Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Asuhan Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas

Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah kegawatdaruratan maternal neonatal dan basic life
support

Dosen Pengampu : Dianna.,M.Keb

Disusun oleh Kelompok 15 :

1. Dewi Trisnasari 191081011


2. Sindi Parwati 191081038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

PRODI D-III JURUSAN KEBIDANAN

TINGKAT II SEMESTER IV

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah makalah Kesehatan Masyarakat yang berjudul“Asuhan kegawatdaruratan
pada masa nifas” ini dapat di selesaikan. Tidak luput pula, kami ucapkan terima kasih
kepada:

1. Dianna.,M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Kegawatdaruratan maternal


neonatal dan basic life support khusunya materi kami yang telah mengarahkan dan
memberikan bimbingan kepada kami untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.

2. Teman-teman yang telah memberikan bantuan berupa bahan materi selama


penyusunan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi isi materi, penulisan serta pemilihan kata yang digunakan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
memperbaiki pembuatan makalah sselanjutnya. Dan semoga makalah yang telah kami buat ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Pontianak, 03 MEI 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Infeksi Payudara.....................................................................................................3
B. Tromboflebilis........................................................................................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran ...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi payudara atau mastitis adalah infeksi yang terjadi pada jaringan
payudara. Kondisi ini umumnya menyerang ibu menyusui, terutama pada 12 minggu
pertama setelah persalinan. Infeksi payudara juga dapat dialami oleh wanita yang
sedang tidak menyusui, walaupun jarang terjadi.
Mastitis biasanya hanya menyerang salah satu payudara saja, namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada kedua payudara. Mastitis menyebabkan
penderitanya mengalami kesulitan saat menyusui, sehingga kegiatan menyusui
menjadi terhambat atau terhenti. Akan tetapi, kegiatan menyusui sebaiknya tetap
dilakukan karena hal ini tidak berbahaya untuk bayi. Kandungan antibakteri dalam
ASI membuat bayi terlindung dari infeksi, dan malah mempercepat penyembuhan.
Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam
vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan,
rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi
ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran
yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan infeksi payudara?
2. Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan infeksi payudara.
2. Untuk mengetahui apa yangdimaksud dengan tromboflebitis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Infeksi payudara
1. Definisi
Infeksi payudara atau mastitis adalah infeksi yang terjadi pada jaringan
payudara. Kondisi ini umumnya menyerang ibu menyusui, terutama pada 12 minggu
pertama setelah persalinan. Infeksi payudara juga dapat dialami oleh wanita yang
sedang tidak menyusui, walaupun jarang terjadi.
Mastitis biasanya hanya menyerang salah satu payudara saja, namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada kedua payudara. Mastitis menyebabkan
penderitanya mengalami kesulitan saat menyusui, sehingga kegiatan menyusui
menjadi terhambat atau terhenti. Akan tetapi, kegiatan menyusui sebaiknya tetap
dilakukan karena hal ini tidak berbahaya untuk bayi. Kandungan antibakteri dalam
ASI membuat bayi terlindung dari infeksi, dan malah mempercepat penyembuhan.
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara
yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka
pada putting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah Bila tidak segera
ditangani menyebabkan Abses Payudara (pengumpulan nanah lokal di dalam
payudara) merupakan komplikasi berat dari mastitis
2. Epidemiologi
a. InsidenMastitis terjadi pada semua populasi,dengan atau tanpa kebiasaan
menyusui.Insidenini sangat bervariasi,dari sedikit sampai 33% wanita
menyusui,tetapi biasanya di bawah 10%.
b. Mula timbulMastitis paling sering timbul pada minggu kedua dan ketiga pasca
kelahiran.Dengansebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95%
kasus terjadi dalam 12 minggu pertama.Namun mastitis dapat terjadi pada setiap
tahap laktasi,termasuk pada tahun kedua.
3. Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan
padakulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu
menyusui.Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting
susu yang rusak padamasa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan
nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan
dengankanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia
pertengahan yang tidakmenyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah
areola, area gelap sekitar puting susu).
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
a. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
b. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
c. Terdapat gangguan sistem kekebalan tubuh
4. Patofisiologi
Adapun patogenesis adalah terdapat lesi atau luka pada puting sehingga terjadi
peradangan kemudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk ke dalam
payudara sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian
terjadi infeksi yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
5. Gambaran klinis
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi
suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses
payudara diantaranya :
a. Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jikadisentuh,
membengkak dan adanya nyeri tekan).
b. Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanyatampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
c. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise
d. Nipple discharge ( keluar cairan dari puting susu, bisa mengandung nanah)
e. Gatal-gatal
f. Pembesaran kelenjar getah bening, ketiak sisi yang sama dengan payudara yang
terkena.

Menurut sarwono (2009) pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu :

a. Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi.


b. Fisura puting susu.
c. putting susu.
d. Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras.
e. Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal.
f. Limfadenopati aksilaris yang nyeri.
g. Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit.
h. Suhu badan meningkat dan menggigil.
i. Payudara membesar, keras da akhirnya pecah dengan borok sertakeluarnya cairan
nanah bercampur air susu serta darah.
6. Pemeriksaan
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan
jumlah sel darah putih, untuk menentukan ukuran dari lokasi abses bisa dilakukan
pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.
a. SG payudara, untuk mendeteksi dan memeriksa benjolan atau tumor pada
payudara.
b. Mammografi, untuk mendeteksi tanda-tanda kanker payudara yang dapat
disebabkan oleh infeksi payudara.
c. Biopsi payudara, yaitu pemeriksaan laboratorium terhadap sampel jaringan
payudara untuk mendeteksi kemungkinan adanya sel kanker.
d. MRI, untuk mendapatkan gambaran kondisi payudara secara lebih detail dan
mendeteksi tumor atau tanda kanker payudara.
7. Penanganan
a. Tehnik menyusui yang benar.
b. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
c. Meskipun dengan keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
d. Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat.
e. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi asi harus tetap
dikeluarkan.
f. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
g. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
8. Komplikasi Infeksi Payudara
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat infeksi payudara, yaitu:
a. Abses payudara, yaitu munculnya nanah di payudara dan terasa nyeri. Tindakan
operasi kecil diperlukan untuk mengeluarkan nanah dari dalam payudara.
b. Infeksi jamur. Penggunaan antibiotik untuk mengobati infeksi payudara dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur secara berlebih dalam tubuh. Kondisi ini dapat
menyebabkan puting berwarna merah serta payudara terasa nyeri dan panas.
Bercak putih atau kemerahan juga dapat ditemukan di mulut bayi. Jika ditemukan
gejala-gejala tersebut, dokter akan memberikan obat antijamur sebagai langkah
pengobatan

9. Terapi
a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa
ditusuk dan dikeluarkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari
tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran asi.
b. Pecahkan kantong PUS dengan tissue forceps atau jari tangan.
c. Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan nanah.
d. Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam.
e. Karena penyebab utamanya staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin
dengan dosis tinggi, biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
f. Dapat diberikan paracetamol 500 mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
g. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 x sehari.
h. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang
terkena untuk mencegah pembengkakan pada payudara.
i. Menganjurkan untuk mengonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan istirahat
yang cukup.
10. Pencegahan
Menurut WHO, 2002, abses payudara sangat mudah dicegah apabila menyusui
dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis
ASI dan bila tanda dini seperti bendungan asi, sumbatan saluran payudara, dan nyeri
puting susu segera diobati dengan cepat.
Ada beberapa tindakan perawatan payudara yang dapat dilakukan untuk
mencegah infeksi payudara, yaitu:
a. Bersihkan payudara dengan handuk hangat untuk meningkatkan aliran ASI.
b. Gunakan teknik atau posisi yang berbeda ketika menyusui.
c. Gunakan payudara secara bergantian ketika sedang menyusui.
d. Kosongkan payudara sepenuhnya ketika sedang menyusui untuk mencegah
pembengkakan dan penyumbatan saluran ASI. Jika bayi sudah berhenti menyusu
dan payudara belum sepenuhnya kosong, gunakanlah alat pompa ASI untuk
memompa ASI dan mengosongkan payudara.
e. Hindari penggunaan sabun ketika membersihkan puting.
f. Pijat payudara secara teratur untuk memperlancar saluran ASI.
g. Perbanyak konsumsi cairan untuk mencegah dehidrasi.
h. Hindari penggunaan bra yang terlalu ketat.
i. Hindari menindik puting payudara karena dapat meningkatkan risiko infeksi.

B. Tromboflebitis
1. Pengertian
Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah balik (vena), yang
memicu terbentuknya gumpalan darah pada satu vena atau lebih. Umumnya
tromboflebitis terjadi pada vena di tungkai. Meski demikian, tidak tertutup
kemungkinan kondisi ini menyerang vena pada lengan.
Tromboflebitis bisa terjadi pada vena di bawah permukaan kulit, maupun di
bagian yang lebih dalam. Tromboflebitis yang terjadi di bawah permukaan kulit
disebut superficial thrombophlebitis, sedangkan tromboflebitis yang terjadi pada vena
di bagian yang lebih dalam disebut trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis
(DVT).
DVT lebih berbahaya dibanding superficial thrombophlebitis, karena
gumpalan darah bisa masuk ke aliran darah menuju ke pembuluh darah arteri di paru-
paru dan menghambat aliran darah. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kematian

2. Tanda dan gejala


Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:
a. Rasa sakit hingga ke dada, yang bisa merupakan indikasi gumpalan darah pada
paru-paru (jangan dikacaukan dengan rasa nyeri dada yang biasanya akibat
mengejan terlalu kuat).
b. Rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan hangat di betis atau paha dengan atau
tanpa adanya tanda merah, bengkak dan nyeri ketika menggerakkan kaki, yang
bisa merupakan tanda gumpalan darah pada saluran darah di kaki. Perluasan
infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme
patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan dan cabang-
cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis (Saifuddin, 2007).

Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita varikositis


atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding vena dan stasis
vena. Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan tanda dan gejala sebagai
berikut: kemungkinan peningkatan suhu ringan, takikardia ringan, awitan tiba-tiba
nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan atau saat berdiri,
edema pergelangan kaki, tungkai dan paha, tanda homan positif, nyeri saat
penekanan betis, nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan
pembuluh darah dapat teraba (Varney, 2008).

Risiko terbesar yang berkaitan dengan tromboflebitis adalah emboli paru,


terutama sekali terjadi pada tromboflebitis vena profunda dan kecil kemungkinannya
terjadi pada tromboflebitis superfisial. Awitan tiba-tiba takipnea, dispnea, dan nyeri
dada tajam adalah gejala yang paling umum.

3. Penyebab tromboflibitis
Tromboflebitis disebabkan oleh terbentuknya gumpalan darah di dalam vena
yang menimbulkan peradangan. Gumpalan darah ini dapat terjadi akibat beberapa hal,
seperti:
a. Gangguan pembekuan darah yang diturunkan, misalnya defisiensi protein C.
b. Cedera pada vena akibat pemasangan kateter pembuluh darah atau alat pacu
jantung.
c. Seseorang yang tidak bergerak dalam waktu lama, misalnya duduk di mobil atau
pesawat dalam perjalanan panjang, serta terlalu lama berbaring karena menderita
sakit (misalnya stroke).
4. Faktor Risiko Tromboflebitis
Risiko tromboflebitis pada seseorang bisa meningkat, bila terdapat beberapa
faktor berikut:
a. Usia. Individu di atas usia 60 tahun memiliki risiko tromboflebitis yang lebih
tinggi.
b. Perubahan hormon, misalnya karena menjalani terapi penggantian hormon atau
konsumsi pil KB.
c. Riwayat penyakit, misalnya pernah menderita tromboflebitis sebelumnya atau
memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan pembekuan darah.
d. Kanker. Beberapa jenis kanker dapat meningkatkan kadar protein tubuh yang
memicu penggumpalan darah.
e. Dehidrasi. Kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan pembuluh darah
menyempit dan membuat darah lebih mengental, sehingga meningkatkan risiko
terjadinya pembekuan darah.
f. Merokok. Merokok dapat merusak lapisan pembuluh darah, yang kemudian
memicu terbentuknya gumpalan darah.
g. Kehamilan. Ibu hamil berisiko mengalami tromboflebitis selama hamil atau
setelah melahirkan.
h. Obesitas, atau berat badan berlebih.
5. Diagnosis Tromboflebitis
Di samping menanyakan gejala serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga,
dokter juga akan melakukan pemeriksaan kondisi kulit dan menyarankan serangkaian
pemeriksaan yang lebih mendetail. Pemeriksaan yang dapat disarankan meliputi tes
darah, USG, atau CT scan.
Pemeriksaan lanjutan tersebut bertujuan untuk memastikan diagnosis,
sekaligus memeriksa apakah pasien menderita tromboflebitis atau DVT.
6. Pengobatan Tromboflebitis
Penanganan tromboflebitis tergantung kepada jenis serta tingkat keparahan
yang dialami oleh pasien. Untuk tromboflebitis yang terjadi di bawah permukaan
kulit, penanganan bisa dilakukan di rumah dengan langkah-langkah sederhana, seperti
mengompres area yang sakit dengan air hangat, meletakkan tungkai yang sakit pada
posisi lebih tinggi saat sedang tidur atau duduk, dan mengonsumsi obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS).
Bila diperlukan, dokter juga bisa merekomendasikan beberapa metode
pengobatan sebagai berikut:
a. Penggunaan stoking khusus (kompresi) untuk mengurangi pembengkakan dan
risiko komplikasi.
b. Pemberian obat pengencer darah atau antikoagulan, seperti heparin atau warfarin,
untuk mencegah gumpalan darah semakin membesar.
c. Pemberian obat penghancur gumpalan darah atau trombolisis.
d. Pemasangan filter atau saringan pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi obat
pengencer darah. Saringan akan dipasang pada pembuluh darah balik utama
(vena cava) di perut, untuk mencegah gumpalan darah menyumbat pembuluh
darah arteri di paru-paru (emboli paru).
e. Bedah untuk membuang vena yang melebar dan tidak beraturan (varises) yang
menimbulkan nyeri dan membuat tromboflebitis berulang.
7. Komplikasi Tromboflebitis
Meskipun jarang, sejumlah komplikasi yang dapat terjadi akibat tromboflebitis
meliputi:
a. Emboli paru atau gumpalan darah pada pembuluh darah arteri di paru-paru.
b. Post thrombotic syndrome (PTS). Kondisi ini muncul beberapa bulan atau tahun
setelah pasien terserang tromboflebitis. Ditandai dengan rasa sakit yang parah
disertai bengkak dan rasa berat pada tungkai yang terserang.
8. Pencegahan Tromboflebitis
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mencegah tromboflebitis,
seperti dengan mengindari penggunaan pakaian ketat, aktif bergerak, serta
mengonsumsi air putih yang cukup agar terhindar dari dehidrasi.
9. Penanganan
Penanganan meliputi tirah baring, elevasi ekstremitas yang terkena, kompres
panas, stoking elastis, dan analgesia jika dibutuhkan. Rujukan ke dokter konsultan
penting untuk memutuskan penggunaan antikoagulan dan antibiotik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mastitis merupakan infeksi pada parenkim payudara yang dapat terjadi pada
masa nifas. Mastitis biasanya terjadi pada salah satu payudara dan dapat terjadi pada
minggu pertama sampai ketiga atau keempat setelah melahirkan.
Pada masa nifas bendungan ASI dapat menjadi awal terjadinya mastitis.
Bendungan ASI disebabkan karena pengosongan payudara yang tidak sempurna,
karena teknik menyusui yang tidak benar, pemakaian bra yang terlalu ketat, dan
pengisapan bayi yang kurang kuat. Mastitis dapat terjadi akibat kuman, dimana
kuman penyebab tersering mastitis yaitu bakteri Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Penanganan
terbaik untuk mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan yang dapat dilakukan
dengan mencuci tangan menggunakan sabun, mencegah bendungan ASI dengan
menyusui sejak awal dan sering, teknik menyusui yang benar, dan menghindari
kontak dekat dengan orang yang menderita Staphylococcus. Perawatan puting susu
pada saat menyusui juga merupakan usaha yang penting untuk mencegah mastitis.
Perawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan membersihkan puting susu sebelum
dan setelah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang mengering.
Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang
disertaidengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada
wanitahamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas. Tromboflebitis
diklasifikasikanmenjadi 2 yaitu tromboflebitis femoralis dan pelvio tromboflebitis.
Tromboflebitisdisebabkan oleh Perluasan infeksi endometrium, mempunyai varises
pada vena,obesitas, Pernah mengalami tramboflebitis, berusia 30 tahun lebih dan
padasaat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama, trauma, adan
yamalignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena, dan
memilikiinsidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
Tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu biasanya Penderita-
penderitaumumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri
yangterlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan, edema
atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga
padagerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba
pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempattempat dimana terdapat katupv
ena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran venadan
menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadikarena
pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini,tetapi biasanya
pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
B. SARAN
Untuk seluruh teman teman kebidanan, semoga dengan adanya informasi dari
makalah ini, kita jadi mampu melakukan konseling permasalahan yang dihadapi
klien dan membantu klien mengatasi masalahnya dengan cara yang benar. Perlu di
perhatikan agar mempelajari lebih dalam tentang komunikasi dan keterampilan agar
kita lebih dapat berinteraksi dengan pasien, keluarga pasien maupun yang menjadi
sasaran pengkajian kita.
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan pedoman
pada banyak sumber yang dapat di pertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas.
DAFTAR PUSTAKA

Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Mastitis


Murray, D. Verywell Family (2018). Mastitis Signs, Treatment, and Prevention.
Boakes, et al. (2018). Breast Infection: A Review of Diagnosis and Management
Practices. European Journal of Breast Health, 14(3), pp. 136-14.
Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Trombophlebitis.
Roddick, J. Healthline (2016). Superficial Thrombophlebitis.

Anda mungkin juga menyukai