Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI NIFAS


PADA NY. R USIA 23 TAHUN P1A0 NIFAS 2,5 JAM DENGAN
PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER INDIKASI ATONIA
UTERI DI PUSKESMAS TODANAN

Untuk Memenuhi Persyaratan Target Praktik


Stage Kolaborasi Program Studi Profesi Bidan

Disusun Oleh :
PITRIN EKO WAHYUNI

(P1337424820228)

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Kolaborasi Nifas pada Ny. R usia 23 tahun
P1A0 2,5 jam nifas dengan perdarahan post partum primer indikasi atonia uteri di
Puskesmas Todanan. Telah diperiksa dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Blora, Oktober 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Endah Khoirul Q, Amd. Keb Pitrin Eko Wahyuni


NIP. 19820715 201704 2 004 NIM. P1337424820228

Mengetahui

Pembimbing Institusi

Dr. Sri Sumarni, M.Mid


NIP. 19730729 199803 001
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI NIFAS
PADA NY. R USIA 23 TAHUN P1A0 NIFAS 2,5 JAM DENGAN
PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER INDIKASI ATONIA
UTERI DI PUSKESMAS TODANAN

A. PENGKAJIAN:
Tanggal : 23 Oktober 2021
Jam : 08.30 WIB
Tempat : UPTD Puskesmas Todanan
Biodata
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status :Suami
1. Nama : Ny. R 1. Nama : Tn. D
2. Umur : 23 tahun 2. Umur : 25 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Sambeng 2/3 7. Alamat : Sambeng 2/3

B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang:
Ibu melahirkan di PONED Puskesmas Todanan pada tanggal 23 Oktober
2021 pukul 06.00 WIB. Sekarang ibu nifas 2,5 jam dan mengalami
perdarahan.
2. Keluhan Utama:
Ibu merasa lemas, nyeri di vagina dan perut tidak terasa mules

Uraian keluhan utama:


Ibu mengeluh kencang-kencang ada tanggal 22 Oktober 2021 jam 15.00
WIB, ibu datang ke datang ke Puskesmas Todanan pada tanggal 23 Otober
2021 pukul 00.30 WIB, hasil pemeriksaan Ibu sudah memasuki fase aktif
persalinan dengan bukaan 4 cm. Ketuban pecah spontan jam 05.15 WIB.
Ibu melahirkan jam 06.00 WIB. Ibu mengalami robekan perineum grade II
sudah dijahit menggunakan lidocain dengan teknik jelujur. TFU ibu teraba
lunak dan masih mengalami perdarahan aktif.
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid:
1) Menarch : 12 tahun
2) Nyeri Haid : hari 1-2
3) Siklus : 28 hari
4) Lama : 5-6 hari
5) Warna darah : merah
6) Leukhorea : tidak ada
7) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
8) HPHT : 20-01-2021
9) HPL : 27-10-2021
b. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu :
Ibu mengataan ini kehamilan, persalinan dan nifas pertamanya
c. Riwayat persalinan Sekarang
Usia kehamilan : 39 minggu 3 hari
Paritas :1
Tempat persalinan : Puskesmas, ditolong oleh: Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Masalah dalam persalinan : Tidak ada
Keadaan Plasenta : Plasenta lahir lengkap, kotiledon
lengkap
Kedaan tali spusat : Tali pusat normal
Keadaan bayi : Hidup, Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal/jam lahir : 23-10-2021, Apgar score : 9/9/10
BB: 3900 gr, PB: 49 cm LK: 35 cm, LD: 36 cm, Lila: 14 cm
Kelainan bawaan : Tidak ada
4. Riwayat Kesehatan:
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menurun seperti hipertensi atau
diabetes, tidak menderita penyakit menular (batuk, pilek, demam, TBC),
tidak sedang menderita penyakit kronis, dan penyakit serius lainnya.
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menurun yaitu hipertensi atau diabetes, tidak ada yang menderita penyakit
menular (TBC, hepatitis, penyakit menular seksual), maupun penyakit
menahun (asma, jantung).

5. Riwayat KB : Pernah/Tidak pernah*)


Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun

Rencana KB : Ibu mengatakan setelah melahirkan akan menggunakan


Suntik KB 3 bulan
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
a. Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
b) Komposisi :
(1) Nasi : 3x @ 1 piring sedang
(2) Lauk : 3x @ 1 potong sedang
Jenisnya bervariasi : ikan laut, air tawar,
ayam, daging tempe tahu, dll
(3) Sayuran : 1 x @ 1 mangkuk sayur ;
jenis sayuran bervariasi : bayam, kangkung,
wortel, kacang-kacangan, dll
(4) Buah : 1 x sehari, Jenis: apel
(5) Camilan : 1 x sehari; Jenis : buah, kue kering,
gorengan
c) Pantangan : tidak ada
2) Minum
a) Jumlah total : 8 gelas perhari; jenis : air putih, teh
b) Susu : 1 gelas perhari sebelum tidur
3) Perubahan selama nifas ini: ibu mengatakan sudah minum teh
dan air putih masing-masing 1 gelas
b. Eliminasi
1) Buang air kecil:
a) Frekuensi perhari : 6 x sehari, Warna : kuning jernih
b) Keluhan/masalah : tidak ada
2) Buang air besar:
a) Frekuensi perhari : 1 x sehari ;warna kuning kecoklatan
konsistensi lembek
Keluhan/masalah : tidak ada
3) Perubahan selama nifas ini : Ibu mengatakan ibu sudah BAK
menggunakan pispot
c. Personal hygiene
1) Mandi : 2 x sehari
2) Keramas : tiap hari
3) Gosok gigi : 3 x sehari
4) Ganti pakaian: 2 x sehari; celana dalam 3 x sehari
5) Kebiasaan memakai alas kaki: selalu menggunakan alas kaki
d. Istirahat/tidur
1) Tidur malam : 7 jam
2) Tidur siang : 1-2 jam
3) Keluhan/masalah: tidak ada
e. Aktivitas fisik dan olahraga
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan): ibu tidak bekerja dan hanya
mengerjakan pekerjaan rumah tangga
 Olah raga : jenisnya jalan-jalan pagi frekuensi 7 x seminggu
 Mobilisasi nifas : ibu belum melakukan mobilisasi
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan:
1) Merokok : ibu mengatakan tidak merokok, dan juga
bukan perokok pasif
2) Minuman beralkohol: tidak ada
3) Obat-obatan : setiap sakit berobat di bidan atau dokter
4) Jamu : tidak ada
7. Pola menyusui: ibu berencana untuk memberikan ASI saja kepada bayinya
8. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Riwayat perkawinan:
 Status perkawinan : menikah, umur waktu menikah 22 tahun
suami 24 tahun
 Pernikahan ini yang ke satu dan sah, lamanya 1 tahun

 Hubungan dengan suami : baik


b. Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;
c. Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini : keluarga mendukung
d. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : komunikasi dengan
suami
e. Ibu tinggal serumah dengan : suami dan anak-anaknya
f. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami dan ibu
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri.
g. Orang terdekat ibu : suami
h. Yang menemani ibu untuk kunjungan PNC : suami
i. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan Nifas: tidak ada
j. Penghasilan perbulan: Rp. 3.000.000,- cukup
k. Praktik agama yang berhubungan dengan nifas : tidak ada
l. Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan:
ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh nakes wanita maupun pria.
m. Tingkat Pengetahuan Ibu:
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : ibu mengerti masa nifas
Hal-hal yang belum diketahui ibu : tanda bahaya masa nifas
C. Data Obyektif:
1. Pemeriksaan Fisik:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) TD : 120/ 80 mmmHg
4) Nadi : 90 x/ menit
5) Suhu : 36,8 °C
6) RR : 20 x / menit
7) BB sebelum/ sekarang : 66 kg / tidak dilakukan
8) Tinggi Badan : 158 cm
b. Status present:
1) Kepala : simetris, rambut bersih
2) Muka : tidak oedem, sedikit pucat
3) Mata : konjuntiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
4) Hidung : tidak ada polip, tidak ada secret
5) Mulut : lidah tidak kotor, tidak ada stomatitis
6) Telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada massa
8) Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
9) Dada : nafas normal, tidak ada retraksi, tidak ada
whezing
10) Abdomen : tidak ada massa, tidak kembung
11) Punggung : normal, tidak ada scoliosis
12) Vulva : Pengeluaran darah segar aktif
13) Ekstremitas atas : tidak oedem, terpasang infus 2 jalur pada
tangan kanan dan kiri
14) Ekstremitas bawah: tidak oedem
15) Anus :tidak ada hemoroid
c. Status Obstetrik
Muka : tidak ada cloasma tidak ada oedema
Mamae : Simetris, tidak ada benjolan, areola menghitam,
puting susu bersih dan menonjol, ASI sudah keluar
(kolustrum)
Abdomen : terdapat striae gravidarum dan linea nigra
Vulva : tidak ada hematoma
PPV : aktif ± 500cc
Perineum : hecting perineum derajat II
d. Palpasi
Kontraksi : lemah
TFU : 2 jari di bawah pusat
e. Inspekulo : OUE masih membuka
2. Pemeriksaan penunjang:
Hemoglobin : 10 gr/dl

D. ANALISA
Ny. R usia 23 tahun P1A0 Nifas 2,5 jam dengan perdarahan post partum
primer indikasi atonia uteri
Diagnosa potensial :syok hemoragik
Tindakan segera :kolaborasi dokter SpOG untuk penanganan
perdarahan dengan merujuk pasien ke RS
E. PELAKSANAAN
Tanggal : 23 Oktober 2021
Jam : 08.45 WIB
1. Memberitahukan Ibu dan keluarga tentang kondisinya bahwa ibu
mengalami perdarahan karena rahim tidak dapat berkontraksi setelah
persalinan
Hasil : Ibu dan suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan yaitu merujuk ibu ke RS dan
meminta persetujuan ibu/keluarga (informed concent)
Hasil : Ibu bersedia menandatangani lembar persetujuan tindakan
(informed concent)
3. Melakukan kolaborasi rujukan dengan telpon RS untuk konfirmasi
ruangan dan memberitahu kondisi pasien
Hasil : RS siap menerima rujukan dari bidan
4. Melakukan stabilisasi dengan memberikan infus RL 20 tetes per menit
Hasil : Ibu sudah diberikan infus RL 20 tetes per menit
5. Melakukan rujukan dengan mendampingi pasien sampai ke IGD
Hasil : Pasien telah dilakukan serah terima dengan bidan di PONEK RS
6. Melakukan dokumentasi atas semua tindakan dan terapi yang telah
diberikan
Hasil : Semua terapi dan tindakan sudah terdokumentasi dalam RM
pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN I
Tanggal / Jam Catatan Perkembangan
28 Oktober 2021 S : Ibu mengatakan sudah merasa sehat dan tidak ada
Jam 15.00 WIB keluhan
Tempat : Rumah O : KU : Baik ; Kesadaran : Composmentis
Ny. R TTV: TD : 110/80 mmHg, N : 86 x/menit, T : 36,6°C,
RR : 20 x/menit
TFU : 3 jari dibawah pusat
PPV : dalam batas normal, lochea sanguiolenta

A : Ny. R usia 23 tahun P1A0 5 hari post partum fisiologis


P:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa secara
umum keadaan ibu baik dan tanda- tanda vital dalam
batas normal.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
dan merasa senang
2. Melihat tanda-tanda infeksi bekas luka perineum
Hasil : Luka perineum bersih, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan bekas luka mulai kering
3. Melakukan evaluasi cara menyusui ibu
Hasil : Ibu menyusui bayinya 2 jam sekali atau setiap
bayi menangis dan BB bayi naik 100 gram
4. Menganjurkan ibu untuk tetap makan makanan yang
tinggi protein dan serat agar luka jahitan cepat sembuh
Hasil : Ibu setiap hari makan makanan tinggi protein dan
berserat dan akan melanjutkan sesuai anjuran bidan
5. Menganjurkan ibu untuk tetap tidak jongkok-jongkok
terlebih dahulu dan cebok yang bersih karena luka
jahitan belum kering seutuhnya
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran
bidan
6. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas seperti perdarahan
lewat jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir,
bengkak pada wajah, tangan dan kaki atau sakit kepala
disertai kejang, demam lebih dari 2 hari, payudara
bengkak, merah disertai rasa sakit, ibu terlihat murung,
sedih dan menangis tanpa sebab (depresi)
Hasil : Ibu mengerti dan akan segera ke bidan apabila
terdapat salah satu tanda bahaya nifas
7. Memberikan tablet tambah darah Fe X diminum sehari
sekali diminum setelah makan
Hasil : Ibu bersedia minum vitamin sesuai anjuran bidan
8. Memberitahu ibu bahwa aan dilakukan kunjungan rmah
2 hari lagi dan ibu dapat menhubungi bidan apabila ada
keluhan.
9. Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
10. Melakukan dokumentasi atas semua tindakan dan terapi
yang telah diberikan
Hasil : Semua terapi dan tindakan sudah terdokumentasi
dalam status RM pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN II
Tanggal / Jam Catatan Perkembangan
30 Oktober 2021 S : Ibu mengatakan sudah merasa sehat dan ingin kontrol
Jam 14.00 WIB nifas. Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Tempat : Rumah O : KU : Baik ; Kesadaran : Composmentis
Ny. R TTV: TD : 110/80 mmHg, N : 86 x/menit, T : 36,6°C,
RR : 20 x/menit
TFU : pertengahan pusat dan simpisis
PPV : dalam batas normal, lochea serosa

A : Ny. R usia 23 tahun P1A0 1 minggu post partum


fisiologis
P:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa secara umum
keadaan ibu baik dan tanda- tanda vital dalam batas normal.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
merasa senang
2. Melihat tanda-tanda infeksi bekas luka perineum
Hasil : Luka perineum bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi,
dan bekas luka mulai kering
3. Melakukan evaluasi cara menyusui ibu
Hasil : Ibu menyusui bayinya minimal 2 jam sekali atau
setiap bayi menangis dan BB bayi naik 300 gram
4. Menganjurkan ibu untuk tetap makan makanan yang tinggi
protein dan serat agar luka jahitan cepat sembuh
Hasil : Ibu setiap hari makan makanan tinggi protein dan
berserat dan akan melanjutkan sesuai anjuran bidan
5. Menganjurkan ibu untuk meminum rutin tablet tambah darah
sehari sekali
Hasil : Ibu bersedia meminum sesuai anjuran bidan
6. Melakukan dokumentasi atas semua tindakan dan terapi yang
telah diberikan
Hasil : Semua terapi dan tindakan sudah terdokumentasi
dalam status RM pasien.
PEMBAHASAN

A. Data Subjektif
Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan semua data yang diperlukan
untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
(Handayani and Mulyati, 2017).
Pengkajian data subyektif yaitu nama pasien Ny. R, umur 23 tahun,
beragama islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga dan
suku bangsa jawa. Ny. R berumur 23 tahun di mana umur tersebut merupakan
rentang waktu aman untuk bereproduksi. Umur reproduksi yang ideal bagi
wanita untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan ini
disebabkan karena pada umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu
belum berkembang dengan baik dan belum cukup dewasa untuk menjadi ibu,
sedangkan pada umur 35 tahun ke atas elastisitas otot-otot panggul dan
sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya telah mengalami
kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian pada ibu (Prawirohardjo, 2016).
Ny. R datang ke Puskesmas Todanan pukul 00.30 WIB karena sejak
tanggal 22 Oktober 2021 jam 15.00 WIB ibu merasakan kencang-kencang
dan sakit perut yang menjalar ke pinggang, hasil pemeriksaan didapatkan ibu
sudah memasuki persalinan fase aktif dengan serviks membuka 4 cm dan ibu
melahirkan, jam 06.00 WIB di UPTD Puskesmas Todanan. Beberapa tanda
dimulainya proses persalinan adalah adanya his persalinan yaitu pinggang
terasa sakit dan menjalar ke depan dan pada pemeriksaan dalam didapatkan
perlunakan, pendataran dan pembukaan serviks, proses pendataran dan
pembukaan servik berlangsung pada multi gravida lebih cepat daripada
primigravida yaitu 6-7 jam. (Aritonang and Simanjuntak, 2020).
Hari pertama haid terakhir ibu adalah tanggal 20 Januari 2021, dengan
menggunakan rumus Neagle dapat dihitung umur kehamilan ibu pada saat
proses kehamilan adalah 39 minggu 3 hari. Lama kehamilan berlangsung
sampai aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari atau usia kehamilan 37
sampai dengan 42 minggu, sehingga usia kehamilan ibu saat melahirkan
sudah aterm.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu diketahui bahwa Ny.
R belum pernah mengalami kehamilan persalinan dan nifas sebeleumnya.
Dengan pengaturan jarak antar kehamilan dan persalinan sekarang minimal 2
tahun karena seorang wanita setelah bersalin membutuhkan waktu 2 sampai 3
tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk
kehamilan dan persalinan berikutnya. Jarak kehamilan terlalu dekat dengan
kehamilan sebelumnya, akan mempunyai banyak resiko terhadap ibu
(Maesaroh and Iwana, 2018).
Proses persalinan Ny. R secara spontan belakang kepala, plasenta lahir
lengkap dan tidak layu, APGAR score bayi 9/9/10, hasil pengukuran
antropomeri bayi didapatkan berat badan 3900 gram, panjang badan 49 cm,
lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 36 cm, lingkar lengan bayi 14 cm dan
pada bayi tidak terdapat kelainan. Menurut Marmi and Raharjo (2014) bayi
lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38 – 42 minggu dengan
berat badan sekitar 2500–3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm,
Lingkar dada 30–38 cm, Lingkar kepala 33–35 cm, lahir langsung menangis,
dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat, sehingga bayi
Ny. R termasuk bayi lahir yang normal (sehat).
Keadaan riwayat kesehatan Ny. R baik, di mana ibu tidak pernah dan
tidak sedang menderita penyakit seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan
diabetes, tidak menderita penyakit menular (batuk, pilek, demam, TBC), tidak
sedang menderita penyakit kronis, dan penyakit serius lainnya. Dari riwayat
penyakit dalam keluarga juga tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menurun seperti hipertensi dan diabetes, tidak ada yang menderita
penyakit menular (TBC, hepatitis, penyakit menular seksual), maupun
penyakit menahun (asma, jantung). Menurut Aritonang and Simanjuntak
(2020) riwayat kesehatan seorang ibu perlu diketahui untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung,
Diabetes Militus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa
nifas.
Riwayat penggunaan kontrasepsi saat sebelum hamil sekarang adalah
ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun dan
berencana menggunakan kontrasepsi Suntik KB 3 bulan setelah melahirkan
ini. Suntik KB 3 bulan mengandung 150 mg DMPA (Depo Medroxi
Progesteron Asetat), kontrasepsi ini mempunyai keuntungan diantaranya
sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah dan yang
paling penting untuk ibu menyusui adalah jenin kontrasepsi ini tidak
berpengaruh terhadap ASI, sehingga tidak mengganggu proses menyusui ibu
(Hartanto, 2015).
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari Ny. R, ibu terbiasa
mengkonsumsi sayuran, lauk pauk dan buah-buahan, serta minum air dalam
jumlah yang cukup. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui
meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah
melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi.
Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa menjadi
sekitar 3000-3800 kalori. Nutrisi yang dikonsumsi berguna untuk melakukan
aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu nifas dan
menyusui memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-
buahan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup
dan teratur. (Wahyuni, 2018).
Ny. R melahirkan tanggal 23 Oktober 2021 jam 06.00 WIB, pada 1 jam
setelah proses melahirkan ibu belum ada BAK dan BAB spontan. Seorang ibu
nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan buang air kecil sendiri, bila tidak dapat dilakukan tindakan:
dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien. Apabila tindakan
tersebut tidak berhasil selama selang waktu 6 jam, maka dilakukan
kateterisasi. Namun dari tindakan ini perlu diperhatikan risiko infeksi saluran
kencing. Jika sampai hari ke 3 post partum ibu belum bisa buang air besar,
maka perlu diberikan supositoria dan minum air hangat (Wahyuni, 2018).
B. Data Objektif
Pemeriksaan fisik didapatkan hasil secara umum kondisi Ny. R baik,
tanda-tanda vital baik, keletihan yang dialami ibu dalam proses persalinan
dapat membuat perubahan pada tanda vital ibu tetapi dalam batas normal.
Nadi dan suhu yang di atas normal dapat menunjukkan kemungkinan adanya
infeksi, sedangkan tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai
kemungkinan adanya perdarahan postpartum.
Pemeriksaan yang dilakukan pada payudara didapatkan payudara ibu
menonjol dan colostrum ibu sudah keluar, hal ini akan sangat mendukung
dalam proses pemberian ASI paa bayinya karena puting yang tenggelam
menimbulkan masalah tersendiri pada wanita, terutama setelah melahirkan.
Proses feeding atau pemberian ASI juga akan mengalami gangguan. Mulut
bayi tidak bisa menempel dengan sempurna yang mengakibatkan bayi
mengalami kesulitan untuk menghisap. Bagi ibu yang kolostrumnya belum
keluar biasanya ibu akan memberikan susu formula kepada bayinya. Bayi
yang sudah mendapatkan susu tambahan akan tertidur dan tidak akan terjadi
rangsangan pada putting susu. Keadaan ini akan menyebabkan kolostrum
yang keluar sedikit bahkan mungkin berhenti setelah bayi lahir atau
kolostrum akan keluar sedikit, dan berhenti sebelum bayi berumur enam
bulan. Hal ini akan sangat merugikan bayi (Hayatiningsih and Ambarwati,
2012).
Pada vulva ibu ditemukan pengeluaran pervaginam yang aktif dengan
estimasi 500 cc. Keluarnya darah 500 cc pada ibu pasca bersalin diindikasi
adanya perdarahan postpartum. Perdarahan Post Partum primer (Early
postpartum hemorrhage) adalah perdarahan aktif yang terjadi dalam 24 jam
pertama setelah kala III (Saifuddin, 2014).
Pemeriksaan obstetri dilakukan palpasi dan inspekulo. Palpasi yang
dilakukan pada perut ibu didapatkan kontraksi yang lemah dan tinggi fundus
uteri 2 jari di bawah pusat, penyebab terjadinya perdarahan dikenal dengan
istikah 4-T (tonus, tissue, trauma dan thrombin). Pada pasien ditemukan
kontraksi yang lemah maka penyebab perdarahan tersebut karena tonus
(atonia uteri). Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan adanya OUE (ostium
uteri externum) masih membuka dengan darah yang mengalir aktif.
Perdarahan post partum sering terjadi pada ibu bersalin yang mengalami
atonia uteri. Ibu bersalin yang mengalami atonia uteri sangat rentan
mengalami komplikasi antara lain terjadinya perdarahan post partum. Atonia
uteri sebagai faktor risiko perdarahan post partum pada ibu bersalin, dimana
ibu bersalin yang mengalami atonia uteri memiliki risiko perdarahan post
partum 5 kali lebih besar dibandingkan ibu bersalin yang tidak mengalami
atonia uteri (Juariah, 2019).
Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan pada pasien
didapatkan hasil yaitu, kadar haemoglobin 10 gr/dL. Anemia merupakan
kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah sangat kurang.
Anemia akibat kehilangan darah pasca persalinan yang mendadak dan banyak
menyebabkan hemostatis kompensasi tubuh. Kehilangan darah akut sebanyak
12-15% akan memberi gejala pucat, takikardia dengan tekanan darah normal
atau rendah. Kehilangan 15-20% menyebabkan tekanan darah mulai turun
sampai syok, dan kehilangan 20% dapat berakibat kematian (Danefi, 2018).
C. Analisa
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian
dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan
masalah ibu (Handayani and Mulyati, 2017).
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif maka diagnosa
yang dapat ditegakkan adalah Ny. R usia 23 tahun P1A0 Post Partum 2,5 jam
dengan perdarahan post partum primer indikasi atonia uteri.
D. Pelaksanaan
Memberitahukan ibu tentang kondisinya bahwa ibu mengalami
perdarahan karena rahim ibu tidak bisa berkontraksi spontan setelah
persalinan. Informasi dari petugas kesehatan merupakan hasil diagnosis
berdasarkan anamnesis atau riwayat penyakit pasien dan berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis pada tubuh pasien, Pasien berhak mendapatkan informasi
tentang keadaan kesehatannya selain itu penyampaian informasi juga dapat
menciptakan hubungan interpersonal yang baik antara perugas kesehatan
dengan pasien (Menawati and Kurniawan, 2015).
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk menghentikan
perdarahan dan meminta persetujuan ibu/keluarga (informed concent).
Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter
setelah diberi penjelasan. Dalam keadaan gawat darurat Informed consent
tetap merupakan hal yang paling penting walaupun prioritasnya diakui paling
bawah. Prioritas yang paling utama adalah tindakan menyelamatkan nyawa.
Walaupun tetap penting, namun informed consent tidak boleh menjadi
penghalang atau penghambat bagi pelaksanaan emergency care sebab dalam
keadaan kritis dimana dokter berpacu dengan maut, ia tidak mempunyai
cukup waktu untuk menjelaskan sampai pasien benar-benar menyadari
kondisi dan kebutuhannya serta memberikan keputusannya. Dokter juga tidak
mempunyai banyak waktu untuk menunggu kedatangan keluarga pasien.
Kalaupun keluarga pasien telah hadir dan kemudian tidak menyetujui
tindakan dokter, maka berdasarkan doctrine of necessity, dokter tetap harus
melakukan tindakan medik. Hal ini dijabarkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 585/Men.kes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan
Medik, bahwa dalam keadaan emergency tidak diperlukan Informed consent.
Sesuai dengan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, bahwa
dalamkeadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran
(Busro, 2018).
Melakukan kolaborasi rujukan dengan telpon RS untuk konfirmasi
ruangan dan memberitahu kondisi pasien. Sistem rujukan kegawatdaruratan
meternal dan neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan
tindakan, efisien, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
fasilitas pelayanan. Komplikasi persalinan adalah suatu keadaan
penyimpangan dari normal yang secara langsung dapat menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi, sehingga perlu dilakukan upaya
penyelamatan jiwa ibu dan bayi sesuai dengan kegawatdaruratan melalui
sistem rujukan (Wandi, 2017).
Ibu dianjurkan untuk makan makanan bergizi untuk mempercepat
proses penyembuhan dan proses menyusui. Kebutuhan nutrisi pada masa
postpartum dan menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses
penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan
kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari kebutuhan
biasa menjadi sekitar 3000-3800 kalori. Nutrisi yang dikonsumsi berguna
untuk melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
memproduksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Ibu nifas dan menyusui memerlukan makan makanan yang beraneka
ragam yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur,
dan buah-buahan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah
porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna (Wahyuni,
2018).
Selain memperhatikan kebutuhan dirinya, ibu nifas juga harus
memperhatikan kebutuhan bayinya yaitu pemberian ASI. ASI penting untuk
pertumbuhan dan kecerdasan anak. ASI merupakan makanan yang paling
sempurna pada bayi. ASI mengandung enzim pencernaan sehingga mudah
dicerna dan diserap, dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi, mudah,
murah, serta bersih.Kolostrum pada ASI memiliki 4 manfaat bagi bayi.
Pertama, kolostrum dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi karena
mengandung zat kekebalan terutama immunoglobulin A (IgA), seperti
mencegah penyakit diare. Kedua, sedikit maupun banyak kolostrum yang
diproduksi tetap dapat mencukupi kebutuhan bayi. Ketiga, bayi
membutuhkan protein dan vitamin A yang tinggi, serta karbohidrat dan lemak
yang rendah, sehingga kolostrum sangat cocok dengan kebutuhan nutrisi bayi.
Keempat, kotoran pertama bayi memiliki warna hitam kehijauan, untuk
mengeluarkan kotoran tersebut dapat dibantu dengan kolostrum (Fitri,
Dianatul, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Anita, L. and Lyndon, S. (2014) Asuhan Kebidanan Fisiologis Dan Patologis.


Jakarta: Binarupa Aksara.
Aritonang, J. and Simanjuntak, Y. T. O. (2020) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Deepublish.
Cunningham, F. G. (2013) Obstetri Williams. Jakarata: EGC.
Danefi, Tupriliany, Hapi Apriasih. 2018. Gambaran Status Gizi dan Anemia
dalam Kehamilan Terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Nifas di Ruang
Melati Lt. II RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017.
Tasikmalaya: STIKES RESPATI. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&as_ylo=2017&q=anemia+nifas&btnG=#d=gs_qabs
&u=%23p%3DIs57TL1rvjcJ
Ernawati and Rejeki, S. (2010) ‘Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada
Penyembuhan Luka Perineum Ibu Pasca Persalinan Di Puskesmas
Brangsong Dan Kaliwungu Kabupaten Kendal’, Jurnal Unimus, pp. 1–8.
Handayani, S. R. and Mulyati, T. S. (2017) Bahan Ajar Kebidanan Dokumentasi
kebidanan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Juariah, Siti, dkk. 2019. Risiko Atonia Uteri Terhadap Perdarahan Post Partum
di Puskesmas Beber Kabupaten Cirebon. Cirebon : Politeknik Kesehatan
Bhakti Pertiwi Husada.
http://journals.poltekesbph.ac.id/index.php/pertiwi/article/view/17/9
Joseph and Nugroho (2010) Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri
(Obsgyn):Untuk Keperawatan dan Kebidanan. Cet. 1. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kusmiyati, Y. (2009) Perawatan Ibu Hamil. I. Yogyakarta: Fitramaya.
Maesaroh, S. and Iwana, I. P. (2018) ‘Hubungan Riwayat Anemia Dan Jarak
Kelahiran Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di Rsud Dr. H. Abdul
Moeloek’, Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 3(1), p. 21.
doi: 10.31764/mj.v3i1.120.
Mochtar, R. (2012) Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
Muhlisin, A. (2019) Inversio Uteri : Gejala, Penyebab, Pengobatan, Honestdocs
Editorial Team.
Musa, S. M. (2019) ‘Insiden Dan Faktor Risiko Perdarahan Postpartum Pada
Persalinan Pervaginam: Studi Literatur’, Jurnal Universitas Muhammadiyah
Tanggerang, 4(2), pp. 28–35.
Nur, F., Rahman, A. and Kurniawan, H. (2019) ‘Faktor Risiko Kejadian
Perdarahan Postpartum Di Rumah Sakit Umum (Rsu) Anutapura Palu’,
Jurnal Kesehatan Tadulako, 5(1), pp. 26–31.
Oktaviani, O. (2017) ‘Anemia Pada Kehamilan Sebagai Faktor Risiko Perdarahan
Postpartum Di Rumah Sakit’, Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan),
4(2), pp. 121–128. doi: 10.36743/medikes.v4i2.78.
Pardede, S. O. et al. (2017) Prosiding Seminar Nasional Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan Berbagai Disiplin Ilmu Kedokteran. Jakarta: Continuing
Medical Education FK UKI. Available at:
http://repository.uki.ac.id/64/1/Prosiding PENANGANAN PERDARAHAN
POSTPARTUM.pdf.
Prawirohardjo, S. (2016) Ilmu Kebidanan. 4th edn. Edited by abdul B. Saifuddin,
T. Rachimhadhi, and G. H. Wiknjosastro. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rahmawati, E. S. (2013) ‘Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan
Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking
Kabupaten Tuban ( The Influence of Cold Compress Towards Perineum
Injury of Post-Partum’, Jurnal Sain Med, 3(2), pp. 43–46. doi:
10.1016/0030-4220(71)90238-6.
Rodiani, Susianti and Gemayangsura (2017) ‘P 2 A 0 Post Partum Hemorrhagic
Post Partum Et Causa Inversio Uteri , Syok Hemoragik dan Anemia Berat’,
Jurnal Kesehatan dan Agromedicine, 4, pp. 97–102.
Rosidah, Shintami, R. A. and Puspandhani, M. E. (2020) ‘Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Di RSUD
Indramayu’, Syntax Fusion, 1(1), pp. 1–9.
Runjati dkk (2017) Kebidanan Teori dan Asuhan. 1st edn. Edited by Runjati and
S. Umar. Jakarta: EGC.
Saifuddin, A. B. (2009) Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: EGC.
Saifuddin, A. B. (2014) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Satriyandari, Y. and Hariyati, N. R. (2017) ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Perdarahan Postpartum’, Journal of Health Studies, 1(2), pp. 49–
64. doi: 10.31101/jhes.185.
Simanjuntak, L. (2020) ‘Perdarahan Postpartum (Perdarahan Paskasalin)’, Jurnal
Visi Eksakta, 1(1), pp. 1–10. doi: 10.51622/eksakta.v1i1.51.
Siswosudarmo, R. (2016) ‘Penanganan Perdarahan Pascasalin Terkini dalam
Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu’, FK UGM Yogyakarta, p. 20.
Available at: obgin-ugm.com.
Sukma, F., Hidayati, E. and Jamil, S. N. (2017) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Sulistyawati, A. (2010) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: Andi Offset.
Ulfiana, E. et al. (2019) ‘Pengaruh Pemberian Ubi Jalar Ungu terhadap
Peningkatan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester III’, Jurnal
Kebidanan, 9(1), pp. 90–96. doi: 10.31983/jkb.v9i1.4027.
Wahyuni, E. D. (2018) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. 1st edn. Jakarta:
Kemenkes RI Pusdik SDMK BPPSDMK.
Wahyuningsih, S. (2019) Asuhan Keperawatan Post Partum. Yogyakarta:
Deepublish.
Wandi. 2017. Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil dan Bersalin oleh Bidan
Polindes. Malang: Poltekkes Kemenkes Malang. https://ojs.poltekkes-
malang.ac.id/index.php/JIKI/article/view/43/29
Yuliana, D. (2019) ‘Hubungan Riwayat Preeklamsia Dengan Kejadian Perdarahan
Postpartum Pada Ibu Bersalin Di RSD Mayjend HM. Ryacudu Kotabumi
Lampung Utara’, Malahayati Nursing Journal, 1(2), pp. 1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai