KESEHATAN SEMARANG
2021/2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. S Usia 30 Tahun
P2A0 Akseptor KB IUD di UPTD Puskesmas Todanan Kabupaten Blora”telah
disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
3. Dokumentasi
a. Data subyektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien. Diperoleh dari ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang
akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita
tuna wicara, di bagian data di bagian data dibelakang huruf “S”, diberi
tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien adalah
penederita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan
diagnosis yang akan disusun (Wahyuni, 2018).
1) Data identitas pasien dan pasangan perlu dikaji oleh bidan. Data-data
yang diperlukan adalah :
a) Nama
b) Umur
c) Suku / Bangsa
d) Agama
e) Pendidikan
f) Pekerjaan
g) Alamat
2) Alasan datang
Dikaji untuk mengetahui alasan wanita datang ke tempat bidan/ klinik,
yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Ummi Hani, 2011).
Tujuan kunjungan biasanya untuk mendapatkan diagnosis ada/tidaknya
kehamilan, mendapatkan perawatan kehamilan, menentukan usia
kehamilan dan perkiraaan persalinan, menentukan status kesehatan ibu
dan janin, menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan lainnya
(Walyani, 2017).
3) Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan.
Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien serta
menanyakan sejak kapan hal tersebut dikeluhkan klien. Mendengarkan
keluhan klien sangat penting untuk pemeriksaan (Walyani, 2017).
4) Riwayat kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda
(warning) akan adanya penyulit masa hamil. Adanya perubahan fisik
dan fisiologis pada masa hamil yang melibatkan seluruh sistem dalam
tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan.
a) Riwayat kesehatan sekarang
Data yang perlu dikumpulkan adalah riwayat penyakit yang saat ini
diderita oleh ibu hamil, baik penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, malaria, HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
maupun penyakit menurun atau degeneratif seperti hipertensi, DM,
asma, jantung dan lain-lain (Saifuddin, 2014).
b) Riwayat kesehatan yang lalu
Data yang perlu dikumpulkan adalah riwayat penyakit yang pernah
diderita oleh ibu hamil, baik penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, malaria, HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
maupun penyakit menurun atau degeneratif seperti hipertensi, DM,
asma, jantung dan lain-lain (Saifuddin, 2014).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan. Apakah dari keluarga ibu, suami
/orang yang tinggal bersama ibu hamil itu ada yang sakit.
Mencangkup penyakit kanker, penyakit jantung, hipertensi,
diabetes, penyakit ginjal, penyakit jiwa, kelainan bawaan,
kehamilan ganda, TBC, epilepsi, penyakit darah, alergi, dan riwayat
kehamilan kembar) (Ummi Hani, 2011).
5) Riwayat obstetri
a) Riwayat menstruasi
(1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Wanita haid pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun.
(Sulistyawati, 2011). Hal ini dipengaruhi oleh keturunan,
keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim, dan keadaan umum
(Walyani, 2017).
(2) Siklus menstruasi
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan haid
berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari
(Sulistyawati, 2011). Siklus normal haid biasanya 28 hari
(Walyani, 2017).
(3) Lama
Lamanya haid yang noral adalah ± 7 hari. Apabila sudah
mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan
adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi
(Walyani, 2017).
(4) Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang dikeluarkan.
Sebagai acuan biasanya digunakan kriteria banyak, sedang, dan
sedikit. Biasanya untuk menggali lebih dalam pasien ditanya
sampai berapa kali ganti pembalut dalam sehari (Sulistyawati,
2011). Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah
menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid (Walyani,
2017).
(5) Keluhan (termasuk nyeri haid)
Nyeri haid ditanyakan untuk mengetahui apakah klien
menderitanya atau tidak ditiap haidnya. Nyeri haid juga menjadi
tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu hebat seingga
menimbulkan nyeri haid (Walyani, 2017).
Gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa
dismenorea (rasa nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada
waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan
sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini
ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder.
Dismenorea primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat
kelainan anatomis alat kelamin. Dismenorea sekunder yaitu
nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang
jelas, kelainan ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi,
endometritis, mioma uteri, polip serviks, polip endometrial,
pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
(Manuaba, 2015).
Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang
senggama secara berlebihan. Leukorea normal dapat terjadi
pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase
sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi, juga terjadi melalui
rangsangan seksual. Leukorea abnormal dapat terjadi pada
semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
senggama, mulut rahi, rahim dan jaringan penyangganya, dan
pada infeksi penyakit hubungan kelamin) (Manuaba, 2015).
b) Riwayat KB
Ditanyakan untuk mengetahui pernah atau tidak menggunakan
kontrasepsi sebelumnya, metode KB yang selama ini digunakan,
lama pemakaian kontrasepsi tersebut, dan ada masalah saat
menggunakan kontrasepsi tersebut atau tidak (Walyani, 2017).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 24 April 2021
Waktu : 09.00
Tempat : Ruang KIA UPTD Puskesmas Todanan
B. IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny S Nama pasangan : Tn H
Umur :30 tahun Umur :32 Tahun
Suku bangsa :Jawa/Indonesia Suku bangsa :Jawa/Indonesia
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat :Todanan 4/2 Alamat: :Todanan 4/2
C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Klien mengatakan ingin pasang KB spiral
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak ada keluhan
Ny S menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang setelah
melahirkan anak ke-2 pada tanggal 26 Februari 2021. Ny. S ingin segera
menggunakan alat kontrasepsi karena baru mendapat haid setelah melahirkan
anak ke-2, Ny S pernah mendengar tentang alat kontrasepsi spiral dari
saudara yang telah menggunakan alat kontrasepsi spiral. Klien mengatakan
masih meyusui bayinya.
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak pernah/sedang menderita tanda dan gejala
penyakit seperti :
Jantung : Ibu mengatakan dada sebelah kirinya tidak mengalami nyeri dan
berdebar-debar saat melakukan aktivitas ringan seperti nonton tv,
berjalan santai, dan beristirahat. Tidak pernah mengalami sesak
napas/terengah-engah saat melakukan aktifitas fisik ringan
seperti berjalan kaki beberapa meter saja.
Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas setelah makan
sesuatu misalnya atau setelah terpapar debu.
TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk dalam waktu lama lebih dari
3 bulan.
Hepatitis B : Ibu mengatakan bagian mata, kulit dan kuku tidak berwana
kekuningan.
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami BAK dengan warna
kuning kecokelatan dan BAB pucat.
DM : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami mudah haus, mudah
lapar, dan sering BAK di malam hari; penurunan berat badan
yang drastis; dan luka yang sulit kering.
Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keluhan misalnya
pusing yang tidak hilang saat dibawa istirahat, dan tengkuk
terasa kaku serta tegang.
HIV/AIDS : Ibu mengatkan tidak pernah mengalami penyakit sperti
sariawan yang tidak kunjung sembuh, diare lebih dari 1 bulan,
dan berat badan yang menurun drastis.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung,
diabetes melitus, hipertensi maupun penyakit menular seperti TBC,
HIV/AIDS, hepatitis.
c) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit jantung,
paru-paru, DM, Hipertensi, Asma, dan TBC, PMS, Hepatitis B.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari, teratur
Lamanya (sebelum KB) : 6-7 hari
Dismenorea : Tidak ada
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut per hari
Saat ini Ny PL masih haid hari ke-5 ( haid pertama sejak melahirkan anak
ke2)
5. Riwayat perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama perkawinan : 7 tahun
Umur saat menikah : 23 tahun
6. Riwayat KB
Jenis kontrasepsi Lama Pemakaian Keluhan Alasan dilepas
Pil KB 6 bln mual Ingin ganti
metode KB,
karena sering
lupa dan mual
Suntik KB 5 tahun Tidak mens Ingin punya anak
BB naik terus lagi
(kenaikan 10 kg)
2014 >4x Tidak ada 37 spontan bidan Perempuan Tidak ya Tidak ya sehat
min 2900 ada ada
ggu
2021 >4x Tidak 39 spontan Bidan Laki-laki Tidak Ya Tidak Saat ini Sehat,
Ada min 3100 gr Ada ada masih Normal
ggu ASI
Eksklu
sif
8. Riwayat Ginekologi
Tumor : tidak
Operasi Ginekologi : tidak
Penyakit Kelamin : tidak
Keputihan : tidak
Perdarahan tanpa sebab : tidak
9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan
Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
Komposisi :
Nasi : 3 x @ 1 piring sedang
Lauk : 3x @ 1 potong sedang jenisnya daging, ikan,
telur,tahu, tempe
Sayuran : 3 x @ 1 mangkuk sayur
jenis sayuran : bayam, sawi, kangkung
Buah : 3 x / seminggu;
jenis : pisang, pepaya, jeruk
Camilan : 1 x sehari;
Jenis: gorengan, kue-kue, kacang
D. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : composmentis
TTV
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36,7 C
Nadi : 86 x/ menit
Pernapasan : 24 x / menit
Tinggi Badan : 155 cm
BB : 58 Kg
IMT : 24,2
a. Status Present
Kepala : Mesocephale, kulit kepala bersih, rambut tidak
mudah rontok
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda,
fungsi penglihatan baik
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada secret
Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, dan tidak caries
gigi
Telinga : Simetris, tidak ada penumpukan serumen yang
berlebih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
vena jugularis
Ketiak : Kanan dan kiri tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada retraksi dinding
dada
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
Lipat paha : Kanan dan kiri tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva : Tidak ada odem, tidak ada varises dan tidak ada
benjolan
Ekstremitas : Atas dan bawah tidak oedem dan tidak ada varises
Refleks
patella
Punggung : +/+
: Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang
Anus (lordosis, skoliosis)
: Tidak ada hemoroid
b. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
PP test : negatif
E. ANALISA
Diagnosa Ibu : Ny S usia 30 tahun P2A0 calon akseptor KB IUD
Masalah : -
Kebutuhan : Memberikan konseling pada ibu tentang KB IUD
F. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 24 April 2021 Jam : 09.30
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik.
Hasil : ibu tampak senang mengetahui hasil pemeriksaan ibu dalam kondisi
baik.
2. Memberitahu ibu tentang KB IUD, diantaranya :
a. Pengertian
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang fleksibel, berbentuk
huruf T yang dselubungi oleh kawat halus ynag terbuat dari tembaga.
b. Cara pemasangan
Pasien dalam posisi tidur kemudian dilakukan pemeriksaan daerah panggul
dengan menggunakan alat yang dimasukan ke dalam rahim, kemudian baru
IUD dipasang.
c. Cara Kerja
Menghalangi bertemunya sel telur dan sperma melalui timbulnya reaksi
radang lokal di rongga rahim sehingga penempelan sel telur yang akan
dibuahi menjadi terganggu.
d. Keuntungan
Efektivitas tinggi dan segera efektif setelah pemasangan
Perlindungan jangka panjang (8 tahun)
Tidak menggangu hubungan seksual
Kesuburan dapat pulih kembali setelah IUD dilepas
Tidak mengganggu produksi ASI
e. Efek samping
Kemungkinan terjadi perubahan siklus haid pada 3 bulan pertama berupa
darah haid lebih banyak, lebih lama, dan terkadang ada spotting atau
perdarahan diantara waktu haid.
f. Kontraindikasi
Ibu hamil atau diduga hamil
Perdarahan dari jalan lahir yang tidak diketahui penyebabnya
Infeski genetalia
Kelainan rahim, Tumor rahim, kanker alat genital, dan radang panggul
g. Tanda Bahaya
Nyeri atau perut terasa tegang selama 3-5 hari setelah pemasangan
Perdarahan banyak saat haid
Hasil : ibu memahami penjelasan bidan dan mengatakan sudah mantap untuk
menggunakan KB IUD.
3. Memberitahu ibu bahwa ibu dapat mendapatkan pelayanan KB IUD terlebih
dahulu menandatangani surat persetujuan tindakan pemasangan KB IUD.
Hasil : Ibu mengatakan setuju dipasang KB IUD dan telah menandatangani
surat persetujuan tindakan pemasangan KB IUD.
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih serta membersihkan
genetalia
Hasil : ibu telah melakukan anjuran bidan
5. Menyiapkan alat untuk pemasangan KB IUD
Hasil : Alat sudah disiapkan
6. Memberitahu ibu bahwa saat ini akan dilakukan pemasangan alat, dan rasanya
sedikit tidak nyaman, ibu dapat menarik napas panjang dan hembuskan agar
lebih rileks dan jalan lahir tidak kaku.
Hasil : Ibu mengikuti anjuran bidan dengan mempraktekan teknik relaksasi
napas panjang agar lebih nyaman.
7. Melakukan pemasangan KB IUD sesuai standard dan tetap memperhatikan
pencegahan infeksi
Hasil : Porsio warna merah muda, tidak tampak ada tanda radang, tidak ada erosi
porsio, tidak ada condiloma. Pengukuran rahim dengan sonde uterus 7 cm.
IUD telah terpasang
8. Menjelaskan kepada ibu bahwa IUD dapat langsung efektif mencegah
kehamilan setelah 24 jam pemasangan.
Hasil : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
9. Menjelaskan kepada ibu bahwa setelah pemasangan kemungkinan akan terjadi
spotting atau flek dan kemungkinan perut terasa agak nyeri, namun hal
tersebut normal sehingga ibu tidak perlu khawatir.
Hasil : Hasil : ibu paham dengan penjelasan yang diberikan.
10. Menganjurkan ibu untuk menggunakan kompres hangat saat di rumah apabila
perut terasa nyeri atau tidak nyaman.
Hasil : Ibu mengatakan akan mengikuti anjuran Bidan.
11. Memberitahukan kepada ibu cara memeriksa benang IUD yaitu dengan cara
mencuci tangan terlebih dahulu lalu memasukan jari tengah ke dalam vagina,
ibu dalam keadaan jongkok dan mengangkat satu kaki keatas ibu harus bisa
merasa benang yang ada di dalam rahim ibu
Hasil : Ibu dapat menjelaskan kembali cara mengecek benang IUD.
12. Memberikan terapi asam mefenamat 500 mg dengan dosis 3 x 500 mg per oral jika
diperlukan untuk mengurangi efek samping nyeri akibat pemasangan IUD.
Hasil : ibu mnegerti dan bersedia mengkonsumsi asam mefenamat jika nyeri perut
tidak dapat diatasi dengan kompres hangat.
13. Memberitahu ibu tanggal jadwal pelepasan IUD yaitu tanggal 24 April 2029
Hasil : ibu mengerti dan akan melepas pada jadwal yang telah ditentukan.
14. Menjelaskan kepada ibu kunjungan ulang 1 minggu lagi, yaitu tanggal 1 Mei
2021 atau sebelum itu bila ada keluhan atau ketidaknyamanan.
Hasil : Ibu mengatakan akan kontrol 1 minggu lagi.
OBYEKTIF
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/73 mmHg
Nadi : 85x/menit
Suhu : 36,5ᵒC
RR : 24x/menit
ANALISA
Diagnosa Kebidanan
Ny.S usia 30 tahun P2A0 akseptor KB IUD
Masalah : rasa nyeri pasca pemasangan
Kebutuhan :
- Edukasi pasca pemasangan IUD
PENATALAKSANAAN
Tanggal : 1 Mei 2021 Jam : 09.30 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu
dalam kondisi baik.
Hasil : ibu senang dengan hasil pemeriksaan
yang disampaikan
2. Melakukan pemeriksaan inspekulo untuk
mengetahui kondisi IUD
Hasil :
Tidak ada erosi porsio
Tidak ada keputihan
IUD tidak ekspulsi dan terlihat benang IUD
3. Memberitahu ibu bahwa rasa nyerinya
merupakan hal yang normal pasca
pemasangan. Dan rasa nyeri yang
disampaikan lebih ke psikis karena perasaan
takut IUD nya bergeser/ tidak pas lokasinya.
Hasil : ibu mengerti penjelasan yang
diberikan.
4. Mengingatkan kembali kepada ibu cara
memeriksa benang IUD yaitu dengan cara
memcuci tangan terlebih dahulu lalu
memasukan jari tengah ke dalam vagina, ibu
dalam keadaan jongkok dan mengangkat satu
kaki keatas ibu harus bisa merasa benang
yang ada di dalam rahim ibu
Hasil : Ibu dapat menjelaskan kembali cara
mengecek benang IUD.
5. Mengingatkan kembali tentang tanda bahaya
setelah pemasangan IUD diantaranya adalah :
nyeri hebat pada perut bawah dan terasa
tegang, perdarahan banyak saat haid. Apabila
ibu mengalami salah satu tanda tersebut,
maka ibu harus segera menemui petugas
kesehatan.
Hasil : ibu memahami penjelasan bidan dan
mengatakan akan mengikuti anjuran Bidan.
6. Memberitahu ibu untuk kontrol kembali 1
bulan lagi atau segera bila ada keluhan
Hasil : Ibu mengatakan akan mengikuti
anjuran bidan.
ANALISA
Diagnosa Kebidanan
Ny.S usia 30 tahun P2A0 akseptor KB IUD
PENATALAKSANAAN
Tanggal : 4/5/2021 Jam : 11.15 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu dalam
kondisi baik.
Hasil : ibu senang dengan hasil pemeriksaan
yang disampaikan
2. Menganjurkan ibu untuk rutin memeriksa
benang IUD terutama setelah haid
Hasil : Ibu dapat menjelaskan kembali cara
mengecek benang IUD.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian data subjektif dilakukan dengan 2 metode, yang pertama
alloanamnesa dimana menanyakan kepada orang lain bukan pasien terkait,
sedangkan auto anamnesa, yaitu anamnesa yang dilakukan langsung pada pasien
yang bersangkutan. (Gleadle, 2007). Anamnesa pada kasus pada Ny.S usia 30
tahun calon akseptor KB IUD dilakukan dengan metode auto anamnesa karena
Ny.PL secara fisik maupun psikologis mampu melakukan komunikasi dengan
baik.
1. Data Subjektif
a. Identitas
Identitas pasien berisi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
dan alamat. Gleadle (2007) menyebutkan nama pasien perlu dikaji untuk
menciptakan kepercayaan antara pemberi asuhan dengan pasien dan
membedakan jika ada kesamaan nama dengan pasien yang lain; umur
Umur di catat dalam tahun untuk mengetahui bahwa ibu dalam masa
usia subur. (Varney, 2012). Agama dikaji untuk mengetahui keyakinan
serta pandangan tentang penggunaan alat kontrasepsi berkaitan dengan
agama yang dianutnya serta Untuk menentukan bagaimana kita
memberikan dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan
(Ambarwati, 2009). Pendidikan dikaji untuk mengetahui tingkat
intelektual pasien karena pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku pasien selama penggunaan alat kontrasepsi. pekerjaan dikaji
karena pekerjaan dapat mempengaruhi pekerjaan dapat mempengaruhi
kesehatan saat penggunaan alat kontrasepsi dan kemampuan ekonomis
dalam keberlangsungan penggunaan kontrasepsi Penguasaan
pengetahuaan juga erat kaitannya dengan tingkat pendidikan seseorang
(Varney, 2012).; suku bangsa ditanyakan untuk berpengaruh pada adat
istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarawati, 2009). Alamat pasien
dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar pasien. Semakin
terpencilnya suatu daerah dan keadaan geografis yang sulit untuk di
jangkau maka akan semakin sulit pula untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan (Varney, 2012).
b. Keluhan Utama
Menurut Varney (2012), Keluhan utama di kaji untuk memberikan
asuhan dan diagnosa yang tepat. Sehingga Anamnesis keluhan harus
dicatat dan disajikan sesuai dengan kata-kata pasien sendiri dan tidak
boleh disamarkan dengan kata-kata medis. Anamnesis keluhan utama
akan memberikan informasi penting untuk menentukan diagnosis
banding dan memberikan gambaran mengenai keluhan yang menurut
pasien paling penting. Saat melakukan pengkajian penulis mencatat apa
yang dikatakan pasien tanpa menambahi istilah medis yang menjurus
kesebuah diagnosis. Keluhan utama Ny S mengatakan tidak ada
keluhan dan ingin melakukan pemasangan KB spiral.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan termasuk penyakit dahulu dan sekarang
(penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes, penyakit menular seksual
atau HIV/AIDS) (Mandriwati, 2008).
1. Riwayat Kesehatan Sekarang dan Lalu
Riwayat kesehatan merupakan pokok anamnesis yang
paling penting. Riwayat kesehatan sekarang dan lalu harus
ditanyakan secara jelas kepada pasien, dalam menanyakan
kesehatan pasien jangan menggunakan istilah medis yang
membingungkan pasien, tetapi tanyakan dengan menggunakan
bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat awam. Menurut
teori untuk mempermudah pasien menangkap apa yang kita
tanyakan sebutkan tanda dan gejala dari suatu penyakit.
d. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi ditanyakan untuk mengetahui bagaimana
fungsi alat reproduksi pasien. Pola haid merupakan suatu siklus
menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal. Pada umumnya
menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama lebih kurang 7 hari.
Lama perdarahannya sekitar 4-8 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah
yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang
sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke-2 atau ke-3 dengan jumlah
pemakaian pembalut sekitar 3-4 buah. (Manuaba, 2008). Berdasarkan
teori diatas siklus Ny. S normal, hal ini menunjukan bahwa keadaan
fungsi alat reproduksi Ny. S dalam proses menstruasi adalah normal .
Saat ini pasien mengatakan menstruasi hari ke 5. Hal ini menunjukan
bahwa adanya kesesuaian antara teori dan praktek.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
a) Kesadaran
Berdasarkan teori Sigmund Freund tingkatan kesadaran
terbagi menjadi 4 yaitu composmentis, apatis, delirium, somnlon,
stupor, coma. Ny. S memiliki kesadaran normal sepenuhnya,
dapat memahami keadaan sekitarnya dan mengerti tentang apa
yang ditanyakan. klien sadar akan menunjukkan tidak ada
kelainan psikologis (Manuaba, 2010) Sehingga berdasarkan teori
tersebut Ny. S memiliki keadaan umum composmentis.
b) Tekanan darah
Tujuan data obyektif utama mengidentifikasi, memberikan
terapi dan memantau tekanan darah pasien adalah untuk
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler serta angka
kesakitan dan kematian yang terkait. Oleh karena itu,
pengukuran tekanan darah yang akurat sangat penting. Tekanan
darah normal dewasa menurut Whaley dan Wong (2007) adalah
sistol < 130 dan diatol < 80 mmHg sehingga Ny.S tekanan darah
termasuk dalam kategori normal jika dibandingkan dengan teori
tersebut.
c) Nadi
Ketika jantung berdenyut. jantung memompa darah melalui
aorta dan pembuluh darah perifer. Pemompaan ini menyebabkan
darah menekan dinding arteri, menciptakan gelombang tekanan
seiring dengan denyut jantung yang pada perifer terasa sebagai
denyut/detak nadi. Denyut nadi ini dapat diraba/palpasi untuk
menilai kecepatan jantung, ritme dan fungsinya. Karena mudah
diakses, nadi pada radial tangan adalah metode yang paling
banyak digunakan untuk mengukur kecepatan jantung; dipalpasi
melalui arteri tangan (radial) pada pergelangan tangan anterior
(Whaley dan Wong, 2007). Saat melakukan pengukuran nadi
pada Ny. S, penulis meraba arteri tangan (radial) pada
pergelangan tangan anterior sehingga sudah sesuai dengan teori
yang ada.
d) Suhu
Suhu tubuh dapat diukur dengan berbagai alat thermometer
(thermometer gelas, termometer raksa, elektronik, timpani) dan
berbagai rute (per oral, rectal, axilla, tympani). (Whaley dan
Wong, 2007). Saat melakukan pemeriksaan suhu pada Ny. S
dilakukan pengukuran menggunakan termometer elektronik dan
melalui rute axilla, sehingga dalam melakukan pengukuran suhu
sudah sesuai dengan teori yang ada.
e) Respirasi
Menurut Whaley dan Wong (2007) pernafasan normal
dewasa tahun adalah 16 – 24 kali permenit. sehingga pernafasan
Ny. S termasuk dalam kategori normal. Inspeksi dilakukan untuk
mengevaluasi kecepatan pernafasan pasien, karena kebanyakan
orang tidak menyadari pernafasannya dan mendadak menjadi
waspada terhadap pernafasannya dapat mengubah pola
pernafasan normalnya, maka jangan memberitahu pasien ketika
mengukur kecepatan pernafasannya. Saat melakukan praktek
penulis melakukan hal yang sama yaitu dengan tidak
memberitahu akan menghitung jumlah pernafasan sehingga
antara teori yang ada sama dengan praktek yang dilakukan.
b. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pp test hasil negatif, jadi dapat dipastikan bahwa Ny. S saat
ini tidak sedang hamil. Berdasarkan teori jika tidak ada kehamilan maka
IUD dapat dipasang (Pinem, 2009).
B. Analisa
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif dan
anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis aktual,
diagnosis masalah potensial serta seperlunya mengidentifikasi kebutuhan
tindakan segera untuk antisipasi masalah (Varney, 2007). Diagnosis adalah Ny.S
usia 30 tahun calon akseptor KB IUD. Sehingga kebutuhan Ny. S adalah
melakukan penkes pra pemasangan kontrasepsi IUD.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan adalah memberitahu ibu
tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik. Tindakan selanjutnya
adalah memberikan konseling pada ibu tentang KB IUD. Konseling adalah
proses pertukaran informasi dan interaksi positif tentang KB, dilakukan antara
calon peserta KB dan petugas untuk membantu calon peserta KB mengenali
kebutuhan ber-KB-nya serta memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang
sesuai dengan kondisi yang dihadapi (Peraturan Kepala BKKBN Nomor 24
Tahun 2017 tentang Pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran).
Penulis memberitahu ibu bahwa saat ini akan dilakukan pemasangan alat,
dan rasanya sedikit tidak nyaman, ibu dapat menarik napas dalam dan
hembuskan agar lebih rileks dan jalan lahir tidak kaku. Sebuah penelitian
menyebutkan mayoritas responden mengalami nyeri pada saat pemasangan
AKDR dengan skala sedang (4-6) sebanyak 28 orang (68,3%) (Siregar & Dewi,
2020). Salah satu cara untuk menurunkan intensitas nyeri adalah dengan teknik
nafas dalam. Penelitian Amita et al., (2018) menyebutkan ada pengaruh yang
bermakna penurunan intensitas nyeri setelah dilakukan relaksasi napas dalam.
Penelitian lain menyebutkan ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan intensitas nyeri. Hal ini terjadi karena teknik relaksasi nafas dalam
yang diberikan selama 15 menit dapat memberikan efek rasa nyaman,
menurunkan ketegangan uterus dan melancarkan peredaran darah (Aningsih et
al., 2018).
Amita, D., Fernalia, & Yulendasari, R. (2018). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea di rumah sakit
bengkulu. Jurnal Kesehatan Holistik, 12(1), 26–28.
Aningsih, F., Sudiwati, N. L. P. E., & Dewi, N. (2018). Pengaruh Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid (Dismenore)
Pada Mahasiswi Di Asrama Sanggau Landungsari Malang. Nursing News, 3(1),
95–107.
Aniuliene, R., & Aniulis, P. (2014). Lippes Loop intrauterine device left in the uterus
for 50 years: Case report. BMC Women’s Health, 14(1), 1–3.
Astuti, E., Yasinta, M., & Sardin, V. (2017). Analisis Faktor yang Memengaruhi
Minat Ibu untuk Menggunakan Kontrasepsi IUD Di BPS Mien Hendro. Jurnal
Kebidanan Stikes William Booth, 6(1).
Cirstoiu, M. M., Antoniac, I., Ples, L., Bratila, E., & Munteanu, O. (2016). Adverse
reactions due to use of two intrauterine devices with different action mechanism
in a rare clinical case. Materiale Plastice, 53(4), 666–669.
Colin, V., Keraman, B., & Rolita, D. (2019). Pengaruh Pemberian Kompres Air
Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Dysmenorhea pada Remaja Putri di SMA
Negeri 10 Kota Bengkulu. Jurnal Vokasi Keperawatan.
Delfina, R., Saleha, N., & Sardaniah. (2020). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri haid (Dismenore) pada Mahasiswai Program Studi DIII
Keperawatan FMIPA Universitas Bengkulu. Jurnal Vokasi Keperawatan.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2019.
Febriana, Posangi, J., & Hutagalung, B. S. P. (2015). Uji Efek Pemberian Asam
Mefenamat Sebelum Pencabutan Gigi Terhadap Durasi Ambang Nyeri Setelah
pPencabutan Gigi. E-GIGI, 3(2).
Febrianti, R. (2017). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Alat
Kontrasepsi IUD Oleh Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Begalung Padang Tahun 2015. Jurnal Medika Cendikia, 4(1), 37–51.
Handayani, S. R., & Mulyati, T. S. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Kementerian
Kesehatan RI.
Hartanto, H. (2015). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan.
Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada
Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Semarang:
UNDIP
Karjatin. (2016). Keperawatan Maternitas Komprehensif. Kementerian Kesehatan RI.
Kartikawati, D., Pujiastuti, W., & Rofiah, S. (2020). Efektivitas pendidikan kesehatan
dengan media video untuk meningkatkan sikap dan niat penggunaan AKDR.
Midwifery Care Journal, 3(1), 1–11.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi dan Analisis Keluarga Berencana.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
Kozier, B. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC.
Manuaba. (2015). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. EGC.
Nur, H. A., & Putri, I. S. (2019). Gambaran Penerapan Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Pada Pasien dengan Nyeri Persalinan Kala I. Gambaran Penerapan
Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Dengan Nyeri Persalinan Kala I,
6(1), 76–90.
Pangalila, K., Wowor, P. M., & Hutagalung, B. S. P. (2016). Perbandingan efektivitas
pemberian asam mefenamat dan natrium diklofenak sebelum pencabutan gigi
terhadap durasi ambang nyeri setelah pencabutan gigi. E-GIGI, 4(2).
Peipert, J. F. (2018). Lippes loop and the first IUDs: lessons from a bygone era.
American Journal of Obstetrics and Gynecology, 219(2), 127–128.
Peraturan Kepala BKKBN Nomor 24 Tahun 2017 tentang Pelayanan KB Pasca
Persalinan dan Pasca Keguguran. (2017). BKKBN.
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamental of
Nursing Eight Edition. In Elsevier. https://doi.org/10.1109/ISCA.2016.31
Prijatni, I., & Rahayu, S. (2016). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Bencana.
Kementerian Kesehatan RI.
Purwaningrum, Y. (2017). Efek Samping KB IUD (Nyeri Perut) dengan
Kelangsungan Penggunaan KB IUD. Jurnal Kesehatan, 5(1), 45–51.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu
dan Anak. Kementerian Kesehatan RI.
Putri, R. P., & Oktaria, D. (2016). Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai
Alat Kontrasepsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 5(4), 138.
Saifuddin, A. B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, A. B. (2016). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Setiyaningrum, E. (2016). Pelayanan Keluarga Berencana. Trans Info Media.
Sihombing, L. A. (2020). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Infeksi
Nosokomial di Rumah Sakit. https://doi.org/https://doi.org/10.31219/osf.io/usdrc
Simon, M. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Penggunaan Alat
Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(5), 501–504.
Siregar, N., & Dewi, S. S. S. (2020). Intensitas Rasa Nyeri terhadap Pemasangan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). The Shine Cahaya Dunia Ners, 5(1), 20–
24.
Smeltzer, et al. (2014). BRUNNER & SUDDARTH’S TEXTBOOK of Medical-
Surgical Nursing, 11th ed. Philadelpia: Lippincott Williams&Wilkins, awotter
kluwe bussiness. In Lippincott Williams & Wilkins.
Sulistyawati, A. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Salemba Medika.
Tyas, E. E., & Heru, W. (2017). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi Akper Widya Husada Semarang.
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 1(1), 55–62.
Ummi Hani. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Salemba
Medika.
Varney, H. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC.
Wahyuni, E. D. (2018). Asuhan Kebidanan Komunitas. Kementerian Kesehatan RI.
Walyani, E. S. (2017). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Pustaka Baru Press.
Zainiyah, Z. (2019). Kadar Haemoglobin (Hb) antara Akseptor Kontrasepsi IUD
Nova-T dan Cooper-T CU 380 A. JURNAL ILMIAH OBSGIN : Jurnal Ilmiah
Ilmu Kebidanan & Kandungan, 11(3), 1–8.