Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN FISIOLOGIS PADA NY.

S USIA 24 TAHUN
G1P0A0 USIA HAMIL 40 MGG 2 HARI JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERINE, LETAK
KEPALA, INPARTU KALA I F A S E A K T I F
Untuk memenuhi persyaratan Stage Persalinan dan BBL

Di susun Oleh :
Nani Rindiati

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Persalinan di Puskesmas Margasari, telah disahkan oleh


pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Persalinan yang telah


diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi
Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2021.

Pembimbing Klinik Praktikan

Sri Hidayati,Str.Keb Nani Rindiati


Mengetahui,
Pembimbing Institusi

( Ana Sundari,S.ST,M.Keb,MPH )
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN FISIOLOGIS PADA NY. S USIA 24 TAHUN
G1P0A0 USIA HAMIL 40 MGG 2 HARI JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERINE, LETAK
KEPALA, INPARTU KALA I F A S E A K T I F

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 11/05/2022
Jam : 10.00
Tempat : Poned Puskesmas Margasari
B. IDENTITAS PASIEN
IdentitasPasien PenanggungJawab
Status :Suami
1.Nama :Ny. S 1.Nama :Tn. K
2.Umur :24 tahun 2.Umur :27 tahun
3.Agama :Islam 3.Agama :Islam
4.Pendidikan :SMP 4.Pendidikan : SMA
5.Pekerjaan :IRT 5.Pekerjaan :Swast
6.Sukubangsa:Jawa/ Indonesia 6.SukuBangsa:Jawa/ Indonesia
7.Alamat :Kalisalak 1/4 7.Alamat :Kalisalak 1/4

C. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ingin periksa kehamilan karena terasa kenceng terus
2. KELUHAN UTAMA:
ibu mengeluh kenceng-kenceng
Uraian Keluhan Utama :
Kenceng-kenceng dari jam 02.00, keluar lendir bercampur darah jam 06.00 dan kencang
semakin sering 3-5 menit sekali, gerakan janin aktif, ibu mengatakan cemas karena nyerinya
begitu sering dan tak tertahankan lagi, bahkan ibu ingin selalu berteriak ketika kencengnya
muncul, ibu merasa semuanya nyeri dan panas tak karuan.
3. Tanda-Tanda Persalinan:
Kontraksi : sudah ada dari jam 02.00 dan teratur
Frekuensi : 2x/10’/30”
Lokasi Ketidaknyamanan : punggung sampai pinggang sakit dan panas, perut
kencang dan bagian bawah terasa semakin mengganjal
PPV : (+) lendir darah
4. Riwayat Kesehatan
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit DM, hipertensi, jantung, ginjal, Tb,
penyakit kelamin ataupun penyakit lain
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit DM, hipertensi,
jantung, ginjal, TB penyakit kelamin, kehamilan kembar ataupun yang lainnya
5. Riwayat obstetri:
a. RiwayatHaid:
Menarche : 9 tahun
NyeriHaid : tidak ada
Siklus : 29 hari
Lama : 5 hari
Warnadarah : merah segar
Leukhorea : jika selesai haid
Banyaknya : 125 cc
b. Riwayat Kehamilan sekarang :
1) Hamil ke 1, usia 40 minggu 2 hari
2) HPHT : 05.08.2021 PL : 12.05.2022
3) Gerak janin
 Pertama kali : sewaktu umur kehamilan 18 minggu
 Frekuensi dalam 12 jam : > 10x
4) Tanda bahaya : tidak ada
5) Kekhawatiran khusus : tidak ada
6) Imunisasi TT : TT 3
7) ANC : 10 kali
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu:

Kehamilan Persalinan Nifas Keadaan anak sekarang


Tahun Frek ANC KELUHAN/ UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit Asi eksklusif
PENYULIT
Hamil ini

d. RIWAYAT KB : tidak pernah *)

Jika pernah :
Jenis Kontrasepsi Lama Pemakaian Keluhan Alasan dilepas

- - - -

Rencana Setelah Melahirkan : suntik 3 bulan


6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Terakhir Kali:
a. Nutrisi
Makan terakhir, Jam 08.00 WIB
1) Komposisi :
 Nasi : 3x 1 piring (sedang)
 Lauk : 3 x 1potong (sedang), jenisnya bervariasi
 Sayuran : 3 x 1 mangkuk sayur ; jenis bervariasi.
 Buah 1-2 potong perhari,
jenis Jenissayuran :sayur bayam, kangkung, kacang panjang dan lain-lain
 Camilan 2x sehari : jenis puding, brownis, eskrim dan lain-lain
Pantangan : tidak ada
2) Minum Terakhir Jam 09.45 WIB
Jenis air putih dan susu ibu hamil, Jumlah 12 gelas
b. Pola Istirahat
1) Jam 21.00 sd 05.00WIB
2) Kualitas : baik
3) Keluhan/masalah : tidak ada
c. Pola aktifitas : menjaga toko dipasar
d. Pola eliminasi:
1) Buang Air Kecil , Jam 09.50WIB
a. Jumlah 50cc; warna kuning jernih
b. Keluhan/masalah : bolak balik BAK
2) Buang Air Besar , Jam 07.00 WIB
a. Warna kuning kecoklatan konsistensi

lembek*)
b. Keluhan/masalah : tidak ada
e. Personal hygiene
1) Jam 08.00 WIB
 Mandi  Ganti Pakaian
 Keramas  Ganti Celana Dalam
 Gosok Gigi
7. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Riwayat perkawinan :

1) Status perkawinan : menikah*), umur waktu menikah 30 th.

2) Pernikahan ini yang ke 1 sah*) lamanya 1 tahun


Hubungan dengan suami : baik

b. Persalinan ini diharapkan*) oleh ibu, suami, keluarga;

Respon & dukungan keluarga terhadap persalinan ini :


Baik dan mendukung
c. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : berdiskusi
d. Ibu tinggal serumah dengan : ibu kandung dan suami
e. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat* mengambil keputusan sendiri.
f. Orang terdekat ibu : Suami
g. Yang menemani ibu untuk persalinan : suami
h. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan persalinan : tidak ada

i. Penghasilan perbulan: Rp. 4.000.000 Cukup *)


j. Praktik agama yang berhubungan dengan persalinan : tidak ada
k. Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria: YA
 tidak boleh menerima transfusi darah : BOLEH
 tidak boleh diperiksa daerah genitalia: BOLEH
 lainnya : -
l. Tingkat pengetahuan ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu :Tanda persalinan
Hal-hal yang belum diketahui ibu : management nyeri persalinan
Hal-hal yang ingin diketahui ibu : management nyeri persalinan
D. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : CM
3) Tensi : 120/80
4) Nadi : 80x/mnt
5) Suhu /T : 36.5oC
6) RR : 20x/mnt
7) TB : 160 cm
8) BB : 60 kg
9) LILA : 26
b. Status present
Kepala : Mesocepal, tidak benjolan, tidak ada nyeri tekan
Muka :bentuk oval, simetris, tidak ada jerawat, tidak odem dan
tidakl ada cloasma gravidarum
Mata :simetris, tidak ada secret, konjungtiva tidak anamis,
sklera tidak ikhterik
Hidung :simetris, tidak ada benjolan tidak ada sekret
Mulut :simetris, tidak pucat, tidak ada stomatitis dan tidak ada
pecah-pecah
Telinga : simetris, tidak ada serumen
Leher :tidak ada pembesaran kelenjar jugularis, dan kelenjar
tiroid
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe aksilaris dan tidak
ada nyeri tekan
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan
normal
Abdomen : tampak membesar, memanjang, tidak terdapat luka
operasi, terdapat striae gravidarum
Vulva : tampak normal, tidak ada pembengkakan dan tampak
pengeluaran dari vulva berupa lender darah
Ekstremitas bawah : kaki kanan kiri tidak ada odem, jumlah jari lengkap, tidak
ada trombofelbitis
Refleks patella: ka (+)/ki (+)
Punggung : tidak tampak kelainan
Anus : tidak ada hemoroid
c. Status Obstetrik
1) Inspeksi:
 Muka : tidak ada odem dan tidak ada cloasma gravidarum
 .Mamae : tampak membesar dan simetris, terdapat hiperpigmentasi pada
arealoa dan kelenjar montgomery menonjol, kolostrum sudah keluar
 Abdomen : tampak membesar, memanjang tidak ada luka bekas operasi
dan terdapat striae gravidarum.
 Vulva : tampak normal, tidak ada pembengkakan dan tidak
pengeluaran dari vulva
2) Palpasi
 Leoplod I : Tfu pertengahan Px dan pusat, teraba bagian kurang bgulat,
lunak dan tidak melenting
 Leoplod II : kanan teraba bagian keras memanjang seperti papan, kiri
teraba bagian kecil-kecil janin
 Leoplod III : teraba bagian kerat, bulat, dan melenting, tidak dapat
digoyangkan
 Leoplod IV : divergen
 Penurunan Kepala : 2/5
 TFU : 32 cm TBJ : 3.255 gr
3) Auskultasi :
 DJJ : 145.x/menit
2. Pemeriksaan Dalam: tgl/jam: 11.05.2022
Vulva/vagina : tenang
Serviks :
 Posisi : Anterior*)
 Pembukaan : 5 cm
 Efficement : 50%
Kulit ketuban : utuh
Presentasi : Kepala
POD (Point of direction) : UUK
Penyusupan : sutura terpisah
Penurunan bag. Terbawah : hodge 2
3.Pemeriksaan penunjang :
Rappid antigen covid 19 : NR
E. ANALISA
Ny. M Usia 24 Tahun G1P0A0 Usia Hamil 40 Mgg 2 Hari Janin Tunggal Hidup
Intrauterine, Letak Kepala, Inpartu Kala I F a s e A k t i f
F. PELAKSANAAN Tanggal 11.05.2022 Jam 10.05
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan ibu kondisi ibu dan bayi baik dan ibu
dalam masa persalinan dengan pembukaan 5
Hasil : ibu mengerti penjelasaan yang diberikan oleh bidan
2. Menyarankan ibu untuk membuka bh nya untuk mempersiapkan IMD
seletah bayi keluar
Hasil : ibu mengerti penjelasaan yang diberikan oleh bidan
3. Menyarankan ibu untuk mengurangi rasa nyeri dan membantu penurunan
kepala bayi dengan menggunakan birthing ball dengan cara duduk
dengan santai dan bergoyang diatas bola dan memeluk bola selama
kontraksi serta menjelaskan bahwa hal tersebut dapat membuat otot
berelaksasi dan dapat mengurangi nyeri persalinan
Hasil : ibu mengerti penjelasaan yang diberikan oleh bidan
4. Bersama suami memberi dukungan emosional kepada Ny. S dan menyarankan
suami untuk menjaga ibu selama proses persalinan
Hasil : suami mau mendukung ibu dalam proses persalinan
5.Mempersiapkan partus set, bengkok, kendil, pakaian bayi (bedong, gurita,
popok, baju bayi, kaos tangan, kaos kaki dan topi) mempersiapkan kain
ibu, pakaian atas ibu
Hasil : alat dan bahan sudah siap
6.Melakukan dokumentasi baik pada RM maupun pada partograf
Hasil : dokumentasi sudah dilakukan
Catatan perkembangan I

Nama Pasien: Ny. S No. RM : Ruang :


Umur: 24 tahun Tanggal: 11.05.2022

Jam : 12.00 Catatan Perkembangan Nama dan


Paraf
(SOAP)
S = pasien mengatakan kencangnya semakin
sering dan lama, ibu merasa mengeluarkan air
dari jalan lahir, namun nyeri dan
ketidaknyamanan yang ibu rasakan berkurang
setelah menggunakan birting ball, serta ibu
merasa lebih rileks

O=
a. Keadaan Umum
Ku : baik/ Cm
TD : 110/70
N : 79x/menit
R : 19x/menit
Suhu : 36.5
b. Palpasi
His : 3-4x/35”/10’
c. Auskultasi
Djj : 147x/menit
d. Pemeriksaan dalam
Vulva / Vagina : tenang
Serviks :
 Posisi : Anterior*)
 Pembukaan : 10 cm
 Efficement : 100%
Kulit ketuban : pecah
Presentasi : Kepala
POD (Point of direction) : UUK
Penyusupan : sutura terpisah
Penurunan bag. Terbawah : hodge 2
A= Ny.S Usia 24 Tahun G1P0A0 Usia Hamil 40
Mgg 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intrauterine, Letak
Kepala, Inpartu Kala I I ke a d aa n i u da n j a ni n
ba i k
P=
1. Memberitahu pada ibu kondisi bayi dan
dirinya baik dan saat ini ibu dalam
persalinan kala II
Hasil : ibu mengerti penjelasan bidan
2. Memberikan asuhan persalinan kala II
dengan cara
a. Mengenali tanda gejala kala II
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
c. Memastikan pembukaan lengkap
dan keadaan janin bik
d. Menyiapkan keluarga untuk
membantu persiapan merenan
termasuk mengatur posisi pasien
dengan posisi litotomi
e. Menyiapkan keluarga untuk
membantu persiapan merenan
termasuk mengatur posisi pasien
dengan posisi litotomi dan
mengajarkan cara mengejan yang
baik yaitu
1) Posisi berbaring dengan tangan
merangkul kedua paha sampai
batas siku, kepala sedikit
diangkat sehingga dagu
mendekati dada dan perut
terlihat.
2) Posisi berbaring tetapi kepala
lebih tinggi atau setengah
duduk, kaki dirangkul yaitu
kaki yang berada di atas.
3) Kebiasaan yang tidak perlu
dilakukan pada kala II pada saat
mengedan adalah mengedan
dengan menahan napas
panjang, hal ini dapat
menimbulkan kekurangan
oksigen janin dalam
kandungan, mengedan dengan
posisi telentang dan tidak
mengangkat kepala atau tida
memposisikan kepala lebih
tinggi, hal ini dapat menekan
aorta bagian bawah dan
menurunkan aliran darah
kerahim dan anggota gerak
bawah dan juga dapat
menyebabkan gangguan aliran
darah dari ibu ke janin.
4) Hal lain yang harus dihindari
adalah mengedan sebelum
pembukaan lengkap (10 cm)
karena hal ini dapat
menyebabkan pembengkakan
mulut rahim dan kemungkinan
robekan mulut rahim.
5) Teknik bernapas selama
persalinan yaitu inspirasi dan
ekspirasi seimbang, bernapas
dalam sebelum ınengedan,
bernapas melalui hidung (bukan
melalui mulut) menghindari
kekeringan pada mulut,
bernapas pendek dan cepat
setelah mengedan. Pada saat
kontraksi mencapai puncaknya,
mengedan sekuat tenaga sampai
tidak dapat menahan napas lagi,
pada saat kontraksi rahim
hilang, bernapas cepat dan
dangkal agar tubuh rileks.
6) Posisi persalinan dapat dipilih
mulai posisi setengah duduk,
duduk tegak, berdiri, jongkok,
merangkak, atan posisi
miring, dan posisi lainnya
(Rani, 2018).
f. Setelah tampak kepala bayi dengan
diameter 5 6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi dengan
kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi
untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan atau bernafas cepat dan
dangkal.
g. Periksa kemungkinan adanya lilitan
tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi.
h. Jika tali pusat melilit leher secara
longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
i. Jika tali pusat melilit leher secara
kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong diantara dua klem
tersebut.
j. Tunggu kepala bayi melakukan
putaran paksi luar secara spontan.
k. Setelah kepala melakukan putar
paksi luar pegang secara biparietal
anjurkan ibu mengedan saat
kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
l. Setelah kedua bahu lahir, geser
tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan
dan siku sebelah bawah, gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah
atas.
m. Setelah tubuh dan lengan lahir,
penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan
kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki
dan pegang masing-masing mata
kaki dan ibu jari dengan ibu jari dan
jari-jari lainnya).
n. Lakukan penilaian (selintas) :
- Apakah bayi menangis kuat
dan / atau bernafas tanpa
kesulitan?
- Apakah bayi bergerak dengan
aktif?
o. Jika bayi tidak menangis, tidak
bernafas megap megap laukan
langkah resusitasi (lanjut ke
langkah resusitasi pada asfiksia bayi
baru lahir).
p. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk / kain
yang kering. Biarkan bayi di atas
perut ibu.
q. Periksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (hamil Tunggal)
r. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik
oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik.
s. Dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin)
t. Setelah 2 menit pasca persalinan,
jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dariklem
pertama.
u. Pemotongan dan pengikatan tali
pusat
v. Dengan satu tangan, pegang tali
pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), lakukan pengguntingan
tali pusat di antara 2 klem tersebut.
w. Ikat tali pusat dengan benang DTT
atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
x. Lepaskan klem dan masukkan
dalam wadah yang telah disediakan
y. Letakkan bayi agar ada kontak kulit
ibu ke kulit bayi
z. Letakkan bayi tengkurap di dada
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel di dada/perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara
ibu.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain
hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
Hasil : jam 12.45 bayi laki-laki lahir
spontan, langsung menangis kuat, gerakan
aktif, dan kemerahan. A/S 8/9
Catatan Perkembangan II
Nama Pasien: Ny. S No. RM : Ruang :
Umur: 24 tahun Tanggal: 11.05.2022

Jam : 12.47 Catatan Perkembangan Nama dan


Paraf
(SOAP)
S = Pasien mengatakan senang atas kelahiran
bayinya namun perutnya masih mulas

O=
a. Keadaan Umum
Ku : baik/ Cm
TD : 110/70
N : 79x/menit
R : 19x/menit
Suhu : 36.5
Bayi berada diatas dada ibu
b. Inspeksi
Tampak tali pusat menjulur didepan vulva
c. Palpasi
Kontraksi uterus baik, Tfu sejajar Pusat
d. Auskultasi
-
A= Ny. S umur 24 tahun P1A0 dengan inpartu
kala III
P=
1. Menjelaskan fungsi dari IMD adalah
untuk merangsang agar ibu dan bayi
kontak secara langsung sehingga
menumbuhkan cinta dan kasih sayang,
melatih bayi untuk mengenali putting
susu ibunya dan untuk merangsang
kontraksi ibu sehingga plasenta cepat
lepas dan mencegah perdarahan karena
dalam kontak IMD yang dilakukan dapat
meningkatkan hormon oksitosin.
Hasil : ibu mengerti penjelasan bidan
2. Penatalaksanaan kala III
a. Pindahkan klem pada tali pusat
hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva
b. Letakkan satu tangan di atas kain
pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali
pusat
c. Setelah uterus berkontraksi,
tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah
belakang atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri). Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
d. Jika uterus tidak segera
berkontraksi, minta ibu, suami
atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi putting
susu.
e. Lakukan penegangan dan
dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke
arah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetap lakukan tekanan
dorso-kranial)
1) Jika tali bertambah panjang,
pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari
vulva dan lahirkan plasenta
2) Jika plasenta tidak lepas
setelah 15 menit
meneganggkan tali pusat :
a) Beri dosis ulangan
oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan kateterisasi
(aseptik) jika kandung
kemih penuh
c) Minta keluarga untuk
menyiapkan rujukan
d) Ulangi penegangan tali
pusat 15 menit berikutnya
f. Jika plasenta tidak lahir
dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi
perdarahan, setelah lakukan
plasenta manual.
g. Saat plasenta muncul di
introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaput
ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
h. Jika selaput ketuban robek,
pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan
eksplorisasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan
bagian selaput yang
tertinggal
i. Segera setelah plasenta dan
selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di
fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba
keras)
- Lakukan tindakan yang
diperlukan jika uterus
tidak berkontraksi setelah
15 detik masase
j. Periksa kedua sisi plasenta
baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus
k. Evaluasi kemungkinan
laserasi pada vagina dan
perineum, lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan
perdarahan
l. Bila ada robekan yang yang
menimbulkan perdarahan
aktif, segera lakukan
penjahitan
Hasil : jam 12. 55 plasenta lahir
lengkap, kontraksi baik, tfu 2 jari bawah
pusat, ppv 75 dan terdapat laserasi grade
II
3. Menjelaskan pada ibu karena jalan
lahirnya terdapat luka sehingga harus
dijahit.
Hasil : ibu mengerti penjelasan bidan
dan setuju untuk di jahit
4. Melakukan penjahitan luka perineum
dengan teknik jelujur dan
menyambung dari dalam keluar
tanpa anastesi mengingat untuk
mempercepat penyembuhan
Hasil : penjahitan sudah dilakukan
Catatan Perkembangan III
Nama Pasien: Ny. S No. RM : Ruang :
Umur: 24 tahun Tanggal: 11.05.2022

Jam :13.10 Catatan Perkembangan Nama dan


(SOAP) Paraf
S = Pasien mengatakan perutnya masih mulas
O=
a. Keadaan Umum
Ku : baik/ Cm
TD : 110/70
N : 79x/menit
R : 19x/menit
Suhu : 36.5
Bayi berada diatas dada ibu
b. Inspeksi
Tampak luka jahitan jelujur pada vulva
dan perineum
c. Palpasi
Kontraksi uterus baik, Tfu 2 jari bawah
pusat
d. Auskultasi
-
A= Ny. S Usia 24 Tahun P1 A0 Inpartu Kala I V
P=
1. Menjelaskan bahwa proses persalinan ibu
sudah selesai dan saat ini masih dalam
saat pemantauan 2 jam paska persalinan
Hasil : ibu mengerti keadaanya
2. Membiarkan bayi diatas dada ibu
selama 1 jam dan menjelaskan hal
tersebut dapat merangsang hormon
oksitosin dalam tubuh ibu sehingga
dapat mempercepat proses
pengembalian rahim menjadi kecil
(ivolusi uteri) dan mencegah
perdarahan
Hasil : ibu mengerti dan mau
melakukannya
3. Mengajarkan ibu cara memassase
uterus
Hasil : ibu mengerti penjelasan bidan
4. Pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam 2-3 kali
dalam 15 menit pasca persalinan
a. Setiap 15 menit pada 1 jam
pertama pasca persalinan
b. Setiap 20-30 menit pada jam
kedua pasca persalinan
c. Jika uterus tidak berkontraksi
dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksana
atonia uteri
d. Ajarkan ibu/keluarga cara
melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
e. Evaluasi dan estimasi jumlah
kehilangan darah
f. Memeriksa nadi ibu dan keadaan
kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca
persalinan
g. Memeriksa temperatur tubuh ibu
sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascapersalinan
h. Melakukan tindakan yang sesuai
untuk temuan yang tidak normal
Hasil : pemantauan sudah dilakukaan
dan semua dalam batas normal

Pembahasan
Pembahasan dalam laporan ini dimaksudkan untuk membandingkan antara
teori yang ada dengan praktek dalam asuhan kebidanan. Dalam pembahasan ini,
penulis akan menganalisa antara asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. S umur
24 tahun dengan persalinan kala I fase aktif.
Pada data subyektif Ny. S proses pengkajian yang dilakukan dengan metode
auto anamnesa karena secara fisik maupun psikologis mampu melakukan komunikasi
dengan baik. Saat melakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. S dicantumkan
tanggal, jam dan tempat sebagai keterangan. Pengkajian dilakukan secara
menyeluruh mulai dari biodata pasien dan penanggung jawab, alasan datang, keluhan
utama, riwayat obstetrik, riwayat perkawinan, riwayat kesehatan, riwayat persalinan
dan nifas pada masa lalu, rencana KB, pola pemenuhan kebutuhan sehati-hari,
riwayat imunisasi, eliminasi, personal hygine, pola istirahat, aktifitas fisik dan
olahraga, kebiasaan yang merugikan sampai riwayat psikososial-spiritual. Hal
tersebut sudah sesuai dengan teori yang dikeluarkan oleh (Utami,I & Enny, 2020)
yang menyebutkan bahwa dalam asuhan persalinan hal-hal yang perlu dikaji adalah
Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan, meninjau catatan terbaru dan
catatan sebelumnyad ,meninjau data laboratorium dan membandingkanya dengan
hasil study. Hal ini sudh sesuai teori dimana pasien tidak dilakukan pemeriksaan lab
terkait hb, protein urine maupun triple eliminasi karena sudah dilakukan pada
kehamilan TM 3, sesuai dengan teori yang ada bahwa pada asuhan persalinan
pemeriksaan lab tidak perlu dilakukan namun hanya ditinjau dari pemeriksaan ketika
hamil, kecuali paa pemeriksaan lab TM III belum dilakukan maupun ada hal yang
tidak normal maka pada persalinan dapat dilakukan kembali.
Pada kasus ny. S ini dari hasil pengkajian baik dari data subjektif maupun
objektif semuanya dalam kategori normal, namun karena ini adalah persalinan
pertama maka masalah pasien adalah kecemasan pada diri nya terutama dikarenakan
rasa nyeri yang baru pernah dirasakannya. Ibu primigravida selalu mengalami
kecemasan dalam berbagai tingkatan. Kecemasan ini terjadi karena ibu primigravida
baru pertama kali merasakan sensasi nyeri yang sangat kuat menjelang persalinan
dengan adanya nyeri dan bayangan akan proses persalinan dapat menimbulkan
kecemasan dalam diri ibu. Akan tetapi dengan adanya dukungan dari suami,
kecemasan itu dapat dikurangi karena dengan adanya orang yang disayangi
disekitarnya maka akan membuat perasaan ibu lebih tenang dalam menghadapi
persalinannya sehingga tidak semua ibu primigravida mengalami kecemasan yang
berat (Aisya, 2021). Maka untuk mengurangi rasa nyeri tersebut pada asuhan kala I
fase aktif dilakukan intervensi dengancara penggunaan birthing ball, diharapkan
dengan penggunaan birthing ball tersebut dapat membantu ibu lebih rileks dan dapat
mengurangi ketidak nyamanan dan rasa nyeri yang di alami Ny. S, sebagaimana yang
dijelaskan dalam penelitian bahwa ada pengaruh penggunaan birthing ball terhadap
penurunan tingkat nyeri pada Ibu bersalin kala I fase aktif di Puskesmas
Lompoe.Berdasarkan tabel tingkat nyeri ibu bersalin pada kelompok perlakuan
menunjukan bahwa tingkat nyeri sebelum penggunaan birthing ball sebagian
responden mengalami nyeri yang sangat mengganggu aktifitas yaitu sebanyak 7
orang (35%), dan sesudah penggunaan birthing ball tingkat nyeri yang dirasakan
mengalami perubahan sehingga ibu bersalin tidak lagi merasa nyeri yang sangat
mengganggu. Karena penggunaan birthing ball sebagian Latihan atau terapi birthball
yang dilakukan ibu bersalin dengan cara duduk dengan santai dan bergoyang di atas
bola membentuk lingkaran, memeluk bola selama kontraksi memiliki manfaat
membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri saat persalinan. Seorang ibu yang
mampu melakukan relaksasi seirama kontraksi uterus berlangsung maka ibu tersebut
akan rnerasakan kenyamanan selama proses persalinannya. Selain itu birthball sangat
baik mendorong dengan kuat tenaga ibu yang diperlukan saat melahirkan, posisi
postur tubuh yang tegak akan menyokong proses kelahiran serta membantu posisi
janin berada di posisi optimal sehingga memudahkan melahirkan dengan normal.
Selama terapi ibu bersalin duduk senyaman mungkin dan bentuk bola yang dapat
rnenyesuaikan dengan bentuk tubuh ibu membuat ibu lebih mudah relaksasi, selain
itu ligamen dan otot terutama yang ada di daerah panggul menjadi kendor dan
mengurangi tekanan pada sendi sacroiliac, pembuluh darah sekitar uterus dan
tekanan pada kandung kemih, punggung, pinggang, tulang ekor serta dapat
mengurangi tekanan pada perineum (Irawati, 2019). Selain dengan menggunakan
birthing ball kecemasan dan rasa nyeri persalinan kala I dapat dikurangi dengan
memberikan dukungan emosinal pada ibu baik dari bidan, suami maupun dari orang
terdekat ibu hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa
Pendampingan suami dapat menimbulkan emosi (senang) dari ibu yang akan menjadi
impuls ke neurotransmitter ke sistem limbic dan diteruskan ke amigdala kemudian ke
hipotalamus sehingga terjadi rangsangan pada nukleus ventromedial dan area di
sekelilingnya sehingga menimbulkan perasaan tenang dan akhirnya kecemasan
menurun dan hasil penelitian tersebut pun mengatakan bahwa terdapat hubungan
antara dukungan suami dengan kecemasan ibu bersalin (Aisya, 2021). Setelah di
observasi 1 jam stelahnya ternyata keadaan ibu menhjadi lebih baik dan lebih tenang
serta tidak menjerit ketika mendapatkan kontraksi, serta mengatakan bahwa nyerinya
berkurang karena dirinya menjadi lebih rileks. Untuk intervensi lain yang dilakukan
adalah membuka BH dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk proses
persalinan dan melakukan dokumentasi pada partograf. Penggunaan partograf untuk
mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara
normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partuslama, data pelengkap yang terkait dengan pemantauan
kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan
klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara
rinci pada status atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir, jika
digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong
persalinan untuk Mencatat kemajuan persalinan, Mencatat kondisi ibu dan janinnya,
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran, Menggunakan
informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit,
Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat Waktu (Hakimi, 2010).
Pada Kala II intervensi yang dilakukan sesuai dengan langkah APN, posisi
yang di pilih adalah litotomi menurut penelitian yang menyatakan bahwa pada posisi
litotomi memudahkan pemantauan jalan lahir, kepala bayi untuk diarahkan dan
dipegang mengikuti putaran saat proses lahirnya kepala, serta memudahkan
pembebasan bila terdapat lilitan tali pusat pada leher bayi dengan mengarahkan
kepala bayi mendekati perutibu. Penahanan pada perineum antara anus dan vagina
dapat dilakukan dengan mudah agar tidak terjadi robekan perineum yang luas.
Efefktifitas lama persalinan kala II posisi miring dan posisi litotomi dilihat dari nilai
rata-rata waktu lamanya kala II, dapat kita simpulkan bahwa posisi litotomi lebih
efektif. Serta hasil penelitiannya pun mengatakan bahwa posisi litotomi lebih efektif
dibandingkan dengan posisi miring kiri dalam mempercepat kala II, dimana dalam
penelitian tersebut dijelaskan bahwa ibu bersalin kala II dengan posisi mengejan
miring kiri rata-rata selama 75,33 menit sedangkan pada posisi litotomi selama 37,33
(Sari, 2021). Dibuktikan dalam kasus ini ibu mengejan selama 45 menit pada wanita
primi gravida merupakan waktu yang relative singkat. Setelah memilih posisi
kemudian bidan mengajarkan ibu cara meneran yang baik yaitu dengan cara Posisi
berbaring dengan tangan merangkul kedua paha sampai batas siku, kepala sedikit
diangkat sehingga dagu mendekati dada dan perut terlihat, posisi berbaring tetapi
badan dalam litotomi, kaki dirangkul yaitu kaki yang berada di atas, kebiasaan yang
tidak perlu dilakukan pada kala II pada saat mengedan adalah mengedan dengan
menahan napas panjang, hal ini dapat menimbulkan kekurangan oksigen janin dalam
kandungan, mengedan dengan posisi telentang tanpa mengangkat kepala atau
memposisikan kepala lebih tinggi, hal ini dapat menekan aorta bagian bawah dan
menurunkan aliran darah kerahim dan anggota gerak bawah dan juga dapat
menyebabkan gangguan aliran darah dari ibu ke janin, hal lain yang harus dihindari
adalah mengedan sebelum pembukaan lengkap (10 cm) karena hal ini dapat
menyebabkan pembengkakan mulut rahim dan kemungkinan robekan mulut Rahim,
teknik bernapas selama persalinan yaitu inspirasi dan ekspirasi seimbang, bernapas
dalam sebelum ınengedan, bernapas melalui hidung (bukan melalui mulut)
menghindari kekeringan pada mulut, bernapas pendek dan cepat setelah mengedan,
pada saat kontraksi mencapai puncaknya, mengedan sekuat tenaga sampai tidak
dapat menahan napas lagi, pada saat kontraksi rahim hilang, bernapas cepat dan
dangkal agar tubuh rileks (Rani, 2018). Dengan cara mengejan yang baik maka dapat
mempercepat waktu kala II dan mencegah terjadinya laserasi perineum, dalam
sebuah penelitian mengatakan bahwa hal yang mendasari pentingnya pengetahuan
tentang teknik mengejan yaitu mencakup pegetahuan tentang teknik bernapas, cara
mengedan, dan posisi yang benar dalam proses persalinan. Ketidaktahuan ibu tentang
teknik mengedan dapat menyebabkan pembengkakan mulut rahim dan kemungkinan
robekan mulut rahim maupun jalan lahir lainya dan dijelaskan dalam penelitian ini
bahwa Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang teknik
mengejan dengan ruptur perineum di Ruinah Bersalin Rantarani Kec.Perbaungan
Tahun 2018 (Rani, 2018). Namun setelah dilakukan intervensi tersebut tidak
mengurangi kemungkinan terjadinya rupture perineum pada Ny. M hal tersebut
mungkin dikarenakan dalam kasus ini ny. M merupakan primipara dengan tidak ada
pengalaman melahirkan sama sekali, kemungkinan yang lain adalah adanya
perbedaan kondisi jalan lahir pada ny. M dengan sampel yang diambil dalam
penelitian tersebut dan hal lain yang berkaitan adalah perbedaan berat bayi yang
dilahirkan ny. M dengan berat bayi yang dilahirkan oleh sampel penelitian tersebut.
Pada kala III persalinan intervensi yang dilakukan adalah menolong kelahiran
plasenta sesuai dengan langkah dalam APN dan intervensi lain yang dilakukan
adalah melakukan IMD dimana hal tersebut bertujuan untuk melakukan bounding
antara ibu dan bayi serta mempercepat kala III (kelahiran plasenta, dalam penelitian
yang dilakukan oleh Qonitun menjelaskan bahwa Kala III persalinan terdiri atas dua
fase berurutan yaitu fase pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta. Pelepasan dan
pengeluaran terjadi karena kontraksi , yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat
setelah kelahiran bayi. Pelepasan plasenta dimulai dengan penurunan plasenta
kedalam segmen bawah uterus. Plasenta kemudian keluar melewati serviks ke ruang
vagina atas, dari arah plasenta keluar. Pengeluaran plasenta adalah satu dari dua
mekanisme. Pada kala III, otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Tempat perlekatan menjadi
semakin mengecil, ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun
kebagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Pengeluaran hormon oksitosin
menyebabkan rahim berkontraksi dan berusaha melepaskan plasenta yang masih
melekat pada dinding rahim.Pada dasarnya setelah bayi baru lahir seharusnya
dilakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam sehingga memudahkan proses
kala III. Dimana proses kala III persalinan, pengisapan bayi pada payudara ibu dapat
merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu involusi uterus,
membantu mengendalikan perdarahan dan membantu proses lama kala III (Qonitun,
2020). Sesuai dengan teori tersebut bahwa setelah dilakukan IMD pada kasus Ny. M
kala III hanya berlangsung 7 menit dan kontraksi baik serta perdarahan hanya 75 cc
saja. Setelah plasenta lahir maka intervensi selanjutnya adalah melakukan massase
uterus selama 15 detik sesuai langkah apn dan dilanjutkan langkah lain sesaui APN.
Kemudian dilakukan penjahitan pada luka perineum dimana luka terklasifikasikan
dalam luka perineum grade II. Penjahitan luka tanpa menggunakan anastesi karena
untuk mempercepat proses penyembuhan seperti hasil penelitian yang mengatakan
bahwa sebagian besar responden yang mengalami penyembuhan luka <7 hari adalah
responden yang tidak mendapatkan lidocaine procain 1% selama proses penjahitan
yaitu 97,2% sedangkan yang menggunakan lidocaine procain 1 % pada saat
penjahitan sebanyak 2,8% dan dijelaskan bahwa pemberian lidokain 1% ini secara
signifikan dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka jahitan perineum,
dimana luka jahitan dengan lidokain 1 % memiliki rerata kesembuhan lebih lama
dibandingkan dengan luka jahitan tanpa lidokain 1 %. Lama penyembuhan luka
perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan keadaan luka kering,
jahitan menutup, tidak terasa nyeri, serta tidak ada tanda-tanda infeksi (Hendriani,
2019), sedangkan teknik penjahitan yang dilakukaan adalah jelujur dipilih karena
menurut penelitian menunjukkan rerata lama penyembuhan luka perineum dengan
teknik penjahitan jelujur 7,44 hari. Sedangkan rerata lama penyembuhan luka
perineum dengan teknik penjahitan simpul 9,12 hari. Selisih dari lama penyembuhan
luka perineum 1,68 hari, menunjukkan bahwa ada perbedaan lama penyembuhan
luka perineum antara teknik penjahitan jelujur dengan teknik penjahitan simpul pada
ibu postpartum, sehingga teknik jait jelujur lebih cepat sembuh dibandingkan satu-
satu (Rahmah, 2018). Sedangkan pada kala IV hanya melanjutkan IMD dan
pemantauan sesuai partograf. Setelah dilakukan IMD dan pemantauan kala Iv kondisi
ny. S dalam keadaan normal dan tidak terjadi perdarahan.
Dengan dilakukanya asuhan kebidanan pada ny. S sesuai prosedur dan teori
maka di simpulkan intervensi yang dilakukan sudah sesuai dan berhasil mencegah
komplikasi atau penyulit dalam proses persalinan ny. S yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.

Daftar Pustaka
Aisya, S. & S. (2021) ‘Dukungan Suami Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu
Bersalin Primigravida’, Jurnal Ilkes, Vol 12, No, pp. 382–393.
Hakimi, M. (2010) Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia
Medika.
Hendriani, N. & F. (2019) ‘Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas
dengan dan Tanpa Lidocain 1 % di lihat Dari Pola Makan di RSUD Tebet dan Rb T
Jakarta Utara’, Jurnal Kesehatan dan Kebidanan, Vol 8 No 2.
Irawati, A. dkk (2019) ‘Mengurangi Nyeri Persalinan dengan Teknik Birthing Ball’,
Jurnal Bidan Cerdas, Vol 2, No.
Qonitun, U. & I. (2020) ‘Gambaran IMD Terhadap Lama Kala III Pada Ibu Bersalin
di Ruang Mina RS Muhammadiyah Tuban’, Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan
Keperawatan, Vol 11 No.
Rahmah, A. . (2018) Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum Antara Teknik
Penjahitan Jelujur Dan Teknik Jahit Simpul Pada Ibu Postpartum Di PBM
Kelurahan Tanjung Pauh Kota Payakumbuh Tahun 2018. Poltekkes Padang.
Rani, R. (2018) Hubungan Pengetahuan Tentang Teknik Mengejan dengan Ruptur
Perineum Pada Persalinan Normal di RB Ranta Rani Perbaung 2018. Institut
Kesehatan Helvetia.
Sari, Y. & Y. (2021) ‘Perbedaan Efektifas Posisi Miring dan Posisi Litotomi Pada
Pada Lama Persalinan Kala II Multigravida’, Jurnal Ilmiah Permas, Vol. 11 No.
Utami,I & Enny, F. (2020) Buku Ajar Asuhan Persalinan dan managemen nyeri
Persalinan. Yogyakarta: Unisa.

Anda mungkin juga menyukai