Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA


PADA NY. A USIA 23 TAHUN P1A0 AKSEPTOR KB SUNTIK PROGESTIN
DI UPTD PUSKESMAS TODANAN KABUPATEN BLORA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase KB dan Kespro

PITRIN EKO WAHYUNI (P1337424820228)

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN

KESEHATAN SEMARANG

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. A Usia 23 Tahun
P1A0 Akseptor KB Suntik Progestin di UPTD Puskesmas Todanan Kabupaten
Blora”telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :

Tanggal :

Blora, Mei 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Endah Khoirul Q, Amd.,Keb. Pitrin Eko Wahyuni


NIP. 19820715 201704 2 004 P1337424820228

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Dr. Melyana Nurul W, S.SiT.,M.Kes


NIP. 19790903 200212 2 002
BAB II
TINJAUAN TEORI
METODE KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTIN

1. TINJAUAN TEORI MEDIS


A. Profil
1. Sangat efektif
2. Aman
3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
4. Kembalinya kesuburan lebih lambat kira – kira 4 bulan
5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi asi. (Pinem, 2009)

B. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan


1. Primer
Mencegah Ovulasi
2. Skunder
a. Lendir Servik menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menjadi barrier
terhadap spermatozoa
b. Membuat Endometrium tipis dan atrofi sehingga menjadi kurang baik
untuk implantasi dari ovum yang telah dbuahi.
c. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum didalam tuba fallopi.
(Pinem, 2009)

C. Jenis Kontrasepsi Suntik Progestin


Kontrasepsi Suntikan berdaya kerja lama yang hanya mengandung Progestin
dan banyak dipakai sekarang ini adalah:
1. DMPA (Depo Medroxyprogesterone Asetat) atau depo provera, diberikan
setiap 3 bulan dengan dosis 150mg. Disuntikan secara intramuskular di
daerah bokong.
2. NET-EN (Norethindrone enanthate) atau Noristerate, diberikan dalam dosis
200mg sekali setiap 8 minggu atau setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama
(=3 kali suntikan pertama), lalu dilajutkan sekali setiap 12 minggu. (Pinem,
2009)
D. Efektifitas Suntikan Progestine
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan – tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. (BKKBN, 2011)

E. Keuntungan Suntikan Progestine


1. Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan kehamilan jangka panjang.
2. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
3. Tidak mengandung esterogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
4. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
5. Efek samping sedikit.
6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
7. Dapat digunakan pada perempuan berusia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause.
8. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
9. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
10. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
11. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell disease) (BKKBN, 2011)

F. Keterbatasan
1. Sering ditemukan gangguan haid seperti :
a. Siklus haid yang memendek atau memanjang
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
d. Tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan)
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek saming tersering
5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6. Setelah pemakaian dihentikan kesuburan terlambat kembali karena pelepasan
obat suntikan dari depannya belum habis.
7. Pada penggunaan jangka panjang terjadi perubahan pada lipid serum, dapat
sedikit menurunkan densitas (kepadatan tulang), dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, dapat menimbulkan gangguan
emosi (tetapi jarang), sakit kepala, jerawat, nervositas. (Pinem, 2009)

G. Yang dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progstine


1. Usia reprodusi, nulipara dan yang telah memiliki anak.
2. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.
3. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
4. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
5. Seteah abortus atau keguguran.
6. Setelah mempunyai banyak anak tetapi belum menginginkan tubektomi.
7. Perokok
8. Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
9. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberculosis (rifampisin)
10. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung esterogen.
11. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
12. Anemia defisiensi besi
13. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh mnggunakan pil
kontrasepsi kombinasi. (Pinem, 2009)

H. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestine


1. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7/100.000 kelahiran)
2. Perdarah pervaginama yang belum jelas penyebabnya.
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid (amenorea)
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5. Diabetes melitus disertai komplikasi
6. Kanker pada traktus genetalia (BKKBN, 2011)

I. Waktu Mulai Penggunaan Kontrasepsi Suntikan Progestine


1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
2. Mulai hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan
saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan konrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan ynag
akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang
sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, suntika pertama kontrasepsi hormonal yang
akan digunakan dapat segera diberika, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari seteah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama
dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat
diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut
tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7
hari seteah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. (BKKBN,
2011)

J. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan


1. Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis 150mg secara
intramuskular dalam-dalam didaerah pantat (bila suntikan terlalu dangkal,
maka penyerapan kontrasepsi suntikan berlangsung lambat, tidak bekerja
segera dan efektif). Suntikan diberikan setiap 90 hari. Jangan melakukan
masase pada tempat suntikan.
2. Memberikan kontrasepsi suntikan Noristerat dalam dosis 200mg sekali setiap
8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (=3 kali
suntikan pertama), kemudian untuk selanjutnya sekali setiap 12 minggu.
3. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang telah dibasahi
dengan isopropyl alkohol 60 % - 90 %. Tunggu dulu sampai kulit kering,
baru disuntik.
4. Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara. Bila terdapat
endapan putih di dasar ampul, hilangkan dengan cara menghangatkannya.
Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu didinginkan.
5. Semua obat harus dihisap dalam alat suntiknya. (Pinem, 2009)

K. Efek samping
1. Meningkat/menurunnya berat badan.
2. Gangguan haid
a. Amenorea
1) Bila tidak hamil, tidak perlu dilakukan tindakan apapun, cukup
diberikan konseling. Jika klien tidak dapat menerima kelainan
tersebut, jangan lanjutkan sutikan. Anjurkn agar klien menggunakan
metoda kontrasepsi lain.
2) Bila hamil, hentikan suntikan, rujuk pasien.
3) Bila terjadi kehamilan ektopik, segera rujuk pasien.
b. Perdarahan
1) Perdarahan ringan atau spotting, sering terjadi dan tidak berbahaya.
2) Bila spotting terus berlanjut , atau haid teah berhenti tetapi kemudia
terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut
kemudian dilakukan penanganan yang tepat. Bila penyebab
perdarahn tidak diketahui dengan jelas, tanya klien apakah masih
ingin melanjutkan suntikan. Jika tidak ganti dengan kontrasepsi lain.
3) Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat
hubungan seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai dan
suntikan dapat terus dilanjutkan.
4) Bila perdarahan banyak atau lebih dari 8 hari, atau 2 kali lebih
banyak dari perdarahan dalam siklus haid normal, jelaskan kepada
klien bahwa hal itu biasa terjadi pada bula pertama penyuntikan.
5) Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila
ditemukan kelainan, klien perlu dirujuk.
6) Bila klien tidak dapat menerima keadaan tersebut, atau perdarahan
yang terjadi mengancam kesehatan klien, suntikan dihentikan. Ganti
metoda kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia pada klien,
perlu diberi preparat besi dan anjurkan agar mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung zat besi.

L. Informasi lain yang perlu disampaikan


1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali
mengganggu kesehatan.
2. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan
nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat
hilang.
3. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu
usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang merencanakan
kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak tidak segera datang. Haid baru datan
kembali pada umumnya setalh 6 bulan. Selama tidak haid tersebut bisa saja
erjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, klien harus kembali
ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid
tersebut.
5. Bila klien tidak dapat kembali sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,
suntikan dapat diberikan 2 mingu sebelum jadwal. Dapat juga diberikan 2
minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan.
6. Bila kliaen, misalnya, sedang menggunakan salah satu alat kontrasepsi
suntikan dankemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi
suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga
dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesai dengan
jadwal suntikan dan ontrasepsi hormoal yang sebelumnya.
7. Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja
diyakini Ibu tersebut tidak hamil. (BKKBN, 2011)
M. Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
tergaggu.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam satu periode masa haid.
Bila terjadi hai – hal yang disebutkan diatas, hubungi segera tenaga kesehatan,
atau klinik.

N. Penanganan Gangguan Haid


1. Amenorea
a. Tidak perlu dilakukan tindakan apa pun. Cukup konseling saja.
b. Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, sunikan jangan
dilanjutkan. Anjurkan pemakaian kontrasepsi jenis lain.
2. Perdarahan
a. Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya.
b. Bila perdarahan / spotting terus berlanjut, atau setelah tidak haid, namun
kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan
tersebut. Obatilah penyebab perdarahan tersebut. Dengan cara yang
sesuai. Bila tidak ditemukan penyebab terjadinya perdarahan, tanyakan
pada klien apakah klien masih ingin melanjutkan suntikan, dan bila tidak,
suntikan jangan dilakukan lagi dan carikan kontrasepsi jenis lain.
c. Bila ditemukan penyakit radang panggul, atau penyakit akibat hubungan
seksual, klien perlu diberikan pengobatan yang sesuai dansuntikan dapat
terus dilanjutkan.
d. Bila perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari) atau 2 kali
lebih banyak dari perdarahan yang biasanya dialami pada siklus haid
normal, jelaskan bahwa hal tersebut biasa terjadi pada bulan pertama
suntikan.
e. Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila
ditemukankelainan ginekologik, klien perlu diobati atau dirujuk.
f. Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak
dapat menerima hal tersebut, suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilihkan
jenis kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia, perlu diberi preparat besi
dan anjurkan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi.
(Pinem, 2009)
Tabel 2.1 Keadaan yang memerlukan perhatian khusus
Keadaan Anjuran
Penyakit hati akut Sebaiknya jangan menggunakan
virus kontrasepsi suntikan

Penyakit jantung Sebaiknya jangan menggunakan


kontrasepsi suntikan
Stroke Sebaiknya jangan menggunakan
kontrasepsi suntikan

O. Instruksi Bagi Klien


Klien harus kembali ke tempat pelayanan kesehatan atau klinik untuk
mendapatkan suntikan kembali setiap 13 minggu untuk DMPA atau setiap 8
minggu untuk NET-EN.
Tabel 2.2 penanganan efek samping yang sering dijumpai

Efek Samping Penanganan


Amenorea (tidak terjadi 1. Bila tidak hamil, pengobatan apapun
perdarahan / spotting) tidak perlu. Jelaskan, bahwa darah haid
tidak terkumpul dalam rahim. Nasihati
untuk kembali ke klinik.
2. Bila telah terjdi kehamilan, rujuk klien.
Hentikan penyuntikan.
3. Bila terjadi kehamilan ektoik rujuk
klien segera.
4. Jangan berikan terapi hormonal untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak
akan berhasil. Tunggu 3 – 6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi perdarahan
juga, rujuk ke klinik.
Perdarahan atau perdarahan 1. Informasikan bahwa perdarahan ringan
bercak (spotting) sering dijumpai, tetapi hal ini
bukanlahmasalah serius dan biasanya
tidak mmerlukan pengobatan. Bila
klien tidak dapat menerima perdarahan
tersebut dan ingin melanjutkan
suntikan, maka dapat disarankan 2
pilihan pengobatan:
a. Siklus pil kontrasepsi kombinasi
(30 – 35 µg etinilestradiol), ibu
profen (sampai 800 mg, 3 kali
perhari untuk 5 hari atau obat
sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai
pemberian pil kontrasepsi
kombinasi dapat terjadi perdarahan.
Bila terjadi perdarahan banyak
selama pemberian suntika ditangani
dengan pemberian 2 tabelet pil
kontrasepsi kombinasi per hari
selama 3 – 7 hari dilanjutkan
dengan 1 siklus pil kontrasepsi
hormonal, atau diberi 50 µg
etinilestradiol atau 1,25 mg
estrogen equin konjugasi untuk 14
– 21 hari.
Meningkatnya atau Informasikan bahwa kenaikan atau
menurunnya berat badan penurunan BB sebanyak 1 – 2 kg dapat saja
terjadi. Perhatikan diit klien bila perubahan
berat badan terlalu mencolok. Bila berat
badan berlebihan, hentikan suntikan dan
anjurkan metode kontrasepsi lain.
(BKKBN, 2011)
P. Penelitian Suntik Progestin DMPA
Penelitian dilakukan oleh Rohmi Handayani, Dyah Fajarsari dan Evi Sri
Suryani di wilayah Kota Administratif Purwokerto yaitu di empat puskesmas
diantaranya Puskesmas Purwokerto Selatan, Purwokerto Barat, Purwokerto
Timur dan purwokerto Utara. Dalam penelitian ini di dapatkan responden
sebanyak 50 wanita yang pernah menggunakan KB suntik Depomedroxy
Progesteron Acetate (DMPA). Dari masing-masing responden akan diperoleh
data tentang lamanya penggunaan Suntikan DMPA dan lama kembalinya
kesuburan. Kembalinya kesuburan ditandai dengan siklus mentruasi yang teratur.
Lama penggunaan KB suntik DMPA pada wanita ex-akseptor KB suntik DMPA
di wilayah Kota Administratif Purwokerto rata-rata adalah 25,39 Bulan
sedangkan lama kembalinya kesuburan pada wanita ex-akseptor KB suntik
DMPA rata-rata adalah 8,82 Bulan. Sehingga tidak terdapat hubungan antara
lamanya penggunaan KB suntik DMPA dengan lama kembalinya kesuburan pada
wanita ex-akseptor KB.

2. TINJAUAN TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN


1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien
Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh
langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan
dalam suatu situasi (Verney,2012).
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012), manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut Varney (2012), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut
adalah:
a. Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus
bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemeriksaan.
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Diagnosa meliputi nama, umur, paritas (P) abortus
(A) (Varney, 2012).
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasikan (Varney, 2012).
d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Varney,2012).
e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
f. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII: Mengevaluasi hasil tindakan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.
3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Subjektif (S)
Menurut Kemenkes RI (2013) data subjektif berisi hasil anamnesa
yang meliputi identitas, riwayat obstetri lalu, riwayat kontrasepsi, riwayat
medis lain dan riwayat sosial ekonomi termasuk pola pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
1) Umur
Umur di catat dalam tahun untuk mengetahui bahwa ibu dalam masa
usia subur. (Varney, 2012).
2) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu
selama memberikan asuhan (Ambarwati, 2009).
3) Pendidikan
Menurut tinjauan teori pendidikan berpengaruh dalam tindakan
kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya (Varney, 2012).
4) Pekerjaan
untuk mengetahu pekerjaan ibu (Varney, 2012).
5) Suku Bangsa
berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Ambarawati, 2009).
6) Alamat
Alamat pasien dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar
pasien. Semakin terpencilnya suatu daerah dan keadaan geografis
yang sulit untuk di jangkau maka akan semakin sulit pula untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan (Varney, 2012).
7) Keluhan utama
Keluhan utama di kaji untuk memberikan asuhan dan diagnosa yang
tepat (Varney, 2012).
8) Riwayat Obstetri
a) Riwayat Haid
(1) Menarche: kapan pertama kali mengalami menstruasi. Untuk
wanita Indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun, hal ini untuk
mengetahui riwayat perkembangan organ genitalnya
(Manuaba, 2007).
(2) Siklus haid: siklus haid yang teratur (28 hari) bisa digunakan
untuk menghitung hari perkiraan lahir dengan rumus Neagle
(Varney, 2012).
(3) Lama menstruasi: lama menstruasi ideal terjadi selama 4-7
hari (Manuaba, 2007).
(4) Banyaknya: menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan. Dapat dikaji dengan menanyakan misal
sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari
(Sulistyawati, 2009)
(5) Keluhan: yang dirasakan ketika mengalami menstruasi
misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau
jumlah darah yang banyak (Sulistyawati, 2009).
(6) Riwayat Persalinan, dan Nifas yang lalu
Untuk menentukan asuhan kehamilan yang akan diberikan
berdasarkan berapa kali hamil, anak yang lahir hidup,
persalinan tepat waktu, persalinan premature, keguguran,
persalinan dengan tindakan (dengan forcep, vakum, atau
seksio sesaria), riwayat perdarahan pada persalinan,
hipertensi pada kehamilan terdahulu, berat badan bayi kurang
dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram (Mandriwati,
2008).
9) Riwayat Kesehatan
Untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi
ibu (Rukiyah, 2009). Riwayat kesehatan termasuk penyakit dahulu
dan sekarang (penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes, malaria,
penyakit menular seksual atau HIV/AIDS) (Mandriwati, 2008).
10) Riwayat KB
Untuk mengetahui status KB ibu masih aktif atau tidak (Mandriwati,
2008).
11) Pola Nutrisi
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah
pemasangan alat kontrasepsi (Mandriwati, 2008).
12) Pola Eliminasi
Berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam pertama dan minimal sebanyak
200 cc (Mandriwati, 2008).
13) Personal Hygiene
Membersihkan daerah disekitar vulva dari depan ke belakang, dan
anus (Mandriwati, 2008).
14) Pola seksualitas
Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu tidak
merasa nyeri setelah dilakukan pemasangan alat kontrasepsi
(Kemenkes RI, 2013).
15) Pola istirahat
Ibu dianjurkan untuk istrahat yang cukup (Mandriwati, 2008).
16) Pola Aktivitas
Setelah dilakukan pemasangan alat kontrasepsi ibu diperbolehkan
melakukan aktivitas seperti biasa (Mandriwati, 2008).
17) Psikologi ibu sebelum dilakukan pemasangan alat kontrasepsi pada
umumnya merasakan kekhawatiran akan dirinya (Sulistyawati, 2009)
18) Tingkat pengetahuan ibu
Untuk mengetahui manfaat dan efek samping kontrasepsi
b. Obyektif (O)
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi dan hasil
pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Varney
langkah pertama pengkajian data (Asrinah, 2010).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum: dinilai baik jika dapat menjawab semua
pertanyaan (Manuaba, 2010).
b) Kesadaran: klien sadar akan menunjukkan tidak ada kelainan
psikologis (Manuaba, 2010)
c) TD: segera sebelum dilakukan pemasangan alat kontrasepsi
karena banyak wanita mengalami peningkatan tekanan darah
sebelum dilakukan pemasangan alat kontrasepsi karena ibu
merasa cemas.
d) N: untuk mengetahui apakah nadinya dalam keadaan normal
e) R: untuk mengetahui apakah pernafasan ibu dalam keadaan
normal
f) S: untuk mengetahui bahwa suhu ibu dalam keadaan normal
(Varney , 2008).
2) Status Present
a) Mata: konjungtiva berwarna merah muda dan sklera berwarna
putih. Perubahan warna konjungtiva untuk memprediksi adanya
anemia (Mandriwati, 2008).
b) Mulut dan gigi: tidak terdapat stomatitis (Varney, 2007).
c) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan
vena jugularis yang mengindikasikan penyakit jantung atau
aneurisma vena, hipertiroid dan kemungkinan infeksi
(Manuaba,2007).
d) Ekstremitas: : tidak ada edema, kekakuan otot dan sendi, varises,
reflek patella positif (Marmi, 2012).
e) Genetalia : normalnya tidak ada varises, perdarahan, luka, cairan
yang keluar, tidak ada pembesaran kelenjar skene dan kelenjar
bartholini (Mandriwati, 2008)
3) Pemeriksaan Penunjang: dilakukan jika ada indikasi, (Marmi, 2012).
c. Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Varney langkah kedua, ketiga dan keempat, meliputi diagnosis/masalah
kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan segera yang harus
diidentifikasi menurut kewenangan bidan melalui tindakan mandiri,
tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien (Asrinah, 2010).
1) Diagnosa
2) Masalah/ Diagnosa Potensial
3) Kebutuhan Segera
d. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan yaitu pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh, meliputi tindakan.
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A UMUR 23 TAHUN P1A0
AKSEPTOR KB SUNTIK PROGESTIN
DI UPTD PUSKESMAS TODANAN

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 19 April 2021
Jam : 09.30 WIB
Tempat : KIA UPTD Puskesmas Todanan

B. IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. A 1. Nama : Tn. H
2. Umur : 23 Tahun 2. Umur : 28 Tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMK 4. Pendidikan : SMK
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Dalangan 2/1 7. Alamat : Dalangan 2/1

C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin konsultasi KB Suntik yang aman untuk ibu menyusui.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan. Ibu mengatakan saat ini masih
menyusui bayinya yang berusia 2 bulan.
3. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan saat ini tidak pernah/sedang menderita tanda dan gejala :
Jantung : Ibu mengatakan dada sebelah kirinya tidak mengalami nyeri dan
berdebar-debar saat melakukan aktivitas ringan seperti nonton tv,
berjalan santai, dan beristirahat. Tidak pernah mengalami sesak
napas/terengah-engah saat melakukan aktifitas fisik ringan seperti
berjalan kaki beberapa meter saja.
Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas setelah makan
sesuatu misalnya atau setelah terpapar debu.
TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk dalam waktu lama lebih dari 3
bulan.
Hepatitis B : Ibu mengatakan bagian mata, kulit dan kuku tidak berwana
kekuningan.
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami BAK dengan warna kuning
kecokelatan dan BAB pucat.
DM : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami mudah haus, mudah lapar,
dan sering BAK di malam hari; penurunan berat badan yang drastis;
dan luka yang sulit kering.
Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keluhan misalnya
pusing yang tidak hilang saat dibawa istirahat, dan tengkuk terasa
kaku serta tegang.
HIV/AIDS : Ibu mengatkan tidak pernah mengalami penyakit sperti sariawan
yang tidak kunjung sembuh, diare lebih dari 1 bulan, dan berat badan
yang menurun drastis.
Dahulu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
jantung, diabetes melitus, hipertensi maupun penyakit menular seperti TBC,
HIV/AIDS, hepatitis.
Keluarga : Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menurun seperti jantung, diabetes melitus, hipertensi. Maupun
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS. Tidak ada keturunan
kembar.
4. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun Nyeri Haid : Tidak Ada
Siklus : 28 hari Lama : 6-7 hari
Warna darah : Merah Banyaknya : 2-3x ganti pembalut.
Sejak kelahiran anak pertama, belum mendaatkan haid
5. Riwayat perkawinan :
a. Status perkawinan : menikah / tidak menikah*), umur waktu menikah : 22
th.
b. Pernikahan ini yang ke satu sah/ tidak*) lamanya 1 th
c. Hubungan dengan suami : baik/ ada masalah
6. Riwayat KB : Pernah/ Tidak Pernah *)
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun
7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Kehamilan Persalinan Nifas
Kead anak
Tahun Frek Keluhan/ ASI
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit sekarang
ANC Penyulit eksklusif
Februar >4x Tidak Ada 38 Spontan Bidan Perempuan Tidak Ya Tidak Saat ini Sehat,
i 2021 mingg 3100 gr Ada ada masih Normal
u ASI
Eksklusif
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari hari:
a. Nutrisi
Makan : 3 x/ Sehari
1) Komposisi :
 Nasi : 3 x @ ½ piring (sedang / penuh)
 Lauk : 3 x @ 1 potong (sedang / besar)
 Sayuran : 3 x @ ½ mangkuk sayur
 Buah : 4-5 x seminggu
 Camilan : 1-2x /hari jenis biskuit dan makanan ringan
2) Pantangan : tidak ada
Minum,
Ibu mengatakan sehari minum air putih jumlahnya ± 10 gelas/ hari dan
kadang mengkonsumsi susu.
b. Pola eliminasi
1) Buang Air Kecil 5-6 x warna kuning jernih
2) Buang Air Besar 1-2 x warna kuning kecoklatan
a) Warna : konsistensi lembek / keras*)
b) Keluhan/masalah : Tidak ada
c. Aktifitas Fisik dan Olah raga
Saat ini ibu masih menjalani masa cuti melahirkan sampai minggu depan.
Sebelumnya Ibu mengatakan bekerja sebagai karyawan swasta selama
kurang lebih 8 jam. Ibu bekerja selama 6 hari dalam seminggu, mendapat
libur di hari minggu dan tanggal merah.
c. Istirahat /tidur
Tidur malam : Jam 21.00 sampai jam 05.00 WIB
Tidur siang : ± 1 jam
Keluhan : Tidak ada keluhan
d. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Merokok : Tidak merokok
Minuman beralkohol : Tidak minum minuman beralkohol
Obat obatan : Tidak mengkonsumsi obat-obatan
Jamu : Tidak mengkonsumsi Jamu
e. Personal hygiene
Mandi : 2 x sehari
Keramas : 3-4 x seminggu
Gosok gigi : 2 x sehari
Ganti Pakaian: 2-3 x sehari, celana dalam 3 x sehari
Alas Kaki : ibu selalu menggunakan alas kaki saat keluar rumah
f. Riwayat Psikososial-spiritual
1) Ibu mengatakan tinggal serumah dengan: suami dan anak
2) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Musyawarah
3) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
4) Dalam kondisi emergensi, ibu dapat / tidak * mengambil keputusan
sendiri.
5) Ibu mengatakan tidak melakukan upacara adat yang membahayakan dan
tidak sedang berpuasa.
9. Tingkat pengetahuan ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu mengatakan sudah mengetahui tujuan KB
adalah untuk mencegah kehamilan.
Hal-hal yang ingin diketahui ibu : ibu ingin mengetahui tentang KB yang aman
bagi ibu menyusui.

D. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik 6) TD : 110/70 mmHg
2) Kesadaran : Composmentis 7) Nadi : 76 x/menit
3) TB : 157 cm 8) Suhu : 36.5 0C
4) LILA : 28 cm 9) RR : 20 x/menit
5) BB sekarang : 60 kg 10) SpO2 : 98%
b. Status present
Kepala : Mesocephale, kulit kepala bersih, rambut tidak
mudah rontok
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda,
fungsi penglihatan baik
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada secret
Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, dan tidak caries
gigi
Telinga : Simetris, tidak ada penumpukan serumen yang
berlebih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
vena jugularis
Ketiak : Kanan dan kiri tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada retraksi dinding
dada
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
Lipat paha : Kanan dan kiri tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva : Tidak ada odem, tidak ada varises dan tidak ada
benjolan
Ekstremitas : Atas dan bawah tidak oedem dan tidak ada varises
Refleks
patella : +/+
Punggung : Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang
(lordosis, skoliosis)
Anus : Tidak ada hemoroid
2. Pemeriksaan Penunjang
- PP test : hasil negatif

E. ANALISA
Diagnosa Kebidanan

Ny. A usia 23 tahun P1A0 calon akseptor KB Suntik Progestin

Masalah : tidak ada

Kebutuhan
1. Pendidikan kesehatan tentang KB Suntik Progestin

F. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 19 April 2021 Jam : 09.45

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik.
Hasil : ibu tampak senang mengetahui hasil pemeriksaan ibu dalam kondisi
baik.
2. Memberitahu ibu tentang KB suntik yang aman untuk ibu menyusui adalah
KB suntik Progestin/suntik 3 bulan
Hasil : Ibu menganggukan kepala tanda paham dengan penjelasan Bidan
3. Memberitahu ibu tentang KB Suntik Progestin, diantaranya :
a. Pengertian
Kontrasepsi suntikan progestin adalah jens kontrasepsi yang mengandung
hormon progestin dan diberikan setiap 3 bulan sekali.
b. Cara Kerja
- Menekan ovulasi
- Membuat lendir serviks semakin kental sehingga menghalangi
pergerakan sperma bertemu sel telur
- Perubahan pada permukaan rahim sehingga mengganggu penempelan
hasil konsepsi.
c. Keuntungan
- Risko terhadap kesehatan kecil
- Efek samping sangat kecil
- Tidak menggangu hubungan seksual
- Tidak mengganggu produksi ASI
- Tidak perlu pemeriksaan dalam sebelum disuntikan
- Mengurangi nyeri saat haid
d. Efek samping
- Kemungkinan terjadi perubahan siklus haid, dan terkadang ada
spotting atau perdarahan diantara waktu haid.
- Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan akan hilang
setelah suntikankedua atau ketiga
- Penambahan berat badan
- Kemungkinan terhambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
e. Kontraindikasi
- Ibu hami atau diduga hamil
- Menderita sakit kuning
- Kelainan jantung
- Varises
- Memiliki riwayat tensi tinggi
- Memiliki riwayat kanker/tumor payudara/organ reproduksi
- Perdarahan dari jalan lahir yang tidak diketahui penyebabnya
- Perokok berat
Hasil : ibu memahami penjelasan bidan dan mengatakan sudah mantap untuk
menggunakan KB suntik 3 bulanan.
4. Memberitahu ibu bahwa ibu dapat mendapatkan pelayanan KB suntik 3
bulanan di Puskesmas Jiken dengan terlebih dahulu menandatangani surat
persetujuan tindakan.
Hasil : Ibu mengatakan setuju dilakukan suntik KB 3 bulanan dan
menandatangani surat persetujuan tindakan pemasangan KB suntik 3 bulanan.
5. Menyiapkan alat dan obat untuk suntik KB 3 bulanan.
Hasil : Alat sudah disiapkan.
6. Memposisikan Ibu
Hasil : Ibu sudah diposisikan di bed.
7. Memberikan KB suntik progestin.
Hasil : Telah diberikan injeksi KB suntik progestin.
8. Menjelaskan kepada ibu bahwa KB suntik dapat efektif bekerja setelah 7 hari
disuntik, selama hari pertama sampai ke-7 bila ingin berhubungan bisa
mengunakan kondom terlebih dahulu.
Hasil : Ibu mengatakan iya
9. Menjelaskan kepada ibu efek samping tidak selalu dialami oleh semua wanita
jadi ibu tidak perlu khawatir.
Hasil : Ibu menganggukan kepala tanda paham dengan penjelasan Bidan.
10. Menganjurkan ibu untuk datang kembali tanggal 3 Februari 2021.
Hasil : Ibu mengatakan akan mengikuti anjuran Bidan.
11. Menganjurkan ibu untuk datang sewaktu-waktu bila perlu konsultasi atau ada
keluhan
Hasil : Ibu mengatakan akan mengikuti anjuran Bidan.
12. Melakukan pendokumentasian
Hasil : asuhan telah didokumentasikan

.
Tanggal Catatan Perkembangan (SOAP) Nama
dan Jam dan
Paraf

22 April SUBYEKTIF
2021 Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Jam 14.45 Ibu mengatakan menggunakan kondom saat
WIB berhubungan seksual

OBYEKTIF
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 115/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,5ᵒC
RR : 22x/menit

ANALISA

Ny. A usia 23 tahun P1A0 akseptor KB Suntik


Progestin

PENATALAKSANAAN
Tanggal : 22/04/2021 Jam : 15.00 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu
dalam kondisi baik
Hasil : ibu senang dengan hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu mulai
sekarang bisa melakukan hubungan seksual
tanpa menggunakan kondom karena obat
suntik KB sudah bekerja.
Hasil : Ibu mengerti penjelasan bidan.
3. Menjelaskan kembali ada ibu tentang efek
samping yang dapat terjadi dari penggunaan
KB suntik
Hasil : Ibu mengerti penjelasan yang
diberikan
4. Mengingatkan kembali pada ibu jadwal
kembali untuk suntik ulang
Hasil : ibu akan datang pada jadwal tanggal
kembali.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan dalam laporan ini dimaksudkan untuk membandingkan antara


teori yang ada dengan praktek dalam asuhan kebidanan. Hal yang akan dibahas
dalam bab ini adalah pengkajian data subjektif, pengkajian data subjektif, analisa dan
penatalaksanaan.
A. Pengkajian
Pengkajian data subjektif dilakukan dengan 2 metode, yang pertama
alloanamnesa dimana menanyakan kepada orang lain bukan pasien terkait,
sedangkan auto anamnesa, yaitu anamnesa yang dilakukan langsung pada
pasien yang bersangkutan. (Gleadle, 2007). Anamnesa pada kasus pada Ny A
usia 23 tahun akseptor KB suntik progestin. dilakukan dengan metode auto
anamnesa karena Ny A secara fisik maupun psikologis mampu melakukan
komunikasi dengan baik.
Saat melakukan asuhan kebidanan akseptor KB pada Ny A
dicantumkan tanggal, jam dan tempat sebagai bukti atau consent bahwa
penulis sudah melakukan asuhan pada tanggal, jam dan tempat seperti yang
dituliskan dalam lembar tinjauan kasus.
1. Data Subjektif
a. Identitas
Identitas pasien berisi nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, dan alamat. Gleadle (2007) menyebutkan nama pasien
perlu dikaji untuk menciptakan kepercayaan antara pemberi asuhan
dengan pasien dan membedakan jika ada kesamaan nama dengan
pasien yang lain; umur dikaji untuk mengetahui adanya resiko yang
berhubungan dengan umur, karena jika umur ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun termasuk dalam faktor resiko dalam
pemasangan alat KB jenis tertentu; agama dikaji untuk mengetahui
keyakinan serta pandangan tentang kehamilan berkaitan dengan
agama yang dianutnya; pendidikan dikaji untuk mengetahui tingkat
intelektual pasien karena pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku pasien selama penggunaan alat kontrasepsi pekerjaan dikaji
karena pekerjaan dapat mempengaruhi pekerjaan dapat mempengaruhi
kesehatan saat penggunaan alat kontrasepsi dan kemampuan ekonomis
dalam keberlangsungan penggunaan kontrasepsi; suku bangsa
ditanyakan untuk menyesuaikan bahasa yang kita gunakan selama
memberi asuhan dan untuk melihat apakah budaya pasien memiliki
kemungkinan untuk mempengaruhi proses asuhan; alamat dikaji
untuk mempermudah hubungan atau komunikasi dengan anggota
keluarga yang lain bila ada keperluan yang mendesak dan
membutuhkan campur tangan dari pihak keluarga.
b. Keluhan Utama
Menurut Gleadel (2007) anamnesis keluhan utama akan
memberikan informasi penting untuk menentukan diagnosis banding
dan memberikan gambaran mengenai keluhan yang menurut pasien
paling penting. Anamnesis keluhan harus dicatat dan disajikan sesuai
dengan kata-kata pasien sendiri dan tidak boleh disamarkan dengan
kata-kata medis. Saat melakukan pengkajian penulis mencatat apa
yang dikatakan pasien tanpa menambahi istilah medis yang menjurus
kesebuah dignosis. Ny A tidak memiliki keluhan saat datang ke bidan
tetapi hanya ingin konsultasi KB Suntik yang aman untuk ibu
menyusui.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang dan Lalu
Riwayat kesehatan merupakan pokok anamnesis yang paling
penting. Riwayat kesehatan sekarang dan lalu harus ditanyakan
secara jelas kepada pasien, dalam menanyakan kesehatan pasien
jangan menggunakan istilah medis yang membingungkan pasien,
tetapi tanyakan dengan menggunakan bahasa yang dapat
dimengerti oleh masyarakat awam. Menurut Gleadel, (2007) untuk
mempermudah pasien menangkap apa yang kita tanyakan
sebutkan tanda dan gejala dari suatu penyakit.
Riwayat kesehatan sekarang dikaji untuk melihat apakah
penyakit Ny A akan berpengaruh pada pemasangan kontrasepsi
dan memiliki kemungkinan untuk membahayakan Ny A Klien
yang dapat menggunakan kontrasepsi suntik progestin adalah tidak
sedang menderita anemia bulan sabit (sickle cell disease),
hipertensi dengan tekanan darah > 180/110 mmHg, tidak
menderita keganasan seperti mioma uterus dan kanker payudara,
gangguan toleransi glukosa, dan penyakit hati.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh
kerabat pasien karena terdapat kontribusi genetik yang kuat pada
berbagai penyakit. Tanyakan jumlah keluarga terdekat pasien,
apakah sudah ada yang meninggal, meninggal dikarenakan apa,
apakah ada yang sedang menderita penyakit berat, dengan
menggali secara detail riwayat kesehatan keluarga pertimbangkan
juga kemungkinan pernikahan antar saudara jika terdapat penyakit
yang sangat jarang ditemukan. Tanyakan pada pasien mengenai
kemungkinan penyakit yang berkaitan dengan keluhan yang
dirasakan. (Gleadel, 2007)
Dalam melakukan pengkajian pada Ny A dilakukan secara
mendetail mengenai status kesehatan dikeluarganya, tidak semua
penyakit ditanyakan tetapi penyakit yang ditanyakan hanya
penyakit yang berpotensi untuk menurun secara genetik, dan
untuk meyakinkan lagi bahwa riwayat kesehatan saat ini dan
riwayat kesehatan dahulu memang tidak terjadi atau jika
kemungkinan terburuknya adalah pasien tidak merasakan atau
menghiraukan tanda dan gejala penyakit, hal itu dapat ditepis
karena dikeluarga tidak ada riwayat penyakit menurun.
Keluarga Ny A tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang
dapat mempengaruhi pemberian KB suntik Progestin.
d. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi ditanyakan untuk mengetahui bagaimana
fungsi alat reproduksi pasien. Pola haid merupakan suatu siklus
menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal. Pada
umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama lebih
kurang 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 4-8 hari, ada yang 1-2 hari
diikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah
yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke-2 atau ke-3 dengan
jumlah pemakaian pembalut sekitar 3-4 buah. (Manuaba, 2008).
Berdasarkan teori diatas siklus Ny A normal yaitu 28 hari sekali,
lamanya juga normal 7 – 8 hari, tidak ada nyeri haid dan ganti
pembalut 3 – 4 kali dalam sehari. Hal ini menunjukan bahwa keadaan
fungsi alat reproduksi Ny A dalam proses menstruasi adalah normal
(sesuai dengan teori diatas).
e. Riwayat KB
Riwayat KB yang lalu dikaji untuk mengetahui bagaimana
perjalanan penggunaan kontrasepsi yang sudah dilalui Ny A selama
perkawinanya. Ny A belum pernah ber KB sebelumnya.
f. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Anak pertama Ny A berjenis kelamin perempuan, lahir
spontan pervaginam ditolong Bidan tidak ada komplikasi, berat badan
3000 gram, dan saat ini usianya sudah 3 bulan. Kehamilan dan nifas
Ny A tidak memiliki gangguan berat sehingga menganggangu, Ny A
mengatakan semua berjalan lancar. Pengkajian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada hubungan persalinan, nifas dan kehamilan lalu
dengan penggunaan kontrasepsi.
g. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Tidak ada masalah dengan pola nutrisi, eliminasi, aktivitas,
istirahat, seksual, hygiene dan psiko, sosio, spiritual dan kultural.
Tidak ada masalah yang mengakibatkan penggunaan kontrasepsi
suntik progestin ditanggalkan.

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
a) Kesadaran
Berdasarkan teori Sigmund Freund tingkatan kesadaran
terbagi menjadi 4 yaitu composmentis, apatis, delirium,
somnlon, stupor, coma. Ny A memiliki kesadaran normal
sepenuhnya, dapat memahami keadaan sekitarnya dan
mengerti tentang apa yang ditanyakan. Sehingga berdasarkan
teori tersebut Ny A memiliki keadaan umum composmentis.
b) Tekanan darah
Tujuan obyektif utama mengidentifikasi, memberikan
terapi dan memantau tekanan darah pasien adalah untuk
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler serta angka
kesakitan dan kematian yang terkait. Oleh karena itu,
pengukuran tekanan darah yang akurat sangat penting, karena
pengukuran ini menjadi dasar keputusan klinis yang vital
terlebih lagi Ny A ibu hamil memiliki ancaman hipertensi
gestasional yang mengarah ke pre-eklampsia dan eklampspsia.
Tekanan darah normal dewasa menurut Whaley dan Wong
(2007) adalah sistol < 130 dan diatol < 80 mmHg sehingga Ny
A dengan tekanan darah 110/70 mmHg dikatakan normal jika
dibandingkan dengan teori tersebut.
c) Nadi
Ketika jantung berdenyut. jantung memompa darah
melalui aorta dan pembuluh darah perifer. Pemompaan ini
menyebabkan darah menekan dinding arteri, menciptakan
gelombang tekanan seiring dengan denyut jantung yang pada
perifer terasa sebagai denyut/detak nadi. Denyut nadi ini dapat
diraba/palpasi untuk menilai kecepatan jantung, ritme dan
fungsinya. Karena mudah diakses, nadi pada radial tangan
adalah metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur
kecepatan jantung; dipalpasi melalui arteri tangan (radial) pada
pergelangan tangan anterior (Whaley dan Wong, 2007). Saat
melakukan pengukuran nadi pada Ny A, penulis meraba arteri
tangan (radial) pada pergelangan tangan anterior sehingga
sudah sesuai dengan teori yang ada.
Menurut whaley dan wong (2007) nadi normal dewasa
adalah 60 – 100 kali permenit Sehingga jika nadi Ny A sebesar
86 kali permenit adalah normal.
d) Suhu
Suhu tubuh dapat diukur dengan berbagai alat
thermometer (thermometer gelas, termometer raksa,
elektronik, timpani) dan berbagai rute (per oral, rectal, axilla,
tympani). (Whaley dan Wong, 2007). Saat melakukan
pemeriksaan suhu pada Ny A dilakukan pengukuran
menggunakan termometer elektronik dan melalui rute axilla,
sehingga dalam melakukan pengukuran suhu sudah sesuai
dengan teori yang ada.
Suhu tubuh normal dewasa adalah 36,4-37,2°C
(Whaley dan Wong, 2007). Sehingga suhu tubuh Ny A sebesar
36.5°C adalah normal.
e) Respirasi
Menurut Whaley dan Wong (2007) pernafasan normal
dewasa tahun adalah 16 – 24 kali permenit sedangkan pada ibu
hamil pernafasan sedikit meningkat. Pernafasan juga menjadi
lebih dalam, dan lebih sering terjadi nafas pendek,hal ini
berarti frekuensi nafas Ny A normal yaitu 20 kali permenit.
Inspeksi dilakukan untuk mengevaluasi kecepatan pernafasan
pasien, karena kebanyakan orang tidak menyadari
pernafasannya dan mendadak menjadi waspada terhadap
pernafasannya dapat mengubah pola pernafasan normalnya,
maka jangan memberitahu pasien ketika mengukur kecepatan
pernafasannya. Saat melakukan praktek penulis melakukan hal
yang sama yaitu dengan tidak memberitahu akan menghitung
jumlah pernafasan sehingga antara teori yang ada sama dengan
praktek yang dilakukan.
2. Pemeriksaan status present
Pemeriksaan status present juga dilakukan dengan lengkap
mulai dari head to toe dan tidak ditemukan adanya kelainan atau
abnormalitas yang mengarah pada kontraindikasi penggunaan
kontrasepsi suntik progestin.
b. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pp test dan hasilnya negatif

B. Analisa
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif
dan anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis
aktual, diagnosis masalah potensial serta seperlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi masalah (Varney, 2007).
Diagnosis adalah Ny A usia 23 tahun calon akseptor KB suntik progestin.
Analisis data ini dilakukan setelah penulis melakukan pengkajian data
subjektif dan objektif. Sehingga dalam menetukan analisa penulis sudah
melakukan sesuai dengan teori yang ada.
C. Penatalaksanaan
Pada klien dengan kebutuhan kontasepsi suntik progestin harus didahului
dengan konseling mengenai suntik progestin. Konseling yang dilakukan
berupa penyampaian pengertian suntik progestin, jenis kontrasepsi suntik
progestin, mekanisme kerja suntik progestin, keuntungan kontrasepsi, klien
yang tidak dapat menggunakan suntik progestin, keterbatasan suntik
progestin, informasi yang perlu disampaikan, waktu insersi suntik progestin
dan instruksi khusus kepada klien (Pinem, 2009). Konseling dilakukan secara
lengkap dengan bantuan media leaftet tentang kontrasepsi sehingga sudah
sesuai dengan keefektifan penyampaian konseling. Menurut Pinem (2009)
kerugin penggunaan kontrasepsi suntik ini adalah terhambatnya kembalinya
kesuburan. Klien dapat menerima konsekuensi tersebut sehingga penyuntikan
tetap dilakukan pada Ny A. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rohmi
Handayani, Dyah Fajarsari dan Evi Sri Suryani (2010) tidak terdapat
hubungan antara lama penggunaan dengan kembalinya kesuburan, lama
kembalinya kesuburan pada wanita ex-akseptor KB suntik DMPA rata-rata
adalah 8,82 bulan. Sehingga diperlukan konseling pada klien yang ingin
menggunakan kontrasepsi suntik progestin DMPA dilain waktu mengenai
lama penggunaan DMPA tidak mempengaruhi lama pengembalian
kesuburan.
Saat melakukan injeksi pada Ny A penulis melakukan langkah demi
langkah sesuai dengan teori dan tidak ada perbedaan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Afriambarwati T. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan KB Pasca


Persalinan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Buaya di Kota Padang. Skripsi. Prodi S1 Kebidanan Universitas
Andalas.

Arsyaningsih, N., Suhartono, & Suherni, T. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Konseling Keluarga Berencana Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Wiradesa
Kabupaten Pekalongan Tahun 2013. Jurnal Kebidanan, 3(6), 2–3.

Handayani S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka


Rihana.

Kumaladewi F, Pelupessy RA. 2018. Determinan Pengambilan Keputusan Menjadi


Akspetor Kontrasepsi Implan. Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia (JIKI) Stikes
Maju. Vol. 8 No. 4.

Lasut VM, Palandeng H, Bidjuni H. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap


pengetahuan PUS tentang Alat Kontrasepsi Implan di Wilayah Kerja
Puskesmas Nuangan Bolaang Mongondow Timur.Jurnal Keperawatan. Vol 2
No. 2.

Lestari, I. P. (n.d.). HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN METODE.

Pena, M. M., Maria, E., Maria, D., Tronchin, R., & Melleiro, M. M. (2013). The Use
of The Quality Model of Parasuraman, Zeithaml and Berry in, 47(5), 1227–
1232.

Pinem S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media: Jakarta

Pratiwi IGD, Suprayitno E, Kristanti AN. 2018. Gambaran Minat Ibu dalam Memilih
KB Implan di Desa Karang Nangka Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep.
Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 3 No. 2.
Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo

Retnawati SA, Melinda M. 2018. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB Dengan


Pemakaian Kontrasepsi Implan di Kampu Bulang Kota Tanjupinang.
CAKRAWALA KESEHATAN: Kumpulan Jurnal Kesehatan. Vol. 9 No.1.

Retnawati SA, Melinda. 2018. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan


Pemakaian Kontrasepsi Implan di Kampung Bulang Kota Tanjungpinang.
Jurnal Cakrawala Kesehatan. Vol. 9 No. 1.

Saifudin AB, 2006. Buku Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Prawirohardjo

Tumini. 2010 . Pengaruh Pemberian Konseling terhadap Pengetahuan tentang KB


dan Kemantapan dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Calon Akseptor
KB di Wilayah Kerja Puskesmas Ngunut Kabupaten Tulungagung. Tesis.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Windarti, Y. (2015). Pengaruh Pengetahuan Akseptor dengan Pemilihan Kontrasepsi


Implant. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 8, 124–130.

Yusnilasari, Ariani DUS. 2017. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB terhadap


Pemakaian Kontrasepsi Implan di Kota Palembang Tahun 2017. Sriwijaya
Journal of Medicine. Vol. 1 No. 3

Anda mungkin juga menyukai