Disusun Oleh :
PITRIN EKO WAHYUNI
(P1337424820228)
Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Kolaborasi Nifas pada Ny. R usia 23 tahun
P1A0 2,5 jam nifas dengan perdarahan post partum primer indikasi atonia uteri di
Puskesmas Todanan. Telah diperiksa dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Pembimbing Institusi
A. PENGKAJIAN:
Tanggal : 23 Oktober 2021
Jam : 08.30 WIB
Tempat : UPTD Puskesmas Todanan
Biodata
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status :Suami
1. Nama : Ny. R 1. Nama : Tn. D
2. Umur : 23 tahun 2. Umur : 25 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Sambeng 2/3 7. Alamat : Sambeng 2/3
B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang:
Ibu melahirkan di PONED Puskesmas Todanan pada tanggal 23 Oktober
2021 pukul 06.00 WIB. Sekarang ibu nifas 2,5 jam dan mengalami
perdarahan.
2. Keluhan Utama:
Ibu merasa lemas, nyeri di vagina dan perut tidak terasa mules
D. ANALISA
Ny. R usia 23 tahun P1A0 Nifas 2,5 jam dengan perdarahan post partum
primer indikasi atonia uteri
Diagnosa potensial :syok hemoragik
Tindakan segera :kolaborasi dokter SpOG untuk penanganan
perdarahan dengan merujuk pasien ke RS
E. PELAKSANAAN
Tanggal : 23 Oktober 2021
Jam : 08.45 WIB
1. Memberitahukan Ibu dan keluarga tentang kondisinya bahwa ibu
mengalami perdarahan karena rahim tidak dapat berkontraksi setelah
persalinan
Hasil : Ibu dan suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan yaitu merujuk ibu ke RS dan
meminta persetujuan ibu/keluarga (informed concent)
Hasil : Ibu bersedia menandatangani lembar persetujuan tindakan
(informed concent)
3. Melakukan kolaborasi rujukan dengan telpon RS untuk konfirmasi
ruangan dan memberitahu kondisi pasien
Hasil : RS siap menerima rujukan dari bidan
4. Melakukan stabilisasi dengan memberikan infus RL 20 tetes per menit
Hasil : Ibu sudah diberikan infus RL 20 tetes per menit
5. Melakukan rujukan dengan mendampingi pasien sampai ke IGD
Hasil : Pasien telah dilakukan serah terima dengan bidan di PONEK RS
6. Melakukan dokumentasi atas semua tindakan dan terapi yang telah
diberikan
Hasil : Semua terapi dan tindakan sudah terdokumentasi dalam RM
pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN I
Tanggal / Jam Catatan Perkembangan
28 Oktober 2021 S : Ibu mengatakan sudah merasa sehat dan tidak ada
Jam 15.00 WIB keluhan
Tempat : Rumah O : KU : Baik ; Kesadaran : Composmentis
Ny. R TTV: TD : 110/80 mmHg, N : 86 x/menit, T : 36,6°C,
RR : 20 x/menit
TFU : 3 jari dibawah pusat
PPV : dalam batas normal, lochea sanguiolenta
A. Data Subjektif
Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan semua data yang diperlukan
untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
(Handayani and Mulyati, 2017).
Pengkajian data subyektif yaitu nama pasien Ny. R, umur 23 tahun,
beragama islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga dan
suku bangsa jawa. Ny. R berumur 23 tahun di mana umur tersebut merupakan
rentang waktu aman untuk bereproduksi. Umur reproduksi yang ideal bagi
wanita untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan ini
disebabkan karena pada umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu
belum berkembang dengan baik dan belum cukup dewasa untuk menjadi ibu,
sedangkan pada umur 35 tahun ke atas elastisitas otot-otot panggul dan
sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya telah mengalami
kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian pada ibu (Prawirohardjo, 2016).
Ny. R datang ke Puskesmas Todanan pukul 00.30 WIB karena sejak
tanggal 22 Oktober 2021 jam 15.00 WIB ibu merasakan kencang-kencang
dan sakit perut yang menjalar ke pinggang, hasil pemeriksaan didapatkan ibu
sudah memasuki persalinan fase aktif dengan serviks membuka 4 cm dan ibu
melahirkan, jam 06.00 WIB di UPTD Puskesmas Todanan. Beberapa tanda
dimulainya proses persalinan adalah adanya his persalinan yaitu pinggang
terasa sakit dan menjalar ke depan dan pada pemeriksaan dalam didapatkan
perlunakan, pendataran dan pembukaan serviks, proses pendataran dan
pembukaan servik berlangsung pada multi gravida lebih cepat daripada
primigravida yaitu 6-7 jam. (Aritonang and Simanjuntak, 2020).
Hari pertama haid terakhir ibu adalah tanggal 20 Januari 2021, dengan
menggunakan rumus Neagle dapat dihitung umur kehamilan ibu pada saat
proses kehamilan adalah 39 minggu 3 hari. Lama kehamilan berlangsung
sampai aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari atau usia kehamilan 37
sampai dengan 42 minggu, sehingga usia kehamilan ibu saat melahirkan
sudah aterm.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu diketahui bahwa Ny.
R belum pernah mengalami kehamilan persalinan dan nifas sebeleumnya.
Dengan pengaturan jarak antar kehamilan dan persalinan sekarang minimal 2
tahun karena seorang wanita setelah bersalin membutuhkan waktu 2 sampai 3
tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk
kehamilan dan persalinan berikutnya. Jarak kehamilan terlalu dekat dengan
kehamilan sebelumnya, akan mempunyai banyak resiko terhadap ibu
(Maesaroh and Iwana, 2018).
Proses persalinan Ny. R secara spontan belakang kepala, plasenta lahir
lengkap dan tidak layu, APGAR score bayi 9/9/10, hasil pengukuran
antropomeri bayi didapatkan berat badan 3900 gram, panjang badan 49 cm,
lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 36 cm, lingkar lengan bayi 14 cm dan
pada bayi tidak terdapat kelainan. Menurut Marmi and Raharjo (2014) bayi
lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38 – 42 minggu dengan
berat badan sekitar 2500–3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm,
Lingkar dada 30–38 cm, Lingkar kepala 33–35 cm, lahir langsung menangis,
dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat, sehingga bayi
Ny. R termasuk bayi lahir yang normal (sehat).
Keadaan riwayat kesehatan Ny. R baik, di mana ibu tidak pernah dan
tidak sedang menderita penyakit seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan
diabetes, tidak menderita penyakit menular (batuk, pilek, demam, TBC), tidak
sedang menderita penyakit kronis, dan penyakit serius lainnya. Dari riwayat
penyakit dalam keluarga juga tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menurun seperti hipertensi dan diabetes, tidak ada yang menderita
penyakit menular (TBC, hepatitis, penyakit menular seksual), maupun
penyakit menahun (asma, jantung). Menurut Aritonang and Simanjuntak
(2020) riwayat kesehatan seorang ibu perlu diketahui untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung,
Diabetes Militus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa
nifas.
Riwayat penggunaan kontrasepsi saat sebelum hamil sekarang adalah
ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun dan
berencana menggunakan kontrasepsi Suntik KB 3 bulan setelah melahirkan
ini. Suntik KB 3 bulan mengandung 150 mg DMPA (Depo Medroxi
Progesteron Asetat), kontrasepsi ini mempunyai keuntungan diantaranya
sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah dan yang
paling penting untuk ibu menyusui adalah jenin kontrasepsi ini tidak
berpengaruh terhadap ASI, sehingga tidak mengganggu proses menyusui ibu
(Hartanto, 2015).
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari Ny. R, ibu terbiasa
mengkonsumsi sayuran, lauk pauk dan buah-buahan, serta minum air dalam
jumlah yang cukup. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui
meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah
melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi.
Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa menjadi
sekitar 3000-3800 kalori. Nutrisi yang dikonsumsi berguna untuk melakukan
aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu nifas dan
menyusui memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-
buahan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup
dan teratur. (Wahyuni, 2018).
Ny. R melahirkan tanggal 23 Oktober 2021 jam 06.00 WIB, pada 1 jam
setelah proses melahirkan ibu belum ada BAK dan BAB spontan. Seorang ibu
nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan buang air kecil sendiri, bila tidak dapat dilakukan tindakan:
dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien. Apabila tindakan
tersebut tidak berhasil selama selang waktu 6 jam, maka dilakukan
kateterisasi. Namun dari tindakan ini perlu diperhatikan risiko infeksi saluran
kencing. Jika sampai hari ke 3 post partum ibu belum bisa buang air besar,
maka perlu diberikan supositoria dan minum air hangat (Wahyuni, 2018).
B. Data Objektif
Pemeriksaan fisik didapatkan hasil secara umum kondisi Ny. R baik,
tanda-tanda vital baik, keletihan yang dialami ibu dalam proses persalinan
dapat membuat perubahan pada tanda vital ibu tetapi dalam batas normal.
Nadi dan suhu yang di atas normal dapat menunjukkan kemungkinan adanya
infeksi, sedangkan tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai
kemungkinan adanya perdarahan postpartum.
Pemeriksaan yang dilakukan pada payudara didapatkan payudara ibu
menonjol dan colostrum ibu sudah keluar, hal ini akan sangat mendukung
dalam proses pemberian ASI paa bayinya karena puting yang tenggelam
menimbulkan masalah tersendiri pada wanita, terutama setelah melahirkan.
Proses feeding atau pemberian ASI juga akan mengalami gangguan. Mulut
bayi tidak bisa menempel dengan sempurna yang mengakibatkan bayi
mengalami kesulitan untuk menghisap. Bagi ibu yang kolostrumnya belum
keluar biasanya ibu akan memberikan susu formula kepada bayinya. Bayi
yang sudah mendapatkan susu tambahan akan tertidur dan tidak akan terjadi
rangsangan pada putting susu. Keadaan ini akan menyebabkan kolostrum
yang keluar sedikit bahkan mungkin berhenti setelah bayi lahir atau
kolostrum akan keluar sedikit, dan berhenti sebelum bayi berumur enam
bulan. Hal ini akan sangat merugikan bayi (Hayatiningsih and Ambarwati,
2012).
Pada vulva ibu ditemukan pengeluaran pervaginam yang aktif dengan
estimasi 500 cc. Keluarnya darah 500 cc pada ibu pasca bersalin diindikasi
adanya perdarahan postpartum. Perdarahan Post Partum primer (Early
postpartum hemorrhage) adalah perdarahan aktif yang terjadi dalam 24 jam
pertama setelah kala III (Saifuddin, 2014).
Pemeriksaan obstetri dilakukan palpasi dan inspekulo. Palpasi yang
dilakukan pada perut ibu didapatkan kontraksi yang lemah dan tinggi fundus
uteri 2 jari di bawah pusat, penyebab terjadinya perdarahan dikenal dengan
istikah 4-T (tonus, tissue, trauma dan thrombin). Pada pasien ditemukan
kontraksi yang lemah maka penyebab perdarahan tersebut karena tonus
(atonia uteri). Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan adanya OUE (ostium
uteri externum) masih membuka dengan darah yang mengalir aktif.
Perdarahan post partum sering terjadi pada ibu bersalin yang mengalami
atonia uteri. Ibu bersalin yang mengalami atonia uteri sangat rentan
mengalami komplikasi antara lain terjadinya perdarahan post partum. Atonia
uteri sebagai faktor risiko perdarahan post partum pada ibu bersalin, dimana
ibu bersalin yang mengalami atonia uteri memiliki risiko perdarahan post
partum 5 kali lebih besar dibandingkan ibu bersalin yang tidak mengalami
atonia uteri (Juariah, 2019).
Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan pada pasien
didapatkan hasil yaitu, kadar haemoglobin 10 gr/dL. Anemia merupakan
kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah sangat kurang.
Anemia akibat kehilangan darah pasca persalinan yang mendadak dan banyak
menyebabkan hemostatis kompensasi tubuh. Kehilangan darah akut sebanyak
12-15% akan memberi gejala pucat, takikardia dengan tekanan darah normal
atau rendah. Kehilangan 15-20% menyebabkan tekanan darah mulai turun
sampai syok, dan kehilangan 20% dapat berakibat kematian (Danefi, 2018).
C. Analisa
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian
dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan
masalah ibu (Handayani and Mulyati, 2017).
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif maka diagnosa
yang dapat ditegakkan adalah Ny. R usia 23 tahun P1A0 Post Partum 2,5 jam
dengan perdarahan post partum primer indikasi atonia uteri.
D. Pelaksanaan
Memberitahukan ibu tentang kondisinya bahwa ibu mengalami
perdarahan karena rahim ibu tidak bisa berkontraksi spontan setelah
persalinan. Informasi dari petugas kesehatan merupakan hasil diagnosis
berdasarkan anamnesis atau riwayat penyakit pasien dan berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis pada tubuh pasien, Pasien berhak mendapatkan informasi
tentang keadaan kesehatannya selain itu penyampaian informasi juga dapat
menciptakan hubungan interpersonal yang baik antara perugas kesehatan
dengan pasien (Menawati and Kurniawan, 2015).
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk menghentikan
perdarahan dan meminta persetujuan ibu/keluarga (informed concent).
Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter
setelah diberi penjelasan. Dalam keadaan gawat darurat Informed consent
tetap merupakan hal yang paling penting walaupun prioritasnya diakui paling
bawah. Prioritas yang paling utama adalah tindakan menyelamatkan nyawa.
Walaupun tetap penting, namun informed consent tidak boleh menjadi
penghalang atau penghambat bagi pelaksanaan emergency care sebab dalam
keadaan kritis dimana dokter berpacu dengan maut, ia tidak mempunyai
cukup waktu untuk menjelaskan sampai pasien benar-benar menyadari
kondisi dan kebutuhannya serta memberikan keputusannya. Dokter juga tidak
mempunyai banyak waktu untuk menunggu kedatangan keluarga pasien.
Kalaupun keluarga pasien telah hadir dan kemudian tidak menyetujui
tindakan dokter, maka berdasarkan doctrine of necessity, dokter tetap harus
melakukan tindakan medik. Hal ini dijabarkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 585/Men.kes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan
Medik, bahwa dalam keadaan emergency tidak diperlukan Informed consent.
Sesuai dengan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, bahwa
dalamkeadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran
(Busro, 2018).
Melakukan kolaborasi rujukan dengan telpon RS untuk konfirmasi
ruangan dan memberitahu kondisi pasien. Sistem rujukan kegawatdaruratan
meternal dan neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan
tindakan, efisien, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
fasilitas pelayanan. Komplikasi persalinan adalah suatu keadaan
penyimpangan dari normal yang secara langsung dapat menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi, sehingga perlu dilakukan upaya
penyelamatan jiwa ibu dan bayi sesuai dengan kegawatdaruratan melalui
sistem rujukan (Wandi, 2017).
Ibu dianjurkan untuk makan makanan bergizi untuk mempercepat
proses penyembuhan dan proses menyusui. Kebutuhan nutrisi pada masa
postpartum dan menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses
penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan
kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari kebutuhan
biasa menjadi sekitar 3000-3800 kalori. Nutrisi yang dikonsumsi berguna
untuk melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
memproduksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Ibu nifas dan menyusui memerlukan makan makanan yang beraneka
ragam yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur,
dan buah-buahan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah
porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna (Wahyuni,
2018).
Selain memperhatikan kebutuhan dirinya, ibu nifas juga harus
memperhatikan kebutuhan bayinya yaitu pemberian ASI. ASI penting untuk
pertumbuhan dan kecerdasan anak. ASI merupakan makanan yang paling
sempurna pada bayi. ASI mengandung enzim pencernaan sehingga mudah
dicerna dan diserap, dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi, mudah,
murah, serta bersih.Kolostrum pada ASI memiliki 4 manfaat bagi bayi.
Pertama, kolostrum dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi karena
mengandung zat kekebalan terutama immunoglobulin A (IgA), seperti
mencegah penyakit diare. Kedua, sedikit maupun banyak kolostrum yang
diproduksi tetap dapat mencukupi kebutuhan bayi. Ketiga, bayi
membutuhkan protein dan vitamin A yang tinggi, serta karbohidrat dan lemak
yang rendah, sehingga kolostrum sangat cocok dengan kebutuhan nutrisi bayi.
Keempat, kotoran pertama bayi memiliki warna hitam kehijauan, untuk
mengeluarkan kotoran tersebut dapat dibantu dengan kolostrum (Fitri,
Dianatul, 2020).
DAFTAR PUSTAKA