Dahulu dan penyakit keluarga
- Apakah pernah mengalami keluhan seperti ini pada persalinan
sebelumnya?
- Apakah ada riwayat kelainan uterus?
- Apakah ada riwayat mioma atau polip?
- Apakah ada penyakit pada keluarga?
- Apakah pasien ada riwayat anemia?
f.

Riwayat Kebiasaan
- Apakah ada kebiasaan merokok?
- Bagaimana kegiatan pasien sehari-hari saat hamil?
- Bagaimana pola makan ibu saat hamil?
- Apakah ibu mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi?

g. Riwayat pengobatan sebelumnya


- Apakah ibu sudah mendapatkan
Sudah dipasang infus

penanganan

sebeumnya?

Apakah sebelumnya ibu mengkonsumsi obat-obatan?


Apakah keluara pernah diminta untuk menyetujui dilakukan
anastesi?

3. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Kesadaran
: Compos mentis, pasien tampak sakit
dan kulit pucat.
Tekanan Darah
: 80/50 (Hipotensi).
Frekuensi Nadi : 120x/menit (Takikardi).
Respirasi Rate : 28x/menit (Takipneu).
Suhu Badan
: 36,5-37,50C (Normal).
b. Kepala dan Leher
Wajah .
o Inspeksi:
Dapat ditemukan chloasma gravidarum.
Oedem pada wajah.
Mata
o Inspeksi :
Konjungtiva anemis (+/+), tidak edema, sclera

tidak ikterik, pupil normal (3 mm/3 mm), isokor.


Hidung
: Normal.
Telinga
: Normal.
Tenggorrokan : Normal.
Mulut
: Normal.
Leher
o Inspeksi : Normal, simetris.
o Palpasi :
Normal, tanpa pembesaran KGB dan kelenjar
tiroid.
Tidak ditemukan peningkatan JVP.
: Normal, pernapasan bronchial (tracheal).

o Auskultasi
c. Thorax
Inspeksi :
o Ictus cordis tidak terlihat (normal).
o Tanpa venektasi.
o Bentuk dada simetris.
o Retraksi (-).
o Pada mammae dapat terlihat keluarnya cairan kekuningan
atau colostrum.
Palpasi :
o Tidak teraba thrill.
o Stem fremitus simetris.
o Tanpa limfadenopati supraklavikularis.
Perkusi :
o Tidak ada kardiomegali.
o Perkusi Paru normal (sonor/sonor).
Auskultasi :
o S1 dan S2 tunggal.

Frekuensi

denyut

jantung

tergolong

takikardi

(120x/menit).
o Suara napas paru vesikuler. Ronki (-/-), wheezing (-/-).
d. Status Obstetrik dan Ginekologi
Inspeksi :
o Abdomen tampak agak cembung dan tampak longgar,
striae gravidarum (+).
o Vulva vagina normal.
o Orifisim uretra eksterna normal.
Palpasi :
o Kontraksi uterus kurang.
o Tinggi fundus uteri pusat shimphisis.
o Nyeri tekan abdomen.
Periksa Dalam :
o Tampak perdarahan aktif dari jalan lahir.
o Pada pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina,
uterus, dan pemeriksaan inspekulo. Cara ini dilakukan
guna menentukan adanya robekan dari serviks, vagina,
o

hematoma, dan adanya sisa-sisa plasenta.


Ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggirpinggirnya tidak rata dan retak-retak karena robekan saat

persalinan
e. Extremitas
Inspeksi : Normal.
Palpasi
: Normal.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium.
Darah lengkap
o Untuk memeriksa kadar Hb dan Hematokrit.
o Perhatikan jika adanya trombositopenia,

serta

jumlah

leukosit.
Pemeriksaan Darah Rutin.
Hemoglobin
Eritrosit

Nilai normal
Wanita : 12-16 g/dL

Leukosit
Trombosit
Hematokrit
LED
MCV

4.300-10.800 sel/mm3.
150.000-450.000/mm3.
Wanita : 37-48%
Wanita : <20

MCH
MCHC
o

Wanita : 4,2-5,9x106 sel/ L

80-200

m3.

21-131 pg/sel.
32-36 g/dL.
Pada pasien dapat ditemukan penurunan kadar Hb, jumlah
eritrosit, dan Hematokrit.

PT dan aPTT diperiksa untuk menentukan adanya gangguan


koagulasi.
Pemeriksaan Koagulasi dan

Nilai Normal

Trombosis
BT
CT
PT
aPTT

1-7 menit
4-10 menit
10,6-14,4 detik
22,1-28,1 detik

Kadar

fibrinogen

diperiksa

untuk

menilai

koagulasi penurunan kadar fibrinogen,

adanya

konsumptif

mengindikasikan adanya

konsumptif koagulopati (DIC).


b. Pemeriksaan Radiologi (USG)
USG digunakan untuk membantu menemukan abnormalitas dalam
cavum

uteri

dan

menemukan

apakah

adanya

hematom.

Pada

penemuan ultrasonografi, adanya massa uterus yang echogenik


mendukung

diagnose

retensio

plasenta

jika

ditambah

dengan

perdarahan yang berlangsung terus beberapa jam.


4. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis
Dari anamnesis ditemukan :
- Melahirkan 1 jam yang lalu
- Melahirkan spontan
- BBL : 3000 gr
- Panjang Bayi Lahir 48 cm
- Plasenta tidak lahir
- Perdarahan banyak
- Dipasang infus
Dari pemeriksaan ditemukan :
- Keadaan umum tampak sakit
- Tensi : 80/50mmHg
- Nadi : 120x/menit
- Respirasi : 28x/menit
- Status obstetri : TFU pusat simphisis, kontraksi kurang
- Tampak perdarahan aktif dari jalan lahir
Dari anamnesis dan pemeriksaan didiagnosis pasien
Hemorrhagic Post Partum et causa Retensio Plasenta.

ini

dengan

Dikatakan retensio plasenta bila plasenta tetap tertinggal di dalam uterus


setengah jam setelah anak lahir. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala tiga bsa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara
plasenta dan uterus.
Diagnosis banding

Hemorrhagic Post Partum dapat disebabkan oleh :


- Kelainan pembekuan darah
- Ruptura uteri
- Robekan serviks
- Atonia uteri
- Retensio plasenta
- Rest plasenta
Dari penyebab-penyebab tersebut yang dapat menyebabkan Hemorraghic
Post Partum dan berhubungan dengan plasenta yaitu retensio plasenta
dan rest plasenta.
-

Rest plasenta
Rest plasenta adalah plasenta tidak lepas sempurna dan meninggalkan
sisa, dapat berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
Rest plasenta disebabkan oleh plasenta tertanam terlalu dalam sampai
lapisan miometrium uterus. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau
lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan
tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab
umum terjadinya perdarahan lanjut dalam masa nifas (perdarahan
pasca persalinanan sekunder). Perdarahan post partum yang terjadi
segera sering disebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil
plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi harus
menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian lasenta yang hilang, uterus
harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan.
Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada
perdarahan dengan sisa plasenta.

5. Etiologi dan Faktor Resiko


Etiologi
Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa
disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
a. Plasenta akreta: bila implantasi menembus desidua basalis dan
nitabuch layer.
b. Plasenta inkreta : bila implantasi plasenta sampai menembus
miometrium
c. Plasenta perkreta: bila vili korialis sampai menembus perimetrium.
Faktor resiko
Plasenta previa: Sebagian besar faktor risiko yang mempredisposisi
pasien untuk plasenta previa juga akan mempredisposisi mereka
plasenta akreta/inkreta/ perkreta.
Bekas seksio sesarea dan bekas pembedahan uteri
Merupakan salah satu factor resiko utama plasenta akreta. Plasenta
akreta diasosiasikan dengan desidua basalis tipis, tidak lengkap

dikembangkan atau tidak ada. Maldevelopement dari desidua


biasanya berhubungan dengan seksio sesarea sebelumnya.
Secara keseluruhan , setiap keadaan yang cenderung menyebabkan
kerusakan rahim , jaringan parut miometrium , atau maldevelopement dari
desidua dapat mempengaruhi pasien untuk kelainan plasenta.
6. Epidemiologi
Plasenta accrete terjadi pada sekitar 1 : 1000 persalinan.
Insidens dari plasenta akreta telah meningkat dan tampak parallel dengan
meningkatnya seksio sesarea. Menurut penelitian pada periode 1982-2002
insiden plasenta accrete tiap 1 dari 533 kehamilan. Insidens sebelumnya
adalah 1 dari 4,027 kehamilan di 1970an, meningkat ke 1 dari 2,510
kehamilan pada 1980an.
Dalam penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. DR. R.D> Kandou
selama periode 1 januari 2011 sampai 31 desember 2011 ditemukan 60
kasus (11,44%) perdarahan antepartum dan 36 kasus perdarahan post
partum (0,86%) dari total 4155 persalinan seluruhnya.
7. Patogenesis
Faktor resiko (Jaringan parut pada bekas seksio sesar, bekas insisi pada uterus, bekas kuretas)
Patogenesis Retensio Plasenta
- Kelainan pada desidua basalis dan tidak terbentuknya lapisan fribrinoid
(lapisan Nitabuch) menyebabkan jonjot korion dapat masuk untuk
berimplantasi.
- Keadaan seperti ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu plasenta
gravia, bekas seksio, sesarea, pernah kuret berulang dan multiparitas.
lapisanpertolongan
fibrinoid/nitabuch
- Ketidaksempurnaan
Plasenta yang sukarpembentukan
dilepaskan dengan
aktif kala tiga bisa
disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
- Keadaan dimana adhesi kuat antara plasenta dan uterus dibadi
berdasarkan seberapa jauh trofoblas masuk kedalam.
- Disebut sebagai plasenta akreta bila implantasi menembus desidua
Kelainan
desidua
basalissebagai plasenta inkreta bila
basalis dan lapisan
Nitabuch,
disebut
plasenta menembus sampai miometrium dan disebut sebagai plasenta
perkreta bila vili korialis menembus perimetrium
- Hal yang seperti ini dapat menyebabkan hambatan persalinan
plasenta.
Kelainan implantasi pada kehamilan

Trofoblas masuk lebih dalam

Plasenta akreta

Plasenta inkreta

Plasenta parkreta

Hambatan pelepasan placenta

8. Patofisiologi
- Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva)
Penyebab ini merupakan yang paling sering mengakibatkan retensio
plasenta. normalnya plasenta akan terlepas dari dinding uterus akibat
kontraksi uterus secara terus menurus. uterus akan semakin kecil dan
miometrium menebal. termasuk pengecilan pada daerah lapisan dindin
uterus tempat melekat plasenta sehingga jaringan penyokong tempat
mlekatnya plasenta terpisah dan plasenta terlepas. Kontraksi yang
tidak ade kuat dari uterus akan menyebabkan pelepasan plasenta yang
tidak sempurna oleh karena proses pengecilan tempat implantasi
plasenta pada dinding uterus yang tidak cukup untuk melepaskan
plasenta serta kurangnya penebalan otot-otot miometrium sehingga
tidak mampu menutup pembuluh darah yang ada diantaranya
sehingga terjadi perdarahan.
-

Plasenta melekat erat pada dinding uterus dan sebab villi korialis
menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritoneum
(plasenta akreta-perkreta)
implantasi plasenta yang terlalu dalam juga salah satu penyebab
retensio plasenta. kontraksi uterus (HIS) tidak mampu melepaskan
plasenta karena kuatnya ikatan implantasi kedalam dinding uterus.
penyebab ini biasanya tidak akan menimbulkan perdarahan karena
kuatnya implantasi sehingga tidak terjadi pemutusan jaringan
(sebagian atau seluruhnya)

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar,
retensio plasenta bisa juga disebabkan oleh tidak adanya atau
kurangnya usaha untuk melahirkan atau kurangnya tekanan
interabdominal sehingga plasenta yang sudah terlepas dari tempat
pelekatan dinding uterus tertahan dan tidak mampu dikeluarkan
melalui pintu uterus. Bisa juga disebabkan karena salah penanganan
atau ada manipulasi pada kala III sehingga ostium uterus tidak terbuka

9. Penatalaksanaan
Penanganan Penanganan retensio plasenta atau sebagian
plasenta adalah:
- Resusitasi.
Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang
berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida
isotonik
atau
larutan
ringer laktat
yang
hangat,
apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil pemeriksaan darah.
- Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer
laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
- Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews (uterus ditekan di
abdomen di daerah fundus, kemudian di daerah suprasimfisis atau
subumbilikal ke arah kraniodorsal (arah tekanan membentuk sudut ke
belakang / vertebra dan ke atas / kepala) sambil tali pusat

ditegangkan), jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk


mempertahankan uterus.
Jika plasenta tidak lepas, dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi
ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali
pusat putus.
Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa
plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada
abortus.
Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder
Penanganan berdasarkan keadaan plasenta
o Retensio Plasenta dengan Separasi Parsial
Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan
dengan tindakan yang akan diambil.
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan
bila ekspulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi
terkontrol tali pusat.
Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 50 cc Ns/RL dengan
40 tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan
misoprostol 400 mg rektal.
Bila troksi terkontrol gagal, lahirkan plasenta secara hatihati dan halus.
Lakukan tranfusi darah bila diperlukan.
Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 29 Iv/oral dan
metronidazol 20 l g supositorial/oral).
Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat,
infeksi, syok neurogenik.
o Plasenta Inkarserata
Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik
dan pemeriksaan.
Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk
menghilangkan kontruksi servik dan melahirkan plasenta .
Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat
tetapi siapkan infus oksitosis 20 IV dalam 500 mg NS/RL
dengan 40 tetes/menit untuk mengantisipasi ganguan
kontraksi yang disebabkan bahan anestesi tersebut.
Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat
dilalui oleh cunam ovum. Lakukan manuver sekrup untuk
melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut berikan
analgesik (tramadol 100 mg IV atau pethidme 50 mg IV

dan sedatif (diazepam 5mg IV) pada tabung suntik


terpisah.
Plasenta akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah
ikutnya fundus/korpus apabila tali pusat ditarik. Pada
pemeriksaan dalam, sulit ditentukan tepi plasenta karena
implantasi yang dalam upaya yang dapat dilakukan pada
fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah menentukan
diagnosis, stabilitas pasien dan rujuk ke RS.

10.
Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi
a. Perdarahan Hebat: setelah plasenta lahir rahim akan berkontraksi
dan menyebabkan pembuluh darah di dalamnya mengerut
(konstriksi). Jika terjadi retensio plasenta, uterus tidak dapat
melaksanakan fungsi ini dan jika pembuluh darah tidak berkontriksi
maka akan terjadi perdarahan yang banyak
b. Multiple Organ Failure yang berhubungan dengan Kolaps sirkulasi
dan penurunan perfusi Organ: ini terjadi akibat perdarahan hebat
yang menyebabkan suplai darah dan oksigen ke organ menjadi
berkurang jika ini terus terjadi makan akan terjadi kematian
jaringan dan menyebabkan gagal fungsi organ
c. Sepsis: jika plasenta tetap tertinggal didalam uterus maka akan
terjadi infeksi yang berat seperti endometritis
d. Masalah Fertilitas: Plasenta yang tertinggal di dalam uterus juga
dapat menyebabkan uterus menjadi infertil
e. Kematian
Prognosis
Prognosis Tergantung dari Lamanya, Jumlah darah yang hilang, Keadaan
Ibu dan efektifitas terapi.
Kalau semuanya baik dan dapat diatasi makan Prognosis Baik
Bonam et Malam
11.
Edukasi dan Pencegahan
Pencegahan
a. Pencegahan resiko plasenta adalah dengan cara mempercepat
proses separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan
uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan
talipusat terkendali. Usaha ini disebut juga penatalaksanaan aktif
kala III
b. Mengamati dan melihat kontraksi uterus.

Kesimpulan :
Wanita, 28 tahun didiagnosis dengan retensio plasenta karena melahirkan
secara spontan 1 jam lalu, tetapi plasenta tidak lahir. Prognosis baik bila segera
ditangani, dan mencegah komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai