Anda di halaman 1dari 25

TUGAS TERSTRUKTUR

Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat (Bd. 5. 019)

(PROGRAM PENINGKATAN STATUS KESEHATAN IBU DAN ANAK, PELAYANAN


PUS, WUS DAN PELAYANAN KLIMAKTERIUM/MENOPAUSE)

Dosen Pengampu : Emy Yulianti, M, Kes

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. A’assalehah (NIM : 191081001)


2. Cika Annisa (NIM : 191081010)
3. Friska Della (NIM : 191081019)
4. Niken Yunisa (NIM : 191081028)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D-III

2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan lancar. Makalah kami yang berjudul
“Program Peningkatan Status Kesehatan Ibu dan Anak, Pelayanan PUS, WUS dan Pelayanan
Klimakterium/Menopause”

Makalah ini disusun dari bebagai sumber. Tak lupa pula kami mengucapkan terimah kasih
banyak kepada seluruuh pihak yang terlibat, khususnya atas bimbingan dan arahan dalam
pembuatan makalah kami.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan
selanjutnya menuju arah yang lebih baik. Akhir kata kami berharap tugas ini dapat member
manfaat bagi kita semua.

Pontianak, 6 April 2021

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................................................. ii

Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................ 1

A. Latar belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................................... 2

Bab 2 Pembahasan.............................................................................................................

A. Program Peningkatan Status Kesehatan Ibu dan Anak............................................ 3


B. Program Peningkatan Status Kesehatan Ibu dan Anak; Pelayanan PUS,
WUS dan Pelayanan Klimakterium/Menopause..................................................... 10

Bab 3 Penutup.................................................................................................................... 21

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 21
B. Saran........................................................................................................................ 21

Daftar Pustaka................................................................................................................... 22

ii
Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin dan bayi neonatal. Salah satu tujuan
program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan anak melalui
peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan
prenatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer.
Dalam pelayanan kesehatan reproduksi , program kesehatan ibu dan anak lebih di
tujukan kepada upaya pergerakan pihak penerima layanan melalui pemberdayaan setiap
keluarga dalam peningkatan pengetahuan sikap dan prilaku sehat dalam reproduksi , yang
pada balitanya akan mempercepat penurunan tingkat kematian ibu dan bayi. Pelayanan
terutama di tujukan kepada kelompok rentan dan tidak terjangkau , kurang gizi ,
kehamilan dengan sanitasi maupun fasilitasi kesehatan yang kurang memadai , sasaran
pelayanan kita adalah mencakup remaja sebelum menikah  (catin) ,pasangan sebelum
hamil , pelayanan selama hamil , waktu melahirkan dan sesudah melahirkan , termasuk
pelayanan kontrasepsi dan kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi di defenisikan sebagai keadaan sejahtera fisik , mental dan
social secara utuh , yang tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan dan semua
hal yang berkaitan dengan system reproduksi , serta fungsi dan prosesnya.
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan sesorang untuk dapat memanfaatkan
alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan
persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apa pun ( well health  mother baby)
dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya sangat luas , sesuai dengan
defenisi yang tertera di atas , karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak
lahir hingga mati. Dalam uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih
rinci di gunakan pendekatan siklus haid ( life cycle appooach) , sehingga di peroleh
komponen pelayanan yang nyata dan dapat di laksanakan.

1
Untuk kepentingan Indonesia saat ini , secara nasional telah di sepakati ada empat
komponen proritas kesehatan reproduksi , yaitu : Kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan penyakit
menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Program Peningkatan Status Kesehatan Ibu dan Anak?
2. Apa itu Program Peningkatan Status Kesehatan Ibu dan Anak; Pelayanan PUS, WUS
dan Pelayanan Klimakterium/Menopause?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui Program Peningkatan Status Kesehatan Ibu dan Anak.
2. Mahasiswa mengetahui Program Peningkatan Status Kesehatan Ibu dan Anak;
Pelayanan PUS, WUS dan Pelayanan Klimakterium/Menopause.

2
Bab 2

Pembahasan

A. Program Peningkatan Status Kesehatan Ibu dan Anak


1. Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi
masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi
situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem
kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/komunikasi (telepon
genggam,telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantauan, dan
informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat, serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan akan dilakukan di taman kanak-kanak.
Menurut Asfryati, keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan
mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai
peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada
tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik
anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah
mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi sehingga dewasa, karena anak
tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa ibunya.
Menurut Zulfili, peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing
kehidupan di dunia ini. Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat
anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas
tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain seorang ibu tetap berperan dalam
kehidupan anaknya.
2. Prinsip dan Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak

3
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.Tujuan umum
program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,
Posyandu dan sebagainya
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki
d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya
3. Kegiatan Dalam Program Kesehatan Ibu dan Anak
Ada beberapa kegiatan dalam program kesehatan ibu dan anak, diantaranya :
a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita, dan anak
prasekolah.
b. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
c. Pemantauan tumbuh kembang balita.
d. Imunisasi Tetanus Toxoid dua kali pada ibu hamil serta BCG, DPT tiga kali,
Polio tiga kali, dan campak satu kali pada bayi

4
e. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program
KIA
f. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, dan anak prasekolah untuk macam-macam
penyakit ringan
g. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan
serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
h. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta
kader-kader kesehatan
4. Sistem Kesiagaan di Bidang Kesehatan Ibu dan Anak
Sistem kesiagaan di bidang kesehatan ibu dan anak, terdiri atas 5, yaitu :
a. Sistem pencatatan-pemantauan
b. Sistem transportasi-komunikasi
c. Sistem pendanaan
d. Sistem pendonor darah
e. Sistem informasi KB
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses
memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga
merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
a. Upaya mobilisasi social untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat
darurat, khususnya untuk mambantu ibu hamil saat bersalin.
b. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka
kematian maternal.
c. Upaya untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
d. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh
tenaga kesehatan profesional.
e. Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu
mengatasi masalah mereka sendiri.
f. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi maslah kesehatan maternal.
g. Upaya untuk melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
mengatasi masalah kesehatan.

5
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-
konsep berikut ini :
a. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong,
untuk perempuan saat hamil dan bersalin.
b. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan
perempuan.
c. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah
tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
d. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
e. Menggunakan pendekatan partisipatif
f. Melakukan aksi dan advokasi.

Didalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama masyarakat


perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi kesehatan mereka saat ini, seperti
kondisi kesehatan ibu, kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, pelayanan
kesehatan, dan berbagai hubungan, dan kekuasaan yang mempengaruhi kondisi
tersebut agar mereka mampu untuk melakukan aksi guna memperbaiki kondisi
tersebut berdasarkan analisa mereka tentang potensi yang mereka miliki. Untuk
memfasilitasi mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi, proses
fasilitasi dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan. Selain itu,
warga yang berperan memfasilitasi masyarakatnya membutuhkan pemahaman tidak
hanya tentang konsep Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA tetapi juga
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan penggunaan metode dan alat-alat
partisipatif. Jadi, pendekatan yang diaplikasikan dalam Pemberdayaan Masyarakat
bidang KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan berikutnya dalam keseluruhan
proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.
5. Manajemen Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak
Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah setempat-
KIA (PWS-KIA) dengan batasan. Pemamtauan Wilayah Setempat KIA adalah alat
untuk pengelolaaan kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan komunikasi kepada
sector lain yang terikat dan dipergunakan untuk pemamtauan program KIA secara

6
teknis maupun non teknis. Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator
pemantauan teknis dan non teknis, yaitu
a. Indikator Pemantauan Teknis
Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan
yang terdiri dari :
 Indikator Akses
 Indikator Cakupan Ibu Hamil
 Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
 Indicator penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
 Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
 Indicator Neonatal
b. Indikator Pemamtauan Non teknis
Indikator ini dimasksudnya untuk motivasi dan komunikasi kemajuan
maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah,
sehingga di mengerti dan mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-
indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat administradi, yaitu :
 Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih AKSES (jangkauan) dalam pemamtauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indicator pemerataan pelayanan yang lebih
dimengerti oleh para penguasa wilayah.
 Indikator efektivitas pelayanan KIA
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemamtauan secara teknnis
dengan memodifikasinya menjadi indicator efektivitas program yang lebih
dimengerti oleh para penguasa wilayah.

Kedua indicator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, perdesa
serta dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk
menunjukkan desa-desamana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak
lanjut yang jelas dari para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan
masyarakat serta penggalian sumber daya setempat yang diperlukan.

7
6. Peranan dan Tugas Tenaga Kesehatan Masyarakat Terhadap Kesehatan Ibu
dan Anak
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan
masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem
pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor,
pembinaan dan teladan hidup sehat.
Dalam upaya kesehatan program  yang diperlukan adalah program kesehatan yang
lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan
kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan
yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya
kesehatan. Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri,
antara lain :
a. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25
tahun mendatang
b. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada
c. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-
protektif dengan pendekatan pro-aktif
d. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit
e. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi
kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit
(85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.
f. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
g. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui
perubahan perilaku)
h. Penggerakan peran serta masyarakat.
i. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja
secara sehat.
j. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.

8
k. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan
kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
l. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

Peran dan tugas tenaga kesehatan masyarakat, antara lain :


a. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan,
serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan masyarakat.
b. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan
kegiatan Puskesmas.
c. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan, serta petunjuk teknis
sesuai bidang tugasnya.
d. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat.
e. Melaksanakan upaya kesehatan perorangan.
f. Melaksanakan pelayanan upaya kesehatan/kesejahteraan ibu dan anak, Keluarga
Berencana, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegah dan
pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan, penyuluhan
kesehatan masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, pengobatan
termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut,
laboratorium sederhana, upaya kesehatan kerja, kesehatan usia lanjut, upaya
kesehatan jiwa, kesehatan mata, dan kesehatan khusus lainnya, serta pembinaan
pengobatan tradisional;.
g. Melaksanakan pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat, koordinasi
upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan rujukan medik,
pembantuan sarana dan pembinaan teknis kepada Puskesmas Pembantu, unit
pelayanan kesehatan swasta, serta kader pembangunan kesehatan.
h. Melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan kader
pembangunan di bidang kesehatan dan pengembangan kegiatan swadaya
masyarakat di wilayah kerjanya.
i. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi
kesehatan.

9
j. Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT.
k. Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPTD.
l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-
preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik
balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program
kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar
penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan di masa datang harus mampu menciptakan dan
menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif sehingga obsesi upaya kesehatan
harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan yang cukup.
Melalui kesadaran yang leih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif.
Perbaikan status kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi merupakan salah
satu upaya pokok dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Melalui
sistim pengajaran dan penelitian, kita akan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
mendalam dalam bidang kesehatan ibu dan anak-kesehatan reproduksi sehingga mampu
untuk mengidentifikasi, membuat prioritas, merencanakan, mengimplementasikan,
mengembangkan, dan mengevaluasi program penanggulangan masalah Ibu dan anak-
Kesehatan Reproduksi, terutama berkaitan dengan sasaran pembangunan global (The
Milenium Develpoment Goals atau disingkat MDGs).
Minat Kesehatan Ibu dan Anak Kesehatan reproduksi terdiri dari tiga (3) bidang
konsentrasi cabang keilmuan, yaitu: 1) Bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), 2) Bidang
Epidemiologi Reproduksi dan Perinatal (ERP), dan 3) Bidang Kesehatan Keluarga dan
Kependudukan (K3).

B. Program Peningkatan Status Kesehatan Ibu dan Anak; Pelayanan PUS, WUS dan
Pelayanan Klimakterium/Menopause
1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada PUS ( Pasangan Usia Subur )
Pasangan Usia subur adalah pasangan yang sudah menikah,pasangan suami istri
dimana kedua-duanya masih hidup dengan batas umur 15 – 49 tahun.

10
Pasangan usia subur (Pus) adalah pasangan suami istri berumur 15-49  tahun dari
secara operasional termasuk pula pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang
dari 15 tahun dan telah haid atau istrinya berumur 50 tahun tetapi masih hamil.
a. Pelayanan Kesehatan pada Catin.
Pelayanannya berupa:
1) Pemeriksaan kesehatan kedua catin, agar salah satu/kedua catin tersebut
menderita penyakit dapat diketahui sebelumnya.
2) Apabila ternyata sakit agar segera berobat,sehingga pada saat pernikahan
kedua catin benar-benar dalam keadaan sehat.
3) Penjelasan tentang kesehatan dalam perkawinan, terutama yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan, masa nifas dan KB. Misalnya anemia pada
waktu hamil yang berdampak pada ibu dan bayinya.
4) Pemberiaan imunisasi TT pada catin perempuan untuk mencegah tetanus pada
bayi yang akan dilahirkannya.
5) Memberikan pengetahuan bagaimana sikap seorang PUS ini harus sesuai
dengan kodratnya, tidak sama dengan sebelum dia menikah, atau masih gadis.
Dia harus mampu melayani suaminya, bukan kebutuhan bathiniah saja tapi
rohaniah dan yang laennya juga.
6) Apabila seorang wanita datang untuk memakai KB maka bidannya harus
menanyakan apakah suaminya setuju dengan ia memakai KB. Bila perlu si
wanita tadi datang bersama suaminya, jadi suaminya juga ikut dalam
menentukan kontrasepsi yang baik dan aman untuk istrinya.
b. Pelayanan Keluarga Berencana
Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan keluarga berencana
(KB) diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan
KB bertujuan  menunda, menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila jumlah
anak sudah cukup.
Kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang
tepat, akan lebih menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Dengan
demikian pelayanan KB sangat berguna dalam pengaturan kehamilan dan
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak tepat waktu.

11
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebagai berikut;
1) Prioritaskan pelayanan KB  diberikan terutama kepada pasangan usia subur
yang istrinya mempunyai keadaan “4 terlalu” yaitu : terlalu muda(< dari 20
thn), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan(<
dari 2 thn), dan terlalu tua (> dari 35 thn).
2) Tanggung jawab dalam kesetaraan ber-KB merupakan tanggung jawab
bersama antara suami dan istri. Sayangnya pada saat ini hanya 1,1% suami
yang beradaptasi aktif dalam ber –KB, padahal tersedia juga alat/metode
kontrasepsi untuk pria.
3) Setiap Metode kontrasepsi mempunyai keuntungan dan kelemahan masing-
masing.setiap klien berhak untuk mendapatkan informasi  mengenai hal
ini,sehingga dapat mempertrimbangkan metode yang paling cocok bagi
dirinya.
4) Pelaksana pelayanan KB wajib memberikan  nasehat tentang metode yang
paling cocok sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB
diberikan kepada klien akan lebih mudah menentukan pilihan.
5) Klien juga harus diberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai
metode kontrasepsi. Pelaksana pelayanan KB perlu melakukan skrining atau
penyaringan melalui pemeriksaan fisik terhadap klien untuk memastikan
bahwa tidak terdapat kontra indikasi dalam pemakaian metode yang akan
dipilih. Khusus untuk tindakan operatif diperlukan surat pernyataan setuju
(Informed concent) dari klien.
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada WUS ( Wanita Usia Subur )
WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya
berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini
berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-
29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-
an presentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan
hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal
10% kesempatan untuk hamil.

12
Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk
diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal
hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminya dengan rajin membersihkannya.
Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri. Untuk mengetahui tanda-tanda
wanita subur antara lain dengan melihat siklus haidnya.
a. Siklus Haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur. Satu
putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid
datang kembali, yang biasanya berlangsung selama 28-30 hari. Oleh karena itu
siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur
atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu
estrogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan
yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal
tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks,
panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan
seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
b. Pembekalan pengetahuan untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita
1) Personal Hygiene, misalnya :
 Mandi 2x sehari
 Ganti pakaian dalam setiap hari
 Hindari keadaan lembab di vagina
 Mamakai pembalut yang tidak mengandung zat berbahaya (berbahaya
ditandai dengan mudah rusaknya pembalut jika terkena air)
 Ganti pembalut maksimal tiap 6 jam atau bila sudah penuh oleh darah
haid
 Cebok dari arah depan ke belakang
 Hindari penggunaan sabun/cairan pembersih vagina.
2) Gizi
 Hindari 5 P (Pewarna, pengawet, penyedap, pengenyal,
 Konsumsi buah dan sayuran.

13
3) Perilaku seks
 Hindari perilaku seks bebas diluar nikah.
4) Perkembnagan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja
Pengembangan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secera fisik ,
kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk
memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya.
Informasi tentang haid dan mimpi basah , serta tentang alat reproduksi
remaja         laki – laki dan perempuan perlu di peroleh setiap remaja.
5) Proses reproduksi yang bertanggung jawab
6) Pergaulan yang sehat antara remaja laki – laki dan perempuan serta
kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak di temukan . Remaja
memerlukan informasi tersebut agar selalu waspada dan berprilaku reproduksi
sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya.
7) Persiapan pranikah. Informasi tentang hal ini di perlukan agar calon pengantin
lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan
berkeluarga .
8) Kehamilan dan persalinan , serta cara pencegahannya, remaja perlu mendapat
informasi tentang hal ini  sebagai persiapan bagi remaja pria dan wanita dalam
memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan.
c. Pelayanan kesehatan dengan deteksi dini kanker sistem reproduksi
Kanker system reproduksi meliputi kanker leher rahim , payudara , indung telur ,
rahim , dan alat kelamin perempuan .
Ciri-ciri yang perlu di curigai akan adanya kanker leher rahim :
1) Adanya cairan vagina abnormal ( duh vagina )
2) Perdarahan di waktu haid atau haid dengan perdarahan hebat
3) Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
4) Paritas tinggi dan di atas 30 tahun

Pemeriksaan pap smear :


Cara termudah untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim adalah melalui
pemeriksaan pap smear yaitu pemeriksaan yang di lakukan dengan mengambil

14
usapan sel dan lender leher rahim untuk mengetahui apakah ada perubahan pada
sel secara mikroskopis .
Untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim , di anjurkan kepada para wanita
untuk melakukan pemeriksaan papsmear secara teratur , paling tidak sekali setiap
tahun :
1) Pada umur berapapun pada usia subur
2) Telah berhubungan seks lebih dari 1 tahun
3) Ada atau tidak ada cairan vagina yang mencurigakan
                                                                  
d. Pemeriksaan untuk mendeteksi kanker payudara
Berikut adalah cara sederhana untuk menentukan tumor payudara sedini mungkin.
Cara ini dikenal dengan istilah yang merupakan singkatan dari SADARI ( periksa
payudara sendiri). Pemeriksaan terdiri dari atas 7 langkah berikut:
1) Memperhatikan payudara melalui kaca, sementara kedua lengan lurus
kebawah
2) Memperhatikan payudara di depan kaca sementara kedua lengan diangkat
lurus ke atas.
3) Perhatikan apakah ada tarikan pada permukaan kulit
4) Memijat daerah sekitar puting dengan perlahan untuk melihat apakah ada
cairan abnormal yang keluar
5) Berbaring dengan lengan kanan dibawah kepala sementara punggung kanan
diganjal dengan bantal kecil, kemudian seluruh permukaan payudara kanan di
raba dengan tiga pucuk jari tengah tangan kiri yang di harapkan.
6) Ketiga jari  tersebut di gerakkan memutar dengan tekanan lembut tapi
mantap, dimulai dipinggir kemudian ke tengah (puting) dan kembali lagi dari
pinggir dengan mengikuti putaran jarum jam. Melakukan hal yang sama
untuk payudara kiri
7) Memperhatikan secara khusus seperempat bagian payudara sebelah luar atas,
baik kanan maupun kiri. Bagian tersebut paling sering mengandung tumor.
Pemeriksaan ini dianjurkan untuk di lakukan secara teratur sekali sebulan
setelah haid.

15
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada Klimakterium / Monopause
Kata menopause berasal dari bahasa yunani yang berarti ”bulan” dan
”penghentian sementara”. Menopause atau mati haid adalah masa dimana seorang
perempuan mendapatkan haid atau datang bulan atau menstruasi terakhir secara alami
dan tidak lagi haid selama 12 bulan berturut-turut. Umumnya terjadi menopause
mulai terjadi pada permpuan berusia sekitar 45-55 tahun.
a. Patofisiologi menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu
ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup, produksi estrogen pun berkurang dan
tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadi menopause. Oleh karena itu,
menopause diartikan sebagai haid alami terakhir, hal ini tidak terjadi bila wanita
menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause. Perdarahan terus
terjadi selama wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita
tersebut tidak mengalami keluhan klimakterik. Untuk menentukan diagnosis
menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu bulan kemudian
dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol.
Bila pada usia menopause ditemukan kadar FSH dan estradiol bervariasi
(tinggi atau rendah), maka setelah memasuki usia menopause akan selalu
ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40 mlU/ml). Kadar estradiol pada awal
menopause dijumpai rendah hanya pada sebagian wanita, sedangkan pada
sebagian wanita lain, apalagi wanita gemuk, kadar estradiol dapat tinggi. Hal ini
terjadi akibat proses aromatisasi androgen menjadi estrogen di dalam jaringan
lemak. Diagnosis menopause merupakan diagnosis retropektif, bila seorang
wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40 mlU/ml
dan kadar estradiol <30 pg/ml, telah dapat dikatakan wanita tersebut telah
mengalami menopause.
b. Gejala-gejala menopause
1) Gejala jangka pendek
Gejala ini sering dijumpai, menimbulkan distress dan menyebabkan banyak
wanita yang sebelumnya sehat mencari anjuran medis. Gejala-gejala sering
salah diagnosis. Pada beberapa wanita, gejala-gejala menopause mungkin

16
sangat mengganggu kualitas hidup dan sebaiknya tidak diabaikan dalam setiap
pembahasan mengenai resiko dan manfaat FSH.
a) Gejala Vasomotor
 Kulit memerah dan panas tiba-tiba
 Palpitasi
 Pusing
 Rasa lemah dan ingin pingsan.
b) Gejala Psikologis
 Mood murung
 Ansietas
 Iritabilitas dan mood berubah-ubah
 Labilitas emosi
 Merasa tidak berdaya
 Gangguan daya ingat
 Konsentrasi berkurang
 Sulit mengambil keputusan
 Merasa tidak bahagia.
c) Gejala jangka menengah
(1) Atrofi Urogenital
 Kekeringan vagina menyebabkan dispareuni, yang kemudian akan
menurunkan libido
 PH vagina meningkat dan vagina rentan mengalami infeksi oleh
bakteri, karena terjadi penurunan kolonisasi oleh laktobasil
 Insiden disuria, frekuensi, urgensi, dan inkotinensia meningkat
seiring bertambahnya usia, dan terjadi atrofi dan berkurangnya
jaringan kolagen di sekitar leherkandung kemih.
(2) Perubahan Kulit
 Pada pasca menopause terjadi penyusutan generalisata kolagen
dari lapisan dermis kulit

17
 Wanita sering mengeluh kulit yang tipis, dan kering disertai
kerontokan rambut dan kerapuhan kuku.
 Sering terjadi keluhan nyeri sendi dan otot yang generalisata
dan hal ini juga disebabkan oleh berkurangnya kolagen.
d) Gejala jangka panjang
 Osteoporosis
 Penyakit kardiovaskuler.
c. Upaya dalam mengatasi gejala-gejala menopause
1) Terapi non-hormonal
a) Arus panas (hot flush)
Dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B kompleks untuk
menekan stress dengan menormalkan sistem saraf tubuh. Meningkatkan
konsumsi makanan tinggi fitoestrogen seperti kacang-kacangan terutama
kedelai dan olahannya (tahu, tempe, susu kedelai), dan pepaya. Makan
sumber vitamin E yang tidak saja dapat memperlancar oksigen tapi juga
mencegah pengendapan kolesterol di arteri sehingga peredaran darah
menjadi lancar.
b) Kulit kering dan keriput
Makanlah makanan alami bersifat membangun dan tidak merusak,
terutama buah-buahan dan sayuran. Tingkatkan asupan vitamin E yang
terdapat di biji-bijian terutama biji-bijian yang sudah berkecambah.
Vitamin E diyakini dapat menyerap dan menghancurkan pigmen tanda-
tanda penuaan yang timbul pada kulit. Perbanyak minum air putih dan
hindari merokok.
c) Pening atau sakit kepala
Cobalah untuk bersantai, beristirahat atau melakukan meditasi. Hindari
hal-hal yang menyebabkan ketegangan, depresi atau stress. Hindari
alkohol dan kopi.
d) Pengerutan vagina
Menggunakan krim estrogen atau gel khusus vagina, melakukan hubungan
seks secara teratur.

18
e) Infeksi saluran kemih
Banyak mengkonsumsi air putih. Jika kantung kemih dalam keadaan
penuh, pembilasan akan sering terjadi sehingga bakteri akan terbawa
keluar. Mencuci  bersih alat kelamin setelah buang air kecil untuk
mencegah masuknya bakteri.
f) Insomnia (sulit tidur)
Menjalani gaya hidup yang positif dan hilangkan pikiran negatif.
Melakukan aktivitas fisik di siang hari. Aktivitas fisik secara teratur dapat
membuat tidur lebih nyenyak. Jangan membiarkan perut dalam kondisi
kelaparan.
g) Gangguan psikis dan emosi
Memperbanyak makanan sumber fitoestrogen dan vitamin B6, misalnya
kedelai dan produknya seperti tempe, tahu, dan susu kedelai. Vitamin B6
penting untuk memperlancar kerja sistem saraf dan menurunkan tingkat
stress. Meningkatkan asupan kalsium menurut Gay Gaer Luce dapat
mengurangi kesedihan dengan mempengaruhi fungsi sistem saraf.
Perasaan marah dan depresi bisa diakibatkan oleh ketidakseimbangan
natrium dan kalium dalam cairan tubuh. Oleh karena itu kurangi garam
dan tingkatkan asupan kalium, misalnya jeruk atau pisang. Menghargai
dan mencintai diri sendiri dengan cara menerima apa adanya.
h) Osteoporosis
Meningkatkan asupan kalsium bisa dari susu atau ikan, misalnya ikan teri.
Meningkatkan asupan vitamin D dari susu dan paparan sinar matahari pagi
(jam 08.00-09.00). Meningkatkan asupan estrogen alami (fitoestrogen)
dengan banyak mengkonsumsi produk kedelai seperti susu kedelai, tempe
dan tahu. Meningkatkan aktivitas fisik.
2) Terapi hormonal
Gejala-gejala menopause dan osteoporosis bisa dibantu dengan menggunakan
terapi penyulihan atau penggantian hormon (HRT = Hormone Replacement
Therapy) yang dilakukan dengan memasukkan hormon-hormon seksual di
dalam tablet atau beberapa bentuk lainnya. HRT tidak sesuai bagi setiap

19
perempuan dan adanya beberapa kondisi medis, seperti kanker payudara. HRT
perlu waktu lama untuk persiapan sehingga bisa sesuai dengan setiap individu.
Salah satu kerugian HRT adalah bahwa kebanyakan persiapan HRT
menyebabkan sedikit perdarahan bulanan pada perempuan yang secara normal
sudah berhenti menstruasi tetapi persiapan HRT sekarang tersedia bagi
perempuan tua dimana tidak ada perdarahan bulanan yang dialaminya.
3) Pelayanan kesehatan yang dapat di lakukan berupa :
 Memeberikan penjelasan tentang perubahan – perubahan yang terjadi
 Memberikan nasehat tentang nutrisi dan diet untuk kesehatan sendiri
 Menganjurkan pengkonsumsian makanan vegetarian sehingga tidak
mengganggu fungsi alat pencernaan nya , orang tua memerlukan
banyak serat dalam makanannya.
 Menghindari perubahan kejiwaan dengan keharmonisan keluarga dan
saling pengertian
 Kemungkinan pemberian terapi hormonal dengan lebih dahulu
berkonsultasi dengan dokter ahli.
 Melakukan pemeriksaan deteksi dini penyakit seperti pap-smear,sadari
, dll

20
Bab 3

Penutup

A. Kesimpulan
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan
anak balita serta anak prasekolah. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan
kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat, serta menambah keterampilan para
dukun bayi serta pembinaan kesehatan akan dilakukan di taman kanak-kanak.
Pasangan Usia subur adalah pasangan yang sudah menikah,pasangan suami istri
dimana kedua-duanya masih hidup dengan batas umur 15 – 49 tahun.  WUS adalah
wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45
tahun. Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk
diketahui. 
Menopause atau mati haid adalah masa dimana seorang perempuan mendapatkan
haid atau datang bulan atau menstruasi terakhir secara alami dan tidak lagi haid selama
12 bulan berturut-turut. Umumnya terjadi menopause mulai terjadi pada permpuan
berusia sekitar 45-55 tahun.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menjadi acuan dalam melakukan
peningkatan kesehatan pada Ibu dan Anak, PUS, WUS dan Klimakterium/Menopause
dan lebih mengutamakan upaya promotif-preventif dibandingkan kuratif.

21
Daftar Pustaka
Alfina, Nabila. 2014. “Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat (Pemeliharaan Kesehatan Pada
Ibu)”. Online. Diakses 03 Januari 2015
Anonim. “Peran SKM Terhadap Ibu dan Anak”. Online.  Diakses 03 Januari 2015
Fendy Goo. “Makalah Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”. Online. Diakses 03 Januari 2015
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kesehatan-Masyarakat-
Komprehensif.pdf
Noviastuti203, “Advokasi, Kemitraan Dan Pemberdayaan  Masyarakat Untuk  Mendukung
Upaya-Upaya  Kesehatan Ibu Dan Anak”. Online. Diakses 03 Januari 2015
Ridwan, Ahmad. “Kesehatan Ibu dan Anak”. Online. Diakses 03 Januari 2015
Stefani,Delfi Lucy. 2013. “Kesehatan Ibu dan Anak”. Online. Diakses 03 Januari 2015

22

Anda mungkin juga menyukai