Anda di halaman 1dari 21

TUGAS TERSTRUKTUR

Mata Kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic Life Support (Bd.5.026)

(INFEKSI DAN TRAUMA SAAT PERSALINAN)

Dosen Pengampu : Dianna, M.Keb

Disusun Oleh Kelompok 19 :

1. Tri Febriyani (191081044)


2. Ana Elliyana Thalia (20185123004)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D-III

2021/202
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan lancar. Makalah kami yang
berjudul “Lingkup Ginekologi”

Makalah ini disusun dari bebagai sumber. Tak lupa pula kami mengucapkan terimah
kasih banyak kepada seluruuh pihak yang terlibat, khususnya atas bimbingan dan arahan
dalam pembuatan makalah kami.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih baik. Akhir kata kami berharap tugas ini dapat
member manfaat bagi kita semua.

Pontianak, 5 Mei 2021

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................

Daftar Isi...................................................................................................................

Bab 1 Pendahuluan..................................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................

Bab 2 Pembahasan...................................................................................................

A. Pengertian Infeksi...........................................................................................
B. Pencegahan infeksi.........................................................................................
C. Asuhan neonatus pencehagan infeksi.............................................................
D. Pengertian trauma persalinan.........................................................................
E. Penyebab trauma persalinan...........................................................................
F. Macam-macam trauma persalinan.................................................................

Bab 3 Penutup..........................................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

Daftar Pustaka..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua,
terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa
melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan
keluarga. Terpenuhinyakebutuhan dasar anak (asah, asih, asuh) oleh keluarga akan
memberikan lingkungan yangterbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak
menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat.
Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal.
Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuhkembang anak selanlutnya.
Masalah-masalah yang terrjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh
tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma
akibat tindakan, para persalinan atau gangguan kelainan sisiologik persalinan yang
sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan
menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan
menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir
akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan
sisiologis persalinan. Sebagian besar, cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan
berlarut larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau
presentasi atau posisi janinabnormal.
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses
kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunlukkan trauma mekanik dan
anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang di
dapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat
ketrampilan atau perhatianmedik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama
sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan medis yang terampil
dan kompeten dan sama sekali tidak adakaitannya dengan tindakan atau sikap orang
tua yang acuh tak acuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian infeksi?
2. Bagaimana pencegahan infeksi?
3. Bagaimana Asuhan neonatus pencehagan infeksi?
4. Apa pengertian pengertian trauma persalinan?
5. Apa Penyebab trauma persalinan?
6. Apa Macam-macam trauma persalinan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian infeksi
2. Mengetahui pencegahan infeksi
3. Mengetahui Asuhan neonatus pencehagan infeksi
4. Mengetahui pengertian trauma persalinan
5. Mengetahui Penyebab trauma persalinan
6. Mengetahui Macam-macam trauma persalinan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Infeksi
1. Pengertian Infeksi
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection (infeksi
dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena infeksi
diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat adalah
infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari
orang lain.
2. Patogenesis
Infeksi pada bayi baru lahir sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering
ditemukan pada bayi yang lahir dirumah sakit dibandingkan dengan bayi yang
lahir diluar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan atau imunitas
transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi
terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan terhadap kuman dari
orang lain.
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3
golongan, yaitu :
a. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu
melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat
menyerang janin melalui jalan ini ialah :
1) Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion ;
2) Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ) ;
3) Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria
monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi
plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin
mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
b. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban
dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting terhadap
timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun
ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan
manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik
sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan
septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan
kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral trush ”.
c. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi
yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat
infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah.
Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi
pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman
yang sudah tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.
Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk
kepentingan bayi itu sendiri tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan
ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda
khas seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan.
Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis
kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis
dan laboratarium seringkali diagnosis didahului oleh persangkaan adanya
infeksi, kemudian berdasarkan persangkalan itu diagnosis dapat ditegakkan
dengan permeriksaan selanjutnya.
Infeksi pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum,
sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian
diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup wasdpada terhadap kelainan
tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi
umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama
dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu,
namun tiba – tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat
bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa
gejala yang dapat disebabkan diantaranya ialah malas, minum, gelisah atau
mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba –
tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat terjadi
edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplehomegali dan
kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari
normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia dan sklerma.
Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ” Not Doing Well ” kemungkinan
besar ia menderita infeksi.

Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan
besar, yaitu berat dan infeksi ringan.

a. Infeksi berat ( major in fections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia,


diare epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
b. Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum,
infeksi umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.

Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting, terutama
pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan
angka kematian yang tinggi. Disamping itu, gejala klinis infeksi pada bayi tidak
khas. Adapun gejala yang perlu mendapat perhatian yaitu :

a. Malas minum
b. Bayi tertidur
c. Tampak gelisah
d. Pernapasan cepat
e. Berat badan turun drastic
f. Terjadi muntah dan diare
g. Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas
normal
h. Pergerakan aktivitas bayi makin menurun
i. Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran
hepar, purpura (bercak darah dibawah kulit) dan kejang-kejang
j. Terjadi edema
k. sklerema
3. Penyakit infeksi pada neonatus
Adapun beberapa penyakit infeksi yang dapat dialami oleh BBL yaitu :
a. Infeksi berat
1) Sepsis neonatorum
Sepsis neonatorum atau meningitis sering didahului oleh keadaan hamil
dan persalinan sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada
neonatus dengan gejala-gejala sistemik.
Faktor resiko
a) Persalinan (partus) lama atau terlantar
b) Persalinan dengan tindakan operasi vaginal
c) Infeksi/febris pd ibu
d) Air ketuban bau, warna hijau
e) KPD, lebih dr 24 jam
f) Prematuritas & BBLR
g) Gawat janin atau depresi neonatus
Tanda dan gejala

a) Bayi tdk mau/tdk bisa menetek


b) Bayi tampak sakit, tdk aktif, & sangat lemah
c) hipotermia/hipertermia, tetapi dpt normal
d) Bayi gelisah& menangis
e) Bayi kesulitan napas
f) Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus
Prinsip pengobatan

a) Metabolisme tbh dipertahankan kebutuhan nutrisi dipenuhi


b) Pengobatan antibiotika scr IV
c) Ampisilin 200 mg/kg/hr 3-4x peberian & gentamisin 5 mg/kg/hr 2x
pemberian
d) Kloramfenikol 25 mg/kg /hr 3-4x pemberian
e) Pemeriksaan laboratorium rutin
f) Biakan darah & uji resistensi
g) Fungsi lumbal & biakan cairan serebrospinalis & uji resistensi
h) Tindakan & pengobatan lain diberikan atas indikasi
2) Meningitis pada Neonatus
Biasanya didahului oleh sepsis
Gejala
a) mula2 spt sepsis kmdn disertai kejang,

b) UUB menonjol, kaku kuduk


Pengobatan

a) Sama dgn pengobatan sepsis, hanya berbeda dalam lama pengobatan,


yaitu 21 hari
3) Aspirasi pneumonia
Aspirasi pneumonia terjadi pada intrauterin karena inhalasi likuor amnion
yang septik dan menyebabkan kematian terutama bayi dengan BBLR
karena reflex menelan dan batuk yang belum sempurna.
Gejala:
a) Sering tidur atau letargia
b) Berat badan turun drastic
c) Kurang minum
d) Terjadi serangan apnea (Apneu neonatal)
e) Dicurigai bila ketuban pecah lama, keruh, bau
Pengobatan

a) Resusitasi pd bayi br lahir


b) Pertahankan suhu tbh
c) Beri antibiotika spektrum luas_ampisilin+gentamisin
4) Osteitis Akut
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
Gejala :
a) Suhu tubuh tinggi
b) Bayi tampak sakit berat
c) Terdapat pembengkakan & bayi menangis saat bagian yang terkena
digerakkan, biasanya padd maksila dan pelvis

Pengobatan :

a) Pemberian antibiotika _ kloksasilin 50 mg/kg BB/hr scr parenteral


b) Lokal ditemukan aspirasi pd pus
5) Diare
Diare merupakan penyakit yang ditakuti masyarakat karena dengan
cepat dapat menimbulkan keadaan gawat dan diikuti kematian yang tinggi.
Bayi yang baru lahir sudah disiapkan untuk dapat langsung minum
kolostrum yang banyak mengandung protein, kasein, kalsium sehingga
dapat beradaptasi dengan ASI. Jika bayi aterm dan pemberian ASI benar,
sangat kecil kemungkinan terjadi penyakit diare. Kuman yang sering
menyebabkan diare yaitu E. coli yang mempunyai sifat pathogen dalam
tubuh manusia. Adapun gejala klinis diare yaitu : tinja/feses yang
jumlahnya banyak, cair, berwarna hijau/kuning dan berbau khas.
Tubuh bayi terdiri dari sekitar 80% air sehingga penyakit diare dengan
cepat menyebabkan kehilangan air sehingga bayi akan jatuh dalam
keadaan dehidrasi, sianosis dan syok. Untuk dapat mengatasi dan
menurunkan angka kematian karena diare pada bayi dapat dilakukan
tindakan sebagai berikut :
a) Minum bayi tidak perlu dikurangi
b) Berikan larutan garam gula/oralit sebanyak mungkin
c) Bila keadaan lebih membahayakan perlu dipasang infuse
d) Konsultasi pada dokter
6) Tetanus neonatorum
Terjadi pada bayi baru lahir karena infeksi pada luka pemotongan tali
pusat
Gejala :
a) Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang
otot rahang dan faring (tenggorok)
b) Leher kaku diikuti spasma umum
c) Dinding abdomen keras
d) Mulut mencucu seperti mulut ikan
e) Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan
f) Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah bayi membiru
g) Sering timbul komplikasi terutama bronco pneumonia, asfiksia, dan
sianosis akibat obstruksi jalan napas oleh lendir atau sekret dan sepsis.
Tindakan :
a) Segera bawa ke RS Berikan obat penenang IM _ diazepam/luminal tiap
4jam
b) Usahakan jln napas terbuka, hindarkan dr cahaya, sentuhan atau
pemindahan
c) Penuhi kebutuhan nutrisi&eliminasi sesuai kondisi pasien
7) Septikemia
Merupakan infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran
darah ( dapat menyebabkan kematian)
Gejala :

a) bayi sulit menetek


b) Muntah
c) terlihat tdk sehat
d) Suhu diatas/dibawah normal
e) tampak malas, mengantuk, gelisah, ada bercak-bercak perdarahan pd
kulitnya
f) tali pusat bau & bernanah
g) batuk & pernapasan cuping hidung
Tindakan :

a) Menjelaskan pada orang tua


b) Berikan antibiotika IM ampisilin atau
c) Prokain penisilin tiap 6 jam
d) Antarkan bayi ke RS
e) Jagalah bayi tetap hangat
f) Terus berikan ASI
b. Infeksi ringan
1) Oftalmia Neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae saat bayi lewat jalan lahir
Gejala :
a) Konjungtiva hiperemis, edema palpebra, ada pus, mengeluarkan sekret
kental kehijauan/kekuningan
b) Stadium lanjut_korne terserang_buta
c) Diagnosis ditegakkan dgn pemeriksaan sekret mata
Tindakan :

a) Bayi harus diisolasi


b) Cuci mata bayi degan larutan garam fisiologis sampai
c) lendir hilang, keringkan dgn kasa steril
d) Beri tetes mata/salep antibiotika
e) Antibiotika setiap 15 mnt pd jam
f) pertama_setiap 1 jam selama 24 jam_3x
g) sehari selama 3 hr sampai mata normal
h) Beri antibiotika IM pd pd bag dpn lateral paha
i) (penisilin kristalin) atau ampisilin per oral
j) Obati orang tua bayi dari gonorrhoeae
2) Infeksi Umbilikus (Omfalitis)
Merupakan infeksi pd pangkal umbilikus yang disebabkan oleh infeksi
Staphylococcus aureus
Gejala :
a) Terdapat radang & mengeluarkan nanah, merah & ada edema
b) Pada keadaan berat dapat menjalar ke hepar
c) Pada keadaan kronik terjadi granuloma

Pengobatan :

a) Berikan salep yg mengandung neomisin&basitrasin, serta salep


gentamisin
b) Bila tdpt granuloma_diberi Argentinitras 3%

Pencegahan :

a) Perawatan tali pusat yg baik


b) Tali pusat ditutup dgn kasa steril & diganti setiap hr
3) Monialisis
a) Disebabkan jamur Candida albicans
b) Tidak menimbulkan gejala
c) Pada kondisi tubuh yang menurun atau pada penggunaan antibiotika /
kortikosteroid yang lama dapat terjadi pertumbuhan berlebihan jamur
yang kemudian menyebabkan terjadinya stomatitis pada neonatus dan
pada akhirnya mengakibatkan kematian.
4) Stomatitis
Merupakan infeksi yang dimulai sebagai bercak putih di lidah, bibir, dan
mukosa mulut
Pengobatan :
a) Lokal dapat diberikan gentian violet 0,5% dioleskan pada lidah dan
mukosa mulut
b) Obat lain_nistatin dgn dosis 3x 100.000 unit/hr
c) Dapat juga diberi ampoterisin (fungilin) selama 1 minggu

B. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi
baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun mereka
imatur, oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan infeksi
terutama sangat membahayakan. Praktik pencegahan infeksi yang penting diringkas di
bawah ini.
Prinsip Umum Pencegahan Infeksi
Dengan mengamati praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi bayi,
ibu dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan membantu
mencegah penyebaran infeksi :
 Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
 Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi
menularkan infeksi.
 Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
 Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.
 Gunakan teknik aseptik.
 Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu
sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
 Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang
sampah.
 Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.
C. Asuhan neonatus pencehagan infeksi
Berikan perawatan rutin bayi baru lahir :

 Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu tubuh bayi stabil,
gunakan kain katun yang direndam dalam air hangat untuk membersihkan
darah dan cairan tubuh lain ( misal: dari kelahiran ) dari kulit bayi,
kemudian keringkan kulit. Tunda memandikan bayi kecil ( kurang dari 2,5
kg pada saat lahir atau sebelum usia gestasi 37 minggu ) sampai minimal
hari kedua kehidupan.
 Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti popok
bayi, atau sesering yang dibutuhan dengan menggunakan kapas yang
direndam dalam air hangat bersabun, kemudian keringkan area tersebut
secara cermat.
 Pastikan bahwa ibu mengetahui peraturan posisi penempatan yang benar
untuk meyusui untuk mencegah mastitis dan kerusakan puting.

D. Trauma saat persalinan


1. Pengertian trauma persalinan
Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena
trauma kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh
kelainan fisiologik persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2010)
Trauma persalinan adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma
lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan
kelainan fisiologis persalinan.
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses
kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan
anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang
didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai
akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak
memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan
kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya
dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma
lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan
contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi.
Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan
kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang
obstetri, khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya
kemungkinan kesulitan melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat
hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir
yang mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran
hidup. Berapa faktor risiko yang dapat menaikkan angka kejadian trauma lahir
antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi ganda, disproporsi
sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama, persalinan presipitatus,
bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia penolong
persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara
lahir bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu
melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai
predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula. Secara klinis trauma lahir dapat
bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang dapat
meninggalkan gejala sisa.Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis
dikenal pula trauma lahir yang bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan
khususnya terdapat hubungan antara hipoksik selama proses persalinan dengan
bertambahnya perdarahan per intraventrikuler dalam otak.
2. Penyebab terjadinya trauma persalinan
a. Makrosomia(Berat bayi baru lahir lebih dari 400 gram)
b. Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)
c. Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)
d. Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)
Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan
menggunakan alat)
e. Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)
f. Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit
dan berakhir dengan lahirnya bayi)
g. Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)
h. Distosia bahu (kemacetan bahu)
3. Macam-macam trauma persalinan
a. susunan saraf
1) Paralis Pleksus Brakialis
2) Paralisis Nervus Frenikus
3) Kerusakan Medulla Spinalis
4) Paralisis Pita Suara
b. Fraktur (Patah Tulang)
1) Fraktur Tulang Tengkorak
2) Fraktur Tulang Klavikula
3) Fraktur Tulang Humerus
4) Fraktur Tulang Femur
c. Jaringan lunak
1) Caput Suksedaneum
2) Sefalohematoma
3) Perdarahan Subafoneurosis
4) Trauma Muskulus Sternokleido-Mastoideus
5) Perdarahan Subkunjungtiva
6) Nekrosis Jaringan Lemak Subkutis
4. Pengertian Caput succedaneum
Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena
tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-
kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang
mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena
tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan
masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat
yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura
garis tengah.
Caput succedaneum: Pembengkakan pada suatu tempat dan kepala / adanya
timbunan getah bening bawah lapisan apenorose di luar periostium
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai
dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema
sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak
memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.
(Sarwono Prawiroharjo.2011)
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala
bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan
tindakan vakum ekstraksi.(Sarwono Prawiroharjo.2011)
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada bayi baru
lahir
a. Persalinan lama
Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada
jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup,
tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan
longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
b. Persalinan dengan ekstraksi vakum
Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat
adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat
penyedot vakum yang digunakan.
c. His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput suksedaneum

Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah
sebagi berikut:

a. Adanya edema dikepala berwarna kemerahan


b. Pada perabaan teraba lembut dan lunak
c. Edema melampaui sela-sela tengkorak
d. Batas yang tidak jelas
e. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan
5. Patofisologi
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki
jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi
cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi
sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu
proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran
kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada
sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas
terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 20011, proses perjalanan
penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :
a. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan
pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.
b. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan
limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan
didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui
sutura.
6. Penatalaksanaan
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis
tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa
hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat
terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan
yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi
melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia.
Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan
dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput
mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan
diperlukan transfusi darah.
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak
dengan caput succedaneum :
a. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan
tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan
pemberian ASI yang adekuat dan teratur.
b. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.
c. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal
d. Mencegah terjadinya infeksi dengan
e. Perawatan tali pusat
f. Personal hygiene baik
g. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang
h. Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.
i. Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan
menghilang 2-3 hari
j. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.
k. Awasi keadaan umum bayi.

BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena
trauma kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh
kelainan fisiologik persalinan
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-
kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian
yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat
hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi
ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan
hiperbilirubin. Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau
penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Kami sekelompok berharap para pembaca bisa memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada kelompok kami demi sempurnanya
makalah ini.
Daftar Pustaka

Doenges,E.marlynn. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta.EGC
Daly.W Lloyd. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta.ECG
Http://.Wordpress.Tauma persalinan pada bayi baru lahir.(diakses pada tanggal 21 november
2013)

Anda mungkin juga menyukai