Anda di halaman 1dari 123

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN FISIOLOGIS DI UPT


PUSKESMAS KEDIRI TAHUN 2022

Untuk memenuhi persyaratan Stase Holistik Kehamilan Fisiologis

Oleh:
NURRAHIMA SERANANI
NIM P07124222030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Fisiologis Holistik Kehamilan Asuhan Kebidanan


Kehamilan Fisiologis di UPT Puskesmas Kediri telah diperiksa dan disahkan
pada tanggal September 2021.

Mataram, September 2022


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Kehamilan Kunjungan Awal


1. Pengertian Kehamilan Trimester I
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang
terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan
spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot
kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta
dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm)
(Manuaba, 2015).
Federasi Obstetric Ginekologi Internasional dalam Prawirahardjo
(2010) kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Sedangkan menurut
Kemenkes (2012) kehamilan adalah keadaan di mana terdapat janin pada
rahim ibu, ini merupakan situasi yang alami dan normal untuk melanjutkan
keturunan dengan di awali proses konsepsi atau pertemuan ovum dan
sperma, kemudian di lanjutkan dengan fertilisasi, nidasi dan implantasi.
Wiknjosastro (2016) juga menjelaskan kehamilan trimester I dimulai
dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu).
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan menurut Manuaba (2015) dibagi menjadi
3 bagian, yaitu :
a. Tanda Dugaan Kehamilan
1) Amenore (tidak dapat haid), gejala ini sangat penting karena
umumnya wanita hamil tidak haid dengan diketahuinya tanggal hari
pertama menstruasi terakhir adalah penanda untuk menentukan
tanggal taksiran persalinan.
2) Mual dan muntah Biasa terjadi pada bulan pertama hingga bulan
terakhir trimester pertama. Sering terjadi pada pagi hari atau sering
disebut “morning sickness”.
3) Mengidam (ingin makanan khusus), sering terjadi pada bulan
pertama kehamilan akan tetapi akan menghilang dengan semakin
tuanya usia kehamilan.
4) Anoreksia (tidak ada selera makan) hanya berlangsung pada triwulan
pertama tetapi akan menghilang dengan semakin tuanya kehamilan.
5) Mamae menjadi tegang dan membesar jarena pengaruh hormon
esterogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli
payudara.
6) Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada
triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini bisa
kembali terjadi dikarenakan kandung kemih tertekan oleh kepala
janin.
7) Konstipasi atau obstipasi terjadi karena tonus otot usus menurun
yang disebabkan oleh hormon steroid yang dapat menyebabkan
kesulitan buang air besar.
8) Pigmentasi (perubahan warna kulit) pada areola mamae, genital,
chloasma, serta linea alba akan berwarna lebih tegas, melebar, dan
bertambah gelap pada bagian perut bagian bawah.
9) Epulis yaitu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah) hal ini
sering terjadi pada trimester pertama.
10) Varises (pemekaran vena-vena) karena pengaruh hormon esterogen
dan progesteron yang menyebabkan pembesaran pembuluh vena.
Pembesaran pembuluh vena pada darah ini terjadi di sekitar
genetalian eksterna, kaki, dan betis serta payudara.
b. Tanda Kemungkinan Hamil
1) Perut membesar dapat dijadikan kemungkinan kehamilan bila usia
kehamilan sudah memasuki lebih dari 14 minggu karena sudah
adanya massa.
2) Uterus membesar karena terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan
konsistensi dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa
uterus membesar dan bentuknya semakin lama akan semakin
membesar.
3) Tanda Hegar, konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi
lunak terutama daerah isthmus. Pada minggu-minggu pertama,
isthmus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi
isthmus pada triwulan pertama mengakibatkan isthmus menjadi
panjang dan lebih lunak.
4) Tanda Chadwick, perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan
pada vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan
oleh pengaruh hormon esterogen.
5) Tanda Piscaseck, uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang
pembesaran itu tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat
tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu
bagian.
6) Tanda Braxton Hicks adalah tanda apabila uterus dirangsang mudah
berkomunikasi. Tanda braxton hicks merupakan tanda khas uterus
dalam kehamilan. Tanda ini terjadi karena pada keadaan uterus yang
membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri
tanda braxton hicks tidak ditemukan.
7) Teraba Ballotement merupakan fenomena bandul atau pantulan
balik. Hal ini adalah tanda adanya janin di dalam uterus.
8) Reaksi kehamilan positif, ciri khas yang dipakai dengan menentukan
adanya human chlorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah
air kencing pertama pada pagi hari. Tes ini dapat membantu
menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
c. Tanda Pasti Kehamilan
1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa, atau diraba juga bagian-
bagian janin.
2) Denyut jantung janin bisa didengar dengan stetoskop monoral
leanec, dicatat dan didengar dengan alat doppler dicatat dengan
fotoelektro kardiograf, dan dilihat pada ultrasonografi.
3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.
3. Tahapan Kehamilan
a. Konsepsi
Konsepsi atau biasa disebut fertilisasi terjadi ketika inti sel sperma
dari laki–laki memasuki inti sel ovum dari perempuan. Ovum yang sudah
dibuahi (dinamakan zigot) memerlukan waktu 6–8 hari untuk berjalan ke
dalam uterus. Perjalanannya di sepanjang tuba falopi dibantu oleh kerja
peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot yang dilakukan oleh silia pada
dinding tuba dan cairan yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Sekitar
10 hari setelah terjadi fertilisasi, zigot berkembang menjadi blastokist
dan akan menanamkan dirinya dalam endometrium.
Implantasi/penanaman/nidasi biasanya terjadi pada pars superior korpus
uteri (bagian atas badan uterus) (Karjatin, 2016).
b. Nidasi
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium
blastula disebut blastokista (bastocys), suatu bentuk yang di bagian
luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell.
Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan
berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi
oleh suatu simpai yang disebut trofoblast. Trofoblas ini sangat kritis
untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi
(implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin,
peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi.
Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic
gonadotropin (HCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa
endometrium akan menerima (reseftif) dalam proses implantasi embrio.
Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakan uterus, dekat pada
fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut kehamilan.
Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan tumbuh dan
berkembang di dalam endometrium (Saifuddin, 2014).
c. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada
manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif
telah melakukan penetrasi kedalam pembuluh darah endometrium.
Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi
darah maternal dari pembulu-pembulu darah yang dihancurkan.
Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan
interviler di mana villi korialis seolah-olah terapung-apung di antara
ruangan-ruangan tersebut sehingga terbentuknya plasenta (Saifuddin,
2014).
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat di
identifikasikan dan dimulai pembentukan villi korialis. Sirkulasi darah
janin ini berakir di lengkungan kapilar (capillary loops) di dalam villi
korialis yang ruang intervilnya dipenuhi dengan darah maternal yang
dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Villi
korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta
(Saifuddin, 2014).
4. Perubahan Fisiologis Trimester I
a. Uterus
Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi
konsepsi intrauterin. Hormon Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan,
hormon progesteron berperan untuk elastisitas/kelenturan uterus
(Tyastuti, 2016). Tyastuti (2016) menyebutkan taksiran kasar
pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus trimester I, yaitu :
1) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g).
2) Kehamilan 8 minggu : telur bebek.
3) Kehamilan 12 minggu : telur angsa.
Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit
ditentukan pada kehamilan trimester I memanjang dan lebih kuat. Berat
uterus perempuan tidak hamil adalah 30 gram, pada saat mulai hamil
maka uterus mengalami peningkatan sampai pada akhir kehamilan (40
minggu) mencapai 1000 gram (1 kg) (Tyastuti, 2016).
b. Vagina dan Vulva
Pada vagina dan vulva terjadi peningkatan vaskularisasi
menghasilkan warna ungu kebiru–biruan pada mukosa vagina dan cervix
(chadwick sign). Leukorrhea adalah lendir putih kental, cairan yang
kental dan banyak ini terjadi karena respon rangsangan serviks oleh
progesteron & estrogen. Kondisi pH sekresi vagina berkisar 3,5–6 selama
kehamilan. pH vagina yang asam dapat menghambat pertumbuhan
bakteri namun candida albicans dapat tumbuh pada pH asam ini. Hal ini
yang menyebabkan ibu hamil berisiko terjadi kandidiasis (Karjatin,
2016).
c. Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian ini
tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan
hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan hormon luteotropik
hipofisis anterior (Manuaba, 2015).
a. Payudara
Kehamilan akan menyebabkan peningkatan jumlah estrogen dan
progesteron, mulanya diproduksi oleh korpus luteum dan kemudian
plasenta, meningkatnya aliran darah ke payudara, prolaktin meningkat,
yang diproduksi oleh pituitary anterior. Tanda klinis dan gejala yang
dapat muncul pada payudara antara lain ketegangan, perasaan penuh, dan
peningkatan berat payudara sampai 400 gram. Selain itu ibu juga dapat
merasakan pembesaran payudara, puting susu, areola, dan folikel
Montgomery (kelenjar kecil yang mengelilingi puting susu). Ibu akan
memiliki striae, karena penegangan kulit payudara untuk
mengakomodasi pembesaran jaringan payudara. Pada permukaan
payudara akan tampak vena karena meningkatnya aliran darah (Karjatin,
2016).
e. Endokrin
1) Progesteron
Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh
corpus luteum dan setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh plasenta.
Kadar hormon ini meningkat selama hamil dan menjelang persalinan
mengalami penurunan. Produksi maksimum diperkirakan 250 mg/hari.
Aktivitas progesterone diperkirakan akan menurunkan tonus otot
polos sehingga mengakibatkan motilitas lambung terhambat sehingga
terjadi mual, aktivitas kolon menurun sehingga pengosongan berjalan
lambat, menyebabkan reabsorbsi air meningkat sehingga ibu hamil
mengalami konstipasi, tonus otot menurun sehingga menyebabkan
aktivitas menurun dan tonus vesica urinaria dan ureter menurun
sehingga terjadi statis urine. Progesteron juga dapat menurunkan tonus
vaskuler: sehingga tekanan diastolic menurun dan terjadi dilatasi vena,
meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan cadangan lemak, memicu
over breathing : tekanan CO2 (Pa CO2) arterial dan alveolar menurun
serta memicu perkembangan payudara (Tyastuti, 2016).
2) Esterogen
Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah ovarium.
Selanjutnya estrone dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan
kadarnya meningkat beratus kali lipat, out put estrogen maksimum
30–40 mg/hari. Kadar terus meningkat menjelang aterm. Aktivitas
estrogen adalah : memicu pertumbuhan dan pengendalian fungsi
uterus, bersama dengan progesterone memicu pertumbuhan payudara,
merubah konsitusi komiawi jaringan ikat sehingga lebih lentur dan
menyebabkan servik elastic, kapsul persendian melunak, mobilitas
persendian meningkat, retensi air, dan menurunkan sekresi natrium
(Tyastuti, 2016).
3) Kortisol
Pada awal kehamilan sumber utama adalah adreanal maternal
dan pada kehamilan lanjut sumber utamanya adalah plasenta. Produksi
harian 25mg/hari. Sebagian besar diantaranya berikatan dengan
protein sehingga tidak bersifat aktif. Kortisol secara simultan
merangsang peningkatanproduksi insulin dan meningkatkan resistensi
perifer ibu pada insulin, misalnya jaringan tidak bisa menggunakan
insulin, hal ini mengakibatkan tubuh ibu hamil membutuhkan lebih
banyak insulin. Sel-sel beta normal pulau Langerhans pada pankreas
dapat memenuhi kebutuhan insulin pada ibu hamil yang secara terus
menerus tetap meningkat sampai aterm. Ada sebagian ibu hamil
mengalami peningkatan gula darah hal ini dapat disebabkan karena
resistensi perifer ibu hamil pada insulin (Tyastuti, 2016).

4) HCG
Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil
muda hormon ini diproduksi oleh trofoblas dan selanjutnya dihasilkan
oleh plasenta. HCG dapat untuk mendeteksi kehamilan dengan darah
ibu hamil pada 11 hari setelah pembuahan dan mendeteksi pada urine
ibu hamil pada 12–14 hari setelah kehamilan. Kandungan HCG pada
ibu hamil mengalami puncaknya pada 8-11 minggu umur kehamilan.
Kadar HCG tidak boleh dipakai untuk memastikan adanya kehamilan
karena kadarnya bervariasi, sehingga dengan adanya kadar HCG yang
meningkat bukan merupakan tanda pasti hamil tetapi merupakan tanda
kemungkinan hamil. Kadar HCG kurang dari 5mlU/ml dinyatakan
tidak hamil dan kadar HCG lebih 25 mlU/ml dinyatakan kemungkinan
hamil. Apabila kadar HCG rendah maka kemungkinan kesalahan
HPMT, akan mengalami keguguran atau kehamilan ektopik.
Sedangkan apabila kadar HCG lebih tinggi dari standart maka
kemungkinan kesalahan HPMT, hamil Mola Hydatidosa atau hamil
kembar. HCG akan kembali kadarnya seperti semula pada 4-6 mg
setelah keguguran, sehingga apabila ibu hamil baru mengalami
keguguran maka kadarnya masih bisa seperti positif hamil jadi hati–
hati dalam menentukan diagnosa, apabila ada ibu hamil yang
mengalami keguguran untuk menentukan diagnosa tidak cukup
dengan pemeriksaan HCG tetapi memerlukan pemeriksaan lain
(Tyastuti, 2016).
5) Human Placental Lactogen.
Kadar HPL atau Chorionic somatotropin ini terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan plasenta selama kehamilan.Hormon ini
mempunyai efek laktogenik dan antagonis insulin.HPL juga bersifat
diabetogenik sehingga menyebabkan kebutuhan insulin pada wanita
hamil meningkat (Tyastuti, 2016).
6) Relaxin
Dihasilkan oleh corpus luteum, dapat dideteksi selama
kehamilan, kadar tertinggi dicapai pada trimester pertama. Peran
fisiologis belum jelas, diduga berperan penting dalam maturasi servik
(Tyastuti, 2016).
7) Prolaktin dan oksitosin
Peningkatan prolaktin dan oksitosin memfasilitasi laktasi,
menstimulasi kontraksi uterus (Karjatin, 2016).
8) Hormon Hipofisis
Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama
kehamilan, namun kadar prolaktin meningkat yang berfungsi untuk
menghasilkan kholostrum. Pada saat persalinan setelah plasenta lahir
maka kadar prolaktin menurun, penurunan ini berlangsung terus
sampai pada saat ibu menyusui. Pada saat ibu menyusui prolaktin
dapat dihasilkan dengan rangsangan pada puting pada saat bayi
mengisap puting susu ibu untuk memproduksi ASI (Tyastuti, 2016).
a. Kardiovaskuler
Hemodelusi (volume darah meningkat 40–50%), volume plasma
meningkat, hemoglobin menurun) atau anemia fisiologis kehamilan.
Peningkatan volume darah mengakibatkan peningkatan curah jantung
sehingga jantung memompa dengan kuat dan terjadi sedikit dilatasi.
Progesteron menimbulkan relaksasi otot polos dan dilatasi pembuluh
darah yang akan mengimbangi peningkatan kekuatan jantung sehingga
tekanan darah mendekati normal dan mudah terjadi hipotensi supinasio
karena vena cava inferior tertekan oleh isi uterus. Tekanan pada vena
iliaka dan vena cava inferior oleh uterus menyebabkan peningkatan
tekanan vena dan mengurangi aliran darah ke kaki terutama pada posisi
lateral sehingga menyebabkan edema, varises vena dan vulva, hemoroid
(Karjatin, 2016).
b. Respirasi
Terjadi peningkatan konsumsi oksigen 15–20 %, gejala dan tanda
klinis yang timbul berupa peningkatan tidal volume 30–40 %, dan
dispnea (Karjatin, 2016).
c. Imun/Kekebalan
Pada ibu hamil terjadi perubahan pH pada vagina, sekresi vagina
berubah dari asam menjadi lebih bersifat basa sehingga pada ibu hamil
lebih rentan terhadap infeksi pada vagina. Mulai kehamilan 8 minggu
sudah kelihatan gejala terjadinya kekebalan dengan adanya limfosit–
limfosit. Semakin bertambahnya umur kehamilan maka jumlah limfosit
semakin meningkat. Dengan tuanya kehamilan maka ditemukan sel–sel
limfoid yang berfungsi membentuk molekul imunoglobulin.
Imunoglobulin yang dibentuk antara lain : Gamma–A imunoglobulin:
dibentuk pada kehamilan dua bulan dan baru banyak ditemukan pada saat
bayi dilahirkan. Gamma–G imunoglobulin: pada janin diperoleh dari
ibunya melalui plasenta dengan cara pinositosis, hal ini yang disebut
kekebalan pasif yang diperoleh dari ibunya. Pada janin ditemukan sedikit
tetapi dapat dibentuk dalam jumlah banyak pada saat bayi berumur dua
bulan. Gamma–M imunoglobulin: ditemukan pada kehamilan 5 bulan
dan meningkat segera pada saat bayi dilahirkan (Tyastuti, 2016).

i. Perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter
membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering
(poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69 %. Dinding
saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada
trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis
sementara. Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin
menurun namun hal ini dianggap normal. Wanita hamil trimester I dan
III sering mengalami sering kencing (BAK/buang air kecil) sehingga
sangat dianjurkan untuk sering mengganti celana dalam agar tetap kering
(Tyastuti, 2016).
j. Gastrointestinal
Peningkatan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dan
perubahan metabolisme karbohidrat dapat menyebabkan mual muntah
pada trimester I. Peningkatan progesteron menyebabkan penurunan tonus
otot dan memperlambat proses digestif sehingga menyebabkan konstipasi
dan pengosongan lambung menjadi lambat. Perubahan mengecap dan
membaui sehingga menyebabkan mual (Karjatin, 2016). Ibu hamil
trimester pertama sering mengalami nafsu makan menurun, hal ini dapat
disebabkan perasaan mual dan muntah yang sering terjadi pada
kehamilan muda (Tyastuti, 2016).
k. Muskuloskeletal
Peningkatan estrogen menyebabkan peningkatan elastisitas dan
relaksasi ligament sehingga menimbulkan gejala nyeri sendi. Sedangkan
peregangan otot abdomen karena pembesaran uterus menyebabkan
diastasis recti (Karjatin, 2016).
l. Persarafan
Perubahan persarafan pada ibu hamil belum banyak diketahui.
Gejala neurologis dan neuromuskular yang timbul pada ibu hamil adalah:
Terjadi perubahan sensori tungkai bawah disebabkan oleh kompresi saraf
panggul dan stasis vaskular akibat pembesaran uterus. Posisi ibu hamil
menjadi lordosis akibat pembesaran uterus, terjadi tarikan saraf atau
kompresi akar saraf dapat menyebabkan perasaan nyeri. Edema dapat
melibatkan saraf perifer, dapat juga menekan saraf median di bawah
karpalis pergelangan tangan, sehingga menimbulkan rasa terbakar atau
rasa gatal dan nyeri pada tangan menjalar kesiku, paling sering terasa
pada tangan yang dominan. Posisi ibu hamil yang membungkuk
menyebabkan terjadinya tarikan pada segmen pleksus brakhialis sehingga
timbul akroestesia (rasa baal atau gatal di tangan). Ibu hamil sering
mengeluh mengalami kram otot hal ini dapat disebabkan oleh suatu
keadaan hipokalsemia. Nyeri kepala pada ibu hamil dapat disebabkan
oleh vasomotor yang tidak stabil, hipotensi postural atau hipoglikemia
(Tyastuti, 2016).
m. Integumen
Peningkatan estrogen dan progesterone merangsang peningkatan
penyimpanan melanin sehingga menyebabkan linea nigra, cloasma
gravidarum, warna areola, putting susu, vulva menjadi lebih gelap. Striae
gravidarum/ stretch marks terjadi akibat kulit perut, payudara, pantat
teregang sehingga serabut kolagen mengalami rupture (Karjatin, 2016).
5. Perubahan Psikologis Trimester I
Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron
dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan secara
fisiologis pada ibu misalnya mual, muntah, keletihan, dan pembesaran pada
payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi sebagai berikut :
a. Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan, dan kesedihan.
b. Mencaritahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali
memberitahukan orang lain apa yang dirahsiakannya.
c. Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang
meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada
wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu
kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami.
Banyak wanita hamil yang merasakan kebutuhan untuk dicintai dan
mencinta, tetapi bukan dengan seks. Sedangkan, libido yang sangat besar
dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara,
keprihatinan, dan kekuatiran. Sedangkan bagi suami seringkali
membatasi hubungan suami istri karena takut mencederai istri dan calon
bayinya. Hal ini perlu komunikasi lebih lanjut jika dihadapkan dengan
istri yang mempunyai libido yang tinggi atau meningkat.
d. Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan,
tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari
nafkah bagi keluarga. (Hani dkk, 2010).

6. Fisiologi Pertumbuhan Janin Trimester I


Umur janin yang sebenarnya, harus dihitung dari saat fertilisasi atau
karena fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi sekurang-kurangnya dari
saat ovulasi. Sesuai dengan tingkat pertumbuhannya berbagai nama
diberikan pada anak yang dikandung itu. Dari 0-2 minggu setelah fertilisasi
disebut ovum. 3-5 minggu disebut embrio (mudigah). Pada saat ini belum
dapat dibedakan dari mudigah binatang lain. Pembentukan alat-alat badan
dalam bentuk dasar sudah terjadi. Lebih dari 5 minggu disebut fetus atau
janin yang sudah mempunyai bentuk manusia (Manuaba, 2012).
Di bawah ini pertumbuhan janin pada akhir tiap bulan (4 minggu) :
a. Akhir bulan pertama
Badan bayi sangat melengkung, panjangnya 7,5-10 mm. Kepalanya 1/3
dari seluruh mudigah. Saluran yang akan menjadi jantung terbentuk dan
sudah berdenyut. Dasar-dasar traktus digestivus sudah nampak,
permulaan kaki dan tangan berbentuk tonjolan.
b. Akhir bulan kedua
Mukanya sudah jelas berbentuk muka manusia dan sudah mempunyai
lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki. Alat kelamin sudah
nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjang kurang
lebih 2,5 cm.
c. Akhir 3 bulan
Panjang 7-9 cm, sudah ada pusat-pusat pertulangan, kuku sudah ada dan
jenis kelaminnya sudah dapat ditentukan. Janin sudah bergerak tapi
sedemikian halusnya pergerakan ini hingga belum dapat dirasakan oleh
ibu. Ginjal sudah membentuk sedikit air kencing (Dewi, 2011).
7. Penatalaksanaan pada Kehamilan Trimester I
Menurut (Manuaba,2012) masalah umum yang terjadi pada kehamilan trimester I
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Masalah Umum Pada Ibu Hamil Trimester I
Ketidaknyamanan Fisiologi Intervensi
Perubahan payudara: Hipertrofi kelenjar, Memakai bra yang
rasa nyeri, lembek, dan hipervaskularisasi, memakai penyerap,
rasa geli. pigmentasi ukuran dapat dipakai pada
payudara, dan puting malam hari. Perawatan
serta areola bertambah, payudara dengan air
yang semuanya akibat hangat dan pertahankan
hormonal keadaan kering. Beri
tahu bahwa payudara
lembek sifatnya
sementara.
Sering kencing dan Gangguan fungsi Upayakan kencing
tidak bisa ditunda kandung kemih akibat teratur, latihan Kegel,
perubahan vasikuler kurangi minum
yang berhubungan sebelum tidur. Pakai
dengan hormonal pembalut dan lapor
Volume kandung kepada petugas
kemih mengecil akibat kesehatan bila perlu.
terdorong rahim serta
presentasi janin
Rasa letih,lesu,lemah Sulit diterangkan Istirahat cukup
(biasanya pada awal mungkin peningkatan Diet seimbang
kehamilan) hormon progesteron,
estrogen dan HCG
Mual dan muntah Tidak diketahui Jaga agar tidak terlalu
(50%-75%) terjadi mungkin perubahan lapar/kekenyangan.
syok, mulai kehamilan hormonal HCG, Tidak merokok, bangun
2-8 minggu perubahan emosi pagi makan biskuit,
ambivalen, penolakan berbaring sebentar
kehamilan sampai keluhan
berkurang.
Minum teh rendah
kafein hangat.
Makan sedikit-sering
dalam porsi kecil.
Hindari makanan yang
menyengat dan
berbumbu.
Hipersalivasi (dapat Peningkatan estrogen Kumur dengan obat
terjadi 2-3 minggu I sehingga terjadi kumur, sering
kehamilan) proliferasi jaringan ikat mengunyah permen,
Stomatitis yang dan vaskularisasi. diet seimbang, sayur-
menghilang spontan 1- Malas menelan karena buah. Sikat gigi
2 bulan postpartum emesis. baerhati-hati. Jaga
kebersihan mulut, kalau
perlu kedokter gigi.
Hidung tersumbat Hiperemia mukosa Pakai inhaler, hindari
kadang-kadang terjadi mulut karena trauma. Irigasi dengan
mimisan peningkatan estrogen cairan garam fisiologis
atau spray.
Keputihan Serviks terangsang Sulit dicegah. Biarkan,
(sering/kadang selama oleh hormon sehingga pakai pembalut, jaga
kehamilan menebal, hiperaktif, kebersihan vulva.
berlangsung) dan mengeluarkan Sering ganti pakaian
banyak lendir. dalam. Kalau gatal,
berbau, perubahan
warna lendir, segera
periksa.

Dalam memberikan asuhan/pelayanan maka bidan harus memenuhi standar


minimal 10T (Kemenkes RI, 2010), yaitu :
a. Timbang BB
Tinggi badan yang normal untuk menentukan faktor risiko pada ibu hamil adalah >
145 cm, sedangkan kenaikan berat badan yang normal pada kehamilan adalah 9-12,5
kg. (Kemenkes RI, 2010).
b. Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmhg, atau kenaikan
systole ≥ 30 dan diastole ≥ 15). (Kemenkes RI, 2010).
c. Nilai Status Gizi dengan Mengukur LILA
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko KEK (Kurang Energi
Kronis), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu
hamil dengan KEK akan dapat melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
(Kemenkes RI, 2010)
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Ukur tinggi fundus uteri dliakukan setiap kunjungan. (Kemenkes RI, 2010)
Tabel 1.2. Usia kehamilan dan tinggi fundus uteri.
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
12 minggu 3 jari setinggi simfisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 3 jari dibawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
32/ 40 minggu ½ pusat – prosesus xifoideus
a) Minggu 3 jari di bawah prosesus xifoideus
(Saminem, 2009)
e. Tentukan presentasi janin dan dengarkan denyut jantung janin (DJJ)
DJJ normal adalah 120-160 x/menit. Presentasi janin normal adalah kepala
diatas symphysis. Menentukan presentasi janin dilakukan setiap kali kunjungan.
Presentasi janin bukan kepala segera rujuk. (Kemenkes RI, 2010)
f. Skrining TT dan Beri Imunisasi TT Bila Perlu
Skreening TT dilakukan pada kunjungan pertama. Selain akan diketahui status
TT pada saat kunjungan pertama juga akan diketahui perlu/tidak diberikan suntik TT
pada kehamilan yg sedang berlangsung. (Kemenkes RI, 2010).
g. Pemberian Tablet Fe Selama Kehamilan
Tablet tambah darah diberikan 90 tablet diminum 1 tablet setiap hari yang
perlu diingat :
1) Diminum sesudah makan malam atau menjelang tidur.
2) Hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat menganggu proses
penyerapan.
3) Hendaknya meminum dengan vitamin C, segera minum pil setelah rasa mual,
muntah menghilang. (Kemenkes RI, 2010)
h. Tes Laboratorium Rutin dan Khusus
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, Hb, dan pemeriksaan spesifik
daerah endemis/ epidemi (malaria, HIV dll). Sementara pemeriksaan laboratorium
khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal. (Kemenkes RI, 2010)
i. Tata Laksana Kasus
Tatalaksana kasus dalam bentuk asuhan kebidanan dibuat secara
berkesinambungan untuk semua ibu hamil yang berkunjung memeriksakan
kehamilannya. Tatalaksana kasus hendaknya dilaksanakan oleh semua bidan yang
memberikan pelayanan kepada ibu hamil. (Kemenkes RI, 2010)
j. Temu Wicara (Konseling)
Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Temu wicara dilakukan setiap
kunjungan meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup sehat, maupun peran
suami/keluarga dalam kehamilan. (Kemenkes RI, 2010).
B. Tinjauan Teori Mual Muntah
1. Pengertian
Emesis gravidarum (mual muntah) adalah gejala yang sering terjadi pada
kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula terjadi
setiap saat dan malam hari (Wiknjosastro, 2009). Emesis gravidarum merupakan gejala
yang wajar dan sering didapatkan pada ibu hamil trimester I, keluhan ini biasanya akan
timbul 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang
lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2010).
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual ini mulai dialami
sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering disebut morning sickness
tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat. Pada beberapa kasus
dapat berlanjut sampai kehamilan trimester kedua dan ketiga, tapi ini arang terjadi
(Ratna, 2011).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak dapat diketahui
secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa perasaan mual disebabkan oleh karena
meningkatnya hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dalam
serum (Wiknjosastro, 2009). Kadar hormon estrogen yang tinggi saat hamil, mungkin
merupakan penyebabnya, wanita yang hamil untuk pertama kalinya dan wanita yang
bertubuh besar, memiliki hormon estrogen yang bersirkulasi lebih tinggi dan cenderung
mengalami gangguan kehamilan. Dalam kehamilan terjadi relaksasi jaringan otot dalam
sistem pencernaan sehingga pencernaan menjadi kurang efisien, dan kelebihan asam
lambung. Akan tetapi, tidak semua ibu hamil mengalaminya (Kusmiyati, Yuni, 2009).
Pola makan calon ibu sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, serta
gaya hidup juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis gravidarum ini. Studi
membuktikan bahwa calon ibu yang makan-makanan yang berprotein tinggi namun
berkarbohidrat dan mengandung Vitamin B6 berpeluang lebih rendah mengalami mual.
Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu, kurang makan, kurang
tidur, atau istirahat dan stress dapat memperburuk rasa mual (Niven, 2013).
3. Tanda dan Gejala
Menurut Manuaba tahun 2012, tanda-tanda emesis gravidarum adalah :
a) Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
b) Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi dipagi hari tetapi dapat
pula terjadi setiap saat
c) Nafsu makan berkurang
d) Mudah lelah
e) Emosi yang cenderung tidak stabil.
4. Pengaruh Emesis Gravidarum pada Ibu
Keluhan mual dan muntah ini merupakan suatu yang normal, akan tetapi dapat
menjadi tidak normal apabila mual dan muntah ini terjadi terus-menerus sehingga
mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh.
Pengaruh emesis gravidarum bagi ibu adalah :
a) Mual dan muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga
darah menjadi kental (hemokonsentrasi)
b) Sirkulasi darah ke jaringan terhambat, jika hal ini terjadi makan konsumsi O2 dan
makanan ke jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan
akan menimbulkan keruskaan jaringan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
perkembangan janin yang dikandungnya (Admin, 2010).
c) Lemas, apatis, kulit mulai jelek, lidah kotor dan kering
d) Dapat terkena dehidrasu sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilannya
e) Kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh, dapat pula terjadi
robekan kecil pada selaput lendir esofagus dan lambung atau syndrome mallary
weiss akibat perdarahan gastrointestinal (Wiknjosastro, 2009).
Menurut Yuni tahun 2009, tanda–tanda dehidrasi adalah :
a) Berat badan menurun
b) Denyut nadi meningkat (120x/menit dan terus naik)
c) Tekanan darah menurun (diastolik 50 mmHg dan terus turun)
d) Mata cekung
e) Elastisitas kulit menghilang
Apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada ibu hamil maka harus segera
mendapatkan pertolongan bidan atau tenaga kesehatan lainnya. Memberikan keyakinan
bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologi pada awal
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah
makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering (Kusmiyati, Yuni,
2009).
5. Patofisiologi
Peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan kadar
hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami
relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat.
Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi asam
hidroklorid juga berkonstribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Manifestasi klinis
yang timbul apabila emesis gravidarum ini tidak mendapatkan penanganan yang sesuai
akan menimbulkan hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi pada hamil muda, bila terjadi
terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit disertai
alkalosis hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Oksidasi lemak yang tidak sempurna
menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya asam asetoasetik, asam hidroksi buturik,
dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida
dalam darah maupun dalam urine turun, selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal
berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat
badan yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit. Pencernaan serta
absorbsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adequat mengakibatkan tubuh
membakar lemak untuk mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika tidak ada
karbohidrat maka lemak akan digunakan untuk menghasilkan energi, akibatnya
beberapa hasil pembakaran dari metabolisme lemak terdapat dalam darah dan urine
(terdapat atau kelebihan keton dalam urine).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, asam
urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6, dan B12
mengakibatan terjadinya neuropati perifer dan anemia, dan pada kasus berat
kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya wernicke enchephalopati
(Manuaba, 2012; Niven, 2013). Pernyataan tersebut didukung oleh Manuaba tahun
2012 dan Wiknjosastro 2009 yang menyatakan bahwa wernicke enchepalopati dapat
timbul akibat defisiensi tiamin (Wiknjosastro, 2009; Manuaba, 2012).
6. Penatalaksanaan
Penanganan Emesis Gravidarum menurut Yuni tahun 2009 adalah :
a) Hal-hal yang harus dilakukan dalam mengatasi emesis gravidarum
(Nonfarmakologis)
1) Makanlah sesering mungkin dalam porsi kecil, siang hari untuk porsi besar dan
malam hari cukup porsi kecil.
2) Lebih banyak istirahat, hal ini akan membantu mengurangi keletihan yang dapat
menimbulkan rasa mual
3) Simpanlah beberapa makanan kecil seperti coklat atau cracker untuk dimakan
sebelum turun dari tempat tidur di pagi hari.
4) Bangun tidur perlahan-lahan, luangkan waktu untuk bangkit dari tempat tidur
secara perlahan-lahan.
5) Berolahraga dan hiruplah udara segar dengan melakukan olahraga ringan,
berjalan kaki atau berlari-lari kecil akan membantu mengurangi rasa mual dan
muntah di pagi hari.
b) Menu makanan yang banyak mengandung protein juga memiliki efek positif karena
bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual (Niebyl, 2010).
c) Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala mual (Lacasse et
al., 2008; Jueckstock, Kaestner and Mylonas, 2010; Niebyl, 2010).
d) Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk penatalaksanaan
mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah
salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya,
gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama galur
Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi. Empat
randomized trials menunjukkan bahwa ekstrak jahe lebih efektif daripada plasebo
dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa refluks
gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi tidak ditemukan efek
samping signifikan terhadap keluaran kehamilan (Fantasia, 2013; Maltepe and
Koren, 2013). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wiraharja, dkk tahun 2011 yang menyatakan bahwa jahe dapat digunakan
untuk mengurangi gejala mual dan muntah dalam kehamilan. Selain itu, berdasarkan
kepustakaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penggunaan jahe yang aman
dan efektif untuk mengatasi mual dan muntah dalam kehamilan adalah 1 gram per
hari, serta bentuk sediaan yang dapat digunakan bervariasi tergantung keinginan dan
kondisi ibu hamil.
a) Penatalaksanaan Farmakologis
Pada emesis gravidarum, obat-obatan diberikan apabila perubahan pola makan
tidak mengurangi gejala, sedangkan pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan
diberikan setelah rehidrasi dan kondisi hemodinamik stabil (Niebyl, 2010).
Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien
buruk.Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin),
antihistamin dan agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg
doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan
efektif (Niebyl, 2010). Dalam sebuah randomized trial, kombinasi piridoksin dan
doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan.
Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
berat hiperemesis, yaitu Wernicke’s encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi,
tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai dengan gejala
okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan ekstraokular (Maltepe and
Koren, 2013).
b) Sementara hal-hal yang harus dihindari adalah :
1) Hindari mengkonsumsi makanan berminyak atau digoreng karena lebih sulit
untuk dicerna.
2) Hindari minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan minuman bersoda
(cola).
3) Hindari menyikat gigi begitu selesai makan, bagi beberapa ibu hamil menyikat
gigi menjadi hal yang problematik karena hanya dengan memasukkan sikat gigi
dalam mulut membuat mereka muntah, sehingga pilihlah waktu yang tepat untuk
menggososk gigi.
4) Hindari bau-bau yang tidak enak atau sangat menyengat, bau menyengat akan
menimbulkan rasa mual dan muntah.
5) Hindari mengenakan pakaian ketat, pakaian yang terlalu ketat dapat memberikan
tekanan yang tidak nyaman pada perut dan dapat memperburu rasa mual itu
sendiri.
C. Jenis Pemeriksaan Antental Care
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu dokter,
bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelayanan antenatal
terpadu terdiri dari :
a. Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1) Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
2) Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan
penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil
3) Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang sekarang,
riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita
ibu.
4) Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
5) Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
6) Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi, diuretika,
antivomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
7) Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat pemakaian obat
Malaria.
8) Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada
pasangannya. Informasi ini penting untuk langkahlangkah penanggulangan
penyakit menular seksual.
9) Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi dan
kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
10) Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan
terjadinya komplikasi dalam kehamilan
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi beberapa jenis:
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis
(kejiwaan) ibu hamil. Jenis-Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu.
Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel di atas. Apabila di
fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu hamil ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi anamnesa,
pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana tindak-lanjutnya harus
diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya. Jelaskan tanda-tanda bahaya dimana
ibu hamil harus segera datang untuk mendapat pertolongan dari tenaga
kesehatan.Apabila ditemukan kelainan atau keadaan tidak normal pada kunjungan
antenatal, informasikan rencana tindak lanjut termasuk perlunya rujukan untuk
penanganan kasus, pemeriksaan laboratorium/penunjang, USG,konsultasi atau
perawatan, dan juga jadwal kontrol berikutnya, apabila diharuskan datang lebih cepat.
Ibu hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah ibu hamil yang
mengalami segala bentuk tindak kekerasan yang berakibat, atau mungkin berakibat,
menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan; termasuk ancaman dari
tindakan tersebut,pemaksaan atau perampasan semena-mena kebebasan, baik yang
terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi. Pusat Pelayanan
Terpadu (PPT) terhadap korban kekerasan merupakan tempat dilaksanakannya
pelayanan kepada korban kekerasan baik dirumah sakit umum pemerintah dan swasta
termasuk rumah sakit POLRI secara komprehensif oleh multidisipliner dibawah satu
atap (one stop services).
c. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu. \
Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan antenatal
terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib mencatat
hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu dan Buku KIA. Pada saat ini pencatatan hasil
pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya tidak dapat
dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Dengan menerapkan
pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, maka kualitas pelayanan antenatal
dapat ditingkatkan.
d. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif.
KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan antenatal
terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil dalam
mengatasi masalahnya.
e. Evidence Based dalam Kebidanan Kehamilan
1) Aromateraphy
Aromaterapi adalah pendekatan non-farmakologis yang paling umum.
Aromaterapi mengacu pada penggunaan minyak esensial atau aroma yang
diekstrak dari tanaman aromatik untuk tujuan terapeutik, yang diberikan melalui
pijatan dan inhalasi. Manfaat aromaterapi yang dapat digunakan pada ibu hamil
trimester I dan II cenderung untuk mengatasi mual muntah, mengurasi stress dan
menenangkan pikiran seperti aromaterapi citrus, lavender, ginger, lemon,
peppermint. Penggunaan aromaterapi saja tidak cukup efektif digunakan untuk
mengurangi mual muntah pada ibu hamil, akan lebih efektif apabila di
kombinasikan dengan massase sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fattah. A, dkk (2019) menyatakan bahwa aromaterapi tidak menunjukkan efek
yang menguntungkan pada mual dan muntah di antara wanita hamil.
2) Akupresure
Akupresur merupakan perkembangan terapi pijat yang berlangsung seiring dengan
perkembangan ilmu akupuntur karena teknik pijat akupresur adalah turunan dari
ilmu akupuntur. Teknik dalam terapi ini menggunakan jari
tangansebagai pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik-titik yang sama seperti
yang digunakan pada terapi akupuntur. Untuk mengurangi mual muntah dapat
melakukan tekanan pada titik-titik tertentu pada tubuh. Di dalam pengobatan
Tiongkok, titik perikardium 6 dianggap kunci dalam mengurangi gejala mual
muntah. Gejala pada mual muntah tersebut dapat dikurangi dengan tekanan
langsung atau memakai gelang tangan (Wrist Band) pada 3 jari di bawah
pergelangan tangan (Rajin et al, 2015) Penelitian Sulistiarini. U, dkk(2018)
dengan mengenai pengurangan mual muntah dengan akupresur dan aromaterapi
menyatakan bahwa penggunaan metode acupressure pericardium dan
aromatherapy pada ibu hamil dalam mengurangi mual muntah menunjukkan
keefektifannya.
Penelitian di atas menunjukkan hasil yang signifikan antara sebelum terapi
akupresur dengan sesudah terapi akupresur, hal tersebut berbeda dengan hasil
yang didapatkan dalam penelitian yang dilaksanakan di Department of Obstetrics
and Gynecology, Faculty of Medicine, Chulalongkorn University Bangkok,
Thailand menyatakan bahwa terapi akupresur tidak lebih efektif dibandingkan
dengan vitamin B6 dalam mengurangi mual dan muntah pada perempuan di
trimester pertama kehamilan.
3) Nyeri punggung
Pertambahan berat badan yang ada dalam kandungan memberikan tekanan pada
otot belakang punggung sehingga memicu rasa sakit dan nyeri. Keluhan ini dapat
di atasi dengan cara mengikuti senam hamil (Yosefa, dkk. 2013), yoga hamil
(Gutke, dkk. 2015) dan masase untuk ibu hamil. Hasil penelitian (Jiang, dkk.
2015) bahwa yoga hamil efektif dilakukan selama 20 menit dalam sekali untuk
meredakan nyeri punggung dan kaki.
4) Pernafasan
Perubahan hormonal yang mempengaruhi aliran darah ke paru-paru, pada
kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil yang susah bernapas. Ini juga
didukung oleh adanya tekanan Rahim yang membesar yang berada di bawah
diafragma (yang membtasi perut dan dada). Hasil penelitian dari Islami (2019)
menunjukkan bahwa latihan yoga pada kehamilan dapat membantu pernafasan
ibu, keseimbangan tubuh dan membuat otot-otot menjadi kuat yang mendukung
proses kehamilan berlangsung dengan baik serta mempersiapkan proses
persalinan.
5) Bengkak Dan Kram Pada Kaki
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan meningkatkan
tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil dan kadang membuat
tangan membengkak. Pembengkakan ini disebut oedema yang disebabkan oleh
perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan. Selain membengkak, ibu
juga sering mengalami kram pada kaki. Menurut Sun, et al., (2010), yoga juga
mengurangi rasa dan menghilangkan beberapa ketidaknyamanan dalam
kehamilan, meningkatkan kekuatan otot yang khususnya sangat bermanfaat dalam
mencegah back pain, dapat membantu wanita merasa lebih lincah dan gesit, serta
keseimbangan berat badan dan memfasilitasi perubahan gaya gravitasi saat
kehamilan. Latihan yoga dalam penelitian ini tidak hanya menguatkan kelompok
otot-otot bahu, belakang dan kaki. Tetapi juga membantu memperoleh posisi
tubuh yang benar, dimana hal-hal tersebut dapat mengurangi bengkak dan kram
kaki pada wanita hamil.
f. Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium/
penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa banding,
sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan normal dan keadaan
bermasalah/tidak normal pada ibu hamil. Berikut ini adalah penanganan dan tindak
lanjut kasus pada pelayanan antenatal terpadu. Tabel Penanganan dan Tindak
Lanjut Kasus.
D. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan
1. Data Subyektif
a. Alasan Kunjungan
Dikaji untuk mengetahui alasan wanita datang ke tempat bidan/ klinik, yang
diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Hani,Ummi, dkk, 2010).
Tujuan kunjungan biasanya untuk mendapatkan diagnosis ada/tidaknya
kehamilan, mendapatkan perawatan kehamilan, menentukan usia kehamilan dan
perkiraaan persalinan, menentukan status kesehatan ibu dan janin, menentukan
rencana pemeriksaan/penatalaksanaan lainnya. (Walyani, Elisabeth, 2015)
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan. Dituliskan
sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien serta menanyakan sejak kapan hal
tersebut dikeluhkan klien. Mendengarkan keluhan klien sangat penting untuk
pemeriksaan. (Walyani dan Elisabeth, 2015)
c. Riwayat kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda (warning
akan adanya penyulit masa hamil). Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa
hamil yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang
mengalami gangguan.
Riwayat kesehatan meliputi :
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Penyakit menular
(1) TBC
Pada kehamilan dengan infeksi TBC risiko prematuritas, IUGR dan
berat badan lahir rendah meningkat, serta resiko kematian perinatal
meningkat 6 x lipat. Keadaan ini terjadi akibat diagnosa yang terlambat,
pengobatan yang tidak teratur dan derajat keparahan lesi di paru maupun
infeksi ekstrapulmoner. Infeksi TBC dapat menginfeksi janin yang dapat
menyebabkan tuberculosis congenital (Saifuddin, 2011).
(2) Hepatitis
Jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa mengakibatkan
terjadinya hepatitis fulminant yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi
pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat menimbulkan abortus dan terjadi
perdarahan pascapersalinan karena adanya gangguan pembekuan darah
akibat gangguan fungsi hati (Saifuddin, 2011).
(3) Malaria
Komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan ada hipoglikemia
sebagai gejala klinik malaria karena takikardia, berkeringat, an pusing.
Hipoglikemia pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya gawat janin
tanpa diketahui penyebabnya, edema paru lebih sering terjadi pada trimester
II dan III, tetapi bisa juga terjadi segera pasca persalinan, anemia berat
sering terjadi pada malaria dalam kehamilan. (Saifuddin, 2011)
Selain itu, resiko malaria terhadap janin adalah fungsi plasenta
menurun, abortus, prematuritas, lahir mati,dan pertumbuhan janin
terlambat. (Saifuddin, 2011 )
(4) HIV / AIDS
Transmisi HIV dari ibu ke janin dapat terjadi intrauterin (5-10%), saat
persalinan (10-20 %) dan pasca persalinan (5-20 %). Kelainan yang dapat
terjadi pada janin adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati, partus
preterm, dan abortus spontan. (Saifuddin, 2011)
b) Penyakit menurun
(1)Jantung
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan
janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil
konsepsi dapat menderita pula dan mati, kemudian disusul oleh abortus.
Apabila konseptus lahir terus, anak dapat lahir premature atau lahir cukup
bulan akan tetapi dengan berat badan rendah (dismatiritas). Selain itu janin
dapat menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan, sehingga
neonates lahir mati atau dengan nilai Apgar rendah. Ditemukan komplikasi
prematuritas dan BBLR pada penderita penyakit jantung pada kehamilan
32 minggu dan partus kala I yang lebih rendah (Sinclair, 2009)
(2) Hipertensi
Ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi atau sedang menderita
hipertensi kronik berisisko terjadi sousio plasenta, dan risisko terjadinya
solusio plasenta 2 – 3 kali dan superimposed preeklamsi. Sedangkan
dampak pada janin ialah pertumbuhan janin terhambat atau fetal growth
restriction, intra uterine growth restriction (IUGR) (Saifuddin, 2011).
(3) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus pada ibu hmil dapat menyebabkan resiko terjadinya
preeklampsia, seksio sesarea sedangkan pada janin meningkatkan terjadinya
makrosomia, hiperbilirubinemia, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia neonatal, sindrom distress respirasi (RDS) serta
mortalitas atau kematian janin. (Saifuddin, 2011)
(4) Asma
Ada hubungan antara keadaan asma sebelum hamil dan morbiditasnya
pada kehamilan. Pada asma ringan 13 % mengalami serangan pada
kehamilan, pada asma moderat 26 %, dan asma berat 50 %. Sebanyak 20 %
daari ibu dengan asma ringan dan asma moderat mengalai serangan inpartu,
serta peningkatan risiko serangan 18 kali lipat setelah persalinan dengan
seksio sesarea jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Terdapat
komplikasi preeklamsi 11 % IUGR 12 %, dan prematuritas 12 % pada
kehamilan dengan asma. Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi
sebelum hipoksia pada ibu terjadi. (Saifuddin, 2011 ).
2) Riwayat kesehatan yang lalu
a) Riwayat yang pernah atau sedang diderita
(1) Jantung
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan
janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil
konsepsi dapat menderita pula dan mati, kemudian disusul oleh abortus.
Apabila konseptus lahir terus, anak dapat lahir premature atau lahir cukup
bulan akan tetapi dengan berat badan rendah (dismatiritas). Selain itu
janin dapat menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan,
sehingga neonates lahir mati atau dengan nilai Apgar rendah. Ditemukan
komplikasi prematuritas dan BBLR pada penderita penyakit jantung pada
kehamilan 32 minggu dan partus kala I yang lebih rendah (Saifuddin,
2011).
(2) Hipertensi
Ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi atau sedang menderita
hipertensi kronik berisisko terjadi sousio plasenta, dan risisko terjadinya
solusio plasenta 2 – 3 kali dan superimposed preeklamsi. Sedanagkan
dampak pada janin ialah pertumbuhan janin terhambat atau fetal growth
restriction, intra uterine growth restriction (IUGR) (Saifuddin, 2011)
(3) Diabetes mellitus
Diabetes mellitus pda ibu hamil dapat menyebabkan resiko terjadinya
preeklampsia, seksio sesarea sedangkan pada janin meningkatkan
terjadinya makrosomia, hiperbilirubinemia, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia neonatal, sindrom distress respirasi (RDS) serta
mortalitas atau kematian janin. (Saifuddin, 2011)
(4) Asma
Ada hubungan antara keadaan asma sebelum hamil dan morbiditasnya
pada kehamilan. Pada asma ringan 13 % mengalami serangan pada
kehamilan, pada asma moderat 26 %, dan asma berat 50 %. Sebanyak 20
% daari ibu dengan asma ringan dan asma moderat mengalai serangan
inpartu, serta peningkatan risiko serangan 18 kali lipat setelah persalinan
dengan seksio sesarea jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
Terdapat komplikasi preeklamsi 11 % IUGR 12 %, dan prematuritas 12 %
pada kehamilan dengan asma. Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi
sebelum hipoksia pada ibu terjadi. (Saifuddin, 2011)
(5) Hepatitis
Jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa mengakibatkan
terjadinya hepatitis fulminant yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi
pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat menimbulkan abortus dan terjadi
perdarahan pascapersalinan karena adanya gangguan pembekuan darah
akibat gangguan fungsi hati. (Saifuddin, 2011)
(6) Epilepsi
Seorang wanita penderita epilepsy idiopatik lebih besar
kemungkinannya melahirkan anak dengan epilepsy. Pada umumnya
frekuensi cacat bawaan, termasuk penyakit jantung, bibir sumbing, dan
mikrosefalia, lebih tinggi diantra bayi – bayi yang dilahirkan dari ibu – ibu
penderita epilepsy. Juga angka kematian perinatal lebih tinggi. Penderita
epilepsy dapat menderita pre-eklamsi dalam kehamilan (Saifuddin, 2011).
(7) Penyakit Menular seksual
Hasil konsepsi yang tidak sehat sering kali terjadi akibat PMS,
misalnya kemtian janin (abortus spontan atau lahir mati). Bayi berat lahir
rendah (akibat prematuritas atau retardasi pertumbuhan janin dalam
rahim) dan infeksi congenital atau perinatal (kebutaan, pneumonia
neonatus, dan retardasi mental) (Saifuddin, 2011).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan. Apakah dari keluarga ibu, suami /orang yang tinggal bersama
ibu hamil itu ada yang sakit. Mencangkup penyakit kanker, penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, penyakit jiwa, kelainan bawaan, kehamilan
ganda, TBC, epilepsi, penyakit darah, alergi, dan riwayat kehamilan kembar.) (Hani,
Ummi dkk, 2011)
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Haid
Data ini diperoleh untuk mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari
organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat haid
anatara lain sebagai berikut :
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita haid
pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun. (Sulistyawati, 2011). Hal ini
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim, dan
keadaan umum. (Walyani dan Elisabeth, 2015)
b) Siklus haid
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan haid berikutnya,
dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari. (Sulistyawati, 2011). Siklus
normal haid biasanya 28 hari. (Walyani dan Elisabeth, 2015)
c) Lamanya
Lamanya haid yang noral adalah ± 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari
berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit
yang mempengaruhi. (Walyani, Elisabeth, 2015: 120)
d) Volume/Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang dikeluarkan. Sebagai
acuan biasanya digunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Biasanya untuk
menggali lebih dalam pasien ditanya sampai berapa kali ganti pembalut dalam
sehari (Sulistyawati, 2011). Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah
menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid. (Walyani dan Elisabeth,
2015)
e) Dismenorea
Nyeri haid ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderitanya atau
tidak ditiap haidnya. Nyeri haid juga menjadi tanda bahwa kontraksi uterus
klien begitu hebat seingga menimbulkan nyeri haid. (Walyani dan Elisabeth,
2015)
Gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa dismenorea (rasa
nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram
ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.
Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenorea
primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat
kelamin. Dismenorea sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan
kelainan anatomis yang jelas, kelainan ini kemungkinan adalah haid disertai
infeksi, endometritis, mioma uteri, polip serviks, polip endometrial, pemakai
IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). (Manuaba,2012)
f) Leukorea
Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama
secara berlebihan. Leukorea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi,
juga terjadi melalui rangsangan seksual. Leukorea abnormal dapat terjadi pada
semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahi,
rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan
kelamin). (Manuaba,2012).

2) Riwayat Kehamilan Sekarang


Dikaji :
a) Gravida/Para
b) Usia Kehamilan
Menentukan usia kehamilan sangat penting untuk memperkirakan
persalinan (Manuaba,2012). Umur kehamilan dan tafsiran persalinan dihitung
dengan menggunkan rumus Neagle. HPL (hari perkiraan lahir) = HPHT (hari
pertama haid terakhir) + 7 dan bulan haid terakhir - 3. Tahun HPHT
ditambahkan 1 (jika bulan lSebih dari 1- 3). (Hani, Ummi,dkk, 2010)
c) HPHT
HPHT adalah hari haid pertama terakhir seorang wanita sebelum hamil.
Cara menentukan HPHT adalah dengan melakukan anamnesis pada ibu secara
tepat karena apabila terjadi kesalahan, maka penentuan usia kehamilan juga
menjadi tidak tepat. Haid terkhir tersebut harus normal, baik dari lamanya
maupun dari banyaknya. HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru
mengeluarkan darah menstruasi dengan frekuensi dan lama menstruasi seperti
biasa. (Hani,Ummi, dkk, 2010)
d) HPL
HPL adalah tanggal taksiran perkiraan persalinan ibu. Bisa ditentukan
setelah HPHT didapatkan. HPL = tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT
dikurangi 3, Tahun HPHT ditambahkan 1 (jika bulan lebih dari 4-12) HPL=
tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT dikurangi 3, Tahun HPHT
dikurangi 1 (jika bulan lebih dari 1-3) (Hani, Ummi, dkk, 2010)
e) Gerakan Janin
Diperkirakan terjadi gerakan pertama fetus pada usia kehamilan 16 minggu
terdapat perbedaan. Pada primigravida biasanya dirasakan pada usia 18 minggu,
sedangkan pada multigravida sekitar 16 minggu. Dengan mengetahui gerakan
janin maka perkiraan umur kehamilan dapat ditetapkan. Gerakan janin juga
diperlukan untuk mengetahui keadaan janin (masih hidup/mati). Berupa positif
jika ada, dan negatif jika belum ada(Hani,Ummi, dkk, 2010). Gerakan janin juga
bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi baru dapat dirasakan
oleh ibu pada usia kehamilan 16 – 20 minggu karena diusia kehamilan tersebut,
dinding uterus mulai menipis dan gerakan janin lebih kuat. (Saifuddin, 2011).
Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam ) (Saifuddin,
2011)
f) Masalah-masalah
Menanyakan kepada klien apakah ada masalah pada kehamilan trimester I
(hiperemesis gravidarum, anemia,dll), pada trimester II dan trimester III
tanyakan masalah apa yang pernah dirasakan pada kehamilan sebelumnya. Hal
ini untuk sebagai faktor persiapan kalau-kalau kehamilan sekarang akan terjadi
hal seperti itu lagi. (Walyani, Elisabeth, 2015)
g) Riwayat ANC
Menanyakan kepada klien asuhan kehamilan apa saja yang pernah ia
dapatkan selama kehamilan trimester I, trimester II dan trimester III.
Menanyakan kepada klien asuhan apa yang pernah ia dapatkan pada kehamilan
sebelumnya dan menanyakan bagaimana pengaruhnya terhadap kehamilan.
Apabila baik, bidan bisa memberikan lagi asuhan kehamilan tersebut pada
kehamilan sekarang. Tempat ANC juga ditanyakan untuk mengetahui dimana
tempat klien mendapatkan asuhan kehamilan tersebut. (Walyani, Elisabeth,
2015)
3) Riwayat Kebidanan yang lalu
Menanyakan:
a) Jumlah Kehamilan (Gravida/G)
Ditanyakan untuk mengetahui seberapa besar pengalaman klien tentang
kehamilan. Apabila klien mengatakan ini merupakan kehamilan pertama, maka
bidan harus secara maksimal memberikan pengetahuan kepada klien tentang
bagaimana merawat kehamilannya dengan maksimal. (Walyani, Elisabeth,
2015)
b) Jumlah anak yang hidup
Untuk mengetahui pernah tidaknya klien mengalami keguguran, apabila
pernah maka pada kehamilan berikutnya beresiko mengalami keguguran
kembali. Serta apabila jumlah anak yang hidup hanya sedikit dari kehamilan
yang banyak, berarti kehamilan ini sangat diinginkan. (Walyani, Elisabeth,
2015)
c) Jumlah kelahiran Premature
Untuk mengidentifikasi apakah pernah mengalami kelahiran premature
sebelumnya, jika ia maka dapat beresiko menimbulkan persalinan premature
berikutnya (Walyani, Elisabeth, 2015)
d) Jumlah keguguran
Menanyakan kepada klien apakah pernah mengalami keguguran atau
tidak. Sebab apabila pernah mengalami keguguran dalam riwayat persalinan
sebelumnya maka beresiko mengalami keguguran berulang. (Walyani,
Elisabeth, 2015)
e) Persalinan dengan tindakan (operasi sesar, vakum, forcep)
Untuk mengetahui catatan kelahiran terdahulu, apakah pervaginam,
melalui bedah sesar, dibantu forcep atau vakum. (Walyani, Elisabeth, 2015)
f) Riwayat perdarahan pada persalian atau pasca persalinan
Ditanyakan untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami perdarahan
pascapersalinan, perdarahan antepartum, atau intrapartum sebelumnya.
(Walyani, Elisabeth, 2015)
g) Berat bayi
Dikaji untuk mengidentifikasi berat bayi yang dilahirkan pada kehamilan
sebelumnya, apakah berat bayi kecil untuk masa kehamilan (BKMK) atau bayi
besar untuk masa kehamilan (BBMK), karena kondisi ini biasanya berulang.
Apabila persalinan pervaginam, berat lahir mencerminkan bahwa bayi dengan
ukuran tertentu berhasil memotong pelvis maternal. (Walyani, Elisabeth, 2015)
h) Masalah lain
Untuk mengetahui apakah sebelumnya kehamilannya mengalami
komplikasi sehingga dapat diketahui antisipasi terhadap komplilasi berulang.
(Walyani, Elisabeth, 2015)
4) Riwayat KB
Ditanyakan untuk mengetahui metode KB yang selama ini digunakan, lama
pemakaian kontrasepsi tersebut, dan ada masalah saat menggunakan kontrasepsi
tersebut atau tidak. (Walyani, Elisabeth, 2015).
5) Pola kebiasaan sehari- hari
a) Nutrisi
Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan bagaimana pasien
mencukupi asupan gizinya selama hamil sampai dengan masa awal persalinan.
(Sulistyawati, 2011). Untuk memenuhi tambahan kebutuhan zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur diperlukan tambahan konsumsi makanan sehari –
hari.

b) Eliminasi
(1) BAB
Dikaji frekuensinya (BAB nya teratur atau tidak, jika mengatakan
terlalu sering dan feses cair bisa dicurigai mengalami diare, dan jika terlalu
jarang BAB serta feses kering dan keras, dicurigai klien mengalami
konstipasi), warnanya (normalnya warna feses berwarna kuning kecoklatan)
(Walyani, Elisabeth, 2015).
(2) BAK
Dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih dalam sehari.
Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan
yang masuk, atau juga karena adanya tekanan dinding vesika urinaria.
Apabila ternyata wanita hamil kesulitan berkemih berarti bidan harus segera
mengambil tindakan,misal memasang kateter),warna urine (normalnya urine
berwarna bening, jka urine berwarna keruh dicurigai klien menderita DM
karena urin keruh disebabkan adanya penumpukan glukosa), bau urine (bau
urine normalnya seperti bau Amonia (NH3) (Walyani, Elisabeth, 2015)
c) Personal Hygine
Kebersihan jasmani sangat penting karena saat hamil banyak berkeringat
terutama di daerah lipatan kulit. Mandi 2-3x sehari membantu kebersihan badan
dan mengurangi infeksi. Pakaian sebaiknya dari bahan yang dapat menyerap
keringat, sehingga badan selalu kering terutama di daerah lipatan kulit.
(Manuaba, 2012)
Rambut harus sering dicuci. Gigi, harus benar-benar mendapat
pemeliharaan karena kerusakan gigi dapat mengakibatkan komplikasi seperti
nefritis, septicemia, sepsis puerpuralis oleh karena infeksi dirongga mulut.
(Manuaba, 2012),
Kebersihan alat genetalia juga harus ditingkatkan karena saat hamil
frekuensi berkemih menjadi sering sehingga menyebabkan situasi basah dan
jamur mudah tumbuh dan menyebabkan rasa gatal. Kebersihan bisa dijaga
dengan memakai celana dalam yang selalu bersih. (Manuaba, 2012).
d) Hubungan Seksual
Dikaji pola hubungan seksual, frekuensi berhubungan, kelainan dan
masalah seksual dan lain-lain. Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa
kehamilan jika dilakukan dengan hati – hati (Hani, Ummi, dkk, 2010).
e) Istirahat
Jadwal istirahat perlu diperhatikan karena istirahat dan tidur yang teratur
dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk perkembangan dan
pertumbuhan janin (Manuaba, 2012).
f) Aktifitas Fisik
Data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang
biasa dilakukan pasien di rumah. Aktivitas yang terlalu berat dapat
menyebabkan abortus dan persalinan prematur. Olahraga sangat bermanfaat
bagi ibu hamil karena tubuh akan meningkatkan volume darah, meningkatkan
volume sekuncup, memperkuat otot jantung, dan meningkatkan vaskularisasi
sehingga memperbesar hantaran oksigen dan nutrisi (Manuaba, 2012).
6) Riwayat Psikologi-Spiritual
a) Riwayat Pernikahan
Ditanyakan :
1) Menikah
Ditanya status klien, apakah sudah menikah atau belum, pernikahan
yang keberapa dan istri keberapa dengan suami sekarang. Penting dikaji
untuk mengetahui status kehamilan tersebut apakah dari hasil pernikahan
resmi atau tidak atau hasil dari kehamilan yang tidak diinginkan. Status
pernikahan berpengaruh pada psikologis ibu saat hamil.
2) Usia saat menikah
Ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menikah di usia muda atau
tidak. Jika klien menikah usia muda dan saat kunjungan ke bidan tidak lagi
usia muda dan merupakan kehamilan pertama, kemungkinan kehamilan ini
sangat diharapkan. Hal ini akan berpengaruh pada bagaimana asuhan
kehamilannya
(3) Lama pernikahan
Ditanyakan sudah berapa lama menikah, jika klie mengatakan sudah
lama menikah tapi baru bisa mempunyai keturunan, kemungkinan kehamilan
ini sangat diharapkan (Walyani, Elisabeth, 2015)
b) Respon dan Dukungan keluarga
Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan, hal ini perlu ditanyakan
karena keluarga selain suami klien juga sangat berpengaruh besar bagi kehamilan
klien. Tanyakan bagaimana respon dan dukungan keluarga lain, misalnya anak,
orang tua, serta mertua.
c) Pengambilan keputusan
Pengambil keputusan perlu ditanyakan karena untuk mengetahui siapa yang
diberi kewenangan klien mengambil keputusan apabila ada hal kegawat-
daruratan.
d) Menanyakan data spiritual:
Data spiritual klien perlu ditanyakan apakah keadaan rohaninya saat itu
sedang baik ataukah sedang stress karena suatu masalah. Apabila sadang stress,
bidan harus pintar memberikan konseling untuk membantu memecahkan masalah
kleien tersebut dan meminta suami klien terus memberikan dukungan.
Mengingat, wanita yang sedang hamil dan keadaan rohaninya sedang tidak stabil,
hal ini sangat berpengaruh terhadap kehamilanya.
e) Menanyakan data sosial budaya:
Tradisi yang mempengaruhi kehamilan, hal ini ditanyakan karena bangsa
Indonesia mempunyai beraneka ragam suku bangsa yang tentunya dari setiap
suku bangsa mempunyai tradisi khusus bagi wanita hamil. Tugas bidan
mengingatkan tradisi-tradisi tersebut diperbolehkan selagi tidak merugikan
kehamilnnya.
f) Data Pengetahuan
Perlu dikaji dengan berbekal pengetahuan maka pasien akan lebih mudah
diajak memecahkan masalah yang mungkin terjadi. (Hani, Ummi, dkk, 2010).
2. Data Obyektif
Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
2. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai berikut :
a) Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan
dalam berjalan. (Sulistyawati, 2011).

b) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan oang lain, dan
pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. (Sulistyawati,
2011)
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan komposmentis
(kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan
sadar). (Sulistyawati, 2011)
3) Tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik. Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15
mmHg diastolik diatas tensi sebelum hamil, menandakan toxaemia
gravidarum (keracunan kehamilan). (Hani, Ummi,dkk 2009)
b) Nadi
Denyut nadi meternal sedikit meningkat selama hamil sejak usia
kehamilan 4 minggu sekitar 80-90x/menit, kondisi ini memuncak pada
usia 28 minggu (Sulistyawati, 2011).
c) Pernafasan
Pernafasan normal pada ibu hamil adalah 16-24x/menit. Tujuan
menghitung pernafasan pada ibu hamil adalah untuk mendeteksi secara
dini adanya penyakit yang berhubungan dengan pernafasan yang
kemungkinan sebagai penyulit kehamilan dan diprediksi akan
membahayakan keselamatan ibu dan janin selama kehamilan dan
menghambat jalannya persalinan(Sulistyawati, 2011).
d) Suhu
Peningkatan hormon progesteron yang disertai dengan peningkatan
metabolisme tubuh ibu hamil, jumlah panas yang juga dihasilkan juga
meningkat. Ibu hamil mengalami peningkatan suhu tubuh sampai 0,5%
meskipun pada tubuh ibu hamil sudah ada upaya kompensasi seperti
pengeluaran panas lewat pernafasan dan keringat. Suhu tubuh ibu hamil
normalnya 35,80C-370C, jika lebih dari 37,50C dikatakan demam, hal ini
mungkin ada infeksi dalam kehamilan(Sulistyawati, 2011).
e) Berat Badan
Kenaikan berat badan selama hamil rata-rata : 9 – 13,5 kg.
Kenaikan BB selama TM I : min 0,7-1,4 kg
Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg
Kenaikan BB selama TM I : 9,5 kg
(Pantiawati, Ika, 2010)
f) Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko bagi ibu
hamil/ibu bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145 cm kemungkinan
sang ibu memiliki panggul sempit. Tujuan pemeriksaan tinggi badan
adalah untuk mengetahui tinggi badan ibu sehingga bisa mendeteksi faktor
resiko. Faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan
tinggi badan adalah keadaan rongga panggul. Sering dijumpai pada ibu
yang pendek, rongga panggulnya sempit. Ada juga ibu hamil yang pendek
tapi rongga panggulnya normal. (Sulistyawati, 2011)
g) LILA
Tujuan pemeriksaan LILA adalah untuk mengetahui ukuran lingkar
lengan atas untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Normalnya 23,5-25
cm, bila kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi
yang kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), sedangkan bila LILA di atas 25 cm,
indikasi adanya janin besar karena obesitas (Sulistyawati, 2011)
h) IMT
IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan pengukurannya
direkomendasikan federal untuk mengklarifikasi kelebihan berat badan dan
obesitas. Cara mengukur IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg/m2) ( Manuaba,
2012 ).
a. Status Present
1) Kepala
Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala, kesimetrisan
wajah, lokasi struktur wajah (Sinclair, 2009)
2) Rambut
Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak (Sulisyawati, 2011)
3) Telinga
Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman pendengaran, letak
telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau tidak, ada rabas pada aurikula
dan autium atau tidak, edema atau tidak, ada lesi atau tidak, adanya
sumbatan atau benda asing pada saluran pendengaran eksterna atau tidak
(Sinclair, 2009)
4) Mata
Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda infeksi atau
tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan bentuk serta kesamaan
pupil (Sulistyawati, 2011).
5) Hidung
Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan, ukuran, letak,
rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip atau itak, ada tanda-
tanda infeksi atau tidak (Sulistyawati, 2011).
6) Mulut
Dikaji :
a) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab / kering )
b) lidah (warna, kebersihan)
c) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut) (Sulisyawati, 2011)
7) Leher
Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan ada/tidaknya
bendungan vena jugularis (Sulisyawati, 2011)
8) Ketiak
Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe. (Sulisyawati,
2011)
9) Dada
Dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan keimetrisan payudara,
bunyi/denyut jantung, ada/tidaknya gangguan pernafasan (auskultasi)
( Sulisyawati, 2011).
1) Ekstremitas
Dikaji adakah kelainan atau tidak, adakah edema dan varises serta
reflek patella pada kaki kanan dan kaki kiri(Hani,Ummi, dkk, 2010)
1) Genitala eksterna
a) Lihat adanya tukak/luka, varises, cairan (warna, konsistensi, jumlah,bau)
b) Uretra dan skene : adakah cairan atau nanah.
c) Kelenjar Bartholini adakah: pembengkakan, massa, atau kista, dan cairan
(Hani,Ummi, dkk, 2010)
2) Anus: Dikaji ada /tidaknya hemoroid dan kebersihan. (Sulisyawati, 2011)
a. Pemeriksaan Obstetrik
1) Muka :Dilihat ada/tidaknya edema dan cloasma gravidarum (Manuaba,2012).
2) Mammae
(a) Inspeksi: hiperpigmentasi areola dan puting susu, glandula montgomery
menonjol.
(b) Palpasi: tidak teraba massa, kolostrum keluar setelah 32 minggu
(Sulisyawati, 2011)
3) Abdomen
a. Inspeksi
Dilihat pada perut tampak membesar, ada/tidaknya linea nigra, linea
alba, striae gravidarum. (Hani, Ummi, dkk, 2010)
4) Palpasi leopold
(a) Leopold I
Tujuannya untuk menentukan umur kehamilan (berdasarkan TFU)
dan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di fundus. (Hana,Ummi,
dkk, 2010). Pengukuran TFU terutama > 20 minggu. Tinggi fundus yang
normal sama dengan usia kehamilan (Saifuddin, 2011).
(b) Leopold II
Tujuannya untuk menentukan bagian apa yang ada di bagian kanan
dan kiri perut ibu (Saifuddin, 2011).
(c) Leopold III
Bertujuan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bawah
dan apakah bagian bawah janin sudah atau belum terpegang oleh pintu
atas panggul (Saifuddin, 2011).
(d) Leopold IV
Bertujuan untuk menentukan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga panggul.

5) Auskultasi
Frekuensi DJJ rata – rata sekitar 140 denyut per menit (dpm) dengan
variasi normal 20 dpm diatas atau dibawah nilai rata – rata. Nilai normal
denyut jantung janin antara 120 – 160 dpm.(Saifuddin, 2011)
Jantung janin mulai berdenyut sejak awal minggu keempat setelah
fertilisasi, tetapi baru pada usia 20 minggu bunyi jantung jain dapat terdeteksi
dengan fetoskop. Dengan mengggunakan teknik ultrasound atau system
Doppler, bunyi jantung janin dapat didengar lebih awal (12 -20 minggu usia
kehamilan) (Saifuddin, 2011)
Tujuan pemeriksaan DJJ adalah untuk mengetahui bayi hidup atau mati .
Untuk menentukan area terdengarnya denyut jantung janin yang keras,
(puntum maximum) sehingga dapat dipastikan presentasi janin dalam
kandungan, apakah berada dibagian bawah kepala atau bokong atau janinnya
melintang. Disamping itu untuk mengetahui janin didalam kandungan tunggal
atau ganda (Manuaba,2012)
6) Pemeriksaan Penunjang
a) PP Test/Urine test
b) Pemeriksaan laboratorium:
(1) Pemeriksaan urine digunakan untuk mengetahui kadar urine protein dan
kadar glukosa
(2) Pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah,
Hb, dan penyakit rubella.
(3) Pemeriksaan Rontgen
Digunakan untuk mengetahui kepastian kehamilan, menentukan
hamil kembar, menentukan kelainan pada anak, menentukan bentuk
dan ukuran panggul. Pemeriksaan rontgen sebaiknya dilakukan pada
kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum bulan ke-4 rangka
janin belum tampak dan pada hamil muda pengaruh rontgen terhadap
janin lebih besar.
(4) Pemeriksaan USG
Digunakan untuk mendiagnosis dan konfirmasi awal kehamilan,
penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal, mengetahui
adanya IUFD, mengevaluasi pergerakan janin dan detak jantung janin,
dll (Hani, Ummi, dkk, 2010).
3. Analisa
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudaian dianalisa
dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah ibu.
a. Diagnosa kebidanan dan masalah
Dalam bagian ini yang dikumpulkan oleh bidan antara lain sebagai
berikut:
1) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan
dengan kehamilannya (jumlah kehamilan, dibedakan menjadi primigravida
(hamil pertama kali) dan multigravida (hamil yang kedua atau lebih).
(Sulistyawati, 2011)
2) Usia kehamilan dalam minggu
3) Keadaan janin
4) Normal atau tidak normal (Sulistyawati, 2011)
b. Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan “diagnosa”.
Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk
membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya
(Sulistyawati, 2011)
c. Diagnosa potensial dan antisipasi tindakan
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan, bidan
secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnosis potensial tidak
benar – benar terjadi (Sulistyawati, 2011)
d. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera, Konsultasi, Kolaborasi
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan, bidan
secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnose diagnose potensial
tidak benar – benar terjadi (Sulistyawati, 2011)
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konsseling, dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural, atau
masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut harus
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspekasuhan kesehatan.
(Hana,Ummi, dkk, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Afni, R. (2016). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I dengan Kejadian Abortus di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(2), 79–82.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol3.iss2.107
Ai Yeyeh, Rukiyah dkk. 2012. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : Trans Info Media
Andriani, D. (2016). Optimalisasi Perilaku Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Trimester
Satu Melalui Penyuluhan. Adi Husada Nursing Journal, 2(2), 17.
https://doi.org/10.37036/ahnj.v2i2.48
Coxon, K et al. (2020). The Impact of the Coronavirus (COVID-19). Pandemic on Maternity
Care in Europe. Elsevier Public Health Emergency Collection.
Dashraath, P et al. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pandemic and
Pregnancy. Am J Obstetrics Gynecology Vol. 202. No. 6 Elsevier Public Health
Emergency Collection.
Dewi, V. H. L. (2011) Asuhan Kebidanan Untuk Kebidanan. 1st edn. Jakarta: Salemba
Medika.
Fradkin, R. (2020). Providing Antenatal Care during COVID-19. PHN North Western
Melbourne an Australia Government Initiative.
Handayani. 2013. Pola Konsumsi Pangan Dan Konsumsi Susu Serta Status Gizi Ibu Hamil
Di Kota Bogor
Handayani, S. R., & Mulyati, T. S. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Kementerian Kesehatan
RI.
Hani, Ummi, dkkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika
Harahap, R. F., Alamanda, L. D. R., & Harefa, I. L. (2020). Pengaruh Pemberian Air
Rebusan Jahe Terhadap Penurunan Mual dan Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 8 (1), 84–95. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
JIK/article/download/18089/12857
Kemenkes RI (2010). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA), Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Bina Kesehatan Ibu, p. 1 of 76.
Mangkuji, B. et al. (2012) Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC.
Manuaba (2012) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
JUDUL READING
PENGARUH JUS BUAH NAGA TERHADAP HB IBU HAMIL ANEMIA
YANG MENDAPAT FE

Untuk Memenuhi Persyaratan Stase Holistik Kehamilan Fisiologis

Oleh:
NURRAHIMA SERANANI
NIM P07124222030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
TAHUN 2022
53
LEMBAR PENGESAHAN

Jurnal Reading Asuhan Stase Kehamilan Fisiologis di UPT Puskesmas Kediri,


telah diperiksa dan disahkan pada tanggal …… Oktober 2022.

Kediri, Oktober 2022

liv
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan


rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan “ Pengaruh Jus Buah
Naga Terhadap Hb Ibu Hamil Anemia Yang Mendapat Fe)” Untuk memenuhi salah
satu persyaratan pada stase Asuhan Kebidanan Holistik kehamilan fisiologis”.
Menulis Jurnal Reading ini tak luput dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari
beberapa pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terimakasih banyak kepada:
Dalam penyusunan laporan ini saya banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Mataram
2. Ibu Syajaratuddur Faiqah, S.Si.T.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
3. Ibu Bq. Iin Rumintang, SST.,M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
4. Bapak H. Sahruji, SKM, MM., selaku Kepala UPT Puskesmas Kediri
5. Ibu Henny WRD Lehan, SST., selaku Bidan Koordinator dan pembimbing lahan
UPT Puskesmas Kediri
6. Ibu Ni Made Sri Wardani, S.Keb, selaku pembimbing lahan UPT Puskesmas
Kediri
7. Ibu Imtihanatun Najahah, SST.,M.Kes selaku pembimbing pendidikan
8. Ibu Suwanti, SST,. M.Kes selaku pembimbing pendidikan
9. Seluruh Dosen Politeknik Kesehatan Mataram yang turut membimbing dalam
menyelesaikan lapran kasus komprehensif ini
10. Ibu-ibu pembimbing di lahan praktik di UPT Puskesmas Kediri
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan laporan kasus komprehensif ini
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan Jurnal Reading ini masih banyak
terdapat kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Jurnal Reading berikutnya.
lv
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................xlix
KATA PENGANTAR...............................................................................................................l
DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
ISI JURNAL.............................................................................................................................2
A. Judul...............................................................................................................................2
B. Abstrak...........................................................................................................................2
C. Pendahuluan..................................................................................................................2
D. Metode............................................................................................................................4
E. Hasil................................................................................................................................5
F. Pembahasan...................................................................................................................5
G. Kesimpulan................................................................................................................7
H. Referensi.....................................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................................9
TELAAH JURNAL..................................................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................11
TINJAUAN KASUS...............................................................................................................11
BAB IV....................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

1
BAB I
ISI JURNAL
A. Judul
Pengaruh Jus Buah Naga Terhadap Hb Ibu Hamil Anemia Yang Mendapat Fe
B. Abstrak
Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan
menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Buah naga ( Hylocereus Polyrhzus ) yang
matang banyak mengandung asam organik. Dari kandungan kimia buah naga yang
banyak mengandung mineral, besi dan vitamin C, diharapkan buah ini dapat menjadi
obat alternatif dalam mengobati anemia. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian jus buah naga terhadap perubahan kadar HB pada ibu hamil
anemia yang mendapat suplementasi tablet Fe. Penelitian ini menggunakan quasi
eksperimen, populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil anemia yang
mendapatkan suplemen tablet Fe. Hasil uji wilcoxon dapat diketahui bahwa dari 30
responden ibu yang sebelum diberikan jus buah naga mengalami anemia ringan
sebanyak 60,0% dan anemia sedang sebanyak 40,0%. Hasil uji peringkat Wilcoxon
diperoleh nilai significant (ɑ) yakni sebesar 000 di mana lebih < 0,05 ini
menunjukkan bahwa Ho akan ditolak dan Hi diterima. Akhirnya dari hasil uji sampel
T-Test ini dapat diketahui bahwa hasil sebelum dan sesudah pemberian jus buah naga
lebih besar nilai sesudah diberikan jus buah naga pada ibu hamil untuk meningkatkan
kadar hemoglobin sehingga dapat ditegaskan bahwa pemberian jus buah naga dapat
meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil
C. Pendahuluan
Anemia merupakan keadaan tubuh memiliki eritrosit yang terlalu sedikit,
dimana eritrosit ini mengandung hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke
seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya anemia kehamilan diantaranya gravida, usia, paritas, tingkat pendidikan,
status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe (Krisnawati, dkk, 2015).
Anemia pada kehamilan disebut “potential danger to mother and child”. Dampak dari
anemia pada kehamilan dapat terjadi mudah terjadi infeksi, perdarahan antepartum,
abortus, persalinan pre-maturitas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,
KPD, saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, kala pertama dapat
berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, memudahkan infeksi peurperium, pada

2
kala nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum dan
pengeluaran ASI berkurang (Aryanti, dkk, 2013).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, kejadian anemia
pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1% yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang
dari 11,0 gram/dl (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Meskipun pemerintah sudah
melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan
memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan
menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014
tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil bahwa
wanita usia subur dan ibu hamil rentan terhadap kekurangan gizi besi dan dapat
menyebabkan perdarahan saat persalinan pada ibu hamil dimana ini merupakan salah
satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Tujuan dari mengonsumsi
tablet tambah darah nya adalah untuk melindungi wanita usia subur dan ibu hamil dari
kekurangan gizi dan mencegah terjadinya anemia gizi besi (Indonesia PMKR, 2014).
Ibu hamil yang mengalami anemia dapat diakibatkan dari kekurangan zat besi sejak
sebelum kehamilan bila tidak diatasi. Anemia merupakan salah satu resiko kematian
ibu, keguguran, kelahiran premature, infeksi terhadap ibu dan janin serta kejadian
bayi dengan BBLR (Kepmenkes RI, 2015). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), kelompok ibu hamil merupakan kelompok yang berisiko tinggi
mengalami anemia, meskipun yang ssering dialami merupakan anemia relatif akibat
perubahan fisiologis tubuh selama kehamilan (Indonesa KKR, 2013).
Salah satu cara mengatasi anemia dalam kehamilan adalah dengan
mengkonsumsi vitamin C, dimana vitamin C dapat didapatkan dari buah naga secara
teratur. Buah naga dapat membantu mengoptimalkan penyerapan zat besi melalui
saluran cerna (Chendriany, Kundaryanti dan Lali, 2021).
Dalam 100 gram buah naga mengandung 0,16 mg zat besi, ibu hamil membutuhkan
0,8 mg zat besi perhari. Zat besi tersebut akan diubah menjadi sel darah merah. Sel-
sel ini sangat bermanfaat untuk ibu hamil yang cenderung mengalami anemia (Aulya,
Silawati dan Margareta, 2021).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah naga
terhadap perubahan kadar Hb (Hemoglobin) pada ibu hamil anemia yang mendapat
suplemen Tablet Fe. Pemberian buah naga akan dilakukan 1 kali sehari, yaitu pada
3
sore hari selama 7 hari berturutturut. Pemeriksaan anemia dilakukan sehari sebelum
intervensi dan sehari setelah intervensi. Hasil pemeriksaan akan ditulis pada lembar
observasi. Suatu kondisi atau keadaan ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin
(Hb), hematokrit atau jumlah sel darah merah disebut dengan anemia (Sudoyo, 2013).
Pada setiap kehamilan diperlukan zat besi ± 900 mg Fe untuk pembentukan sel darah
ibu, darah janin dan plasenta. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap
kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan menimbulkan anemia pada
kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodilusi dengan peningkatan volume 30-40% yang puncaknya terjadi
pada usia kehamilan 32- 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah18-30%. Hb sekitar
19% (Sjahriani dan Faridah, 2019). Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan jumlah zat besi dalam darah dengan mengonsumsi buah-buahan yang
mengandung zat besi dan vitamin C yang tinggi, salah satunya adalah buah naga (Olii
dan Abdul, 2019).
Salah satu kandungan dari buah naga adalah zat besi dimana memiliki manfaat
untuk menambah sel darah (Thamrin, dkk, 2018). Berdasarkan pendahuluan di atas,
peneliti memiliki hipotesis yaitu ada pengaruh pemberian jus buah naga (Hylocereus
Polyrhizus) terhadap perubahan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil anemia yang
mendapat suplementasi tablet Fe.

D. Metode
Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan bentuk rancangan
Quasi Experiment. Populasi pada peneilitan ini adalah jumlah ibu hamil yang
menderita anemia sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling yang teknik pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu seusai yang dikehendaki peneliti. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah Hb Sahli. Bahan yang digunakana adalah
buah naga.
Tempat penelitian dilakukan di Klinik Sulastri Kecamatan Biru-Biru. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan peneliti akan memeriksa kembali kadar
hemoglobin di dalam darah responden sebelum diberikan jus buah naga dan seminggu
setelah pemberian jus buah naga serta menuliskan hasilnya pada lembar observasi dan
teknik analisis pada penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Analisis bivariat menggunakan uji wilcoxon
4
E. Hasil
a. Perbedaan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Jus Buah Naga

Hasil uji yang digunakan adalah uji wilcoxon dimana diperoleh nilai p=0,000
(<0,0.5). Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil sesudah pada pemberian
jus buah naga lebih besar dari pada nilai sebelum dierikan jus buah naga ada ibu
hamil yang mendapat suplemen Fe.
F. Pembahasan
Berdasarkan Depkes RI, 2017, Hemoglobin adalah protein yang kaya zat besi.
Memiliki daya gabung terhadap oksigen dan dengan oksigen itersebut membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan demikian oksigen dibawa dari paru-
paru ke jaringanjaringan. Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen pada sel
darah merah. Hemoglobin di dala darah membawa oksigen dari paru-paru menuju ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke
paruparu untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen
yang menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel otot. Sebanyak ± 80%
besi tubuh berada di dalam hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal
berarti kekurangan darah yang disebut dengan anemia.
Kondisi yang menyebabkan tubuh kekurangan hemoglobin dapat disebabkan karena
sejumlah penyakit yang mengakibatkan kadar sel darah merah dalam tubuh
berkurang. Penyebabnya bisa karena tubuh kehilangan darah, produksi Hb menurun
dan kelainan pada hemoglobin. Kekurangan hemoglobin dapat diatasi dengan cara
meningkatkan kadar hemoglobin atau mengobati penyakit yang menyebabkan kadar
hemoglobin berkurang (Aulya, Silawati dan Margareta, 2021).
Menurut Tarwoto, 2017, mengtakan bahwa tablet Fe merupakan garam besi
dalam bentuk tablet atau kapsul yang jika dikonsumsi secara teratur dapat
meningkatkan jumlah sel darah merah. Zat ini terutama diperlukan dalam
pembentukan darah yaitu dalam sintesa Hb terutama pada ibu hamil yang kebutuhan
zat besinya meningkat. Kebutuhan zat besi ibu hamil pada trimester 1 meningkat
relativ sedikit yaitu 0,8 mg perhari, kemudian meningkat pada trimester 2 dan 3

5
hingga 6,3 mg perhari. Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen esensial bagi tubuh
yang diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Konsumsi tablet Fe sangat dberkaitan
dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Kepatuhan minum tablet Fe ≥ 90 % dari
tablet besi yang seharusnya dikonsumsi dengan cara yang benar dapat menyebabkan
adanya penyerapan zat besi pada tubuh ibu (Aulya, Silawati dan Margareta, 2021).
Menurut Tarwoto, 2017, mengtakan bahwa tablet Fe merupakan garam besi
dalam bentuk tablet atau kapsul yang jika dikonsumsi secara teratur dapat
meningkatkan jumlah sel darah merah. Zat ini terutama diperlukan dalam
pembentukan darah yaitu dalam sintesa Hb terutama pada ibu hamil yang kebutuhan
zat besinya meningkat. Kebutuhan zat besi ibu hamil pada trimester 1 meningkat
relativ sedikit yaitu 0,8 mg perhari, kemudian meningkat pada trimester 2 dan 3
hingga 6,3 mg perhari. Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen esensial bagi tubuh
yang diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Konsumsi tablet Fe sangat dberkaitan
dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Kepatuhan minum tablet Fe ≥ 90 % dari
tablet besi yang seharusnya dikonsumsi dengan cara yang benar dapat menyebabkan
adanya penyerapan zat besi pada tubuh ibu (Aulya, Silawati dan Margareta, 2021).
Buah naga yang diberikan dalam bentuk jus efektif dalam meningkatkan kadar
hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia. Intervensi yang diberikan dalam
bentuk jus sangat membantu proses absorbsi karena penyerapannya lebih cepat.
Mengonsumsi buah dalam bentuk olahan jus, proses absorbsi yang dilakukan oleh
sistem pencernaan akan lebih cepat yaitu 20 menit (Rahayu, 2014).
Hasil analisa menunjukkan bahwa hal tersebut mampu dalam menaikkan
jumlah hemoglobin pada ibu hamil, dimana sebeluk dilakukan intervensi, responden
adalah ibu hamil yang sudah minum tablet Fe sejak trimester 2 tetapi masih
mengalami anemia. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi tablet Fe
ditambah dengan jus buah naga lebih efektif dalam meningkatkan kadar hemoglobin
ibu hamil dibandingkan dengan hanya mengonsumsi tablet besi saja (Olii, 2019).
Buah naga perlu dikonsumsi masyarakat terutama ibu hamil sebagai obat
untuk menambah jumlah hemoglobin dan daya tahan tubuh, juga baik untuk
peredaran darah, sistem pencernaan, mengurangi stress emosional serta menetralkan
toksik dalam darah. Buah naga banyak mengandung zat besi, protein, asam organik,
mineral seperti magnesium, kalium, vitamin C dan kalsium, sehingga baik untuk
dikonsumsi oleh ibu hamil dalam mencegah anemia (Ines, 2018). Tingginya zat besi
dan vitamin C dalam buah naga dapat membantu pada proses aborbsi besi, menjaga
6
daya tahan tubuh, meningkatkan pembentukan darah dan Upaya yang perlu dilakukan
dalam meningkatkan kadar hemoglobin dan mengurangi kejadian anemia, yaitu
perlunya mengonsumsi tablet Fe secara teratur dan mengonsumsi makanan dengan
gizi seimbang serta makanan tinggi zat besi dan vitamin C terutama sayuran hijau dan
buah-buahan seperti buah naga. Buah naga bisa dikonsumsi secara langsung maupun
melalui olahan buah naga seperti jus (Olii, 2020).
G. Kesimpulan
1. Frekuensi peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil yang anemia sebelum
diberikan jusa buah naga dapat diketahui bahwa dari 30 responsen minoritas
anemia sedang 40% dan anemia ringan 60%
2. Frekuensi peningkatan kadar hemoglobin sesudah diberikan jus buah naga terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil anemia yang mendapat
suplementasiFe diketahui 30 responden minoritas mengalami anemia 6,7% dan
mayoritas tidak anemia 83,3%
3. Pengaruh pemberian jus buah naga terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada
ibu hamil anemia yang mendapat suplementasi Fe pvalue = 0,000 (p,0,05)
H. Referensi
Aryanti, W., Sumini, S., Riyani, Riska, W., Lidya, A. (2013). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013. Bandarlampung: PSIK
Universitas Malahayi Aulya, Y., Silawati, V., dan Margareta, E. (2021). Efektifitas
Jus Buah Naga terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester
III. Jurnal SMART Kebidanan, 8 (1), 54-63 Chendriany, E. B., Kundaryanti, R., Lail,
N. H. (2021). Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga terhadap Kadar HB pada Ibu
Hamil Trimester III dengan Anemia di UPTD Puskesmas Takatakan Serang-Banten
Tahun 2020. Journal for Quality in Women’s Health Vol. 4 No. 1 Maret 2021 Depkes
RI. (2017). Buku Pintar Kehamilan dan Melahirkan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta Hunter, J. (2014). Health Benefits: From Foods and Spices. John P.
Hunter III Indonesia KKR. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta Badan
Peneliti dan Pengembangan Kesehatan RI Indonesia PMKR. (2014). Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta Depkes RI; 8:47-8 Ines, B. (2018).
Iron Deficiency Anemia and Pregnancy. Intech Open: 72-90 Kementerian Kesehatan
RI. (2013). Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil Kepmenkes RI. (2015). Profil
7
Kesehatan Indonesia. Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Krisnawati,
Desi, A. M. Y., Apri, S. (2015). Faktor-Faktor Terjadinya Anemia pada Ibu
Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2015. STIKES Peringsewu
Lampung Olii, N,, dan Abdul, N. A. (2019). Pisang Ambon dan Agar-Agar Rumput
Laut terhadap Hemoglobin Ibu Hamil. Jambura Health and Sport Journal; 1 (2): 71-81
Proverawati, A. (2013). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika
Rahayu, S. (2014). Budidaya Buah Naga Cepat Panen. Depok: Infra Hijau Sjahriani,
T dan Faridah, V. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia
pada Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan Vol. 5, N0. 2 Sudoyo, A. W., dkk. (2013). Buku
Ajar Penyakit Dalam Edisi 4. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
FKUI. Jakarta: Hal 1109- 1112 Thamrin, H., Budi., Nontji, W., dan Shariff, S. A.
(2018). Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) Meningkatkan Kadar Hemoglobin pada
Remaja Putri. Window of Health: Jurnal Kesehatan; 1 (3): 197- 20

8
BAB II
TELAAH JURNAL

Judul : Pengaruh Jus Buah Naga Terhadap Hb Ibu Hamil Anemia Yang Mendapat
Fe
NO BUTIR-BUTIR HASILTELAAH
. TELAAH (Analisis
PICO)
1. Patient/Populatio/Problem Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen,
populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil
anemia yang mendapatkan suplemen tablet Fe. Hasil
uji wilcoxon dapat diketahui bahwa dari 30 responden
ibu yang sebelum diberikan jus buah naga mengalami
anemia ringan sebanyak 60,0% dan anemia sedang
sebanyak 40,0%.
2. Intervension/Treatment Populasi pada peneilitan ini adalah jumlah ibu hamil
yang menderita anemia sebanyak 30 orang.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling yang teknik pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu seusai yang
dikehendaki peneliti.
3. Comperation Hasil uji peringkat Wilcoxon diperoleh nilai
significant (ɑ) yakni sebesar 000 di mana lebih < 0,05
ini menunjukkan bahwa Ho akan ditolak dan Hi
diterima. Akhirnya dari hasil uji sampel T-Test ini
dapat diketahui bahwa hasil sebelum dan sesudah
pemberian jus buah naga lebih besar nilai sesudah
diberikan jus buah naga pada ibu hamil untuk
meningkatkan kadar hemoglobin sehingga dapat
ditegaskan bahwa pemberian jus buah naga dapat
meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil.
4. Outcome Hasil uji peringkat Wilcoxon diperoleh nilai
significant (ɑ) yakni sebesar 000 di mana lebih < 0,05

9
ini menunjukkan bahwa Ho akan ditolak dan Hi
diterima. Akhirnya dari hasil uji sampel T-Test ini
dapat diketahui bahwa hasil sebelum dan sesudah
pemberian jus buah naga lebih besar nilai sesudah
diberikan jus buah naga pada ibu hamil untuk
meningkatkan kadar hemoglobin sehingga dapat
ditegaskan bahwa pemberian jus buah naga dapat
meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

Kondisi yang menyebabkan tubuh kekurangan hemoglobin dapat disebabkan karena


sejumlah penyakit yang mengakibatkan kadar sel darah merah dalam tubuh berkurang.
Penyebabnya bisa karena tubuh kehilangan darah, produksi Hb menurun dan kelainan pada
hemoglobin. Kekurangan hemoglobin dapat diatasi dengan cara meningkatkan kadar
hemoglobin atau mengobati penyakit yang menyebabkan kadar hemoglobin berkurang
(Aulya, Silawati dan Margareta, 2021).
Menurut Tarwoto, 2017, mengtakan bahwa tablet Fe merupakan garam besi dalam
bentuk tablet atau kapsul yang jika dikonsumsi secara teratur dapat meningkatkan jumlah sel
darah merah. Zat ini terutama diperlukan dalam pembentukan darah yaitu dalam sintesa Hb
terutama pada ibu hamil yang kebutuhan zat besinya meningkat. Kebutuhan zat besi ibu
hamil pada trimester 1 meningkat relativ sedikit yaitu 0,8 mg perhari, kemudian meningkat
pada trimester 2 dan 3 hingga 6,3 mg perhari. Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen esensial
bagi tubuh yang diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Konsumsi tablet Fe sangat dberkaitan
dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Kepatuhan minum tablet Fe ≥ 90 % dari tablet besi
yang seharusnya dikonsumsi dengan cara yang benar dapat menyebabkan adanya penyerapan
zat besi pada tubuh ibu (Aulya, Silawati dan Margareta, 2021).
Buah naga yang diberikan dalam bentuk jus efektif dalam meningkatkan kadar
hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia. Intervensi yang diberikan dalam bentuk
jus sangat membantu proses absorbsi karena penyerapannya lebih cepat. Mengonsumsi buah
dalam bentuk olahan jus, proses absorbsi yang dilakukan oleh sistem pencernaan akan lebih
cepat yaitu 20 menit (Rahayu, 2014). Hasil analisa menunjukkan bahwa hal tersebut mampu
dalam menaikkan jumlah hemoglobin pada ibu hamil, dimana sebeluk dilakukan intervensi,
responden adalah ibu hamil yang sudah minum tablet Fe sejak trimester 2 tetapi masih
mengalami anemia. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi tablet Fe ditambah
dengan jus buah naga lebih efektif dalam meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil
dibandingkan dengan hanya mengonsumsi tablet besi saja (Olii, 2019).

11
BAB IV
PENUTUP

Frekuensi peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil yang anemia sebelum
diberikan jusa buah naga dapat diketahui bahwa dari 30 responsen minoritas anemia sedang
40% dan anemia ringan 60% .Frekuensi peningkatan kadar hemoglobin sesudah diberikan jus
buah naga terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil anemia yang mendapat
suplementasiFe diketahui 30 responden minoritas mengalami anemia 6,7% dan mayoritas
tidak anemia 83,3% 3. Pengaruh pemberian jus buah naga terhadap peningkatan kadar
hemoglobin pada ibu hamil anemia yang mendapat suplementasi Fe pvalue = 0,000 (p,0,05).

12
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, W., Sumini, S., Riyani, Riska, W., Lidya, A. (2013). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013. Bandarlampung: PSIK
Universitas Malahayi Aulya, Y., Silawati, V., dan Margareta, E. (2021). Efektifitas
Jus Buah Naga terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester
III. Jurnal SMART Kebidanan, 8 (1), 54-63 Chendriany, E. B., Kundaryanti, R., Lail,
N. H. (2021). Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga terhadap Kadar HB pada Ibu
Hamil Trimester III dengan Anemia di UPTD Puskesmas Takatakan Serang-Banten
Tahun 2020. Journal for Quality in Women’s Health Vol. 4 No. 1 Maret 2021 Depkes
RI. (2017). Buku Pintar Kehamilan dan Melahirkan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta Hunter, J. (2014). Health Benefits: From Foods and Spices. John P.
Hunter III Indonesia KKR. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta Badan
Peneliti dan Pengembangan Kesehatan RI Indonesia PMKR. (2014). Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta Depkes RI; 8:47-8 Ines, B. (2018).
Iron Deficiency Anemia and Pregnancy. Intech Open: 72-90 Kementerian Kesehatan
RI. (2013). Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil Kepmenkes RI. (2015). Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Krisnawati,
Desi, A. M. Y., Apri, S. (2015). Faktor-Faktor Terjadinya Anemia pada Ibu
Primigravida

13
LAPORAN KOMPEREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK KEHAMILAN


FISIOLOGIS DI UPT PUSKESMAS KEDIRI TAHUN 2022

Untuk memenuhi persyaratan Stase Holistik Kehamilan Fisiologis

Oleh :

NURRAHIMA SERANANI
NIM.P07124222030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
TAHUN 2022

14
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Komperehensif Asuhan Stase Kehamilan Fisiologis di UPT Puskesmas


Kediri, telah diperiksa dan disahkan pada tanggal …… Oktober 2022.

Kediri, Oktober 2022

xv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus Komprehensif
Stase Holistik Kehamilan Fisiologis ini tepat pada waktunya.
Dalam Laporan Studi Kasus Komprehensif ini, serangkaian pelaksanaan
Asuhan Kebidanan telah dilakukan pada Ny. J mulai dari pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemeriksaan antropometri dan konseling yang saya laksanakan di UPT
Puskesmas Kediri.
Dalam penyusunan laporan ini saya banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes., selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Mataram
2. Ibu Syajaratuddur Faiqah, S.Si.T.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
3. Ibu Bq. Iin Rumintang, SST.,M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
4. Bapak H. Sahruji, SKM, MM., selaku Kepala UPT Puskesmas Kediri
5. Ibu Henny WRD Lehan, SST., selaku Bidan Koordinator dan pembimbing
lahan UPT Puskesmas Kediri
6. Ibu Ni Made Sri Wardani, S.Keb, selaku pembimbing lahan UPT Puskesmas
Kediri
7. Ibu Imtihanatun Najahah, SST.,M.Kes selaku pembimbing pendidikan
8. Ibu Suwanti, SST,. M.Kes selaku pembimbing pendidikan
9. Seluruh Dosen Politeknik Kesehatan Mataram yang turut membimbing dalam
menyelesaikan lapran kasus komprehensif ini
10. Ibu-ibu pembimbing di lahan praktik di UPT Puskesmas Kediri
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan laporan kasus komprehensif ini
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

xvi
Saya menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan ini bermanfaat
bagi saya khususnya serta pembaca pada umumnya. Dan semoga kebaikan semua
pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini mendapatkan imbalan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Lombok barat, 01 Oktober 2022

Penyusun

xvii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................................................xv
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iv
BAB I....................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................................3
C. Manfaat....................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................6
A. Tinjauan Teori Medis..............................................................................................................6
B. Anemia Dalam Kehamilan......................................................................................................6
B. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan......................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................32
TINJAUAN KASUS..........................................................................................................................32
A. Data Subyektif........................................................................................................................32
B. DATA OBYEKTIF (O).........................................................................................................40
B. ANALISA...............................................................................................................................43
D. PENATALAKSANAAN........................................................................................................43
BAB IV...........................................................................................................................................46
PEMBAHASAN.............................................................................................................................46
BAB V.................................................................................................................................................47
PENUTUP..........................................................................................................................................47
A. Kesimpulan............................................................................................................................47
B. Saran.......................................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................49

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implementasi (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017). Masa kehamilan dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid. Pada kehamilan relatif
terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan
peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan trimester
ketiga. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%.
Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11gr% maka dengan terjadinya
hemodilusi akan mengakibatkan anemia kehamilan fisiologis dan Hb ibu akan
menjadi 10,5g%. (Putriana, Suprihatin ingsih, Novita, 2017).
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Pada wanita usia subur Hb < 12,0 g/dl dikatakan
anemia, sedangkan pada ibu hamil dikatakan anemia bila Hb < 11,0 g/dl. Anemia
kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi (Putri & Hastina,
2020).
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari biasanya. Hemoglobin dibutuhkan untuk
membawa oksigen dan jika ibu hamil memiliki terlalu sedikit atau sel darah merah
yang abnormal, atau tidak cukup hemoglobin, akan ada penurunan kapasitas darah
untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan gejala seperti
kelelahan, lemah, pusing, dan sesak napas. Anemia adalah masalah kesehatan
masyarakat global yang serius yang terutama menyerang anak-anak dan wanita hamil.
WHO memperkirakan bahwa 42% anak di bawah usia 5 tahun dan 40% wanita hamil
di seluruh dunia menderita anemia (WHO, 2020).
Berdasarkan WHO prevalensi anemia ibu hamil di dunia berkisar rata-rata 14
% , dinegara industri 56% dan di negara berkembang antara 35%-75% . Secara global,
sebesar 52% wanita hamil di negara-negara berkembang mengalami anemia. Angka
ini lebih besar di bandingkan dengan angka anemia pada wanita hamil di negara-
negara industri yang hanya sebesar 20% (Istiyati, 2019). Berdasarkan hasil data dari

1
badan pusat statistic Indonesia, didapatkan data anemia pada ibu hamil di Indonesia
hampir setengahnya, dimana didapatkan sebanyak 48,9% ibu hamil dengan anemia
pada tahun 2018, hal ini mengalami peningkatan dibanding dengan data lima tahunan
yaitu pada tahun 2013 sebanyak 37,1%, sedangkan data anemia berdasarkan usia 15-
24 tahun sebanyak (84,6%), 25-34 tahun sebanyak (33,7%), 35- 44 tahun sebanyak
(33,6%) dan umur 45-55 tahun sebanyak (24%). Sedangkan ibu hamil yang mendapat
tablet tambah darah sebesar (73,2 %) dan yang tidak mendapatkan tablet tambah
darah sebesar (26,8%) (Riskesdas, 2018).
Penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi di dalam
tubuh yang disebabkan oleh kurangnya sumber makanan yang mengandung zat besi,
makanan cukup namun sumber makanan memiliki kandungan zat besi yang rendah
sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang, dan makanan yang dimakan
mengandung zat penghambat absorbsi besi (Rooselyn, 2016). Anemia pada kehamilan
sangat berbahaya bagi ibu dan janinnya. Dampak anemia pada ibu hamil adalah
abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, rentan
terkena infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, saat persalinan dapat
mengakibatkan gangguan His, kala pertama dalam persalinan dapat berlangsung lama
dan terjadi partus terlantar, pada kala nifas terjadi subinvolusi uteri yang
menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium, serta
berkurangnya produksi ASI (Aryanti, 2019).
Salah satu cara mengatasi anemia dalam kehamilan adalah dengan
mengkonsumsi vitamin C, dimana vitamin C dapat didapatkan dari buah naga secara
teratur. Buah naga dapat membantu mengoptimalkan penyerapan zat besi melalui
saluran cerna (Chendriany, Kundaryanti dan Lali, 2021). Salah satu kandungan dari
buah naga adalah zat besi dimana memiliki manfaat untuk menambah sel darah
(Thamrin, dkk, 2018).
Dalam 100 gram buah naga mengandung 0,16 mg zat besi, ibu hamil
membutuhkan 0,8 mg zat besi perhari. Zat besi tersebut akan diubah menjadi sel
darah merah. Sel-sel ini sangat bermanfaat untuk ibu hamil yang cenderung
mengalami anemia (Aulya, 2021).
Suatu kondisi atau keadaan ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit atau jumlah sel darah merah disebut dengan anemia (Sudoyo, 2013). Pada
setiap kehamilan diperlukan zat besi ± 900 mg Fe untuk pembentukan sel darah ibu,
darah janin dan plasenta. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap

2
kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan menimbulkan anemia pada
kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodilusi dengan peningkatan volume 30-40% yang puncaknya terjadi
pada usia kehamilan 32- 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah18-30%. Hb sekitar
19% (Sjahriani dan Faridah, 2019).
Bidan sebagai tenaga kesehatan mempunyai peran dan fungsi yang penting dalam
program-program pemerintah, khususnya pencegahan anemia pada ibu hamil.
Permenkes No. 88 tahun 2014 tentang Standar Tablet Tambah Darah bagi Wanita
Usia Subur dan Ibu Hamil menjelaskan bahwa pemberian TTD pada ibu hamil
dilakukan dengan pemberian minimal 90 tablet selama kehamilan. pentingnya
meningkatkan kualitas konseling saat pemeriksaan kehamilan untuk meningkatkan
kepatuhan konsumsi suplemen besi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
anemia pada ibu hamil (Noviyana, 2019).
Berdasarkan pendahuluan di atas, peneliti memiliki hipotesis yaitu ada
pengaruh pemberian jus buah naga (Hylocereus Polyrhizus) terhadap perubahan kadar
hemoglobin (Hb) pada ibu hamil anemia yang mendapat suplementasi tablet Fe.
Maka, mahasiswa tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Laporan
Komprehensif Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ny.J dengan G4P3A0H3 Usia
Kehamilan 27-28 Minggu di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kediri.”
Dengan harapan agar mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman untuk
menerapkan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil fisiologis secara komprehensif,
sehingga nantinya pada saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara sistematis
yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan dampak
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi saat terjadi komplikasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan komprehensif dan
Terintegrasi dengan pendekatan Manajemen Kebidanan dengan
pendokumentasinan SOAP pada kasus ANC di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Kediri
2. Tujuan Khusus

3
a. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data subyektif dengan benar
pada kasus Ny.J mulai dari ANC (UK 27-28 Minggu) di wilayahkerja UPT
Puskesmas Kediri.
b. Mahasisa mampu melakukan pengumpulan data obyektif dengan benar pada
kasus Ny.J mulai dari ANC (UK 27-28 Minggu)
c. Mahasisa mampu menganalisis kasus Ny.J mulai dari ANC (UK 27-28
Minggu)
d. Mahasiswa mampu melaksanakan penatalaksanaan tindakan asuhan kebidanan
pada kasus Ny.J mulai dari ANC (UK 27-28 Minggu) UPT Puskesmas Kediri.
C. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat menjadi acuan dalam sumber teori asuhan
kebidanan dalam kehamilan persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB serta
mengenai kendala atau masalah – masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat,
khususnya kendala atau masalah yang terkait dengan kebidanan, sehingga institusi
pendidikan dapat meningkatkan mutu dan kualitas peserta didik.
2. Bagi Institusi Pelayanan UPT Puskesmas Kediri
Agar dapat tetap menerapkan manajemen kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan KB,
sehingga dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan
dampak untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu serta bayi.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat belajar menerapkan langsung pada masyarakat di lapangan mengenai
perkembangan ilmu pengetahuan (asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana serta bayi sampai usia 6 bulan) yang
diperolehnya di dalam kelas sehingga nantinya pada saat bekerja di lapangan dapat
dilakukan secara sistematis yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan
yang akan memberikan dampak menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
4. Bagi Masyarakat
Dapat membina hubungan baik dengan tenaga kesehatan dan fasilitas
kesehatan yang ada, serta tetap pro-aktif terhadap tindakan atau asuhan kebidanan
yang diberikan.

4
a. Dapat menambah pengetahuan klien khususnya dan masyarakat pada
umumnya dalam perawatan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas,
keluarga berencana serta perawatan bayi sampai usia 6 bulan;
b. Klien atau masyarakat dapat mengenali tanda – tanda bahaya dan resiko
terhadap kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana serta
bayi sampai usia 6 bulan;
c. Klien khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat menolong dirinya
sendiri terhadap perubahan fisiologis dalam masa kehamilan, persalinan, nifas,
perawatan bayi baru lahir, keluarga berencana serta bayi sampai usia 6 bulan.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


8. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri
dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa
(sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi
(penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm) (Manuaba, 2015).
Federasi Obstetric Ginekologi Internasional dalam Prawirahardjo (2010)
kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Sedangkan menurut Kemenkes
(2012) kehamilan adalah keadaan di mana terdapat janin pada rahim ibu, ini
merupakan situasi yang alami dan normal untuk melanjutkan keturunan dengan
di awali proses konsepsi atau pertemuan ovum dan sperma, kemudian di
lanjutkan dengan fertilisasi, nidasi dan implantasi.
Wiknjosastro (2016) juga menjelaskan kehamilan trimester I dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu).
B. Anemia Dalam Kehamilan
1. Pengertian Anemia Secara Umum
Anemia adalah istilah medis yang digunakakan untuk mengambarkan
kondisi dimana terjadi penurunan jumlah haemoglobin (Hb) yang ditemukan
dalam sel-sel darah merah dalam tubuh kurang dari 11g%. Hb adalah protein
dalam sel darah merah yang berfungsi untuk membawa oksigen dalam peredaran
darah ke jaringan tubuh. Menurut Tarwoto and Wasnidar, Sel darah merah di
produksi dalam sumsum tulang sehingga membutuhkan zat besi, vitamin B12,
asam folat, vit B6 dan protein.
Sedangkan Anemia Menurut Tarwoto dan Wasnidar adalah kondisi
dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau masa
haemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan. Lebih lanjut pengertian anemia Menurut World

6
Health Organization (WHO) yaitu suatu keadaan dimana jumlah dan ukuran sel
darah merah, atau konsentrasi haemoglobin di bawah nilai batas yang di tentukan,
akibtanya merusak kapasitas darah untuk mengangkut oksigen keseluru tubuh.
Anemia merupakan indikator baik untuk gizi buruk dan kesehatan yang buruk.
Selain itu, Anemia berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu dan
bayi, termasuk resiko keguguran, lahir mati, prematuritas dan berat badan lahir
rendah.
2. Pengertian Anemia Dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan
jumlah sel darah merah atau haemoglobin kurang dari 10.5 sampai dengan 11.0
g/dl, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebeutuhan organ-organ vital
pada ibu dan janin menjadi berkurang. Anemia kehamilan terjadi karena adanya
peningkatan cairan tubuh (cairan plasma) yang tidak sebanding dengan
penambahan sel darah sehingga terjadi pengeceran darah (Hemodilusi) selama
kehamilan maka terjadi penurunan pada kadar Hb. Selama kehamilan, anemia di
definisikan sebagai Hb 10 g </dl (Ht < 30%).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Haemoglobin di
bawah 11g% pada Trimester I dan Trimester III atau kadar < 10,5g% pada
Trimester II, Sarwono (2009). Perubahan fisiologis yang alami terjadi selama
kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel darah normal pada kehamilan.
Peningkatan volume darah ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan
akibat peningkatan jumlah sel darah merah. Walaupun ada peningkatan jumlah sel
darah merah di dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya seimbang dengan peningkatan
volume plasma. Ketidak seimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan
kadar Hb.
3. Haemoglobin
Haemoglobin (Hb) merupakan bagian komponen sel darah merah yang
berfungsi sebagai pembawa oksigen dari paru-paru ke tubuh melalui peredaran
darah. Jika tubuh menggalami kekurangan kadar Hb maka akan mengakibatkan
tubuh kekurangan oksigen dan akan menyebabkan metabolisme tubuh dan sel-sel
saraf tidak bekerja dengan optimal, misalnya pada ibu hamil yang anemia dapat
menyebabkan anak lahir dengan berat rendah, keguguran dan juga mengakibaktan
anemia pada bayi. Haemoglobin mengandung kira-kira 95% besi dan berfungsi

7
membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen (Oksihemogobin) dan diedarkan
keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme (Tarwoto and Wasnidar, 2013).
Kadar haemoglobin adalah suatu patokan yang digunakan dalam dunia medis
untuk mengenali apakah seseorang mempunyai kadar haemoglobin rendah,
normal atau tinggi. Menurut Costill (1998), definisi kadar haemoglobin adalah
ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah.
4. Kriteria Anemia
Untuk menentukan batas normal Hb seorang wanita maka adapun kriteria
anemia tergantung pada usia, jenis kelamin dan tempat tinggal. Kadar
haemoglobin seseorang memang sangat sulit ditentukan karena dipengaruhi oleh
ras, suku, bangsa, jenis kelamin dan umur. Menurut badan WHO (1968) kadar
haemoglobin normal adalah :
a. Wanita dewasa tidak hamil : Haemoglobin < 12 g/dl,
b. Wanita hamil : Haemoglobin < 11 g/dl.
5. Batasan Anemia
Batasan Anemia Menurut Manuaba (2010) adalah sebagai berikut:
a. Hb 11 gr% : tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7-8 gr% : Anemia sedang
d. Hb <7gr% : Anemia Berat
6. Gejala Anemia
Gejala pada anemia defisiensi besi dibagi menjadi beberapa kategori,
diantaranya (Bakta, et al., 2015):
a. Gejala umum
Gejala pada anemia biasanya dijumpai saat kadarhemoglobin turun
dibawah 7 g/dl dan tubuh melakukan kompensasi.Gejala yang timbul berupa
badan lemah, cepat lelah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang, kaki
dingin, sesak nafas, dan dyspepsia.Pada pemeriksaan fisik ditemukan
konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan tampak anemis.
b. Gejala khusus
Gejala khas yang dijumpai pada anemia defisiensi besi dan tidak dijumpai
pada anemia jenis lain adalah koilonychia atau kuku sendok (spoon nail),

8
kuku tampak rapuh, bergarisgaris vertikal dan cekung sehingga terlihat
seperti sendok. Atrofi papil lidah yaitu permukaan lidah yang menjadi
mengkilap dan licin karena papil lidah menghilang.Stomatitis angularis, yaitu
bercak berwarna pucat keputihan karena adanya peradangan pada sudut
mulut.Disfagia yaitu kerusakan epitel hipofaring yang menyebabkan nyeri
saat menelan.Akhloridia yang disebabkan oleh atrofi mukosa gaster.Pica
yaitu keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim.
7. Pencegahan Anemia
Pencegahan anemia gizi menggunakan metode pendekatan makanan
berfungsi untuk meningkatkan asupan mikronutrien.Dengan pendekatan
berbasis makanan yang harus diperhatikan pertama kali adalah produksi
pangan, pengolahan, permasaran, dan persiapan makanan.Selanjutnya adalah
pemberian distribusi makanan pada keluarga dan pada kelompok yang
rentan.Mempromosikan makanan yang kaya zat besi, seperti sapi, unggas, ikan,
kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau serta makanan yang dapat
meningkatkan absorpsi besi, seperti buah, sayur yang mengandung vitamin A,
vitamin C, dan asam folat perlu dilakukan. Memudahkan ketersediaan dan
akses untuk mendapatkan sumber pangan perlu diperhatikan (WHO, 2001).
Disebabkan masih tingginya angka kematian ibu, pemerintah berupaya
untuk memantau akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan dengan
menjadikan cakupan K1 dan K4 sebagai indikatornya.Kunjungan pertama (K1)
merupakan kontak ibu hamil pertama kali sedini mungkin (minimal trimester I,
sebelum minggu ke-8) dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
terpadu dan komperhensif sesuai standar.Kunjungan ke-4 (K4) adalah
kunjungan ibu hamil sebanyak 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan,
yaitu sekali pada trimester I (hingga 12 minggu) dan trimester II (>12 - 24
minggu), minimal 2 kali pada trimester III dilakukan setelah minggu ke 24
hingga minggu ke 36.(Dinkes Provinsi Bali, 2018).
Pemberian pelayanan yang berkualitas sesuai standar meliputi
pemeriksaaan keadaan umum, berat badan, LILA, tekanan darah, tinggi fundus
uteri, DJJ, presentasi janin, imunisasi Tetanus Toksoid (TT), tablet tambah
darah, dan pemeriksan laboratorium berupa golongan darah, Hb, protein dalam
urin, gula darah/reduksi, darah malaria, tes sifilis, serologi HIV, BTA, dan

9
USG. Pemberian KIE efektif dilakukan pula saat kunjugan antenatal berupa
pemberian edukasi mengenai kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat,
peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda
bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular,
penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu
(risiko tinggi), Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif, KB
paska persalinan, imuniasi, dan peningkatan kesehatan intelegensia pada
kehamilan (Kementrian Kesehatan RI, 2010)
Pemerintah telah menjalankan program untuk mencegah anemia pada
kehamilan dengan memberikan tablet penambah darah pada ibu hamil melalui
pelayanan kesehatan (Sinaga, et al., 2015). Pemberian tablet tambah darah
sebagai salah satu upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan
anemia yang merupakan cara yang efektif karena dapat mencegah dan
menanggulangi anemia akibat kekurangan zat besi dan atau asam folat. Tablet
tambah darah merupakan tablet yang diberikan kepada wanita usia subur dan
ibu hamil. Bagi wanita usia subur diberikan sebanyak 1 (satu) kali seminggu
dan 1 (satu) kali sehari selama haid dan untuk ibu hamil diberikan setiap hari
selama masa kehamilannya atau minimal 90 (sembilan puluh) tablet. Tablet
tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil tablet tambah darah
berbentuk bulat/lonjong warna merah tua. Setiap tablet tambah darah bagi
wanita usia subur dan ibu hamil sekurangnya mengandung zat besi setara
dengan 60 mg besi elemental (dalam bentuk sediaan ferro sulfat, ferro fumarat
atau ferro gluconat) dan asam folat 0,400 mg. (Kemenkes RI, 2014).
Pemerintah mempersiapkan pula makanan tambahan bagi ibu hamil
berupa suplemantasi gizi berkemasan biskuit lapis yang memiliki fomulasi
khusus dan telah difortifikasi dengan vitamin dan mineral untuk mencukupi
kebutuhan gizi. Setiap kemasan terdiri dari 3 buah biskuit dengan berat 60
gram mengandung 270 kalori 6 gram protein, 12 garam lemak, dan 11 macam
vitamin (A, D, E, B1, B2, B3, B5, B12, C, dan asam folat) dan 7 macam
mineral (besi, kalsium, natrium, seng iodium, fosfor, dan selenium) (Kemenkes
RI, 2017).

10
A. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan
1. Data Subyektif
e. Alasan Kunjungan
Dikaji untuk mengetahui alasan wanita datang ke tempat bidan/
klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Hani,Ummi, dkk,
2010).
Tujuan kunjungan biasanya untuk mendapatkan diagnosis
ada/tidaknya kehamilan, mendapatkan perawatan kehamilan, menentukan
usia kehamilan dan perkiraaan persalinan, menentukan status kesehatan
ibu dan janin, menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan
lainnya. (Walyani, Elisabeth, 2015)
f. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan.
Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien serta menanyakan
sejak kapan hal tersebut dikeluhkan klien. Mendengarkan keluhan klien
sangat penting untuk pemeriksaan. (Walyani dan Elisabeth, 2015)
g. Riwayat kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda
(warning akan adanya penyulit masa hamil). Adanya perubahan fisik dan
fisiologis pada masa hamil yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh
akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan.
Riwayat kesehatan meliputi :
3) Riwayat kesehatan sekarang
c) Penyakit menular
(5) TBC
Pada kehamilan dengan infeksi TBC risiko prematuritas,
IUGR dan berat badan lahir rendah meningkat, serta resiko
kematian perinatal meningkat 6 x lipat. Keadaan ini terjadi
akibat diagnosa yang terlambat, pengobatan yang tidak teratur
dan derajat keparahan lesi di paru maupun infeksi
ekstrapulmoner. Infeksi TBC dapat menginfeksi janin yang
dapat menyebabkan tuberculosis congenital (Saifuddin, 2011).

11
(6) Hepatitis
Jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa
mengakibatkan terjadinya hepatitis fulminant yang dapat
menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Pada ibu
dapat menimbulkan abortus dan terjadi perdarahan
pascapersalinan karena adanya gangguan pembekuan darah
akibat gangguan fungsi hati (Saifuddin, 2011).
(7) Malaria
Komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan ada
hipoglikemia sebagai gejala klinik malaria karena takikardia,
berkeringat, an pusing. Hipoglikemia pada ibu hamil dapat
menyebabkan terjadinya gawat janin tanpa diketahui
penyebabnya, edema paru lebih sering terjadi pada trimester II
dan III, tetapi bisa juga terjadi segera pasca persalinan, anemia
berat sering terjadi pada malaria dalam kehamilan. (Saifuddin,
2011)
Selain itu, resiko malaria terhadap janin adalah fungsi
plasenta menurun, abortus, prematuritas, lahir mati,dan
pertumbuhan janin terlambat. (Saifuddin, 2011 )
(8) HIV / AIDS
Transmisi HIV dari ibu ke janin dapat terjadi intrauterin
(5-10%), saat persalinan (10-20 %) dan pasca persalinan (5-20
%). Kelainan yang dapat terjadi pada janin adalah berat badan
lahir rendah, bayi lahir mati, partus preterm, dan abortus
spontan. (Saifuddin, 2011)
d) Penyakit menurun
(5)Jantung
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada
kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita
hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan
mati, kemudian disusul oleh abortus. Apabila konseptus lahir
terus, anak dapat lahir premature atau lahir cukup bulan akan
tetapi dengan berat badan rendah (dismatiritas). Selain itu janin

12
dapat menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan,
sehingga neonates lahir mati atau dengan nilai Apgar rendah.
Ditemukan komplikasi prematuritas dan BBLR pada penderita
penyakit jantung pada kehamilan 32 minggu dan partus kala I
yang lebih rendah (Sinclair, 2009)
(6) Hipertensi
Ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi atau sedang
menderita hipertensi kronik berisisko terjadi sousio plasenta,
dan risisko terjadinya solusio plasenta 2 – 3 kali dan
superimposed preeklamsi. Sedangkan dampak pada janin ialah
pertumbuhan janin terhambat atau fetal growth restriction, intra
uterine growth restriction (IUGR) (Saifuddin, 2011).
(7) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus pada ibu hmil dapat menyebabkan resiko
terjadinya preeklampsia, seksio sesarea sedangkan pada janin
meningkatkan terjadinya makrosomia, hiperbilirubinemia,
hipokalsemia, polisitemia, hiperbilirubinemia neonatal, sindrom
distress respirasi (RDS) serta mortalitas atau kematian janin.
(Saifuddin, 2011)
(4) Asma
Ada hubungan antara keadaan asma sebelum hamil dan
morbiditasnya pada kehamilan. Pada asma ringan 13 %
mengalami serangan pada kehamilan, pada asma moderat 26 %,
dan asma berat 50 %. Sebanyak 20 % daari ibu dengan asma
ringan dan asma moderat mengalai serangan inpartu, serta
peningkatan risiko serangan 18 kali lipat setelah persalinan
dengan seksio sesarea jika dibandingkan dengan persalinan
pervaginam. Terdapat komplikasi preeklamsi 11 % IUGR 12 %,
dan prematuritas 12 % pada kehamilan dengan asma. Pada asma
berat hipoksia janin dapat terjadi sebelum hipoksia pada ibu
terjadi. (Saifuddin, 2011 ).
4) Riwayat kesehatan yang lalu
b) Riwayat yang pernah atau sedang diderita

13
(8) Jantung
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada
kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita
hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan
mati, kemudian disusul oleh abortus. Apabila konseptus lahir
terus, anak dapat lahir premature atau lahir cukup bulan akan
tetapi dengan berat badan rendah (dismatiritas). Selain itu janin
dapat menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan,
sehingga neonates lahir mati atau dengan nilai Apgar rendah.
Ditemukan komplikasi prematuritas dan BBLR pada penderita
penyakit jantung pada kehamilan 32 minggu dan partus kala I
yang lebih rendah (Saifuddin, 2011).
(9) Hipertensi
Ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi atau sedang
menderita hipertensi kronik berisisko terjadi sousio plasenta,
dan risisko terjadinya solusio plasenta 2 – 3 kali dan
superimposed preeklamsi. Sedanagkan dampak pada janin
ialah pertumbuhan janin terhambat atau fetal growth
restriction, intra uterine growth restriction (IUGR) (Saifuddin,
2011)
(10) Diabetes mellitus
Diabetes mellitus pda ibu hamil dapat menyebabkan
resiko terjadinya preeklampsia, seksio sesarea sedangkan pada
janin meningkatkan terjadinya makrosomia,
hiperbilirubinemia, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia neonatal, sindrom distress respirasi (RDS)
serta mortalitas atau kematian janin. (Saifuddin, 2011)
(11) Asma
Ada hubungan antara keadaan asma sebelum hamil dan
morbiditasnya pada kehamilan. Pada asma ringan 13 %
mengalami serangan pada kehamilan, pada asma moderat 26
%, dan asma berat 50 %. Sebanyak 20 % daari ibu dengan
asma ringan dan asma moderat mengalai serangan inpartu,

14
serta peningkatan risiko serangan 18 kali lipat setelah
persalinan dengan seksio sesarea jika dibandingkan dengan
persalinan pervaginam. Terdapat komplikasi preeklamsi 11 %
IUGR 12 %, dan prematuritas 12 % pada kehamilan dengan
asma. Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi sebelum
hipoksia pada ibu terjadi. (Saifuddin, 2011)
(12) Hepatitis
Jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa
mengakibatkan terjadinya hepatitis fulminant yang dapat
menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Pada ibu
dapat menimbulkan abortus dan terjadi perdarahan
pascapersalinan karena adanya gangguan pembekuan darah
akibat gangguan fungsi hati. (Saifuddin, 2011)
(13) Epilepsi
Seorang wanita penderita epilepsy idiopatik lebih besar
kemungkinannya melahirkan anak dengan epilepsy. Pada
umumnya frekuensi cacat bawaan, termasuk penyakit jantung,
bibir sumbing, dan mikrosefalia, lebih tinggi diantra bayi –
bayi yang dilahirkan dari ibu – ibu penderita epilepsy. Juga
angka kematian perinatal lebih tinggi. Penderita epilepsy dapat
menderita pre-eklamsi dalam kehamilan (Saifuddin, 2011).
(14) Penyakit Menular seksual
Hasil konsepsi yang tidak sehat sering kali terjadi akibat
PMS, misalnya kemtian janin (abortus spontan atau lahir mati).
Bayi berat lahir rendah (akibat prematuritas atau retardasi
pertumbuhan janin dalam rahim) dan infeksi congenital atau
perinatal (kebutaan, pneumonia neonatus, dan retardasi mental)
(Saifuddin, 2011).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan. Apakah dari keluarga ibu, suami /orang
yang tinggal bersama ibu hamil itu ada yang sakit. Mencangkup penyakit
kanker, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, penyakit

15
jiwa, kelainan bawaan, kehamilan ganda, TBC, epilepsi, penyakit darah,
alergi, dan riwayat kehamilan kembar.) (Hani, Ummi dkk, 2011)
h. Riwayat Obstetri
2) Riwayat Haid
Data ini diperoleh untuk mempunyai gambaran tentang keadaan
dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh
dari riwayat haid anatara lain sebagai berikut :
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Wanita haid pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun.
(Sulistyawati, 2011). Hal ini dipengaruhi oleh keturunan, keadaan
gizi, bangsa, lingkungan, iklim, dan keadaan umum. (Walyani dan
Elisabeth, 2015)
b) Siklus haid
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan haid
berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari.
(Sulistyawati, 2011). Siklus normal haid biasanya 28 hari. (Walyani
dan Elisabeth, 2015)
c) Lamanya
Lamanya haid yang noral adalah ± 7 hari. Apabila sudah
mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya
gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi. (Walyani,
Elisabeth, 2015: 120)
d) Volume/Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang dikeluarkan.
Sebagai acuan biasanya digunakan kriteria banyak, sedang, dan
sedikit. Biasanya untuk menggali lebih dalam pasien ditanya sampai
berapa kali ganti pembalut dalam sehari (Sulistyawati, 2011).
Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukan
gejala kelainan banyaknya darah haid. (Walyani dan Elisabeth,
2015)
e) Dismenorea

16
Nyeri haid ditanyakan untuk mengetahui apakah klien
menderitanya atau tidak ditiap haidnya. Nyeri haid juga menjadi
tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu hebat seingga
menimbulkan nyeri haid. (Walyani dan Elisabeth, 2015)
Gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa
dismenorea (rasa nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada waktu
haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi
gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua bentuk
yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenorea primer yaitu nyeri
haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin.
Dismenorea sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan
kelainan anatomis yang jelas, kelainan ini kemungkinan adalah haid
disertai infeksi, endometritis, mioma uteri, polip serviks, polip
endometrial, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim). (Manuaba,2012)
f) Leukorea
Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang
senggama secara berlebihan. Leukorea normal dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi
antara hari ke 10-16 menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan
seksual. Leukorea abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat
kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahi, rahim
dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan
kelamin). (Manuaba,2012).
7) Riwayat Kehamilan Sekarang
Dikaji :
a) Gravida/Para
b) Usia Kehamilan
Menentukan usia kehamilan sangat penting untuk
memperkirakan persalinan (Manuaba,2012). Umur kehamilan dan
tafsiran persalinan dihitung dengan menggunkan rumus Neagle. HPL
(hari perkiraan lahir) = HPHT (hari pertama haid terakhir) + 7 dan

17
bulan haid terakhir - 3. Tahun HPHT ditambahkan 1 (jika bulan
lSebih dari 1- 3). (Hani, Ummi,dkk, 2010)
c) HPHT
HPHT adalah hari haid pertama terakhir seorang wanita
sebelum hamil. Cara menentukan HPHT adalah dengan melakukan
anamnesis pada ibu secara tepat karena apabila terjadi kesalahan,
maka penentuan usia kehamilan juga menjadi tidak tepat. Haid
terkhir tersebut harus normal, baik dari lamanya maupun dari
banyaknya. HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru
mengeluarkan darah menstruasi dengan frekuensi dan lama
menstruasi seperti biasa. (Hani,Ummi, dkk, 2010)
d) HPL
HPL adalah tanggal taksiran perkiraan persalinan ibu. Bisa
ditentukan setelah HPHT didapatkan. HPL = tanggal HPHT
ditambahkan 7, bulan HPHT dikurangi 3, Tahun HPHT ditambahkan
1 (jika bulan lebih dari 4-12) HPL= tanggal HPHT ditambahkan 7,
bulan HPHT dikurangi 3, Tahun HPHT dikurangi 1 (jika bulan lebih
dari 1-3) (Hani, Ummi, dkk, 2010)
e) Gerakan Janin
Diperkirakan terjadi gerakan pertama fetus pada usia kehamilan
16 minggu terdapat perbedaan. Pada primigravida biasanya
dirasakan pada usia 18 minggu, sedangkan pada multigravida sekitar
16 minggu. Dengan mengetahui gerakan janin maka perkiraan umur
kehamilan dapat ditetapkan. Gerakan janin juga diperlukan untuk
mengetahui keadaan janin (masih hidup/mati). Berupa positif jika
ada, dan negatif jika belum ada(Hani,Ummi, dkk, 2010). Gerakan
janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi
baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16 – 20 minggu
karena diusia kehamilan tersebut, dinding uterus mulai menipis dan
gerakan janin lebih kuat. (Saifuddin, 2011). Gerakan menendang
atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam ) (Saifuddin, 2011)
f) Masalah-masalah

18
Menanyakan kepada klien apakah ada masalah pada kehamilan
trimester I (hiperemesis gravidarum, anemia,dll), pada trimester II
dan trimester III tanyakan masalah apa yang pernah dirasakan pada
kehamilan sebelumnya. Hal ini untuk sebagai faktor persiapan
kalau-kalau kehamilan sekarang akan terjadi hal seperti itu lagi.
(Walyani, Elisabeth, 2015)
g) Riwayat ANC
Menanyakan kepada klien asuhan kehamilan apa saja yang
pernah ia dapatkan selama kehamilan trimester I, trimester II dan
trimester III. Menanyakan kepada klien asuhan apa yang pernah ia
dapatkan pada kehamilan sebelumnya dan menanyakan bagaimana
pengaruhnya terhadap kehamilan. Apabila baik, bidan bisa
memberikan lagi asuhan kehamilan tersebut pada kehamilan
sekarang. Tempat ANC juga ditanyakan untuk mengetahui dimana
tempat klien mendapatkan asuhan kehamilan tersebut. (Walyani,
Elisabeth, 2015)
8) Riwayat Kebidanan yang lalu
Menanyakan:
a) Jumlah Kehamilan (Gravida/G)
Ditanyakan untuk mengetahui seberapa besar pengalaman
klien tentang kehamilan. Apabila klien mengatakan ini merupakan
kehamilan pertama, maka bidan harus secara maksimal memberikan
pengetahuan kepada klien tentang bagaimana merawat kehamilannya
dengan maksimal. (Walyani, Elisabeth, 2015)
b) Jumlah anak yang hidup
Untuk mengetahui pernah tidaknya klien mengalami
keguguran, apabila pernah maka pada kehamilan berikutnya beresiko
mengalami keguguran kembali. Serta apabila jumlah anak yang
hidup hanya sedikit dari kehamilan yang banyak, berarti kehamilan
ini sangat diinginkan. (Walyani, Elisabeth, 2015)
c) Jumlah kelahiran Premature

19
Untuk mengidentifikasi apakah pernah mengalami kelahiran
premature sebelumnya, jika ia maka dapat beresiko menimbulkan
persalinan premature berikutnya (Walyani, Elisabeth, 2015)
d) Jumlah keguguran
Menanyakan kepada klien apakah pernah mengalami
keguguran atau tidak. Sebab apabila pernah mengalami keguguran
dalam riwayat persalinan sebelumnya maka beresiko mengalami
keguguran berulang. (Walyani, Elisabeth, 2015)
e) Persalinan dengan tindakan (operasi sesar, vakum, forcep)
Untuk mengetahui catatan kelahiran terdahulu, apakah
pervaginam, melalui bedah sesar, dibantu forcep atau vakum.
(Walyani, Elisabeth, 2015)
f) Riwayat perdarahan pada persalian atau pasca persalinan
Ditanyakan untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami
perdarahan pascapersalinan, perdarahan antepartum, atau
intrapartum sebelumnya. (Walyani, Elisabeth, 2015)
g) Berat bayi
Dikaji untuk mengidentifikasi berat bayi yang dilahirkan pada
kehamilan sebelumnya, apakah berat bayi kecil untuk masa
kehamilan (BKMK) atau bayi besar untuk masa kehamilan (BBMK),
karena kondisi ini biasanya berulang. Apabila persalinan
pervaginam, berat lahir mencerminkan bahwa bayi dengan ukuran
tertentu berhasil memotong pelvis maternal. (Walyani, Elisabeth,
2015)
h) Masalah lain
Untuk mengetahui apakah sebelumnya kehamilannya
mengalami komplikasi sehingga dapat diketahui antisipasi terhadap
komplilasi berulang. (Walyani, Elisabeth, 2015)
9) Riwayat KB
Ditanyakan untuk mengetahui metode KB yang selama ini
digunakan, lama pemakaian kontrasepsi tersebut, dan ada masalah saat
menggunakan kontrasepsi tersebut atau tidak. (Walyani, Elisabeth,
2015).

20
10) Pola kebiasaan sehari- hari
a) Nutrisi
Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil sampai
dengan masa awal persalinan. (Sulistyawati, 2011). Untuk
memenuhi tambahan kebutuhan zat tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur diperlukan tambahan konsumsi makanan sehari – hari.
b) Eliminasi
(1) BAB
Dikaji frekuensinya (BAB nya teratur atau tidak, jika
mengatakan terlalu sering dan feses cair bisa dicurigai mengalami
diare, dan jika terlalu jarang BAB serta feses kering dan keras,
dicurigai klien mengalami konstipasi), warnanya (normalnya
warna feses berwarna kuning kecoklatan) (Walyani, Elisabeth,
2015).
(2) BAK
Dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih dalam
sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan
meningkatnya jumlah cairan yang masuk, atau juga karena adanya
tekanan dinding vesika urinaria. Apabila ternyata wanita hamil
kesulitan berkemih berarti bidan harus segera mengambil
tindakan,misal memasang kateter),warna urine (normalnya urine
berwarna bening, jka urine berwarna keruh dicurigai klien
menderita DM karena urin keruh disebabkan adanya penumpukan
glukosa), bau urine (bau urine normalnya seperti bau Amonia
(NH3) (Walyani, Elisabeth, 2015)
c) Personal Hygine
Kebersihan jasmani sangat penting karena saat hamil banyak
berkeringat terutama di daerah lipatan kulit. Mandi 2-3x sehari
membantu kebersihan badan dan mengurangi infeksi. Pakaian
sebaiknya dari bahan yang dapat menyerap keringat, sehingga badan
selalu kering terutama di daerah lipatan kulit. (Manuaba, 2012)

21
Rambut harus sering dicuci. Gigi, harus benar-benar mendapat
pemeliharaan karena kerusakan gigi dapat mengakibatkan
komplikasi seperti nefritis, septicemia, sepsis puerpuralis oleh karena
infeksi dirongga mulut. (Manuaba, 2012),
Kebersihan alat genetalia juga harus ditingkatkan karena saat
hamil frekuensi berkemih menjadi sering sehingga menyebabkan
situasi basah dan jamur mudah tumbuh dan menyebabkan rasa gatal.
Kebersihan bisa dijaga dengan memakai celana dalam yang selalu
bersih. (Manuaba, 2012).
d) Hubungan Seksual
Dikaji pola hubungan seksual, frekuensi berhubungan,
kelainan dan masalah seksual dan lain-lain. Pada umumnya coitus
diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati –
hati (Hani, Ummi, dkk, 2010).
e) Istirahat
Jadwal istirahat perlu diperhatikan karena istirahat dan tidur
yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk
perkembangan dan pertumbuhan janin (Manuaba, 2012).
f) Aktifitas Fisik
Data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah. Aktivitas yang
terlalu berat dapat menyebabkan abortus dan persalinan prematur.
Olahraga sangat bermanfaat bagi ibu hamil karena tubuh akan
meningkatkan volume darah, meningkatkan volume sekuncup,
memperkuat otot jantung, dan meningkatkan vaskularisasi sehingga
memperbesar hantaran oksigen dan nutrisi (Manuaba, 2012).
11) Riwayat Psikologi-Spiritual
a) Riwayat Pernikahan
Ditanyakan :
7) Menikah
Ditanya status klien, apakah sudah menikah atau belum,
pernikahan yang keberapa dan istri keberapa dengan suami
sekarang. Penting dikaji untuk mengetahui status kehamilan

22
tersebut apakah dari hasil pernikahan resmi atau tidak atau hasil
dari kehamilan yang tidak diinginkan. Status pernikahan
berpengaruh pada psikologis ibu saat hamil.
8) Usia saat menikah
Ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menikah di usia
muda atau tidak. Jika klien menikah usia muda dan saat
kunjungan ke bidan tidak lagi usia muda dan merupakan
kehamilan pertama, kemungkinan kehamilan ini sangat
diharapkan. Hal ini akan berpengaruh pada bagaimana asuhan
kehamilannya
(3) Lama pernikahan
Ditanyakan sudah berapa lama menikah, jika klie
mengatakan sudah lama menikah tapi baru bisa mempunyai
keturunan, kemungkinan kehamilan ini sangat diharapkan
(Walyani, Elisabeth, 2015)
b) Respon dan Dukungan keluarga
Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan, hal ini perlu
ditanyakan karena keluarga selain suami klien juga sangat
berpengaruh besar bagi kehamilan klien. Tanyakan bagaimana respon
dan dukungan keluarga lain, misalnya anak, orang tua, serta mertua.
c) Pengambilan keputusan
Pengambil keputusan perlu ditanyakan karena untuk mengetahui
siapa yang diberi kewenangan klien mengambil keputusan apabila ada
hal kegawat-daruratan.
d) Menanyakan data spiritual:
Data spiritual klien perlu ditanyakan apakah keadaan rohaninya
saat itu sedang baik ataukah sedang stress karena suatu masalah.
Apabila sadang stress, bidan harus pintar memberikan konseling untuk
membantu memecahkan masalah kleien tersebut dan meminta suami
klien terus memberikan dukungan. Mengingat, wanita yang sedang
hamil dan keadaan rohaninya sedang tidak stabil, hal ini sangat
berpengaruh terhadap kehamilanya.
e) Menanyakan data sosial budaya:

23
Tradisi yang mempengaruhi kehamilan, hal ini ditanyakan
karena bangsa Indonesia mempunyai beraneka ragam suku bangsa
yang tentunya dari setiap suku bangsa mempunyai tradisi khusus bagi
wanita hamil. Tugas bidan mengingatkan tradisi-tradisi tersebut
diperbolehkan selagi tidak merugikan kehamilnnya.
f) Data Pengetahuan
Perlu dikaji dengan berbekal pengetahuan maka pasien akan
lebih mudah diajak memecahkan masalah yang mungkin terjadi.
(Hani, Ummi, dkk, 2010).

2. Data Obyektif
Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah
sebagai berikut:
2. Pemeriksaan Umum
3) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya
adalah sebagai berikut :
c) Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan. (Sulistyawati,
2011).
d) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan
oang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan
sendiri. (Sulistyawati, 2011)
4) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari

24
keadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2011)
9) Tanda vital
i) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 140
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik. Perubahan 30 mmHg
sistolik dan 15 mmHg diastolik diatas tensi sebelum hamil,
menandakan toxaemia gravidarum (keracunan kehamilan).
(Hani, Ummi,dkk 2009)
j) Nadi
Denyut nadi meternal sedikit meningkat selama hamil
sejak usia kehamilan 4 minggu sekitar 80-90x/menit, kondisi
ini memuncak pada usia 28 minggu (Sulistyawati, 2011).
k) Pernafasan
Pernafasan normal pada ibu hamil adalah 16-24
x/menit. Tujuan menghitung pernafasan pada ibu hamil adalah
untuk mendeteksi secara dini adanya penyakit yang
berhubungan dengan pernafasan yang kemungkinan sebagai
penyulit kehamilan dan diprediksi akan membahayakan
keselamatan ibu dan janin selama kehamilan dan menghambat
jalannya persalinan(Sulistyawati, 2011).
l) Suhu
Peningkatan hormon progesteron yang disertai dengan
peningkatan metabolisme tubuh ibu hamil, jumlah panas yang
juga dihasilkan juga meningkat. Ibu hamil mengalami
peningkatan suhu tubuh sampai 0,5% meskipun pada tubuh ibu
hamil sudah ada upaya kompensasi seperti pengeluaran panas
lewat pernafasan dan keringat. Suhu tubuh ibu hamil
normalnya 35,80C-370C, jika lebih dari 37,50C dikatakan
demam, hal ini mungkin ada infeksi dalam
kehamilan(Sulistyawati, 2011).
m) Berat Badan
Kenaikan berat badan selama hamil rata-rata : 9 – 13,5 kg.

25
Kenaikan BB selama TM I : min 0,7-1,4 kg
Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg
Kenaikan BB selama TM I : 9,5 kg
(Pantiawati, Ika, 2010)
n) Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor
resiko bagi ibu hamil/ibu bersalin, jika tinggi badan kurang
dari 145 cm kemungkinan sang ibu memiliki panggul sempit.
Tujuan pemeriksaan tinggi badan adalah untuk mengetahui
tinggi badan ibu sehingga bisa mendeteksi faktor resiko.
Faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan
dengan tinggi badan adalah keadaan rongga panggul. Sering
dijumpai pada ibu yang pendek, rongga panggulnya sempit.
Ada juga ibu hamil yang pendek tapi rongga panggulnya
normal. (Sulistyawati, 2011)
o) LILA
Tujuan pemeriksaan LILA adalah untuk mengetahui
ukuran lingkar lengan atas untuk mengetahui status gizi ibu
hamil. Normalnya 23,5-25 cm, bila kurang dari 23,5 cm
merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk.
Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), sedangkan bila LILA di atas 25 cm, indikasi
adanya janin besar karena obesitas (Sulistyawati, 2011)
p) IMT
IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan
pengukurannya direkomendasikan federal untuk mengklarifikasi
kelebihan berat badan dan obesitas. Cara mengukur IMT
dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan
kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg/m2) ( Manuaba,
2012 ).
b. Status Present
10) Kepala

26
Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala,
kesimetrisan wajah, lokasi struktur wajah (Sinclair, 2009)
11) Rambut
Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak (Sulisyawati,
2011)
12) Telinga
Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman pendengaran,
letak telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau tidak, ada rabas
pada aurikula dan autium atau tidak, edema atau tidak, ada lesi
atau tidak, adanya sumbatan atau benda asing pada saluran
pendengaran eksterna atau tidak (Sinclair, 2009).

13) Mata
Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda
infeksi atau tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan
bentuk serta kesamaan pupil (Sulistyawati, 2011).
14) Hidung
Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan,
ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip
atau itak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak (Sulistyawati, 2011).
15) Mulut
Dikaji :
d) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab / kering )
e) lidah (warna, kebersihan)
f) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut) (Sulisyawati,
2011)
16) Leher
Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan
ada/tidaknya bendungan vena jugularis (Sulisyawati, 2011)
17) Ketiak

27
Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe.
(Sulisyawati, 2011)
18) Dada
Dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan keimetrisan
payudara, bunyi/denyut jantung, ada/tidaknya gangguan
pernafasan (auskultasi) ( Sulisyawati, 2011).
2) Ekstremitas
Dikaji adakah kelainan atau tidak, adakah edema dan varises serta
reflek patella pada kaki kanan dan kaki kiri(Hani,Ummi, dkk,
2010)
3) Genitala eksterna
d) Lihat adanya tukak/luka, varises, cairan (warna, konsistensi,
jumlah,bau)
e) Uretra dan skene : adakah cairan atau nanah.
f) Kelenjar Bartholini adakah: pembengkakan, massa, atau kista,
dan cairan (Hani,Ummi, dkk, 2010)
4) Anus: Dikaji ada /tidaknya hemoroid dan kebersihan.
(Sulisyawati, 2011)
b. Pemeriksaan Obstetrik
4) Muka :Dilihat ada/tidaknya edema dan cloasma gravidarum
(Manuaba,2012).
5) Mammae
(a) Inspeksi: hiperpigmentasi areola dan puting susu, glandula
montgomery menonjol.
(b) Palpasi: tidak teraba massa, kolostrum keluar setelah 32 minggu
(Sulisyawati, 2011)
6) Abdomen
(a) Inspeksi
Dilihat pada perut tampak membesar, ada/tidaknya linea
nigra, linea alba, striae gravidarum. (Hani, Ummi, dkk, 2010)
10) Palpasi leopold
(e) Leopold I

28
Tujuannya untuk menentukan umur kehamilan
(berdasarkan TFU) dan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat di fundus. (Hana,Ummi, dkk, 2010). Pengukuran TFU
terutama > 20 minggu. Tinggi fundus yang normal sama
dengan usia kehamilan (Saifuddin, 2011).
(f) Leopold II
Tujuannya untuk menentukan bagian apa yang ada di
bagian kanan dan kiri perut ibu (Saifuddin, 2011).
(g) Leopold III
Bertujuan untuk menentukan bagian apa yang terdapat
di bawah dan apakah bagian bawah janin sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul (Saifuddin, 2011).
(h) Leopold IV
Bertujuan untuk menentukan berapa masuknya bagian bawah
ke dalam rongga panggul.
11) Auskultasi
Frekuensi DJJ rata – rata sekitar 140 denyut per menit (dpm)
dengan variasi normal 20 dpm diatas atau dibawah nilai rata – rata.
Nilai normal denyut jantung janin antara 120 – 160 dpm.
(Saifuddin, 2011)
Jantung janin mulai berdenyut sejak awal minggu keempat
setelah fertilisasi, tetapi baru pada usia 20 minggu bunyi jantung
jain dapat terdeteksi dengan fetoskop. Dengan mengggunakan
teknik ultrasound atau system Doppler, bunyi jantung janin dapat
didengar lebih awal (12 -20 minggu usia kehamilan) (Saifuddin,
2011)
Tujuan pemeriksaan DJJ adalah untuk mengetahui bayi hidup
atau mati . Untuk menentukan area terdengarnya denyut jantung
janin yang keras, (puntum maximum) sehingga dapat dipastikan
presentasi janin dalam kandungan, apakah berada dibagian bawah
kepala atau bokong atau janinnya melintang. Disamping itu untuk
mengetahui janin didalam kandungan tunggal atau ganda
(Manuaba,2012)

29
12) Pemeriksaan Penunjang
c) PP Test/Urine test
d) Pemeriksaan laboratorium:
(1) Pemeriksaan urine digunakan untuk mengetahui kadar urine
protein dan kadar glukosa
(2) Pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor rhesus,
golongan darah, Hb, dan penyakit rubella.
(3) Pemeriksaan Rontgen
Digunakan untuk mengetahui kepastian kehamilan,
menentukan hamil kembar, menentukan kelainan pada
anak, menentukan bentuk dan ukuran panggul. Pemeriksaan
rontgen sebaiknya dilakukan pada kehamilan yang sudah
agak lanjut karena sebelum bulan ke-4 rangka janin belum
tampak dan pada hamil muda pengaruh rontgen terhadap
janin lebih besar.
(8) Pemeriksaan USG
Digunakan untuk mendiagnosis dan konfirmasi awal
kehamilan, penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran
fetal, mengetahui adanya IUFD, mengevaluasi pergerakan
janin dan detak jantung janin, dll (Hani, Ummi, dkk, 2010).
3. Analisa
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudaian
dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan
masalah ibu.
a. Diagnosa kebidanan dan masalah
Dalam bagian ini yang dikumpulkan oleh bidan antara lain
sebagai berikut:
1) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang
berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan, dibedakan
menjadi primigravida (hamil pertama kali) dan multigravida
(hamil yang kedua atau lebih). (Sulistyawati, 2011)
2) Usia kehamilan dalam minggu

30
3) Keadaan janin
4) Normal atau tidak normal (Sulistyawati, 2011)
b. Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan
“diagnosa”. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa
masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap
perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya (Sulistyawati, 2011)
c. Diagnosa potensial dan antisipasi tindakan
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan, bidan
secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnosis
potensial tidak benar – benar terjadi (Sulistyawati, 2011)
d. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera, Konsultasi, Kolaborasi
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan,
bidan secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnose
diagnose potensial tidak benar – benar terjadi (Sulistyawati, 2011)
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan,
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang
akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konsseling, dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah psikologis. Dengan kata
lain, asuhan terhadap wanita tersebut harus mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspekasuhan kesehatan. (Hana,Ummi, dkk,
2010).

31
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL FISIOLOGI PADA NY. J


G4P3A0H3 DENGAN USIA KEHAMILAN 27-28 MINGGU
DI UPT PUSKESMAS KEDIRI

PENGKAJIAN
Tanggal : 30 September 2022 Pukul : 10.00 WITA

IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Nama Klien : Ny. J Nama Suami : Tn. Z
Umur : 32 Tahun Umur : 35 Tahun
Suku Bangsa : Sasak Suku Bangsa : Sasak
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat lengkap : Dusun Adeng Daye, Desa Jagaraga Indah, Kediri.
No RM : 023928

A. Data Subyektif
1. Alasan kunjungan
a. Keluhan Utama : Ibu mengatakan mengeluh lemas
b. Uraikan Keluhan Utama : Ibu mengatakan badannya lemas
sejak 2 hari yang lalu dan ibu
mengatakan belum melakukan
apapun untuk mengatasi keluhannya
sehingga ibu datang ke Puskesmas
untuk memeriksakannya.

32
2. Riwayat Kesehatan Ibu
a. Penyakit/ kondisi yang pernah atau sedang diderita: ibu mengatakan
pernah mengalami asma dan mempunya riwayat, pernah kambuh
pada kehamilan anak ke 2 dan saat ini tidak kambuh lagi.
b. Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan): ibu
mengatakan keluarga ada yang mengalami asma, kalau penyakit
seperti jantung, hipertensi, diabetes mellitus,TBC, keturunan
kembar, sirce cell disease, alergi, epilepsi, kelainan mental serta
kelainan kongenital tida ada.
b) Riwayat Obstetri
a. Riwayat haid
1) Usia Menarche : 14 tahun
2) Siklus menstruasi : 28 hari
3) Lama menstruasi : 6-7 hari
4) Jumlah darah : 2-3x ganti pembalut
5) Rasa sakit pada saat menstruasi : Ada (Dismenorea)
6) Leukhorea : Tidak pernah
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. G4P3A0H3
b. Usia kehamilan :
c. HPHT : 20/03/2022
d. HPL/HTP : 27/12/2022
e. Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : Dirasakan
Pergerakan fetus dalam 12 jam terakhir : > 10x/hari
f. Tanda bahaya / penyulit
a) TM I : Tidak ada
b) TM II : Tidak ada
c) TM III : Tidak ada
2. Keluhan

33
a) TM I : Mual, muntah
b) TM II : Pusing
c) TM III :-
3. Riwayat terapi
a) TM I : Kalk, B6, Asam Folat, Fe.
b) TM II : Kalsium, Fe.
c) TM III :-
4. Riwayat Alergi : Tidak ada
5. Kekhawatiran khusus : Tidak ada
6. Imunisasi TT : TT5 (Lengkap)
7. ANC :6 kali (Posyandu,
Puskesmas, dr. SPOG)
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil UK Riwayat Persalinan Masalah/ Anak
Ke (bln) Penyakit
Tempat Penolong Jenis H P N JK BBL H/M Usia

1 9 Pkm Bidan Spt - - - lk 3100 H 12 thn


2 9 Pkm Bidan Spt - - - Lk 3200 H 9 thn
3 9 Pskds Bidan Spt - - - lk 3800 H 5 thn
4 ini

34
c) Riwayat KB
a. Jika Pernah :
Jenis Lama Pemakaian Keluhan Alasan dilepas
Kontrasepsi
Implan 7 tahun Tidak ada Ingin hamil lagi
Suntik 3 bulan 5 tahun Tidak ada Ingin hamil lagi
Suntik 3 bulan 3 Tahun Tidak ada Ingin hamil lagi

12) Rencana setelah melahirkan : Implant


1. Pola Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari

a. Nutrisi Sebelum Hamil Selama Hamil


1) Makan
Frekuensi makan pokok 3x sehari 3x sehari

Komposisi nasi 3 x 1 piring (penuh) 1 piring (sedang)

Lauk 3x 2-3 potong (sedang) 3x 2-3 potong (sedang)


jenisnya : ayam,tempe, jenisnya : ayam,tempe,
daging, tahu daging, tahu
Sayuran 3x 1 mangkuk sayur 3x 1 mangkuk sayur
jenis sayuran : bayam, jenis sayuran : bayam,
kangkung, kelor kangkung, kelor
Buah 3-4 seminggu ; jenis 3-4 seminggu ; jenis buah:
buah: pepaya, pisang, pepaya, pisang, mangga.
mangga.
Camilan 1 kali sehari ; jenis : 1 kali sehari ; jenis : puding,
puding, risoles risoles
Pantang Tidak ada Tidak ada

Keluhan Tidak ada Tidak ad

35
Perubahan selama hamil Tidak ada Tidak ada

2) Minum

Jumlah total 7-8 gelas sehari ; jenis : 7-8 gelas sehari ; jenis : air
air putih putih
Susu 1 gelas sehari ; jenis : 1 gelas sehari ; jenis : susu
susu
Jamu Tidak ada Tidak ada

Keluhan Tidak ada Tidak ada

Perubahan selama hamil Tidak ada Tidak ada

b. Eliminasi

1) BAK

Frekuensi perhari 5-6 kali 5-6 kali

Warna Jernih kekuningan Jernih kekuningan

Keluhan Tidak ada Tidak ada

2) BAB

Frekuensi perhari 1 kali sehari 1 kali sehari

Warna Kuning Kuning

Konsistensi Lunak Lunak

Keluhan Tidak ada Tidak ada

c. Personal Hygiene
Mandi 2 x sehari 2 x sehari

36
Keramas 1 x seminggu 1 x seminggu

Gosok gigi 2 x sehari 2 x sehari

Ganti pakaian 2 x sehari 2 x sehari

Celana dalam 2 x sehari 2 x sehari

Kebersihan memakai alas Sendal dipakai saat diluar Sendal dipakai saat diluar
kaki rumah rumah
Keluhan Tidak ada Tidak ada

d. Hubungan seksual

Frekuensi 2-3 x seminggu 2-3 x seminggu

Contact Bleeding Tidak ada Tidak ada

Keluhan lain Tidak ada Tidak ada

Perubahan selama hamil Tidak ada Tidak ada


ini
e. Istirahat/tidur

Tidur malam 7-8 jam 7-8 jam

Tidur siang 1-2 jam 1-2 jam

Keluhan/ masalah Tidak ada Tidak ada

Perubahan masa hamil ini Tidak ada Tidak ada

f. Aktivitas fisik dan


Olahraga
Aktivitas fisik (beban Memasak, mencuci, Memasak, mencuci, menyapu
pekerjaan) menyapu

37
Olahraga Jalan-jalan pagi Jalan-jalan pagi

Frekuensi 1 x seminggu 1x seminggu

Perubahan selama masa Tidak ada Tidak ada


hamil
g. Kebiasaan yang
merugikan kesehatan
Merokok aktif Tidak ada Tidak ada

Lingkungan perokok Tidak ada Tidak ada

Minuman beralkhol Tidak ada Tidak ada

Obat-obatan Hanya yang diberikan Hanya yang diberikan bidan


bidan
NAPZA Tidak ada Tidak ada

Aktivitas merugikan Tidak ada Tidak ada

2. Riwayat Psikososial-Spiritual
a. Riwayat perkawinan
1) Status perkawinan : Menikah, Umur waktu: 24 tahun
2) Pernikahan ini yang ke : 1 (Sah) Lamanya : 11 tahun
3) Hubungan dengan suami :
b. Kehamilan ini diharapkan oleh suami, ibu dan keluarga
Respon dan dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : ibu
mengatakan keluarga senang atas kehamilannya.
c. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : masalah diselesaikan
secara kekeluargaan dan berunding antar keluarga
d. Ibu tinggal serumah dengan : Suami dan anak
e. Pengambilan keputusan utama dalam keluarga : Suami
Dalam emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri

38
f. Orang terdekat ibu : Suami dan Ibu
kandung
Yang menemani ibu kunjungan ANC : Suami
g. Adat istiadat yang berkaitan dengan kehamilan : Tidak ada
h. Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : Rumah
Sakit ditolong bidan atau dokter
i. Penghasilan perbulan : ± 1.000.000 per bulan
(cukup)
j. Praktik agama yang berhubungan dengan kehamilan
1) Kebiasaan puasa/ apakah ibu berpuasa selama hamil ini?
Ibu mengatakan selama hamil tidak puasa karna rasa mual dan
muntah
2) Kenyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan
a) Ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan.
k. Tingkat pengetahuan ibu
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : ibu mengatakan mengetahui
beberapa tanda-tanda kehamilan serta beberapa tanda bahaya
kehamilan.
Hal-hal yang ingin diketahui ibu : ibu mengatakan ingin mengetahui
tentang cara mengatasi ketidaknyamanan mual munta serta keadaan
ibu dan janin
l. Lingkungan
Kebiasaan kontak dengan binatang : ibu menagatakan tidak
mempunyai binatang peliharaan
m. Paparan dengan polutan : ibu mengatakan jarang
keluar rumah kecuali pulang ke rumah orang tua

39
B. DATA OBYEKTIF (O)
1. Keadaan umum : Baik
Keadaan emosi : Stabil
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
Postur tubuh : Normal
Berat badan sekarang : 67 kg IMT : 28,62 kg
BB sebelumnya : 65 kg
Tinggi badan :153 cm
Lila : 24,5 cm
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg Denyut nadi : 80 x/ mnt
Suhu tubuh : 36,7 ° C Pernafasan : 20 x/mnt
2. Pemeriksaan Present
a. Kepala :
Bersih, tidak berketombe, warna hitam, tidak rontok, tidak ada
alopesia, tidak ada lesi dan tanda-tanda infeksi pada kepala
b. Muka :
Simetris, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, dan tidak ada
edema.
c. Mata :
Normal, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak Ikterus
d. Hidung :
Simetris, tidak ada pengeluaran cairan atau sekret
e. Mulut :
Bibir lembab, tidak pecah-pecah dan tidak terdapat inflamasi,
Rahang dan lidah baik, lidah tidak pucat, Gigi dan gusi
baik,tidak ada karies gigi dan tidak ada gusi berdarah
f. Telinga :
Tidak ada kelaianan, tidak terdapat sekret atau penegluaran cairan

40
g. Leher :
Kelenjar thyroid tidak ada pembesaran, kelenjar getah bening/limfe
tidak ada pembesaran, bendungan vena jugularis tidak ada
bendungan
h. Ketiak
Kelenjar getah bening/limfe tidak ada pembesaran
i. Dada :
Simetris, Areola hiperpigmentasi, simetris, putting susu menonjol,
benjolan/tumor/massa tidak ada pengeluaran belum ada pengeluran
kolostrum, rasa nyeri tekan tidak ada
j. Perut :
Tidak ada Bekas luka operasi, linea nigra, striae tidak ada,
kontraksi tidak ada
k. Lipatan paha :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening/limfe, tidak ada
kelainan
l. Vulva :
Tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstremitas :
Atas : simetris, tidak ada kelainan gerak, jumlah jari normal
Bawah : simetris, tidak ada kelainan gerak, jumlah jari notmal
n. Refleks Patella :
Kiri/Kanan +/+
o. Punggung :
Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada nyeri tekan
p. Anus :
Tidak dilakukan
3. Status Obstetrik
a. Inpeksi
1) Muka :

41
Simetris, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, dan tidak
ada edema, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus.
2) Mamae :
Simetris, areola hyperpimentasi, puting susu menonjol dan belum
ada pengeluaran kolostrum.
3) Abdomen :
Ada bekas luka operasi , tidak ada kontraksi, linea nigra, striae
tidak ada.
b. Palpasi leopold
1) Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat (22 cm), teraba bokong di
fundus.
2) Leopold II : Teraba punggung disebelah kiri extremitas ibu
3) Leopold III : Presentasi kepala
4) Leopold IV : kepala belum masuk PAP
c. Tes Osborn
1) TFU : 22 cm
2) TBJ : 1.705 gram
d. Auskultasi : (+) 135 x/menit irama teratur: 11-11-11
e. Perkusi :-
f. Pemeriksaan panggul: Normal
4. Pemeriksaan laboratorium/ penunjang
a. Hari/Tanggal: 09-04-2022 Pukul: 10.25 WITA
1) Hb : 9,0 gr%
2) Malaria : (-)
3) Sifilis : (-)
4) PU : (-)
5) GD : B+
b. Hari/Tanggal: 30-10-2022 Pukul: 11.00 WITA
1) Hb : 10,1 gr%
2) HIV : (-)

42
B. ANALISA
1. Diagnosa Kebidanan
Ibu : G4P3A0H3 umur kehamilan 27-28 minggu Keadaan umum
ibu baik dengan anemia ringan.
Janin : Tunggan/Hidup/ Intrauterine presentasi kepala keadaan
umum janin baik
2. Masalah:
a. Ibu merasakan Lemas
b. Ibu mengalami anemia
3. Kebutuhan:
a. Konseling sesuai keluhan yang ibu rasakan
b. Konseling mengenai bahaya dan dampak anemia
c. Konseling cara mengatasi anemia
d. Konseling pentingnya nutrisi pada ibu hamil
e. Konseling tanda-tanda bahaya pada kehamilan

A. PENATALAKSANAAN (Tanggal/Waktu : 30 September 2022/ 11.30


wita)
1. Memberitahu Ny.J hasil pemeriksaan yang dilakukan yakni TTV
dalam batas normal, pemeriksaan fisik yakni konjungtiva didapatkan
pucat, hasi pemeriksaan fisik lainnya dalam keadaan normal tidak ada
tanda-tanda yang mengarah ke tarjadinya komplikasi.
Hasil : Ny.J mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Menjelaskan pada ibu mengenai keluhan yang dirasakan yaitu lemas,
keadaan lemas yang dirasakan oleh Ny.J bisa disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah faktor internal dan external. Faktor external
atau dari luar bisa karena ibu terlalu berat melakukan aktivits fisik seperti
membersihkan rumah, dan bekerja lainnya, hal ini dapat menyebabkan
ibu mengalami kelelahan. Sedangkan faktor internal atau dari dalam bisa
disebabkan karena Ny.J saat ini kadar Hemoglobinnya kurang dari batas

43
normal (10,1 gr%) masuk kedalam kategori anemia ringan dapat
menyebabkan berbagai macam masalah diantaranya yaitu lemas.
Hasil: Ny.J mengetahui penjelasan mengenai keluhan yang dirasakannya
3. Menjelaskan pada Ny.J dampak yang ditimbulkan dari Anemia yakni
Jika anemia menjadi parah dan berlangsung lama, maka jumlah darah
untuk membawa oksigen menurun, akibatnya, janin tidak bisa
mendapatkan cukup oksigen yang di butuhkan untuk pertumbuhan
normal, khususnya pada otak. Ibu hamil yang mengalami anemia berat
akan timbul gejala seperti rasa lelah yang berlebihan, nafas tersengal-
sengal, nyeri kepala, dan mata berkunang-kunang. Risiko kelahiran
prematur meningkat saat persalinan.
Hasil: Ny.J mengetahui dampak dari bahaya anemia
4. Menjelaskan pada ibu cara mengatasi masalah yang dialaminya yaitu
kekurangan hemoglobin yang disebut anemia. Salah satu cara mengatasi
anemia dalam kehamilan adalah dengan mengkonsumsi vitamin C,
dimana vitamin C dapat didapatkan dari buah-buahan dan sayur-sayuran.
Buah yang dianjurkan untuk Ny.J adalah buah naga. Buah naga dapat
membantu mengoptimalkan penyerapan zat besi melalui saluran cerna.
Salah satu kandungan dari buah naga adalah zat besi dimana memiliki
manfaat untuk menambah sel darah.
Hasil: Ny.J mengetahui penjelasan yang diberikan dan mengetahui jenis
buah yang dianjurkan.
5. Menjelaskan pada Ny.J pentingnya nutrisi dalam kehamilan pola makan
dan minum pada ibu hamil harus beragam dengan seimbang dan 1 porsi
lebih banyak daripada sebelum hamil. Makanan beragam yang dimaksud
yakni nasi, ikan, telur, tahu dan tempe,sayur serta buah-buahan.
Hasil : Ny.J mengetahui pentingnya nutrisi pada masa kehamilan.
6. Memberikan konseling pada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada masa
kehamilan yakni Gerakan janin kurang dirasakan, mual dan muntah
secara terus menerus, demam tinggi disertai mengigil, air ketuban pecah

44
sebelum waktunya, perdarahan dari jalan lahir, bengkak pada kaki tangan
dan kepala disertai kejang.
Hasil : Ny.J mengetahui tentang tanda-tanda bahaya pada masa
kehamilan
7. Menjadwalkan kunjugan ulang pada ibu yakni 1 bulan lagi untuk
Kembali memeriksakan kadar Hbnya dan apabila ibu mengalami keluhan
atau tanda-tanda bahaya seperti diatas maka Ny.J dianjurkan untuk
segera ke puskesmas atau poskesdes.
Hasil : Ny.J mengerti dengan yang dianjurkan serta bersedia untuk
melakukan kunjungan ulang apabila mengalami keluhan atau tanda
bahaya.

45
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini penulis menguraikan tentang proses asuhan


kebidanan kehamilan pada Ny.J umur 32 tahun dengan usia kehamilan 27-28
minggu dan masalah anemia di Wilayah UPT Puskesmas Kediri menggunakan
pendokumentasian SOAP. Pembahsan ini dimasudkan agar diambil suatu
kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat
digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat,
efektif dan efisien.
Pada kasus Ny.J dengan keluhan lemas sejak 2 hari yang lalu, riwayat
penyakit keluarga, Ny.J megatakan ada anggota keluarga yang menderita penyakit
degeneratif yakni Asma akan tetapi pada kehamilan saatini belum pernah kambuh
lagi, hasil pemeriksaan TTV ibu dalam batas normal, hasil pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva pucat , pemeriksaan fisik lainnya didapatkan TFU 22 cm,
teraba punggung disebelah extremitas ibu, kepala belum masuk PAP, DJJ (+)
140x/menit dengan irama teratur.
Hasil pemeriksaan pennjang yakni laboratorium didapatkan hasil kadar
Hemoglobin 10,1 gr% dimana pada angka ini termasuk kurang dari patas normal,
kalau pada ibu hamil yakni > 11 gr/dl hal ini menandakan bahwa Ny.J mengalami
kekurangan kadar hemglobin dalam darahnya yang biasa disebut anemia. Menurut
teori anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan
jumlah sel darah merah atau haemoglobin kurang dari 10.5 sampai dengan 11.0
g/dl, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebeutuhan organ-organ vital
pada ibu dan janin menjadi berkurang. Anemia kehamilan terjadi karena adanya
peningkatan cairan tubuh (cairan plasma) yang tidak sebanding dengan
penambahan sel darah sehingga terjadi pengeceran darah (Hemodilusi) selama
kehamilan maka terjadi penurunan pada kadar Hb. Selama kehamilan, anemia di
definisikan sebagai Hb 10 g/dl. Umumnya Hemodilusi terjadi pada masa
kehamilan yakni dari usia 10 minggu dan menccapai puncak pada usia kehamilan
32 minggu.

46
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis telah mampu menerapkan menajemen SOAP yaitu :
1. Mampu melakukan pengumpulan data subyektif pada Nny.J dengan
ibu hamil masalah anemia
2. Mampu melakukan pengumpulan data obyektif pada Ny. J dengan ibu
hamil masalaha nemia
3. Mampu melakukan analisa data pada Ny.J dengan ibu hamil masalah
anemia
4. Mampu melakukan pengumpulan pada Ny.J dengan ibu hamil
masalah anemia
B. Saran
Setelah melakukan asuhan remaja pada Ny. J adapun saran yang ingin
disampaikan oleh penulis, yaitu :
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat lebih mengerti dan mengetahui mengenai
petugas serta pelayanan kesehatan dalam asuhan gangguan reproduksi.
Sehingga masyarakat dapat lebih menyadari pentingnya pelayanan
kesehatan di petugas kesehatan
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat
untuk institusi agar dapat meningkatkan kualitas mahasiswanya,
menambah bahan bacaan agar dapat menjadi acuan untuk mahasiswa.
3. Bagi Institusi Pelayanan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan agar dapat lebih
meningkatkan pelayanan kebidanan khusunya asuhan kehamilan pada
ibu hamil

47
4. Bagi Klien
Diharapkan kepada klien untuk mencari informasi lebih awal
tanda-tanda kekurangan hemoglobin atau anemia dengan datang
ketenaga kesehatan sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang berlanjut.

48
DAFTAR PUSTAKA

Afni, R. (2016). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I dengan Kejadian Abortus di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(2), 79–82.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol3.iss2.107
Ai Yeyeh, Rukiyah dkk. 2012. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : Trans Info Media
Andriani, D. (2016). Optimalisasi Perilaku Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Trimester
Satu Melalui Penyuluhan. Adi Husada Nursing Journal, 2(2), 17.
https://doi.org/10.37036/ahnj.v2i2.48
Coxon, K et al. (2020). The Impact of the Coronavirus (COVID-19). Pandemic on Maternity
Care in Europe. Elsevier Public Health Emergency Collection.
Dashraath, P et al. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pandemic and
Pregnancy. Am J Obstetrics Gynecology Vol. 202. No. 6 Elsevier Public Health
Emergency Collection.
Dewi, V. H. L. (2011) Asuhan Kebidanan Untuk Kebidanan. 1st edn. Jakarta: Salemba
Medika.
Fradkin, R. (2020). Providing Antenatal Care during COVID-19. PHN North Western
Melbourne an Australia Government Initiative.
Handayani. 2013. Pola Konsumsi Pangan Dan Konsumsi Susu Serta Status Gizi Ibu Hamil
Di Kota Bogor
Handayani, S. R., & Mulyati, T. S. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Kementerian Kesehatan
RI.
Hani, Ummi, dkkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika
Harahap, R. F., Alamanda, L. D. R., & Harefa, I. L. (2020). Pengaruh Pemberian Air
Rebusan Jahe Terhadap Penurunan Mual dan Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 8 (1), 84–95. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
JIK/article/download/18089/12857
Kemenkes RI (2010). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA), Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Bina Kesehatan Ibu, p. 1 of 76.
Mangkuji, B. et al. (2012) Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC.
Manuaba (2012) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC

49
50

Anda mungkin juga menyukai