Disusun Oleh :
SITI ARYANI
(P1337424820256)
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Pembimbing Institusi
3) Perasaan Ambivalen
Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan
trimester pertama. Perasaan ambivalen wanita hamil
berhubungan dengan kecemasan terhadap perubahan selama
masa kehamilan, rasa tanggung jawab, takut atas
kemampuannya menjadi orang tua, sikap penerimaan keluarga,
masyarakat, dan masalah keuangan. Perasaan ambivalen akan
berakhir seiring dengan adanya sikap penerimaan terhadap
kehamilan
4) Perasaan Ketidaknyamanan
Perasaan ketidaknyamanan sering terjadi pada trimester pertama
seperti nausea, kelelahan, perubahan nafsu makan dan kepekaan
emosional, semuanya dapat mencerminkan konflik dan depresi.
5) Insomnia
Sulit tidur merupakan gangguan tidur yang diakibatkan gelisah
atau perasaan tidak senang, kurang tidur, atau sama sekali tidak
bisa tidur. Sulit tidur sering terjadi pada ibu-ibu hamil pertama
kali atau kekhawatiran menjelang kelahiran. Gejala-gejala
insomnia dari ibu hamil dapat dilihat dari sulit tidur, tidak bisa
memejamkan mata, dan selalu terbangun dini hari. Penyebab
insomnia yaitu stres, perubahan pola hidup, penyakit,
kecemasan, depresi, dan lingkungan rumah yang ramai. Dampak
buruk dari insomnia yaitu perasaan mudah lelah, tidak
bergairah, mudah emosi, stress.
e. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester Pertama
1) Hyperemesis Gravidarum
Hiperemesesis gravidarum sebagai suatu keadaan yang
dikarakteristikan dengan rasa mual dan muntah yang berlebihan,
kehilangan berat badan dan gangguang keseimbangan elektrolit,
ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat
cekung. Jika tidak ditangani segera masalah yang timbul seperti
peningkatan asam lambung yang selanjutnya dapat menjadi
gastristis. Peningkatan asam lambung akan semakin
memperparah hyperemesis gravidarum. Mual muntah yang
timbul terjadi karena adanya perubahan berbagai hormon dalam
tubuh pada awal kehamilan. Presentase hormon hCG akan
meningkat sesuai dengan pertumbuhan plasenta. Diperkirakan
hormon inilah yang mengakibatkan muntah melalui rangsangan
terhadap otot polos lambung. Sehingga semakin tinggi hormon
hCG , semakin cepat pula merangsang muntah (Rahma &
Safura, 2016).
Menurut (Manuaba, 2015), mengemukakan dampak yang
terjadi pada hyperemesis gravidarum yaitu menimbulkan
konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi sel liver hingga terjadi
ikterus. Mual muntah yang berkelanjutan dapat menimbulkan
gangguan fungsi alat-alat vital dan menimbulkan kematian.
Hyperemesis gravidarum juga dikaitkan dengan peningkatan
resiko untuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kelahiran
Prematur, kecil usia kehamilan, serta kematian pada perinatal.
Klasifikasi hyperemesis gravidarum menurut (Manuaba,
2015), yaitu:
a) Hyperemesis gravidarum tingkat I ditandai dengan muntah
yang terus menerus disertai dengan penurunan nafsu makan
dan minum.
b) Pada hyperemesis gravidarum tingkat II, pasien
memuntahkan semua yang dimakan dan diminu, berat bada
cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat.
c) Hyperemesis gravidarum tingkat III sangant jarang terjadi.
Keadaan ini sangat merupakan kelanjutan dari hyperemesis
tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang atau
bahkan berhenti, tetapi kesadaran menurun (delirium
dampai koma) hingga mengalami ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan
billirubin dan protein.
2) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa awal kehamilan kurang
dari 22 minggu. Pada awal kehamilan, ibu mungkin akan
mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu
pertama terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan
implantasi (penempelan hasil konsepsi pada dinding rahim)
yang dikenal dengan tanda Hartman dan ini normal terjadi. Pada
waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin
terjadi pertanda servik yang rapuh (erosi). Perdarahan dalam
proses ini dapat dikatakan normal namun dapat diindikasikan
terdapat tanda-tanda infeksi. Perdarahan pervaginam patologis
dengan tanda-tanda seperti darah yang keluar berwarna merah
dengan jumlah yang banyak, serta perdarahan dengan nyeri yang
hebat. Perdarahan ini dapat disebabkan karena abortus,
kehamilan ektopik atau mola hidatidosa.
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan < 20 minggu dengan berat janin < 500 gram
atau sebelum plasenta selesai. Jenis-jenis abortus menurut
(Kusmiyati, 2012), diantaranya:
a) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah
tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan
tersebut.
b) Abortus provokatus (induced abortion) adalah bentuk
abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat–obatan
mau pun alat–alat.
c) Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi karena
indikasi medis seperti riwayat penyakit jantung, hipertensi,
dan kanker.
d) Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan– tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.
e) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah bentuk
abortus dimana hanya sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Perdarahan berlangsung banyak, dan dapat membahayakan
ibu.
f) Abortus imminens Abortus yang mengancam terjadi di
mana perdarahan kurang dari 20 minggu, dengan atau tanpa
kram perut bagian baway tanpa dilatasi serviks.
g) Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung
dimana ekspulsi hasil konsepsi belum terjadi tetapi telah
ada dilatasi serviks. Kondosi ini ditandai pada wanita hamil
dengan perdarahan banyak, disertai nyeri kram peut bagian
bawah.
h) Abortus tertunda (missed abortion). Menurut WHO, missed
abortion adalah kondisi dimana embrio atau janin nonviable
tetapi tidak dikeluarkan secara spontan dari janin (kurun
waktu sekitar 8 minggu).
3) Mola hidatidosa
Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2015), mola
hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional,
yang disebabkan oleh kelainan pada villi khoironok yang
disebabkan oleh poliferasi trofoblastik dan edem. Diagnosa
mola hidatidosa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan USG.
Beberapa tanda gejala molahidatidosa yaitu:
a) Terdapat mual dan muntah yang menetap, terkadang sering
kali menjadi parah.
b) Terdapat perdarahan uterus pada minggu ke-12 disertai
bercak darah dan perdarahan hebat, namun biasanya berupa
rabas yang bercampur darah, dan cenderung berwarna
merah.
c) Tampak ukuran uterus yang membesar namun tidak ada
perkembangan/ aktivitas janin.
d) Terdapat nyeri tekan pada ovarium.
e) Tidak ada denyut jantung janin.
f) Saat palpasi, bagian-bagian janin tidak diteraba/ tidak
ditemukan.
g) Komplikasi hipertensi akibat kehamilan, preeklampsi/
eklampsi sebelum usia kehamilan 24 minggu.
4) Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi
dan pertumbuhan hasil konsepsi berlangsung diluar
endometrium kavum uteri. Hampir 95% kehamilan ektopik
terjadi diberbagai segmen tuba fallopi, dan 5% sisanya terdapat
di ovarium, rongga peritoneum dan didalam serviks. Jika terjadi
ruptur disekitar lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi
keadaan perdarahan pasif dan nyeri abdomen akut yang disebut
kehamilan ektopik terganggu (Kementerian Kesehatan RI,
2015).
Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat operasi
tubektomi, penggunaan IUD, infertilitas, riwayat abortus dan
riwayat inseminasi buatan/ teknologi bantuan reproduktif
(assisted reproductive technology/ ART). Diagnosa kehamilan
ektopik dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan USG.
5) Anemia
WHO menetapkan standar hemoglobin (Hb 11%) pada ibu
hamil, jika kurang dari standar maka dikatakan mengalami
anemia. (Kementerian Kesehatan RI, 2015) mengklasifikasikan
anemia pada ibu hamil berdasarkan berat badannya
dikategorikan sebagai anemia ringan dan berat. Anemia ringan
apabila kadar Hb dalam darah yaitu 8 gr% hingga kurang dari 11
gr%. Anemia berat apabila kadar Hb dalam darah kurang dari 8
gr% (Juliarti, 2017). Komplikasi anemia pada ibu hamil dapat
menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital,
abortus/ keguguran serta dampak pada janin menyebabkan berat
lahir rendah. Macam-macam anemia dalam kehamilan meliputi:
a) Anemia defisiensi zat besi
Anemia yang ditandai dengan keluhan lemas, pucat dan
mudah pingsan, karena kekurangan zat besi dalam darah
dan kadar Hb < 11 gr%. Dapat ditanggulangi dengan
mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi seperti sayur-
sayuran dan daging.
b) Anemia megaloblastik
Anemia yang terjadi karena kelainan proses pembentukan
DNA sel darah merah yang disebabkan kekurangan
(defisiensi) vitamin B12 dan asam folat.
c) Anemia hipoplastik
Anemia yang terjadi karena kelainan sumsung tulang yang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru
d) Anemia hemolitik
Anemia yang terjadi karena kerusakan sel darah merah yang
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
6) Hipertensi Gravidarum
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
sistolik dan distolik sampai atau melebihi 140/ 90 mmHg. Ibu
hamil yang mengalami kenaikan takanan sistolik sebanyak 30
mmHg atu diastolik sebanyak 15 mmHg perlu dipantau lebih
lanjut (Elvira & Anggraini, 2019).
Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tekanan darah
yang dipengaruhi oleh faktor perubahan curah jantung, sistem
saraf simpatis, autoregulasi, dan pengaturan hormon. Hipertensi
dalam kehamilan dibagi menjadi 5 yaitu: hipertensi kronis,
preeklamsi, superimposed, hipertensi gestasional dan eklamsia.
Hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan
darahnya mencapai 140/ 90 mmHg atau lebih untuk pertama kali
selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria.
Hipertensi gestasional disebut hipertensi transien apabila tidak
terjadi preeklampsia dan tekanan darah kembali normal dalam
12 minggu postpartum. Hipertensi gestasional dapat
memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan
preeklampsia, 58 seperti nyeri kepala, nyeri epigastrium,
trombositipenia (Syaiful & Fatmawati, 2019).
f. Kunjungan Pelayanan Antenatal Kehamilan Trimester I
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada
ibu hamil secara rutin dan berkesinambungan untuk menjaga
kesehatan ibu dan janinnya guna mencapai beberapa sasaran utama
yaitu untuk mencegah dan mengatasi masalah kehamilan, untuk
membatu masalah gizi, masalah sosial dan untuk memberikan
pendidikan kesehatan dalam masa persalinan dan nifas, cara menjaga
diri agar tetap sehat, membantu ibu hamil dan keluarga
mempersiapkan kelahiran bayinya, penyuluhan tentang KB, serta
meningkatkan kesadaran tentang kemungkinan adanya resiko atau
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan (Syafrudin et al., 2011).
Pelayanan Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu
hamil. Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko
mengalami penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan
antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai standar
pelayanan antenatal yang berkualitas (Kementerian Kesehatan RI,
2015). Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal
rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya adalah ibu
hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal
terpadu dan berkualitas secara keseluruhan yaitu memberikan
pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan
berlangsung sehat, melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan
penyulit/komplikasi kehamilan, menyiapkan persalinan yang bersih
dan aman, merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk
melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi, melakukan
penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan serta melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami
dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan
dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi (Kementerian
Kesehatan RI, 2015).
Pemeriksaan antenatal yang sesuai standar adalah dengan
memberikan pelayanan antenatal standar 10 T yaitu :
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
2) Pengukuran tekanan darah
3) Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toksoid sesuai status imunisasi
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan,
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal
dan konseling, termasuk keluarga berencana
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin
darah (HB), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan
golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya)
10) Tatalaksana kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Tujuan pemeriksaan ibu pada kunjungan prenatal pertama
adalah sebagai berikut :
1) Untuk memastikan kehamilan
2) Untuk pemeriksaan kesehatan fisik ibu hamil
3) Untuk mengkaji pertumbuhan dan perkembangan janin
4) Untuk mengevaluasi kebutuhan psikososial ibu dan keluarganya
5) Untuk mengkaji kebutuhan konseling dan pembelajaran
6) Untuk menyusun rencana perawatan guna meningkatkan
kesehatan ibu dan bayi (Syaiful & Fatmawati, 2019).
g. Penatalaksanaan Kehamilan Trimester I
Proses pengkajian dilakukan sepanjang prenatal. Proses
dimulai saat ibu bertemu dengan tenaga kesehatan karena adanya
dugaan kehamilan. Teknik pengkajian meliputi wawancara,
pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Penyimpangan dari temuan
normal dapat mengindikasikan suatu komplikasi (Syaiful &
Fatmawati, 2019). Pada usia kehamilan 12 minggu dilakukan
pemeriksaan dengan melakukan asuhan sebagai berikut :
1) Penegakan diagnosa kehamilan dengan metode sederhana
dengan melihat perubahan fisiologi dan kolaborasi dengan
dilakukan USG
2) Penapisan kebiasaan buruk itu seperti merokok dan minum-
minuman keras
3) Penapisan penyakit penyerta pada masa kehamilan seperti
diabetes melitus jantung dan hipertensi
4) Pemeriksaan berat badan ibu dan IMT
5) Lakukan pemeriksaan laboratorium seperti HB, urine, dan
VDRL
6) Lakukan deteksi dini penyakit menular seksual termasuk HIV
AIDS, HBSAG, dan sifilis
7) Pemenuhan kebutuhan asam folat, vitamin D, vitamin B6,
vitamin B12 serta pemberian tablet Fe pada ibu bila tidak
terdapat efek samping tablet Fe bagi ibu
8) Mengurangi keluhan pada awal kehamilan seperti hiperemesis
gravidarum
9) Menyiapkan psikologi ibu terhadap kehamilan yang terjadi
10) Pemberian informasi sesuai keluhan ibu
11) Deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi dan lakukan
kolaborasi atau rujukan yang tepat
12) Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan yang diberikan
(Rahayu, 2017).
h. Pengaruh Kehamilan Trimester I Pada Kehidupan Sosial
1) Karier
Prospek karir pada seorang wanita akan dibatasi dengan
adanya kehamilan. Pengaruh kehamilan pada pekerjaan maupun
sebaliknya sangat bergantung pada jenis pekerjaan dan orang-
orang ditempat wanita itu bekerja. Meninggalkan pekerjaan saat
hamil, membuat ibu hamil merasa kesepian, menganggap
dirinya tidak berguna dan itu dapat menjadi masalah. Selain itu
ibu hamil dapat pula merasakan bahwa kini dia mempunyai
banyak waktu untuk menyalurkan hobi dan minat, serta
menyalurkan kegiatannya sampai bayi lahir nantinya.
2) Aspek Finansial
Aspek finansial dapat menjadi masalah yang sangat
penting terutama jika kehamilan terjadi tanpa diduga.
Misalnya, penghasilan suami tidak memadai dan ibu hamil
terpaksa berhenti bekerja maka ada kemungkinan harus tinggal
di daerah yang kumuh yang rentang penyakit atau juga untuk
menghemat pengeluaran wanita tersebut mungkin akan
mengurangi makan makanan segar yang kaya akan protein dan
kalsium yang dibutuhkan.
3) Ketakutan dan kecemasan
Ibu hamil dan pasangannya mungkin mengalami
ketakutan, kekhawatiran dan berbagai reaksi emosional yang
tidak dapat dibagi dengan keluarga ataupun sahabatnya. Kondisi
dianggap lemah ketika kehamilan dan kelahiran terjadi
merupakan peristiwa yang normal dan banyak dialami.
i. Reaksi Kognitif Dan Emosional Ibu Pada Kehamilan Trimester I
1) Merasa belum siap dengan kehamilannya, emosi tidak stabil dan
suasana hati yang bimbang tentang kebenaran kehamilan
2) Konsentrasi pada perubahan bentuk tubuh
3) Kegembiraan dan suasana hati memerlukan atau lebih menuju
kasih sayang pengertian dan pengertian dari lingkungan
sekitarnya terlebih dari suami.
j. Kebutuhan Pengetahuan Pada Kehamilan Trimester I
1) Perubahan fisik ibu hamil trimester pertama
2) Perubahan emosional pada ibu hamil trimester pertama
3) Seksualitas
a) Perubahan kebutuhan
b) Perhatian pada kehidupan seksual menurun
4) Ketidaknyamanan ringan pada kehamilan trimester pertama
a) Sering buang air kecil
b) Perasaan mual-mual
5) Tanda bahaya yang terjadi pada kehamilan trimester pertama
a) Perdarahan pervaginam
b) Nyeri perut
c) Edema pada muka, tangan dan kaki
6) Nutrisi ibu hamil trimester pertama
7) Penggunaan obat-obatan.
8) Kebiasaan sehari-hari seperti merokok dan minuman beralkohol
3) Pemberian Vit B6
Vitamin B6 berperan dalam metabolisme tubuh seperti fungsi
normal sistem saraf, regulasi hormon, memperbaiki jaringan, dan
pembentukan sel darah merah, asam amino, dan asam nukleat.
Defisiensi vitamin B6 menyebabkan kadar serotonin rendah
sehingga saraf panca indera akan semakin sensitif yang
menyebabkan ibu mudah mual muntah.
Berdasarkan penelitian (Murdiana, 2016) yang berjudul “Terapi
Mual Muntah Pada Kehamilan di Rawat Jalan Rumah Sakit Kelas
D”. Hasil kesimpulan penelitian ini adalah Terapi antimual pada
penelitian ini sesuai dengan rekomendasi ACOG, pemberian
vitamin B6 (1.9%) merupakan lini pertama Ondansetron
diberikan pada 14 subjek penelitian (27.4%) merupakan lini
ketiga atau untuk terapi HG atau jika gejala mual muntah tidak
bekurang.
4) Jahe
Jahe merupakan bahan terapi yang banyak digunakan untuk
meredakan gejala mual muntah dalam kehamilan. Bentuk sediaan
dan kadar yang digunakan bermacam-macam. Menurut (E.
Handayani et al., 2017), selain jahe, sereh juga berfungsi untuk
mengatasi mual dan muntah.
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Soap
1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi
yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi ibu, yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif.
a. Data Subjektif
1) Identitas
a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur: Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah
wanita dengan usia 20-35 tahun. Usia di bawah 20 tahun
dan diatas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap
sejumlah komplikasi. Usia di bawah 20 tahun meningkatkan
insiden preeklampsia dan usia diatas 35 tahun
meningkatkan insiden diabetes melitus tipe II, hipertensi
kronis, persalinan yang lama pada nulipara, seksio sesaria,
persalinan preterm, IUGR, anomali kromosom dan
kematian janin (Varney, 2012).
c) Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang wanita
berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga
kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang dianut.
d) Agama: Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat
membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai
dengan keyakinannya.
e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu
sehingga tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi
termasuk dalam hal pemberian konseling sesuai dengan
pendidikan terakhirnya.
f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
pencapaian status gizinya (Auliana et al., 2016). Hal ini
dapat dikaitkan antara asupan nutrisi ibu dengan tumbung
kembang janin dalam kandungan, yang dalam hal ini
dipantau melalui tinggi fundus uteri ibu hamil.
g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan
dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
2) Keluhan Utama: Keluhan yang muncul pada kehamilan
trimester III meliputi sering kencing, nyeri pinggang dan sesak
napas akibat pembesaran uterus serta merasa khawatir akan
kelahiran bayinya dan keselamatannya. Selain itu, konstipasi
dan sering lelah merupakan hal yang wajar dikeluhkan oleh ibu
hamil (Mochtar, 2012).
3) Riwayat Menstruasi: Untuk mengkaji kesuburan dan siklus haid
ibu sehingga didapatkan hari pertama haid terakhir (HPHT)
untuk menentukan usia kehamilan dan memperkirakan tanggal
taksiran persalinannya (Prawirohardjo, 2020).
4) Riwayat Perkawinan: Untuk mengetahui kondisi psikologis ibu
yang akan mempengaruhi proses adaptasi terhadap kehamilan,
persalinan, dan masa nifas-nya.
5) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu: Untuk
mengetahui kejadian masa lalu ibu mengenai masa kehamilan,
persalinan dan masa nifas-nya. Komplikasi pada kehamilan,
persalinan dan nifas dikaji untuk mengidentifikasi masalah
potensial yang kemungkinan akan muncul pada kehamilan,
persalinan dan nifas kali ini. Lama persalinan sebelumnya
merupakan indikasi yang baik untuk memperkirakan lama
persalinan kali ini. Metode persalinan sebelumnya merupakan
indikasi untuk memperkirakan persalinan kali ini melalui seksio
sesaria atau melalui per vaginam. Berat badan janin sebelumnya
yang dilahirkan per vaginam dikaji untuk memastikan
keadekuatan panggul ibu untuk melahirkan bayi saat ini
(Varney, 2012).
6) Riwayat Hamil Sekarang: Untuk mengetahui beberapa kejadian
maupun komplikasi yang terjadi pada kehamilan sekarang. Hari
pertama haid terakhir digunakan untuk menentukan tafsiran
tanggal persalinan dan usia kehamilan. Gerakan janin yang
dirasakan ibu bertujuan untuk mengkaji kesejahteraan janin.
Gerakan janin mulai dapat dirasakan pada minggu ke-16 sampai
minggu ke-20 kehamilan (Varney, 2012).
7) Riwayat Penyakit yang Lalu/Operasi: Adanya penyakit seperti
diabetes mellitus dan ginjal dapat memperlambat proses
penyembuhan luka (Auliana et al., 2016). Gangguan sirkulasi
dan perfusi jaringan dapat terjadi pada penderita diabetes
melitus. Selain itu, hiperglikemia dapat menghambat fagositosis
dan menyebabkan terjadinya infeksi jamur dan ragi pada luka
jalan lahir (Johnson & Taylor, 2015).
8) Riwayat Penyakit Keluarga: Untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga.
9) Riwayat Ginekologi: Untuk mengetahui riwayat kesehatan
reproduksi ibu yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap
proses kehamilannya.
10) Riwayat Keluarga Berencana: Untuk mengetahui penggunaan
metode kontrasepsi ibu secara lengkap dan untuk merencanakan
penggunaan metode kontrasepsi setelah masa nifas ini.
11) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi: Makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil
antara lain daging tidak berlemak, ikan, telur, tahu, tempe,
susu, brokoli, sayuran berdaun hijau tua, kacangan-
kacangan, buah dan hasil laut seperti udang. Sedangkan
makanan yang harus dihindari oleh ibu hamil yaitu hati dan
produk olahan hati, makanan mentah atau setengah matang,
ikan yang mengandung merkuri seperti hiu dan marlin serta
kafein dalam kopi, teh, coklat maupun kola. Selain itu,
menu makanan dan pengolahannya harus sesuai dengan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (Mochtar, 2012).
b) Pola Eliminasi: Pada kehamilan trimester III, ibu hamil
menjadi sering buang air kecil dan konstipasi. Hal ini dapat
dicegah dengan konsumsi makanan tinggi serat dan banyak
minum air putih hangat ketika lambung dalam keadaan
kosong untuk merangsang gerakan peristaltik usus
(Mochtar, 2012).
c) Pola Istirahat: Pada wanita usia reproduksi (20-35 tahun)
kebutuhan tidur dalam sehari adalah sekitar 8-9 jam
(Auliana et al., 2016).
d) Psikososial: Pada setiap trimester kehamilan ibu mengalami
perubahan kondisi psikologis. Perubahan yang terjadi pada
trimester 3 yaitu periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Oleh karena itu, pemberian arahan, saran dan
dukungan pada ibu tersebut akan memberikan kenyamanan
sehingga ibu dapat menjalani kehamilannya dengan lancar
(Varney, 2012). Data sosial yang harus digali termasuk
dukungan dan peran ibu saat kehamilan ini.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan Umum: Baik
b) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.
Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu
mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan (S. Handayani
& Mulyati, 2017).
c) Keadaan Emosional: Stabil.
d) Tinggi Badan: Untuk mengetahui apakah ibu dapat bersalin
dengan normal. Batas tinggi badan minimal bagi ibu hamil
untuk dapat bersalin secara normal adalah 145 cm. Namun,
hal ini tidak menjadi masalah jika janin dalam
kandungannya memiliki taksiran berat janin yang kecil
(Kementerian Kesehatan RI, 2015).
e) Berat Badan: Penambahan berat badan minimal selama
kehamilan adalah ≥ 9 kg (Kementerian Kesehatan RI,
2015).
f) LILA: Batas minimal LILA bagi ibu hamil adalah 23,5 cm
(Kementerian Kesehatan RI, 2015).
g) Tanda-tanda Vital: Rentang tekanan darah normal pada
orang dewasa sehat adalah 100/60 – 140/90 mmHg, tetapi
bervariasi tergantung usia dan variable lainnya. WHO
menetapkan hipertensi jika tekanan sistolik ≥ 160 mmHg
dan tekanan diastolic ≥ 95 mmHg. Pada wanita dewasa
sehat yang tidak hamil memiliki kisaran denyut jantung 70
denyut per menit dengan rentang normal 60-100 denyut per
menit. Namun selama kehamilan mengalami peningkatan
sekitar 15-20 denyut per menit. Nilai normal untuk suhu per
aksila pada orang dewasa yaitu 35,8-37,3° C (Johnson &
Taylor, 2015). Sedangkan menurut (Varney, 2012),
pernapasan orang dewasa normal adalah antara 16-20
×/menit.
2) Pemeriksaan fisik
a) Muka: Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang bervariasi
pada wajah dan leher (Chloasma Gravidarum) akibat
Melanocyte Stimulating Hormone. Selain itu, penilaian
pada muka juga ditujukan untuk melihat ada tidaknya
pembengkakan pada daerah wajah serta mengkaji
kesimetrisan bentuk wajah (Mochtar, 2012).
b) Mata: Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai warna ,
yang dalam keadaan normal berwarna putih. Sedangkan
pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk mengkaji
munculnya anemia. Konjungtiva yang normal berwarna
merah muda (Mochtar, 2012). Selain itu, perlu dilakukan
pengkajian terhadap pandangan mata yang kabur terhadap
suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya pre-
eklampsia.
c) Mulut: Untuk mengkaji kelembaban mulut dan mengecek
ada tidaknya stomatitis.
d) Gigi/Gusi: Gigi merupakan bagian penting yang harus
diperhatikan kebersihannya sebab berbagai kuman dapat
masuk melalui organ ini. Karena pengaruh hormon
kehamilan, gusi menjadi mudah berdarah pada awal
kehamilan (Hatini, 2018).
e) Leher: Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid tidak terlihat
dan hampir tidak teraba sedangkan kelenjar getah bening
bisa teraba seperti kacang kecil.
f) Payudara: Menurut (Prawirohardjo, 2020), payudara
menjadi lunak, membesar, vena-vena di bawah kulit lebih
terlihat, puting susu membesar, kehitaman dan tegak, areola
meluas dan kehitaman serta muncul strechmark pada
permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan
payudara, mendeteksi kemungkinan adanya benjolan dan
mengecek pengeluaran ASI.
g) Perut: Inspeksi : Muncul Striae Gravidarum dan Linea
Gravidarum pada permukaan kulit perut akibat Melanocyte
Stimulating Hormone. Palpasi : Leopold 1, pemeriksa
menghadap ke arah muka ibu hamil, menentukan tinggi
fundus uteri dan bagian janin yang terdapat pada fundus.
Leopold 2, menentukan batas samping rahim kanan dan
kiri, menentukan letak punggung janin dan pada letak
lintang, menentukan letak kepala janin. Leopold 3,
menentukan bagian terbawah janin dan menentukan apakah
bagian terbawah tersebut sudah masuk ke pintu atas
panggul atau masih dapat digerakkan. Leopold 4, pemeriksa
menghadap ke arah kaki ibu hamil dan menentukan
konvergen (Kedua jari-jari pemeriksa menyatu yang berarti
bagian terendah janin belum masuk panggul) atau divergen
(Kedua jari-jari pemeriksa tidak menyatu yang berarti
bagian terendah janin sudah masuk panggul) serta seberapa
jauh bagian terbawah janin masuk ke pintu atas panggul.
Denyut jantung janin normal adalah antara 120-160
×/menit. Pada akhir trimester III menjelang persalinan,
presentasi normal janin adalah presentasi kepala dengan
letak memanjang dan sikap janin fleksi (Kementerian
Kesehatan RI, 2015).
Tafsiran berat janin menurut (Manuaba, 2015), berat janin
dapat ditentukan dengan rumus lohnson, yaitu :
Auliana, U., Iskari, N., & Tiurma, H. (2016). Hubungan Usia , Tingkat
Pendidikan , Status Ekonomi ,. Nutrire Diaita, 8(1), 9–17.
Handayani, E., Rahmawati, T., & Rofiah, S. (2017). Efektivitas konsumsi jahe
dan sereh dalam mengatasi MORNING SICKNESS. Jurnal Ilmiah Bidan,
2(2).
Johnson, R., & Taylor, W. (2015). Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC.
Putri, Y., & Hastina, E. (2020). Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Kasus
Komplikasi Kehamilan, Nifas dan Persalinan. CV Pena Persada.
Rahma, M., & Safura, T. R. (2016). Asuhan pada ibu hamil trimester 1 dengan
hiperemesis gravidarum tingkat 1. Midwife Journal, 2(02), 50–58.
http://jurnal.ibijabar.org/asuhan-pada-ibu-hamil-trimester-i-dengan-
hiperemesis-gravidarum-tingkat-i/
Rukiyah, A. Y., & Yulianti, L. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Trans Info
Media.