Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI


KEHAMILAN DI UPTD PUSKESMAS TODANAN

Untuk Memenuhi Persyaratan Target Praktik Semester II


Stage Kolaborasi Pada Kasus Patologi dan Komplikasi
Program Studi Profesi Bidan

Disusun Oleh :

SITI ARYANI

(P1337424820256)

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Kolaborasi Kehamilan di UPTD


Puskesmas Todanan Telah diperiksa dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Blora, Oktober 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Endah Khoirul Q, Amd. Keb Siti Aryani


NIP. 19820715 201704 2 004 NIM. P1337424820256

Mengetahui

Pembimbing Institusi

Murti Ani, SST.M.Kes


NIP. 19890131 201503 2 200
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga kelahiran bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional
(Prawirohardjo, 2020).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi hingga lahirnya janin.
Normalnya lama kehamilan berlangsung selama 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan merupakan proses fertilisasi yang dimulai dari
bertemunya sel sperma dan sel telur di ampula tuba yang melalui
tiga fase yaitu, tahap penembusan korona radiate, penembusan zona
pellusida, tahap penyatuan oosit dan membrane sel sperma. Sebelum
dilahirkan kedunia, janin akan betumbuh dan berkembang didalam
rahim selama kurang lebih sembilan bulan (Hatini, 2018).
b. Patofisiologi Kehamilan
Menurut pendapat (Rukiyah & Yulianti, 2014) proses
terjadinya kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma dan sel
telur. Kehamilan diartikan sebagai kondisi dimana terdapat janin
didalam tubuh akibat dari aktivitas seksual dengan pasangan.
Pembuahan terjadi dalam rentang satu minggu dari ibu selesai haid
atau pada 14 hari sebelum siklus haid berikutnya.
Proses terjadinya kehamilan terbagi kedalam dua fase yaitu
sebelum embrio terbentuk dan proses setelah embrio terbentuk.
Proses terjadinya kehamilan dimulai dari awal FSH (follicle
stimulating hormone) yang merangsang beberapa foliker menjadi
matang dalam kisaran waktu kurang lebih 2 minggu. Sel telur
matang berubah ukuran menjadi tiga kali lipat dari ukuran normal.
Dan hanya satu folikel dominan dalam satu siklus pematangan
tersebut (Rukiyah & Yulianti, 2014).
Selanjutnya sel telur akan lepas dari indung telur yang disebut
dengan masa ovulasi. Sperma yang bertemu dengan ovum atau sel
telur yang telah matang akan mengakibatkan terjadinya pembuahan
yang disebut konsepsi atau fertilisasi. Fertilisasi mencakup 3 fase
yaitu fase penembusan korona radiate, penembusan zona pellusida,
dan penyatuan oosit dan membrane sel sperma. Sel telur yang telah
dibuahi akan membelah diri dalam 24 jam. Pembuahan berulang-
ulang akan membentuk bola sel yang disebut zigot. Zigot terus
membelah diri hingga terbentuk rongga kecil berisi cairan yang
disebut blastosit. Saat blastosit sampai dirongga rahim, implantasi
akan terjadi sekitar hari ke-7, pada hari ke-10 embrio telah tertanam
kuat. Masa embrionik dimulai sejak pembuahan hingga minggu ke-
8. Setelah minggu ke 8 embrio disebut janin (Rahayu, 2017).
Pada saat terjadi nidasi, blastula yang berisi massa sel dalam
akan mudah masuk kedalam desidua, menyebabkan timbulnya luka
kecil yang kemudian sembuh dan menutup kembali, sehingga
terkadang saat nidasi terjadi akan muncul sedikit perdarahan akibat
luka desidua yang disebut dengan implantation bleeding atau tanda
Hartman (Hatini, 2018).
c. Diagnosis Kehamilan
1) Gejala Tidak Pasti
a) Amenorea yaitu berhentinya menstruasi dan didapatkan
hasil gravindex positif
b) Nousea, vomiting (emesis) anoreksia. Biasa terjadi pada
bulan pertama hingga bulan terakhir trimester pertama.
Sering terjadi pada pagi hari atau sering disebut “morning
sickness”.
c) Poliuri, obstipasi
d) Hiperpigmentasi
e) Varises, epulis
f) Tanda hegar yaitu lunaknya segmen bawah rahim dan dapat
diperiksa secara bimanual.
g) Tanda chadwik yaitu servik berwarna kebiruan
h) Tanda piscaseck yaitu pembesaran uterus karena terjadi
nidasi.
i) Tanda Braxton hicks yaitu kontraksi otot-otot uterus yang
tidak beraturan oleh karena ada massa didalam uterus
(Rahayu, 2017).
2) Gejala Pasti Hamil
a) Terdengar DJJ (detak jantung janin)
b) Teraba bagian-bagian janin
c) Terasa dan teraba gerakan-gerakan janin.
d) Terlihat kerangka janin pada foto rontgen.
e) Terlihat janin pada hasil USG (Rahayu, 2017).
d. Klasifikasi Kehamilan
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua (minggu ke-13
hingga ke-27), dan trimester ketiga (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Saifuddin, 2014).
2. Kehamilan Trimester I
a. Pengertian Kehamilan Trimester I
Kehamilan trimester pertama adalah keadaan mengandung
embrio atau fetus didalam tubuh 0 – 14 minggu. Trimester pertama
merupakan masa kritis dimana janin berada pada awal tahap
pembentukan organ-organ. Janin yang mengalami kekurangan gizi
tertentu dapat berakibat pada kegagalan pembentukan organ tertentu,
selain itu memiliki resiko berat badan lahir rendah (Putri & Hastina,
2020).
Emesis gravidarum atau nausea gravidarum yang sering
dikenal dengan morning sickness, adalah gejala mual-mual yang
disertai muntah yang pada umumnya terjadi pada awal kehamilan,
kondisi ini dipengaruhi oleh meningkatnya kadar hormone estrogen
selama kehamilan. Gejala muncul pada pagi hari dengan frekuensi
yang akan menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio pada Trimester I
1) Embrio usia 2-4 minggu
a) Terjadi perubahan yang semula hanya berupa satu titik sel
telur menjadi satu organ yang terus berkembang dengan
pembentukan lapisan-lapisan didalamnya.
b) Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah
pada hari ke-20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah
yang pertama. Selanjutnya pembuluh darah terus
berkembang diseluruh embrio dan plasenta.
2) Embrio usia 4-6 minggu
a) Sudah terbentuk bakal organ-organ
b) Jantung sudah berdenyut
c) Pergerakan sudah nampak dalam pemeriksaan USG.
d) Panjang embrio 0,64 cm.
3) Embrio usia 8 minggu
a) Pembentukan organ bertambah jelas seperti mulut, mata dan
kaki.
b) Pembentukan usus.
c) Pembentukan genetalia dan anus.
d) Jantung mulai memompa darah.
4) Embrio usia 12 minggu
a) Embrio berubah menjadi janin
b) Usus lengkap
c) Genetalia dan anus sudah terbentuk
d) Janin sudah dapat menggerakkan anggota badan,
mengedipkan mata, mengerutkan dahi dan mulut membuka.
e) Berat badan berkisar 15-30 gram (Rahayu, 2017).
c. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Pada Trimester I
1) Perubahan sistem reproduksi
a) Terdapat tanda chadwick, yaitu perubahan warna pada
vulva, vagina dan servik menjadi lebih merah agak
kebiruan/keunguan, PH vulva dan vagina mengalami
peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita hamil
lebih rentan terhadap infeksi vagina.
b) Tanda Godell yaitu perubahan konsistensi servik menjadi
lebih lunak dan kenyal.
c) Pembesaran dan penebalan uterus akibat adanya
peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
hyperlplasia, dan hipertrofi otot, dan perkembangan
desidua. Dinding-dinding otot menjadi kuat dan elastis,
fundus pada serviks mudah fleksi disebut dengan tanda
Mcdonald.
d) Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur
bebek dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur
angsa.  pada minggu-minggu pertama,  terjadi hipertrofi
pada isthmus uteri membuat isthmus menjadi panjang dan
lebih lunak yang disebut tanda Hegar.
e) Sejak trimester 1 kehamilan, uterus juga mengalami
kontraksi yang tidak teratur dan pada umumnya tidak nyeri. 
proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama
kehamilan.  Pematangan folikel baru juga ditunda,  tetapi
pada awal kehamilan, masih terdapat 1 korpus luteum
gravidarum yang menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6
sampai 7 minggu kemudian mengecil setelah plasenta
terbentuk (Syaiful & Fatmawati, 2019).
2) Kulit
Terjadi peningkatan suatu hormon perangsang melanosit
sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm,  yang
menyebabkan timbulnya pigmentasi pada kulit.  Linea nigra
adalah pigmentasi berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada
garis tengah kulit abdomen.  bercak kecoklatan pada muncul di
daerah wajah dan leher membentuk chloasma atau melasma
gravidarum atau topeng kehamilan.  Aksentuasi pigmen juga
muncul pada areola dan kulit genital.  Pigmentasi ini biasanya
akan menghilang atau berkurang setelah melahirkan, angioma
atau spider naevi merupakan bintik-bintik penonjolan kecil dan
merah pada kulit wajah, leher, dada atas dan lengan.  Kondisi ini
sering disebut sebagai nevus angioma atau
teleangiektasis. Eritema palmaris terkadang juga dapat
ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh
hiperestro genemia kehamilan (Syaiful & Fatmawati, 2019).
3) Payudara
Mamae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomamotrophin,   estrogen dan progesteron,  akan tetapi
belum mengeluarkan ASI.  Vena-vena di bawah kulit juga akan
lebih terlihat. Areola mamae akan bertambah besar pula dan
kehitaman, kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan
cenderung menonjol keluar dinamakan tuberkel montgomer
(Syaiful & Fatmawati, 2019).
4) Jantung
Meningkatnya beban kerja yang menyebabkan otot
jantung mengalami hipertrofi ventrikel kiri sebagai pengatur
pembesaran jantung, pembesaran uterus menekan jantung ke
atas dan ke kiri. Suara sistolik jantung dan murmur yang
berubah adalah normal. Selama hamil kecepatan darah
meningkat yakni jumlah darah yang dialirkan oleh jantung
dalam setiap denyutnya sebagai hasil dari peningkatan curah
jantung.  Hal ini meningkatkan volume darah dan oksigen ke
seluruh organ dan jaringan ibu untuk pertumbuhan janin denyut
jantung meningkat dengan cepat setelah usia kehamilan 4
minggu, dari 15 denyut permenit menjadi 70-85 denyut
permenit,  aliran darah meningkat dari 64 ml menjadi 71 ml
(Putri & Hastina, 2020).
5) Perubahan sistem sirkulasi
Selama kehamilan jumlah darah yang dipompa oleh
jantung setiap menitnya (cardiac output-curah jantung),
meningkat sampai 30 sampai 50%.  Peningkatan ini mulai
terjadi pada kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada
kehamilan 16-28 minggu.  Peningkatan ini disebabkan oleh
peningkatan frekuensi denyut jantung dan volume sekuncup. 
Denyut jantung meningkat dari 77 per menit sebelum hamil
menjadi 78 denyut per menit saat usia kehamilan 20 minggu,
dengan puncaknya 85 denyut per menit pada akhir
kehamilan. Volume sekuncup meningkat dari 64 ml sampai 70
ml, pada pertengahan kehamilan tetapi pada akhir kehamilan
volume sekuncup berkurang sedangkan peningkatan curah
jantung dipertahankan oleh frekuensi denyut jantung (Putri &
Hastina, 2020).
6) Perubahan sistem respirasi
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada
awal kehamilan yang mungkin diinterpretasikan sebagai
dispneu. Hal itu sering mengesankan adanya kelainan paru atau
jantung padahal sebenarnya tidak ada apa-apa. Peningkatan
usaha nafas selama kehamilan kemungkinan diinduksi terutama
oleh progesteron dan sisanya oleh estrogen. Usaha nafas yang
meningkat tersebut mengakibatkan PCO2 atau tekanan
karbondioksida berkurang (Putri & Hastina, 2020).
7) Perubahan sistem persarafan
Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah
pemusatan perhatian,  konsentrasi dan memori selama
kehamilan dan masa nifas awal. Namun penelitian yang
sistematis tentang memori pada kehamilan tidak terbatas dan
seringkali bersifat anekdot (Hatini, 2018).
8) Perubahan sistem hematologis
Volume darah Ibu meningkat secara nyata sebelum
kehamilan. Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit
menurun sejak trimester awal kehamilan. Sedangkan
konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama kehamilan juga
cenderung meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin (Hatini,
2018).
9) Sistem kardiovaskular
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8
minggu pertama kehamilan. Pada awal Minggu ke-5 curah
jantung mengalami peningkatan yang merupakan fungsi dari
penurunan resistensi vaskular sistemik, serta peningkatan
frekuensi denyut jantung. Preload meningkat sebagai akibat
bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu ke 10
sampai 20 (Hatini, 2018).
10) Perubahan sistem uria
Pada bulan-bulan awal kehamilan vesika urinaria tertekan
oleh uterus sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu
menghilang seiring usia kehamilan, karena uterus yang telah
membesar keluar dari rongga pelvis dan naik ke abdomen.
Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama kehamilan, laju
filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF)
meningkat pada awal kehamilan (Prawirohardjo, 2020).
11) Perubahan sistem integument
Dari akhir bulan kedua sampai dengan aterm, terjadi
peningkatan pituitary melanin stimulating hormon yang
menyebabkan bermacam tingkat pigmentasi meskipun masih
tergantung pada warna kulit ibu hamil. Kulit terasa seperti
terbakar selama kehamilan akan bertahan lebih lama
dibandingkan dengan hal lain.  Tempat yang umumnya
terpengaruh adalah aerola, garis tengah abdomen, perineum dan
aksila.  Hal ini terjadi karena pada beberapa daerah  tersebut
kadar melanositnya lebih tinggi.  Hampir semua wanita hamil
mempunyai garis pigmentasi yang disebut linea.  Biasanya
berada pada di garis tengah otot rectus yang merupakan bagian
pertahanan pada saat uterus berkembang dan bertambah besar
dan juga menyebabkan taksis diastasis,  kulit kepala,  muka,  k-
dan bulu di tubuh selama hamil menjadi lebih tebal
(Prawirohardjo, 2020).
12) Perubahan sistem musculoskeletal
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada
muskuloskeletal.  Akibat peningkatan kadar hormon estrogen
dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat,  kartilago, 
dan ligamen juga meningkatkan jumlah cairan sinovial. 
Bersamaan dengan dua keadaan tersebut meningkatkan
fleksibilitas dan mobilitas persendian, keseimbangan kadar
kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila asupan
nutrisinya khususnya produk terpenuhi (Prawirohardjo, 2020).
13) Perubahan sistem gastrointestinal
Gusi menjadi bengkak, lunak dan berlubang pada saat
kehamilan,  merupakan efek dari peningkatan kadar estrogen
yang mengarah pada perdarahan karena trauma.  Peningkatan
saliva dan Vitaline adalah masalah umum pada kehamilan. 
Relaksasi otot polos abdomen dan hipomotilitas karena
peningkatan kadar estrogen dan HCG dapat menyebabkan mual
dan muntah.  Peningkatan nafsu makan pada masa kehamilan
bisa dikarenakan hormon progesteron yang memerintah otak
untuk mengatur penyimpanan lemak untuk keseimbangan
energi.  Hal ini bertujuan menggantikan kadar plasma glukosa
dan asam amino yang turun pada awal kehamilan.  Turunnya
osmolaritas plasma dan naiknya kadar prolaktin juga
meningkatkan perasaan halus pada  wanita hamil.  Adanya
tekanan integralistik yang tidak disertai dengan tonus dari
sfingter kardia lambung menyebabkan refleks asam di mulut dan
sakit epigastrik atau retrosternal. 
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan
usus bagian bawah sehingga terjadi sembelit ( konstipasi).
Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesteron.  Wanita hamil
sering mengalami heartburn (rasa panas di dada)  dan sendawa, 
yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di
dalam lambung dan karena relaksasi sfingter di kerongkongan
bagian bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir
kembali ke kerongkongan (Rukiyah & Yulianti, 2014).
14) Perubahan kenaikan berat badan
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang
sebagian besar diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan
peningkatan volume  darah serta cairan ekstraseluler. Sebagian
kecil pertambahan berat badan tersebut diakibatkan oleh
perubahan metabolik yang menyebabkan pertambahan air
selular dan penumpukan lemak serta protein baru,  yang disebut
cadangan ibu.  Pada awal kehamilan,  terjadi peningkatan berat
badan ibu kurang lebih 1 kg.
Tabel 1.1 Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan
Jaringan dan
10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu
cairan
Janin 5 300 1500 3400
Placenta 20 170 430 650
Cairan amnion 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Mammae 45 180 360 405
Darah 100 600 1300 1450
Cairan
0 30 80 1480
ekstraseluler
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500
Perubahan berat badan dalam satuan gram (Rukiyah &
Yulianti, 2014).
15) Perubahan sistem pencernaan
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena
perubahan posisi lambung dan aliran asam lambung ke esofagus
bagian bawah.  produksi asam lambung menurun. Sering terjadi
nausea dan muntah karena pengaruh human chorionic
gonadotrophin (HCG), tonus otot-otot traktus digestivus juga
berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan dari
biasa.  Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam
makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu
wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual
(Prawirohardjo, 2020).
16) Perubahan sistem endokrin
a) Hormone plasenta
Sekresi hormon plasenta dan HCG dari plasenta ke
janin mengubah organ endokrin secara langsung. 
Peningkatan kadar estrogen menyebabkan produksi globulin
meningkat dan menekan produksi tiroksin, kortikosteroid
dan steroid. Akibatnya plasma yang mengandung hormon
ini akan meningkat jumlahnya, tapi kadar hormon bebas
tidak mengalami peningkatan yang besar.
b) Kelenjar hipofisis
Berat kelenjar ini meningkat hingga 50% yang
menyebabkan wanita hamil merasa pusing. Sekresi
prolaktin, adrenokortikotropik dan melanocyte stimulating
hormone meningkat.
c) Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid pada masa kehamilan akan mengalami
pembesaran hingga 13% karena adanya hiperplasia dari
jaringan glandula dan peningkatan  vaskularitas. Secara
fisiologis yang terjadi adalah peningkatan iodin sebagai
kompensasi kebutuhan ginjal terhadap iodin yang
meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Terkadang
kehamilan juga menunjukkan hipertiroid namun fungsinya
akan tetap normal.  Peningkatan konsentrasi tiroksin dan
triodotironin juga dapat merangsang peningkatan laju
metabolisme basal.
d) Kelenjar adrenal
Karena dirangsang oleh hormon estrogen,  kelenjar
adrenal memproduksi lebih banyak kortisol  plasma bebas
dan juga kortikosteroid,  termasuk ACTH dan hal ini terjadi
dari usia 12 minggu kehamilan hingga aterm. Hal ini
menyebabkan penurunan kemampuan ginjal untuk
mengatur kadar garam selama kehamilan,  menyebabkan
retensi cairan dan edema (Syaiful & Fatmawati, 2019).
17) Perubahan sistem imunologi
HCG dapat menurunkan respon imun wanita hamil. 
Selain itu kadar Ig G, Ig A dan Ig M  serum menurun mulai dari
minggu ke 10 kehamilan hingga mencapai kadar terendah pada
minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini hingga aterm
(Hatini, 2018).

18) Perubahan sistem neurologi


Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat
menyebabkan timbulnya gejala neurologis dan neuromuskular
sebagai berikut :
a) Kompresi saraf panggul atau stasis vaskular akibat
pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan sensori
di tungkai bawah
b) Lordosis dorsolumbar  dapat menyebabkan nyeri akibat
tarikan pada saraf atau kompresi akar saraf
c) Akroestesia  yaitu rasa baal dan gatal pada tangan yang
timbul akibat posisi bahu yang membungkuk.  keadaan ini
berkaitan dengan tarikan pada segmen pleksus brachialis.
d) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu
merasa cemas.  Nyeri kepala juga dihubungkan dengan
gangguan penglihatan, seperti kesalahan refraksi,  sinusitis, 
atau migrain.
e) Nyeri kepala ringan rasa ingin pingsan bahkan pingsan
sering terjadi pada ada awal kehamilan (Syaiful &
Fatmawati, 2019).
d. Perubahan Psikologi Ibu Hamil Trimester Pertama
Psikologis ibu hamil diartikan sebagai periode krisis, saat
terjadinya gangguan dan perubahan identitas peran. Definisi krisis
merupakan ketidakseimbangan psikologi yang disebabkan oleh
situasi atau tahap perkembangan. Awal perubahan psikologi ibu
hamil yaitu periode syok, menyangkal, bingung, dan sikap menolak.
Persepsi wanita bermacam-macam ketika mengetahui dia hamil,
seperti kehamilan suatu penyakit, kejelekan atau sebaliknya yang
memandang kehamilan sebagai masa kreatifitas dan pengabdian
kepada keluarga (Saifuddin, 2014).
Faktor penyebab terjadinya perubahan psikologi wanita hamil
ialah meningkatnya produksi hormon progesteron. Hormon
progesteron
memengaruhi kondisi psikisnya, akan tetapi tidak selamanya
pengaruh hormone progesteron menjadi dasar perubahan psikis,
melainkan kerentanan daya psikis seorang atau lebih dikenal dengan
kepribadian.
Wanita hamil yang menerima atau sangat mengharapkan
kehamilan akan lebih menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan.
Berbeda dengan wanita hamil yang bersikap menolak kehamilan.
Mereka menilai kehamilan sebagai hal yang memberatkan
ataupun menganggu estetika tubuhnya seperti gusar, karena perut
menjadi membuncit, pinggul besar, payudara membesar, capek dan
letih. Tentu kondisi tersebut akan mempengaruhi kehidupan psikis
ibu menjadi tidak stabil (Hatini, 2018). Berikut perubahan psikologi
selama trimester pertama kehamilan :
1) Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester I (Penyesuaian) ialah
penurunan kemauan seksual karena letih dan mual,
perubahan suasana hati seperti depresi atau khawatir, ibu mulai
berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran
pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik, dan
menurunnya aktifitas seksual.
2) Cenderung Malas
Penyebab ibu hamil cenderung malas karena pengaruh
perubahan hormon dari kehamilannya. Perubahan hormonal
akan mempengaruhi gerakan tubuh ibu, seperti gerakannya yang
semakin lamban dan cepat merasa letih. Keadaan tersebut yang
membuat ibu hamil cenderung menjadi malas.

3) Perasaan Ambivalen
Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan
trimester pertama. Perasaan ambivalen wanita hamil
berhubungan dengan kecemasan terhadap perubahan selama
masa kehamilan, rasa tanggung jawab, takut atas
kemampuannya menjadi orang tua, sikap penerimaan keluarga,
masyarakat, dan masalah keuangan. Perasaan ambivalen akan
berakhir seiring dengan adanya sikap penerimaan terhadap
kehamilan
4) Perasaan Ketidaknyamanan
Perasaan ketidaknyamanan sering terjadi pada trimester pertama
seperti nausea, kelelahan, perubahan nafsu makan dan kepekaan
emosional, semuanya dapat mencerminkan konflik dan depresi.
5) Insomnia
Sulit tidur merupakan gangguan tidur yang diakibatkan gelisah
atau perasaan tidak senang, kurang tidur, atau sama sekali tidak
bisa tidur. Sulit tidur sering terjadi pada ibu-ibu hamil pertama
kali atau kekhawatiran menjelang kelahiran. Gejala-gejala
insomnia dari ibu hamil dapat dilihat dari sulit tidur, tidak bisa
memejamkan mata, dan selalu terbangun dini hari. Penyebab
insomnia yaitu stres, perubahan pola hidup, penyakit,
kecemasan, depresi, dan lingkungan rumah yang ramai. Dampak
buruk dari insomnia yaitu perasaan mudah lelah, tidak
bergairah, mudah emosi, stress.
e. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester Pertama
1) Hyperemesis Gravidarum
Hiperemesesis gravidarum sebagai suatu keadaan yang
dikarakteristikan dengan rasa mual dan muntah yang berlebihan,
kehilangan berat badan dan gangguang keseimbangan elektrolit,
ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat
cekung. Jika tidak ditangani segera masalah yang timbul seperti
peningkatan asam lambung yang selanjutnya dapat menjadi
gastristis. Peningkatan asam lambung akan semakin
memperparah hyperemesis gravidarum. Mual muntah yang
timbul terjadi karena adanya perubahan berbagai hormon dalam
tubuh pada awal kehamilan. Presentase hormon hCG akan
meningkat sesuai dengan pertumbuhan plasenta. Diperkirakan
hormon inilah yang mengakibatkan muntah melalui rangsangan
terhadap otot polos lambung. Sehingga semakin tinggi hormon
hCG , semakin cepat pula merangsang muntah (Rahma &
Safura, 2016).
Menurut (Manuaba, 2015), mengemukakan dampak yang
terjadi pada hyperemesis gravidarum yaitu menimbulkan
konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi sel liver hingga terjadi
ikterus. Mual muntah yang berkelanjutan dapat menimbulkan
gangguan fungsi alat-alat vital dan menimbulkan kematian.
Hyperemesis gravidarum juga dikaitkan dengan peningkatan
resiko untuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kelahiran
Prematur, kecil usia kehamilan, serta kematian pada perinatal.
Klasifikasi hyperemesis gravidarum menurut (Manuaba,
2015), yaitu:
a) Hyperemesis gravidarum tingkat I ditandai dengan muntah
yang terus menerus disertai dengan penurunan nafsu makan
dan minum.
b) Pada hyperemesis gravidarum tingkat II, pasien
memuntahkan semua yang dimakan dan diminu, berat bada
cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat.
c) Hyperemesis gravidarum tingkat III sangant jarang terjadi.
Keadaan ini sangat merupakan kelanjutan dari hyperemesis
tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang atau
bahkan berhenti, tetapi kesadaran menurun (delirium
dampai koma) hingga mengalami ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan
billirubin dan protein.
2) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa awal kehamilan kurang
dari 22 minggu. Pada awal kehamilan, ibu mungkin akan
mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu
pertama terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan
implantasi (penempelan hasil konsepsi pada dinding rahim)
yang dikenal dengan tanda Hartman dan ini normal terjadi. Pada
waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin
terjadi pertanda servik yang rapuh (erosi). Perdarahan dalam
proses ini dapat dikatakan normal namun dapat diindikasikan
terdapat tanda-tanda infeksi. Perdarahan pervaginam patologis
dengan tanda-tanda seperti darah yang keluar berwarna merah
dengan jumlah yang banyak, serta perdarahan dengan nyeri yang
hebat. Perdarahan ini dapat disebabkan karena abortus,
kehamilan ektopik atau mola hidatidosa.
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan < 20 minggu dengan berat janin < 500 gram
atau sebelum plasenta selesai. Jenis-jenis abortus menurut
(Kusmiyati, 2012), diantaranya:
a) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah
tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan
tersebut.
b) Abortus provokatus (induced abortion) adalah bentuk
abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat–obatan
mau pun alat–alat.
c) Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi karena
indikasi medis seperti riwayat penyakit jantung, hipertensi,
dan kanker.
d) Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan– tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.
e) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah bentuk
abortus dimana hanya sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Perdarahan berlangsung banyak, dan dapat membahayakan
ibu.
f) Abortus imminens Abortus yang mengancam terjadi di
mana perdarahan kurang dari 20 minggu, dengan atau tanpa
kram perut bagian baway tanpa dilatasi serviks.
g) Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung
dimana ekspulsi hasil konsepsi belum terjadi tetapi telah
ada dilatasi serviks. Kondosi ini ditandai pada wanita hamil
dengan perdarahan banyak, disertai nyeri kram peut bagian
bawah.
h) Abortus tertunda (missed abortion). Menurut WHO, missed
abortion adalah kondisi dimana embrio atau janin nonviable
tetapi tidak dikeluarkan secara spontan dari janin (kurun
waktu sekitar 8 minggu).
3) Mola hidatidosa
Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2015), mola
hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional,
yang disebabkan oleh kelainan pada villi khoironok yang
disebabkan oleh poliferasi trofoblastik dan edem. Diagnosa
mola hidatidosa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan USG.
Beberapa tanda gejala molahidatidosa yaitu:
a) Terdapat mual dan muntah yang menetap, terkadang sering
kali menjadi parah.
b) Terdapat perdarahan uterus pada minggu ke-12 disertai
bercak darah dan perdarahan hebat, namun biasanya berupa
rabas yang bercampur darah, dan cenderung berwarna
merah.
c) Tampak ukuran uterus yang membesar namun tidak ada
perkembangan/ aktivitas janin.
d) Terdapat nyeri tekan pada ovarium.
e) Tidak ada denyut jantung janin.
f) Saat palpasi, bagian-bagian janin tidak diteraba/ tidak
ditemukan.
g) Komplikasi hipertensi akibat kehamilan, preeklampsi/
eklampsi sebelum usia kehamilan 24 minggu.
4) Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi
dan pertumbuhan hasil konsepsi berlangsung diluar
endometrium kavum uteri. Hampir 95% kehamilan ektopik
terjadi diberbagai segmen tuba fallopi, dan 5% sisanya terdapat
di ovarium, rongga peritoneum dan didalam serviks. Jika terjadi
ruptur disekitar lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi
keadaan perdarahan pasif dan nyeri abdomen akut yang disebut
kehamilan ektopik terganggu (Kementerian Kesehatan RI,
2015).
Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat operasi
tubektomi, penggunaan IUD, infertilitas, riwayat abortus dan
riwayat inseminasi buatan/ teknologi bantuan reproduktif
(assisted reproductive technology/ ART). Diagnosa kehamilan
ektopik dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan USG.
5) Anemia
WHO menetapkan standar hemoglobin (Hb 11%) pada ibu
hamil, jika kurang dari standar maka dikatakan mengalami
anemia. (Kementerian Kesehatan RI, 2015) mengklasifikasikan
anemia pada ibu hamil berdasarkan berat badannya
dikategorikan sebagai anemia ringan dan berat. Anemia ringan
apabila kadar Hb dalam darah yaitu 8 gr% hingga kurang dari 11
gr%. Anemia berat apabila kadar Hb dalam darah kurang dari 8
gr% (Juliarti, 2017). Komplikasi anemia pada ibu hamil dapat
menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital,
abortus/ keguguran serta dampak pada janin menyebabkan berat
lahir rendah. Macam-macam anemia dalam kehamilan meliputi:
a) Anemia defisiensi zat besi
Anemia yang ditandai dengan keluhan lemas, pucat dan
mudah pingsan, karena kekurangan zat besi dalam darah
dan kadar Hb < 11 gr%. Dapat ditanggulangi dengan
mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi seperti sayur-
sayuran dan daging.
b) Anemia megaloblastik
Anemia yang terjadi karena kelainan proses pembentukan
DNA sel darah merah yang disebabkan kekurangan
(defisiensi) vitamin B12 dan asam folat.
c) Anemia hipoplastik
Anemia yang terjadi karena kelainan sumsung tulang yang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru
d) Anemia hemolitik
Anemia yang terjadi karena kerusakan sel darah merah yang
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
6) Hipertensi Gravidarum
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
sistolik dan distolik sampai atau melebihi 140/ 90 mmHg. Ibu
hamil yang mengalami kenaikan takanan sistolik sebanyak 30
mmHg atu diastolik sebanyak 15 mmHg perlu dipantau lebih
lanjut (Elvira & Anggraini, 2019).
Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tekanan darah
yang dipengaruhi oleh faktor perubahan curah jantung, sistem
saraf simpatis, autoregulasi, dan pengaturan hormon. Hipertensi
dalam kehamilan dibagi menjadi 5 yaitu: hipertensi kronis,
preeklamsi, superimposed, hipertensi gestasional dan eklamsia.
Hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan
darahnya mencapai 140/ 90 mmHg atau lebih untuk pertama kali
selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria.
Hipertensi gestasional disebut hipertensi transien apabila tidak
terjadi preeklampsia dan tekanan darah kembali normal dalam
12 minggu postpartum. Hipertensi gestasional dapat
memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan
preeklampsia, 58 seperti nyeri kepala, nyeri epigastrium,
trombositipenia (Syaiful & Fatmawati, 2019).
f. Kunjungan Pelayanan Antenatal Kehamilan Trimester I
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada
ibu hamil secara rutin dan berkesinambungan untuk menjaga
kesehatan ibu dan janinnya guna mencapai beberapa sasaran utama
yaitu untuk mencegah dan mengatasi masalah kehamilan, untuk
membatu masalah gizi, masalah sosial dan untuk memberikan
pendidikan kesehatan dalam masa persalinan dan nifas, cara menjaga
diri agar tetap sehat, membantu ibu hamil dan keluarga
mempersiapkan kelahiran bayinya, penyuluhan tentang KB, serta
meningkatkan kesadaran tentang kemungkinan adanya resiko atau
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan (Syafrudin et al., 2011).
Pelayanan Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu
hamil. Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko
mengalami penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan
antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai standar
pelayanan antenatal yang berkualitas (Kementerian Kesehatan RI,
2015). Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal
rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya adalah ibu
hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal
terpadu dan berkualitas secara keseluruhan yaitu memberikan
pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan
berlangsung sehat, melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan
penyulit/komplikasi kehamilan, menyiapkan persalinan yang bersih
dan aman, merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk
melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi, melakukan
penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan serta melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami
dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan
dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi (Kementerian
Kesehatan RI, 2015).
Pemeriksaan antenatal yang sesuai standar adalah dengan
memberikan pelayanan antenatal standar 10 T yaitu :
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
2) Pengukuran tekanan darah
3) Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toksoid sesuai status imunisasi
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan,
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal
dan konseling, termasuk keluarga berencana
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin
darah (HB), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan
golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya)
10) Tatalaksana kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Tujuan pemeriksaan ibu pada kunjungan prenatal pertama
adalah sebagai berikut :
1) Untuk memastikan kehamilan
2) Untuk pemeriksaan kesehatan fisik ibu hamil
3) Untuk mengkaji pertumbuhan dan perkembangan janin
4) Untuk mengevaluasi kebutuhan psikososial ibu dan keluarganya
5) Untuk mengkaji kebutuhan konseling dan pembelajaran
6) Untuk menyusun rencana perawatan guna meningkatkan
kesehatan ibu dan bayi (Syaiful & Fatmawati, 2019).
g. Penatalaksanaan Kehamilan Trimester I
Proses pengkajian dilakukan sepanjang prenatal. Proses
dimulai saat ibu bertemu dengan tenaga kesehatan karena adanya
dugaan kehamilan. Teknik pengkajian meliputi wawancara,
pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Penyimpangan dari temuan
normal dapat mengindikasikan suatu komplikasi (Syaiful &
Fatmawati, 2019). Pada usia kehamilan 12 minggu dilakukan
pemeriksaan dengan melakukan asuhan sebagai berikut :
1) Penegakan diagnosa kehamilan dengan metode sederhana
dengan melihat perubahan fisiologi dan kolaborasi dengan
dilakukan  USG
2) Penapisan kebiasaan buruk itu seperti merokok dan minum-
minuman keras
3) Penapisan penyakit penyerta pada masa kehamilan seperti
diabetes melitus jantung dan hipertensi
4) Pemeriksaan berat badan ibu dan IMT
5) Lakukan pemeriksaan laboratorium seperti HB,  urine,  dan
VDRL
6) Lakukan deteksi dini penyakit menular seksual termasuk HIV
AIDS,  HBSAG,  dan sifilis
7) Pemenuhan kebutuhan asam folat,  vitamin D,  vitamin B6, 
vitamin B12 serta pemberian tablet Fe pada ibu bila tidak
terdapat efek samping tablet Fe bagi ibu
8) Mengurangi keluhan pada awal kehamilan seperti hiperemesis
gravidarum
9) Menyiapkan psikologi ibu terhadap kehamilan yang terjadi
10) Pemberian informasi sesuai keluhan ibu
11) Deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi dan lakukan
kolaborasi atau rujukan yang tepat
12) Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan yang diberikan
(Rahayu, 2017).
h. Pengaruh Kehamilan Trimester I Pada Kehidupan Sosial
1) Karier
Prospek karir pada seorang wanita akan dibatasi dengan
adanya kehamilan. Pengaruh kehamilan pada pekerjaan maupun
sebaliknya sangat bergantung pada jenis pekerjaan dan orang-
orang ditempat wanita itu bekerja. Meninggalkan pekerjaan saat
hamil,  membuat ibu hamil merasa kesepian,  menganggap
dirinya tidak berguna dan itu dapat menjadi masalah. Selain itu
ibu hamil dapat pula merasakan bahwa kini dia mempunyai
banyak waktu untuk menyalurkan hobi dan minat,  serta
menyalurkan kegiatannya sampai bayi lahir nantinya.
2) Aspek Finansial
Aspek finansial dapat menjadi masalah yang sangat
penting terutama jika kehamilan terjadi tanpa diduga.
Misalnya, penghasilan suami tidak memadai dan ibu hamil
terpaksa berhenti bekerja maka ada kemungkinan harus tinggal
di daerah yang kumuh yang rentang penyakit atau juga untuk
menghemat pengeluaran wanita tersebut mungkin akan
mengurangi makan makanan segar yang kaya akan protein dan
kalsium yang dibutuhkan.
3) Ketakutan dan kecemasan
Ibu hamil dan pasangannya mungkin mengalami
ketakutan, kekhawatiran dan berbagai reaksi emosional yang
tidak dapat dibagi dengan keluarga ataupun sahabatnya. Kondisi
dianggap lemah ketika kehamilan dan kelahiran terjadi
merupakan peristiwa yang normal dan banyak dialami.
i. Reaksi Kognitif Dan Emosional Ibu Pada Kehamilan Trimester I
1) Merasa belum siap dengan kehamilannya, emosi tidak stabil dan
suasana hati yang bimbang tentang kebenaran kehamilan
2) Konsentrasi pada perubahan bentuk tubuh
3) Kegembiraan dan suasana hati memerlukan atau lebih menuju
kasih sayang pengertian dan pengertian dari lingkungan
sekitarnya terlebih dari suami.
j. Kebutuhan Pengetahuan Pada Kehamilan Trimester I
1) Perubahan fisik ibu hamil trimester pertama
2) Perubahan emosional pada ibu hamil trimester pertama
3) Seksualitas
a) Perubahan kebutuhan
b) Perhatian pada kehidupan seksual menurun
4) Ketidaknyamanan ringan pada kehamilan trimester pertama
a) Sering buang air kecil
b) Perasaan mual-mual
5) Tanda bahaya yang terjadi pada kehamilan trimester pertama
a) Perdarahan pervaginam
b) Nyeri perut
c) Edema pada muka, tangan dan kaki
6) Nutrisi ibu hamil trimester pertama
7) Penggunaan obat-obatan.
8) Kebiasaan sehari-hari seperti merokok dan minuman beralkohol

k. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama


Pada trimester pertama pertumbuhan dan perkembangan janin
masih berlangsung lambat dan kebutuhan gizi ibu hamil pada
trimester pertama sama dengan wanita dewasa biasanya. Keluhan
yang timbul pada trimester satu diantaranya nafsu makan kurang,
mual, pusing, halusinasi ingin makan yang aneh-aneh atau ngidam,
mual, muntah dan lainnya. Keluhan tersebut dapat menyebabkan
nafsu makan menurun dan berakibat asupan nutrisi menjadi
berkurang.
Kekurangan asupan pada trimester pertama dapat
menyebabkan meningkatkan risiko hipermis gravidarum, kelahiran
prematur, keguguran, dan kelainan pada sistem saraf. Makanan padat
gizi yang cukup selama kehamilan sangat dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan selama kehamilan. Makanan yang dianjurkan
berupa makanan kering dan segar seperti roti panggang, biskut atau
sereal dan buah-buah segar serta sari buah (Rahayu, 2017).
l. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian mual-muntah pada Ibu
Hamil
Ada beberapa hal yang dianggap sebagai faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian mual dan muntah dalam kehamilan
menurut (Astuti, 2016), yaitu:
1) Hormonal
Mual muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh
perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama
kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktasi kadar
HCG, khususnya diawal periode mual muntah paling umum
adalah pada usia 12-16 minggu pertama, dimana keadaan saat
itu, HCG mencapai kadar tertinggi. HCG disekresikan oleh sel-
sel trofoblas blastosit. HCG dibawah kontrol ovarium di
hipofisis menyebabkan korpus luteum terus memproduksi
estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil
alih oleh lapisan korionik plasenta. HCG dapat dideteksi dalam
darah wanita dari sekitar tiga minggu gestasi (satu minggu
setelah fertilisasi), suatu tanda menjadi dasar bagi tes kehamilan
2) Faktor Psikologis
Mual dan muntah dalam kehamilan diduga sebagai penyakit
psikosomatis atau kelainan konversi, wanita yang mengalaminya
tidak bisa menghadapi tekanan dengan keadaan kehamilannya
dan mengalihkannya pada gejala fisik. Ada hubungan antara
mual dan muntah dalam kehamilan dengan keadaan depresi,
anxietas dan hysteria. Masalah psikologis dapat memprediksi
beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam
kehamilan. Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman
atau tidak diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial
yang dapat menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi, dan
konflik.
3) Adaptasi Evolusi
Dikatakan bahwa mual dan muntah dalam kehamilan adalah
suatu mekanisme yang berguna untuk memproteksi wanita
hamil dan janin dari infeksi yang menular lewat makanan dan
dari toksin. Perubahan hormon kehamilan juga bisa
mengganggu fungsi neuromuskular dari sistem gastrointestinal,
yang berakibat pada mual dan muntah. Seperti progesterone
yang bisa mengurangi kontraktilitas otot polos dan
menyebabkan gastric dysrhythmiasatau pengosongan lambung
yang terhambat.
4) Pekerjaan
Perjalanan ketempat kerja yang mungkin terburu-buru di pagi
hari tanpa waktu yang cukup untuk sarapan dapat menyebabkan
mual dan muntah. Tergantung pada sifat pekerjaan wanita,
aroma, zat kimia, atau lingkungan dapat menambah rasa mual
wanita dan menyebabkan muntah.
5) Paritas
Pada primigravida menunjukkan kurangnya pengetahuan,
informasi dan komunikasi yang buruk antara wanita dan
pemberi asuhannya turut mempengaruhi persepsi wanita tentang
gejala mual dan muntah. Sedangkan multigravida dan
grandemultigravida sudah memiliki pengalaman, informasi dan
pengetahuan tentang gejala emesis gravidarum sehingga
mampu mengatasi gejalanya.
m. Penatalaksanaan
Secara garis besar penanganan mual dan muntah dalam
kehamilan dikelompokkan menjadi terapi farmakologi dan non-
farmakologi. Beberapa terapi non farmakologis di antaranya adalah
mengubah pola diet, dukungan emosional, akupresur dan
pemberian jahe (Indrayani et al., 2018).
1) Mengubah pola diet
Untuk kehamilan dengan gejala mual-muntah yang ringan,
penanganan dengan mengubah pola diet merupakan terapi yang
pertama yang dilakukan. Para wanita yang mengalaminya
dianjurkan untuk makan lebih sering dengan porsi yang lebih
kecil serta mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang
merangsang perasaan mual. Jenis makanan yang dikonsumsi
juga dianjurkan agar rendah lemak, tinggi karbohidrat dan
bertekstur lembut. Jenis minuman yang asam juga lebih ditolerir
oleh tubuh dibanding dengan air putih biasa.
2) Dukungan emosional
Dengan adanya mual muntah dalam kehamilan, walau tidak
berkorelasi kuat, tetapi dapat menimbulkan depresi yang
diakibatkan oleh perubahan mendadak kondisi pada wanita hamil.
Oleh sebab itu, dibutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar
untuk meringankan dampak psikologis yang ada.

3) Pemberian Vit B6
Vitamin B6 berperan dalam metabolisme tubuh seperti fungsi
normal sistem saraf, regulasi hormon, memperbaiki jaringan, dan
pembentukan sel darah merah, asam amino, dan asam nukleat.
Defisiensi vitamin B6 menyebabkan kadar serotonin rendah
sehingga saraf panca indera akan semakin sensitif yang
menyebabkan ibu mudah mual muntah.
Berdasarkan penelitian (Murdiana, 2016) yang berjudul “Terapi
Mual Muntah Pada Kehamilan di Rawat Jalan Rumah Sakit Kelas
D”. Hasil kesimpulan penelitian ini adalah Terapi antimual pada
penelitian ini sesuai dengan rekomendasi ACOG, pemberian
vitamin B6 (1.9%) merupakan lini pertama Ondansetron
diberikan pada 14 subjek penelitian (27.4%) merupakan lini
ketiga atau untuk terapi HG atau jika gejala mual muntah tidak
bekurang.
4) Jahe
Jahe merupakan bahan terapi yang banyak digunakan untuk
meredakan gejala mual muntah dalam kehamilan. Bentuk sediaan
dan kadar yang digunakan bermacam-macam. Menurut (E.
Handayani et al., 2017), selain jahe, sereh juga berfungsi untuk
mengatasi mual dan muntah.
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Soap
1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi
yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi ibu, yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif.
a. Data Subjektif
1) Identitas
a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur: Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah
wanita dengan usia 20-35 tahun. Usia di bawah 20 tahun
dan diatas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap
sejumlah komplikasi. Usia di bawah 20 tahun meningkatkan
insiden preeklampsia dan usia diatas 35 tahun
meningkatkan insiden diabetes melitus tipe II, hipertensi
kronis, persalinan yang lama pada nulipara, seksio sesaria,
persalinan preterm, IUGR, anomali kromosom dan
kematian janin (Varney, 2012).
c) Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang wanita
berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga
kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang dianut.
d) Agama: Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat
membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai
dengan keyakinannya.
e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu
sehingga tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi
termasuk dalam hal pemberian konseling sesuai dengan
pendidikan terakhirnya.
f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
pencapaian status gizinya (Auliana et al., 2016). Hal ini
dapat dikaitkan antara asupan nutrisi ibu dengan tumbung
kembang janin dalam kandungan, yang dalam hal ini
dipantau melalui tinggi fundus uteri ibu hamil.
g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan
dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
2) Keluhan Utama: Keluhan yang muncul pada kehamilan
trimester III meliputi sering kencing, nyeri pinggang dan sesak
napas akibat pembesaran uterus serta merasa khawatir akan
kelahiran bayinya dan keselamatannya. Selain itu, konstipasi
dan sering lelah merupakan hal yang wajar dikeluhkan oleh ibu
hamil (Mochtar, 2012).
3) Riwayat Menstruasi: Untuk mengkaji kesuburan dan siklus haid
ibu sehingga didapatkan hari pertama haid terakhir (HPHT)
untuk menentukan usia kehamilan dan memperkirakan tanggal
taksiran persalinannya (Prawirohardjo, 2020).
4) Riwayat Perkawinan: Untuk mengetahui kondisi psikologis ibu
yang akan mempengaruhi proses adaptasi terhadap kehamilan,
persalinan, dan masa nifas-nya.
5) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu: Untuk
mengetahui kejadian masa lalu ibu mengenai masa kehamilan,
persalinan dan masa nifas-nya. Komplikasi pada kehamilan,
persalinan dan nifas dikaji untuk mengidentifikasi masalah
potensial yang kemungkinan akan muncul pada kehamilan,
persalinan dan nifas kali ini. Lama persalinan sebelumnya
merupakan indikasi yang baik untuk memperkirakan lama
persalinan kali ini. Metode persalinan sebelumnya merupakan
indikasi untuk memperkirakan persalinan kali ini melalui seksio
sesaria atau melalui per vaginam. Berat badan janin sebelumnya
yang dilahirkan per vaginam dikaji untuk memastikan
keadekuatan panggul ibu untuk melahirkan bayi saat ini
(Varney, 2012).
6) Riwayat Hamil Sekarang: Untuk mengetahui beberapa kejadian
maupun komplikasi yang terjadi pada kehamilan sekarang. Hari
pertama haid terakhir digunakan untuk menentukan tafsiran
tanggal persalinan dan usia kehamilan. Gerakan janin yang
dirasakan ibu bertujuan untuk mengkaji kesejahteraan janin.
Gerakan janin mulai dapat dirasakan pada minggu ke-16 sampai
minggu ke-20 kehamilan (Varney, 2012).
7) Riwayat Penyakit yang Lalu/Operasi: Adanya penyakit seperti
diabetes mellitus dan ginjal dapat memperlambat proses
penyembuhan luka (Auliana et al., 2016). Gangguan sirkulasi
dan perfusi jaringan dapat terjadi pada penderita diabetes
melitus. Selain itu, hiperglikemia dapat menghambat fagositosis
dan menyebabkan terjadinya infeksi jamur dan ragi pada luka
jalan lahir (Johnson & Taylor, 2015).
8) Riwayat Penyakit Keluarga: Untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga.
9) Riwayat Ginekologi: Untuk mengetahui riwayat kesehatan
reproduksi ibu yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap
proses kehamilannya.
10) Riwayat Keluarga Berencana: Untuk mengetahui penggunaan
metode kontrasepsi ibu secara lengkap dan untuk merencanakan
penggunaan metode kontrasepsi setelah masa nifas ini.
11) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi: Makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil
antara lain daging tidak berlemak, ikan, telur, tahu, tempe,
susu, brokoli, sayuran berdaun hijau tua, kacangan-
kacangan, buah dan hasil laut seperti udang. Sedangkan
makanan yang harus dihindari oleh ibu hamil yaitu hati dan
produk olahan hati, makanan mentah atau setengah matang,
ikan yang mengandung merkuri seperti hiu dan marlin serta
kafein dalam kopi, teh, coklat maupun kola. Selain itu,
menu makanan dan pengolahannya harus sesuai dengan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (Mochtar, 2012).
b) Pola Eliminasi: Pada kehamilan trimester III, ibu hamil
menjadi sering buang air kecil dan konstipasi. Hal ini dapat
dicegah dengan konsumsi makanan tinggi serat dan banyak
minum air putih hangat ketika lambung dalam keadaan
kosong untuk merangsang gerakan peristaltik usus
(Mochtar, 2012).
c) Pola Istirahat: Pada wanita usia reproduksi (20-35 tahun)
kebutuhan tidur dalam sehari adalah sekitar 8-9 jam
(Auliana et al., 2016).
d) Psikososial: Pada setiap trimester kehamilan ibu mengalami
perubahan kondisi psikologis. Perubahan yang terjadi pada
trimester 3 yaitu periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Oleh karena itu, pemberian arahan, saran dan
dukungan pada ibu tersebut akan memberikan kenyamanan
sehingga ibu dapat menjalani kehamilannya dengan lancar
(Varney, 2012). Data sosial yang harus digali termasuk
dukungan dan peran ibu saat kehamilan ini.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan Umum: Baik
b) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.
Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu
mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan (S. Handayani
& Mulyati, 2017).
c) Keadaan Emosional: Stabil.
d) Tinggi Badan: Untuk mengetahui apakah ibu dapat bersalin
dengan normal. Batas tinggi badan minimal bagi ibu hamil
untuk dapat bersalin secara normal adalah 145 cm. Namun,
hal ini tidak menjadi masalah jika janin dalam
kandungannya memiliki taksiran berat janin yang kecil
(Kementerian Kesehatan RI, 2015).
e) Berat Badan: Penambahan berat badan minimal selama
kehamilan adalah ≥ 9 kg (Kementerian Kesehatan RI,
2015).
f) LILA: Batas minimal LILA bagi ibu hamil adalah 23,5 cm
(Kementerian Kesehatan RI, 2015).
g) Tanda-tanda Vital: Rentang tekanan darah normal pada
orang dewasa sehat adalah 100/60 – 140/90 mmHg, tetapi
bervariasi tergantung usia dan variable lainnya. WHO
menetapkan hipertensi jika tekanan sistolik ≥ 160 mmHg
dan tekanan diastolic ≥ 95 mmHg. Pada wanita dewasa
sehat yang tidak hamil memiliki kisaran denyut jantung 70
denyut per menit dengan rentang normal 60-100 denyut per
menit. Namun selama kehamilan mengalami peningkatan
sekitar 15-20 denyut per menit. Nilai normal untuk suhu per
aksila pada orang dewasa yaitu 35,8-37,3° C (Johnson &
Taylor, 2015). Sedangkan menurut (Varney, 2012),
pernapasan orang dewasa normal adalah antara 16-20
×/menit.
2) Pemeriksaan fisik
a) Muka: Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang bervariasi
pada wajah dan leher (Chloasma Gravidarum) akibat
Melanocyte Stimulating Hormone. Selain itu, penilaian
pada muka juga ditujukan untuk melihat ada tidaknya
pembengkakan pada daerah wajah serta mengkaji
kesimetrisan bentuk wajah (Mochtar, 2012).
b) Mata: Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai warna ,
yang dalam keadaan normal berwarna putih. Sedangkan
pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk mengkaji
munculnya anemia. Konjungtiva yang normal berwarna
merah muda (Mochtar, 2012). Selain itu, perlu dilakukan
pengkajian terhadap pandangan mata yang kabur terhadap
suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya pre-
eklampsia.
c) Mulut: Untuk mengkaji kelembaban mulut dan mengecek
ada tidaknya stomatitis.
d) Gigi/Gusi: Gigi merupakan bagian penting yang harus
diperhatikan kebersihannya sebab berbagai kuman dapat
masuk melalui organ ini. Karena pengaruh hormon
kehamilan, gusi menjadi mudah berdarah pada awal
kehamilan (Hatini, 2018).
e) Leher: Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid tidak terlihat
dan hampir tidak teraba sedangkan kelenjar getah bening
bisa teraba seperti kacang kecil.
f) Payudara: Menurut (Prawirohardjo, 2020), payudara
menjadi lunak, membesar, vena-vena di bawah kulit lebih
terlihat, puting susu membesar, kehitaman dan tegak, areola
meluas dan kehitaman serta muncul strechmark pada
permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan
payudara, mendeteksi kemungkinan adanya benjolan dan
mengecek pengeluaran ASI.
g) Perut: Inspeksi : Muncul Striae Gravidarum dan Linea
Gravidarum pada permukaan kulit perut akibat Melanocyte
Stimulating Hormone. Palpasi : Leopold 1, pemeriksa
menghadap ke arah muka ibu hamil, menentukan tinggi
fundus uteri dan bagian janin yang terdapat pada fundus.
Leopold 2, menentukan batas samping rahim kanan dan
kiri, menentukan letak punggung janin dan pada letak
lintang, menentukan letak kepala janin. Leopold 3,
menentukan bagian terbawah janin dan menentukan apakah
bagian terbawah tersebut sudah masuk ke pintu atas
panggul atau masih dapat digerakkan. Leopold 4, pemeriksa
menghadap ke arah kaki ibu hamil dan menentukan
konvergen (Kedua jari-jari pemeriksa menyatu yang berarti
bagian terendah janin belum masuk panggul) atau divergen
(Kedua jari-jari pemeriksa tidak menyatu yang berarti
bagian terendah janin sudah masuk panggul) serta seberapa
jauh bagian terbawah janin masuk ke pintu atas panggul.
Denyut jantung janin normal adalah antara 120-160
×/menit. Pada akhir trimester III menjelang persalinan,
presentasi normal janin adalah presentasi kepala dengan
letak memanjang dan sikap janin fleksi (Kementerian
Kesehatan RI, 2015).
Tafsiran berat janin menurut (Manuaba, 2015), berat janin
dapat ditentukan dengan rumus lohnson, yaitu :

Jika kepala janin belum masuk pintu atas panggul

Berat janin = (TFU-12) x 155 gram

Jika kepala janin telah masuk pintu atas panggul

Berat janin = (TFU-11) x 155 gram

h) Ano-Genetalia : Pengaruh hormon estrogen dan progesteron


adalah pelebaran pembuluh darah sehingga dapat terjadi
varises pada sekitar genetalia. Namun tidak semua ibu
hamil mengalami varises pada daerah tersebut. Pada
keadaan normal, tidak terdapat hemoroid pada anus.
i) Ektremitas: Tidak ada edema, tidak ada varises dan refleks
patella menunjukkan respons positif (Mochtar, 2012).
3) Pemeriksaan penunjang
a) Hemoglobin: Wanita hamil dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin-nya < 10 gram/dL. Jadi, wanita hamil harus
memiliki hemoglobin > 10gr/dL (Varney, 2012).
b) Golongan darah: Untuk mempersiapkan calon pendonor
darah jika sewaktu-waktu diperlukan karena adanya situasi
kegawatdaruratan (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
c) USG: Pemeriksaan USG dapat digunakan pada kehamilan
muda untuk mendeteksi letak janin, perlekatan plasenta,
lilitan tali pusat, gerakan janin, denyut jantung janin,
mendeteksi tafsiran berat janin dan tafsiran tanggal
persalinan serta mendeteksi adanya kelainan pada
kehamilan (Mochtar, 2012).
d) Protein urine dan glukosa urine: Urine negative untuk
protein dan glukosa (Varney, 2012).
2. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Perumusan diagnosa kehamilan disesuaikan dengan nomenklatur
kebidanan, seperti GPA usia… tahun usia kehamilan ….minggu
fisiologis dan janin tunggal hidup. Perumusan masalah disesuaikan
dengan kondisi ibu. Menurut (Prawirohardjo, 2020)kehamilan
menyebabkan perubahan fisik, psikis dan hormonal pada tubuh ibu. Hal
tersebut menimbulkan bermacam-macam keluhan, salah satunya adalah
mual muntah atau morning sickness yang biasa terjadi pada awal
kehamilan. Selain itu, konstipasi dan sering lelah merupakan hal wajar
dikeluhkan oleh ibu hamil. Contoh kebutuhan TM I adalah perubahan
fisik dan psikologis ibu TM I, tanda bahaya kehamilan TM I,
penatalaksaan keluhan kehamilan TM I, serta kebutuhan nutrisi yang
harus dipenuhi pada awal kehamilan.
3. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif. Sesuai dengan (Kementerian Kesehatan RI, 2015), standar
pelayanan antenatal merupakan rencana asuhan pada ibu hamil yang
minimal dilakukan pada setiap kunjungan antenatal, antara lain timbang
berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur LILA, ukur
TFU, tentukan status imunisasi dan berikan imunisasi TT sesuai status
imunisasi, berikan tablet tambah darah, tentukan presentasi janin dan
hitung DJJ, berikan konseling mengenai lingkungan yang bersih,
kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara,
body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil,
serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi, berikan pelayanan tes
laboratorium sederhana, dan lakukan tatalaksana.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan
rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada ibu dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Asuhan
kebidanan pada ibu hamil itu meliputi menimbang berat badan,
mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah, mengukur LILA,
mengukur TFU, menentukan status imunisasi dan memberikan imunisasi
TT sesuai status imunisasi, memberikan tablet tambah darah,
menentukan presentasi janin dan menghitung DJJ, memberikan konseling
mengenai lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat
dan rekreasi, perawatan payudara, body mekanik, kebutuhan seksual,
kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta persiapan persalinan dan
kelahiran bayi, memberikan pelayanan tes laboratorium sederhana, dan
melakukan tatalaksana.
5. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat,
dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindaklanjuti
sesuai dengan kondisi ibu. Berikut adalah uraian evaluasi dari
pelaksanaan.
a. Telah dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan, tekanan darah, LILA, dan TFU.
b. Status imunisasi tetanus ibu telah diketahui dan telah diberikan
imunisasi TT sesuai dengan status imunisasi.
c. Telah diberikan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan.
d. Telah didapat presentasi janin dan denyut jantung janin
e. Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai lingkungan
yang bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi,
perawatan payudara, body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan
eliminasi, senam hamil, serta persiapan persalinan dan kelahiran
bayi.
f. Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium.
g. Telah diberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan
permasalahan yang dialami.
6. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap,
akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang
ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
formulir yang tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.
a. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan ibu.
b. O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap
ibu.
c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.
d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan (S. Handayani &
Mulyati, 2017).
.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S. (2016). Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan. Erlangga.

Auliana, U., Iskari, N., & Tiurma, H. (2016). Hubungan Usia , Tingkat
Pendidikan , Status Ekonomi ,. Nutrire Diaita, 8(1), 9–17.

Elvira, M., & Anggraini, N. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Hipertensi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 8(1), 78.
https://doi.org/10.36565/jab.v8i1.105

Handayani, E., Rahmawati, T., & Rofiah, S. (2017). Efektivitas konsumsi jahe
dan sereh dalam mengatasi MORNING SICKNESS. Jurnal Ilmiah Bidan,
2(2).

Handayani, S., & Mulyati, S. . (2017). Dokumentasi Kebidanan. Pusdik SDM


Kesehatan.

Hatini, E. E. (2018). ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN. Wineka Media.

Indrayani, I. M., Burhan, R., & Widiyanti, D. (2018). Efektifitas Pemberian


Wedang Jahe Terhadap Frekuensi Mual Dan Muntah Pada Ibu Hamil
Trimester I Di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kesehatan, 5(2), 201–211. https://doi.org/10.32668/jitek.v5i2.29

Johnson, R., & Taylor, W. (2015). Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC.

Juliarti, W. (2017). Hubungan faktor penyebab dengan kejadian anemia di


Puskesmas Melur. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, VII(1), 25–
28.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan


Ibu Dan Anak. In Direktur Kesehatan Ibu dan Anak (Ed.), Departemen
Kesehatan RI (Pertama). Departemen Kesehatan JICA.

Kusmiyati, Y. (2012). Perawatan Ibu Hamil. Fitramaya.

Manuaba. (2015). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. EGC.

Mochtar, R. (2012). Sinopsis Obstetri Jilid 1. Buku Kedokteran EGC.

Murdiana, H. E. (2016). Terapi Mual Muntah pada Kehamilan di Rawat Jalan


Rumah Sakit Kelas D. Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(12), 73–78.
Prawirohardjo, S. (2020). Ilmu kebidanan (4th ed.). Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Putri, Y., & Hastina, E. (2020). Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Kasus
Komplikasi Kehamilan, Nifas dan Persalinan. CV Pena Persada.

Rahayu, S. (2017). Panduan Praktis Asuhan Kebidanan Fisiologis. Trans Info


Media.

Rahma, M., & Safura, T. R. (2016). Asuhan pada ibu hamil trimester 1 dengan
hiperemesis gravidarum tingkat 1. Midwife Journal, 2(02), 50–58.
http://jurnal.ibijabar.org/asuhan-pada-ibu-hamil-trimester-i-dengan-
hiperemesis-gravidarum-tingkat-i/

Rukiyah, A. Y., & Yulianti, L. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Trans Info
Media.

Saifuddin, A. B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Syafrudin, Karningsih, N., & Dairi, M. (2011). UNTAIAN MATERI


PENYULUHAN KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) (Pertama, p. 513). CV. Trans
Info Media.

Syaiful, & Fatmawati, L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Jakad


Publishing.

Varney, H. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC.

Anda mungkin juga menyukai