Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari

ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil

konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2014:75).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga

lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10

bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam

3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester

kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu

(minggu ke-28 hingga ke-40) (Saifuddin, 2013)

2.1.2 Etiologi

Suatu kehamilan terjadi karena ada 5 aspek sebagai berikut:

a. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem

hormonal yang kompleks. Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami

perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai

pembentukan cairan folikel. Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf,

ovarium mengeluarkan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari


tuba yang mendekati ovarium, gerak sel rambut lumen tuba makin tinggi,

peristaltik tuba makin aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam

tuba makin deras menuju uterus.

Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang semakin

mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi. Dengan gerak

aktif tuba yang mempunyai fimbriae maka ovum yang telah dilepaskan segera

ditangkap oleh fimbriae. Proses penangkapan ini disebut Ovum Pick Up

Mecanism. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus,

dalam bentuk pematangan pertama, artinya telah siap untuk dibuahi

b. Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa merupakan suatu proses yang

kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus, menjadi

spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya

spermatozoa.

Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang

mengandung 40-60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti

kecebong, yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung

inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali

kepala, mengandung energi sehingga dapat bergerak). Sebagian besar

spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat

mencapai tuba fallopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genetalia dpat

hidup selama tiga hari, sehingga cukup untuk mengadakan konsepsi

c. Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi. Proses

konsepsi adalah sebagai berikut:


1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata,

yang mengandung persediaan nutrisi.

2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma yang

disebut vitelus.

3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pelusida.

Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran pada zona pelusida.

4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang

dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum

mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.

5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermatozoa

menyebar, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada

kavum uteri, terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari

sperma sehingga mampu melakukan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan

perjalanan menuju tuba falopi. Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang

telah siap dibuahi serta mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan

proses enzimatik hyaluronidase. Melalui stomata spermatozoa memasuki

ovum. Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum, ekornya lepas

dan tertinggal di luar. Inti ovum dan spermatozoa bertemu dengan

membentuk zigot.

d. Nidasi

Setelah pertemuan antara ovum dan spermatozoa , yang dalam beberapa

jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Bersamaan

dengan pembelahan inti , hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus. Hasil

pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan dalam ovum yang besarnya 0,1 mm

disebut stadium morula. Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi


pembentukan sel di bagian luar morula yang kemungkinan berasal dari korona

radiata yang menjadi sel trofoblas. Sel trofoblas dalam pertumbuhannya mampu

mengeluarkan hormon korionik gonadotropin, yang mempertahankan korpus

luteum gravidarum.

Pembelahan berjalan terus dan didalam morula terbentuk ruangan yang

mengandung cairan yang disebut blastula. Perkembangan dan pertumbuhan

berlangsung , blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah

siap untuk melakukan nidasi. Sementara itu pada fase sekresi, endometrium

semakin tebal dan semakin banyak mengandung glikogen yang disebut desidua.

Sel trofoblas melakukan destruki enzimatik-proteolitik, sehingga dapat

menanamkan diri di dalam endometrium. Proses penanaman blastula yang

disebut nidasi terjadi pada hari ke-6 sampai ke-7 setelah konsepsi.

e. Pembentukan Plasenta

Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan

atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata,

sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam

endometrium. Sel trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi

pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis.

Terjadinya nidasi mendorong sel blastula melakukan diferensiasi. Sel

yang dekat dengan ruangan eksoselem membentuk entoderm dan yolk sac

(kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk ectoderm dan ruangan

amnion. Plat embrio terbentuk diantara dua ruang amnion dan kantong yolk sac.

Ruangan amnion degan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat

diantara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat

(Manuba,2014:75)
2.1.3 Diagnosis Kehamilan

a. Tanda-tanda Kehamilan

Pada wanita hamil terdapat beberapa tanda dan gejala dalam kehamilan,

antara lain:

1) Tanda-tanda dugaan kehamilan (presumptive)

Menurut Dewi (2012), tanda-tanda dugaan kehamilan adalah sebagai

berikut:

1) Amenorhea.

2) Mual dan muntah.

3) Mengidam (ingin makanan khusus).

4) Pingsan (bila berada ditempat ramai yang sesak dan padat).

5) Tidak ada selera makan.

6) Lelah

7) Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri yang disebabkan pengaruh

hormon esterogen dan progesteron.

8) Sering BAK karena kandung kemih ditekan oleh rahim yang membesar.

9) Terjadi konstipasi/obstipasi, karena tonus otot-otot usus menurun oleh

pengaruh hormon steroid.

10) Pigmentasi kulit.

Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta,

dijumpai di muka (cloasma gravidarum), areola payudara, leher, dan

dinding perut.

11) Epulis atau dapat disebut juga hipertrofi dari papil gusi.

12) Varises.
2) Tanda Tidak Pasti Kehamilan (Kemungkinan Hamil)

1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan (Manuaba, 2014).

2) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian kemungkinan

positif palsu (Manuaba, 2014).

3) Tanda Hegar, yaitu pelunakan dan kompresibilitas isthmus serviks

sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila ismus ditekan

dari arah berlawanan (Saifuddin, 2014).

4) Tanda Chadwick, yaitu perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan

pada vulva, vagina, dan serviks (Saifuddin, 2014).

5) Tanda Piskacek, yaitu pembesaran uterus secara asimetris ke salah satu

arah maka daerah tersebut akan lebih cepat membesar jika dibandingkan

dengan bagian uterus lainnya (Saifuddin, 2014).

6) Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat (Sulistyawati, 2012).

7) Braxton Hicks. Bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan

mudah berkontraksi (Mochtar, 2013).

8) Ballottement positif. Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu

dengan cara menggoyang-goyangkan di salah satu sisi, maka akan terasa

pantulan di sisi yang lain (Mochtar, 2013).

3) Tanda pasti (tanda positif)

Menurut Dewi (2012), tanda pasti dalam kehamilan adalah sebagai

berikut:

a) Gerakan janin dapat dilihat/dirasa/diraba, juga bagian-bagian janin.

b) Denyut jantung janin:


(a) Didengar dengan stetoskop monoral Leanec.

(b) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler.

(c) Dicatat dengan feto Elektrokardiogram.

(d) Dilihat pada Ultrasonografi (USG).

c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

b. Pemeriksaan Diagnosik Kehamilan

Pemeriksaan diagnosik kehamilan menurut Kuswanti (2014) adalah

sebagai berikut:

1) Tes Urin ( Tes HCG)

Tes urin dilakukan sedini mungkin saat diketahui ada amenorrhea.

Inti tes urin untuk mengetahui kadar HCG (Human Chorionic

Gonadotropin) yaitu suatu hormon yang dihasilkan embrio saat terjadinya

kehamilan yang akan meningkat dalam urin dan darah seminggu setelah

konsepsi.

Pemeriksaan kuantitatif HCG cukup bermakna bagi kehamilan.

Kadar HCG yang rendah ditemui pada kehamilan ektopik dan abortus

iminens. Kadar yang tinggi dapat dijumpai pada kehamilan majemuk, mola

hidatidosa, atau korio karsinoma (Saifuddin, 2014).

2) Palpasi Abdomen

Secara umum, palpasi abdominal dilakukan dengan tujuan untuk

menentukan besar kehamilan dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin,

letak dan presentasi, kontraksi rahim, Braxton Hicks dan his. Cara palpasi

abdominal yang digunakan adalah menurut Leopold.

3) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti

kehamilan. Gambaran yang terlihat yaitu rangka janin dan kantong

kehamilan.

4) Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaa Rontgen adalah pemeriksaan untuk melakukan

penegakkan diagnosis pasti kehamilan. Di dalam pemeriksaan akan terlihat

kerangka janin, yaitu tengkorak dan tulang belakang.

2.1.4 Perubahan Anotomi dan Fisiologi pada Perempuan Hamil

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita

mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam

perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, esterogen,

progesteron yang menyebabkan perubahan bagian-bagian tubuh.

(Manuaba,2014)

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Selama masa kehamilan, uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, cairan amnion) sampai tiba masa

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah

besar dalam waktu yang singkat selama kehamilan dan akan pulih kembali

seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Volume

total isi uterus saat aterm rata-rata sekitar 5 liter tetapi dapat mencapai 20 liter
atau lebih dengan berat rata-rata uterus saat aterm adalah 1100 gram

sedangkan untuk wanita yang tidak hamil berat uterus yaitu sekitar 70 gram

dengan volume total isi uterus 10 ml atau kurang (Saifuddin, 2014).

Pembesaran uterus terjadi karena peningkatan konsentrasi hormon

estrogen dan progesteron. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi

sehingga menjadi lebih lunak, besar, dan dapat mengikuti pembesaran rahim

karena pertumbuhan janin. Perubahan isthmus uteri menjadi lebih panjang dan

lunak sehingga pada saat pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat

saling sentuh. Perlunakan isthmus disebut tanda Hegar (Manuaba, 2014).

Pertumbuhan rahim asimetris tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di

daerah implantasi plasenta, sehingga rahim bentuknya asimetris. Bentuk rahim

yang asimetris disebut tanda Piskaseck. Perubahan konsentrasi hormonal yang

memengaruhi rahim, yaitu estrogen dan progesteron menyebabkan progesteron

mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi rahim yang disebut

Braxton Hicks (Manuaba, 2014).

b. Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini

terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Selain itu, juga terjadi

peningkatan dengan denyut jantung. Volume darah akan meningkat secara

progresif mulai minggu ke- 6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada

minggu ke-32-34.

Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45%. Hal ini dipengaruhi

oleh aksi progesteron dan esterogen pada ginjal. Penambahan volume darah ini

sebagian besar berupa plasma dan eritrosit. Eritropoetin ginjal akan

meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-30%, tetapi tidak


sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga mengakibatkan

hemodilusi.

c. Sistem Respirasi

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah 6 cm. frekuensi

pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan pada selama kehamilan. Akan

tetapi, volume tidal, volume ventilasi per menit dan pengamabilan oksigen per

menit akan bertambah secara sifnifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini

akan mencapai puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali dalam 24

minggu setelah persalinan.

d. Traktus Digestivus

Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos

dan traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di

lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang

disebabkan oleh refluks asam lambung ke esophagus bawah sebagai akibat

perubahan posisi lambung dan menurunnya motilitas, serta konstipasi sebagai

akibat penurunan motilitas usus besar.

Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma

sedang saja bisa menyebabkan pendarahan. Hemorrhoid akan sering terjadi

sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah

karena pembesaran uterus.

e. Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kemih akan tertekan oleh

uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering BAK. Keadaan ini

akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga
panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu

atas panggul (PAP), keluhan itu akan timbul kembali.

Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate, dan renal plasma flow

juga akan meningkat. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan

vitamin yang larut air dalam jumlah yang lebih banyak. Glukosuria juga

merupakan suatu hal yang umum, tetapi kemungkinan adanya diabetes

mellitus juga tetap harus diperhitungkan. Sementara itu, proteinuria dan

hematuria merupakan suatu yang abnormal. Pada fungsi renal akan dijumpai

peningkatan creatinine clearance lebih tinggi 30%.

f. Sistem Metabolisme

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari

uterus dan isinya. Kemudian, payudara, volume darah, dan cairan

ekstraseluler. Pada trimester II dan III pada perempuan dengan gizi baik

dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg. Selain itu, pada

perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat

badan per minggu masing-msing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg

g. Sistem Muskuloskeletal

Lardosis akan menjadi bentuk umum pada kehamilan yang disebabkan

oleh kompesensi dari pembesaran uterus ke posisi anterior. Sendi sakroilliaka,

sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya karena pengaruh

hormon. Mobilitas tersebut akan mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada

akhirnya menyebabkan ketidaknyamanan pada bagian bawah puggung

terutama pada akhir kehamilan.


h. Sistem Endokrin

Perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem endokrin selama kehamilan

adalah sebagai berikut:

1) Kelenjar hipofisis membesar

2) Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15 ml pada saat

persalinan akibat dari hyperplasia dan peningkatan vaskularisasi.

3) Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan menurun pada trimester I dan

kemudian akan meningkat secara progresif. Hormon paratiroid berfungsi

untuk memasok janin dengan kalsium dan produksi peptida pada janin,

plasenta, dan ibu.

4) Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormon

androstenedion, testosterone, dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol

akan meningkat. Sementara itu, dehidroepiandrosteron akan menurun.

i. Sistem Integumen

Pada kulit dinding perut terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,

kusam, dan kadang-kadang mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan in

dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae

kemerahan, sering ditemukan garis bewarna perak berkilau yang merupakan

sikatrik dari striae sebelumnya.

Pada banyak perempuan, kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba)

akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut linea nigra.selain itu,

pada areola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan.

Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan

dermal. Pengaruh hormon esterogen dan progesteron juga mempunyai peran

dalam melanogenesis.

Anda mungkin juga menyukai