Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MATA KULIAH METODIK KHUSUS

ONE MINUTE PRECEPTOR ( OMP )

Disusun Oleh :

RPL SARJANA TERAPAN POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


KELOMPOK 7 – RPL PALEMBANG :
1. TRI UTAMI MULYA KUSUMASARI
2. DITA FARADILLA
3. RODIAH
4. ANITA CAROLINA
5. TIARA OKTARINA

PRODI D-4 KEBIDANAN PALEMBANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan menghaturkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ONE
MINUTE PRECEPTOR”.
Penulis menghantarkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan ibu Nesi Novita, S.Si.T, M.Kes selaku dosen mata kuliah atas
tugas yang telah di berikan ini dapat menambah wawasan terkait bidang yang di tekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim
penulis dengan rendah hati serta dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan usul
guna penyempurnaa makalah ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pembaca.

Palembang, 25 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 6
C. Tujuan ................................................................................................................................... 6
D. Manfaat ................................................................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 7
A. Definisi OMP.......................................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Kelebihan dan Kekurangan OMP ...................................................................................... 7
C. Langkah-langkah metode OMP.......................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran klinik sangat menentukan kualitas capaian pembelajaran
mahasiswa. Pembentukan pembelajaran yang baik antara teori dan praktik saling
melengkapi dan harus didukung oleh pembimbing klinik (preceptor) (Teferra &
Mengistu, 2019). Dengan demikian, preceptor dapat dikatakan sebagai perwujudan
pelaksanaan kurikulum pendidikan yang diberikan pembimbing klinik dan dapat
menjadi bekal peserta didik agar mengaplikasikan ilmu berdasarkan kompetensi yang
dimiliki.
Pembelajaran klinik bertujuan untuk menghadapkan mahasiswa pada pengalaman
dan kondisi nyata di lapangan yang tidak bisa dipelajari dari buku maupun simulasi
(Oermann & Gaberson, 2007). Target pencapaian pembelajaran klinik meliputi
penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan berpikir kritis (Papp, Markkanen, & von
Bonsdorff, 2003; Elcigil et al, 2007). Dengan demikian, pembelajaran klinik memegang
peranan penting dalam membentuk kompetensi mahasiswa, sehingga sangat penting
setiap dosen pembimbing memilih metoda pembelajaran klinik yang tepat dan
memenuhi prinsip pembelajaran klinik.
Prinsip – prinsip pendidikan klinik tersebut terdiri dari dukungan klinis dan
kualitas, mengatasi kesenjangan teori-praktek, hasil akhir yang dapat diandalkan serta
validitas dalam penilaian belajar, persiapan dan dukungan pada mahasiswa, serta
mengakomodasi untuk setiap kebutuhan pembelajaran yang berbeda (Cunningham et
al, 2015). Sedangkan menurut Suhoyo (2015) terdapat 7 prinsip dalam pendidikan
klinik yaitu : 1) berpusat pada mahasiswa (student centered), 2) berdasarkan
kompetensi (competence based), 3) berdasarkan pada layanan (service based, 4)
terjamin mutunya (quality assured), 5) sesuai dengan kebutuhan peserta didik (flexible
for individual need), 6) didampingi (coached), dan 7) terstruktur (structured).
Suatu sistem pembelajaran klinik yang dirancang berdasarkan pada prinsip
pendidikan klinik tentunya akan meningkatkan efektifitas, motivasi, kepuasan,
kompetensi dan pengalaman klinis peserta didik selama proses pembelajaran. Proses
pelaksanaan pembelajaran klinik terdiri dari beberapa tahapan penting yang harus
menjadi perhatian. Menurut (Oerman & Gaberson, 2015) tahapan tersebut terdiri dari 5

4
yaitu : 1) mengidentifikasi hasil belajar, 2) menilai kebutuhan belajar, 3) perencanaan
kegiatan belajar, 4) membimbing perserta didik dalam praktek klinik, 5) mengevaluasi
pembelajaran dan kinerja klinis. Lima tahapan ini seharusnya terencana sebaik mungkin
sehingga proses pembelajaran memberikan hasil sesuai dengan yang diaharapkan.
Namun, pada kenyataannya tidaklah demikian, proses pelaksanaan pembelajaran klinik
selama ini masih belum terlaksana sesuai tahapan dan masih menemui berbagai
masalah, hambatan dan tantangan. Tuntutan klinik, jumlah klien yang sedikit,
lingkungan yang kurang kondusif, reward pembimbing klinik yang kurang memenuhi
standar (Nursalam, 2007).
Pembelajaran di rumah sakit juga mengharuskan peserta didik terlibat langsung
dalam melakukan penatalaksanaan pasien dengan staf medis lainnya yang sering
merupakan tugas - tugas klinis yang tak terduga. Bahkan, tidak jarang peserta didik
dalam pembelajaran klinis merasa adanya beban yang berat secara fisik dan psikis
(Dean J, 2000). Berbagai masalah diatas tentu mempengaruhi efesiensi waktu dan
efektifitas dari proses pembelajaran dan pencapaian kompetensi mahasiswa. Sehingga,
perlu dilakukannya suatu inovasi dan penataan yang baik pada sistem pembelajaran
klinik.
Penataan dan inovasi sistem pembelajaran klinik dapat dilakukan melalui
pengembangan dan penerapan model pembelajaran/bimbingan klinis yang efektif.
Menurut Suhoyo (2016) salah satu metode bimbingan efektif yang berkembang saat ini
adalah One Minute Preceptor. OMP atau One Minute Preceptor atau Pembimbingan
Satu Menit adalah suatu metode bimbingan mahasiswa yang digunakan dalam model
pembelajaran di pendidikan klinik yang bertujuan untuk mengoptimalkan pencapaian
kompetensi klinik dalam waktu yang terbatas yang dapat dilakukan di berbagai setting
klinik seperti IGD, rawat inap, dan rawat jalan. Hal ini dikembangkan mengingat waktu
yang dimiliki pembimbing klinik umumnya singkat karena banyaknya tugas yang harus
diemban. OMP sering juga disebut sebagai The Five Steps Microskills.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Aagaard et al (2004) model
bimbingan klinik One Minute Preceptor (OMP) menunjukkan hasil yang positif dan
terbukti mampu meningkatkan proses pembelajaran dan kompetensi mahasiswa serta
efektif dalam kondisi keterbatasan waktu bimbingan. Oleh karena itu, berdasarkan latar
belakang tersebut di atas penulis mengangkat ‘One Minute Preceptor’ sebagai judul
makalah ini.

5
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan One Minute Preceptor (OMP) ?
b. Apa kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran klinik One Minute Preceptor
(OMP) ?
c. Bagaimana langkah-langkah melakukan metode pembelajaran klinik One Minute
Preceptor (OMP) ?

C. Tujuan
i. Tujuan Umum
Agar mahasiswi mengetahui dan memahami tentang One Minute Preceptor
(OMP).
ii. Tujuan khusus
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang:
a. Definisi One Minute Preceptor (OMP)
b. Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran klinik One Minute Preceptor
(OMP)
c. Langkah-langkah melakukan metode pembelajaran klinik One Minute
Preceptor (OMP)

D. Manfaat
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan wahana untuk menambah kepustakaan tentang
metode pembelajaran klinik One Minute Preceptor.
b. Bagi Penulis
Dengan mempelajari metode bimbingan klinik One Minute Preceptor (OMP) ini
diharapkan dapat diterapkan dan diaplikasikan di lingkungan kerja.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI ONE MINUTE PRECEPTOR (OMP)


Metode bimbingan One Minute Preceptor (OMP) merupakan suatu metode
bimbingan efektif yang dapat digunakan dalam waktu yang terbatas (Fagundes et al.,
2020) Metode bimbingan klinik ini merupakan metode yang tidak terlalu rumit dan
dinilai tepat sasaran untuk mengatasi permasalahan keterbatasan waktu yang dimiliki
preceptor (Seki et al., 2016). Sehingga perlu dilakukannya penataan sistem
pembelajaran yang lebih baik.
Penataan sistem pembelajaran dilakukan melalui pengembangan dan
penerapan model pembelajaran/bimbingan klinis yang efektif. Menurut Tuasikal
(2020) metode OMP adalah salah satu metode bimbingan yang efektif meningkatkan
kepuasan pendidik dalam pengajaran dan meningkatkan kompetensi. Model OMP
mempromosikan metode bimbingan, instruksi dan umpan balik kepada mahasiswa
dengan cara yang efisien dan dalam konteks klinis yang lebih besar (Swartz, 2016).
Sedangkan menurut Triwijayanti (2016) mengatakan bahwa OMP dapat
meningkatkan kemampuan dalam belajar mengajar, lebih efektif, adanya umpan balik
positif, berfikir kritis dan mengembangkan keterampilan dan sikap profesional.
Pendekatan metode ini memungkinkan pembimbing memiliki keuntungan dalam
memanfaatkan waktu yang tersedia.
Disebut OMP karena waktu singkat yang tersedia untuk mengajar di
lingkungan klinis dan kerangka yang sederhana untuk mengajar setiap hari selama
merawat pasien. Mengingat waktu yang dimiliki pembimbing klinik umumnya
singkat karena banyaknya tugas yang harus diemban (Lockspeiser & Kaul, 2015).

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE ONE MINUTE PRECEPTOR


1) Kelebihan
Keuntungan khusus dari model OMP menurut penelitian Swartz (2016) adalah
dapat memberikan kerangka kerja yang berharga dan andal untuk membangun
diskusi antara mahasiswa dan pembimbing klinik dengan waktu yang terbatas.
Menurut kajian sistematik Gatewood & Gagne (2019) menyimpulkan model OMP
sebagai model pembelajaran yang telah terbukti dapat meningkatkan teknik

7
pengajaran termasuk umpan balik dan penilaian penalaran klinis mahasiswa.
Secara garis besar, keunggulan metode OMP antara lain :
 Memberikan kesempatan pada pembimbing untuk memaksimalkan bimbingan
klinik di saat jadwal yang padat dan keterbatasan waktu.
 Dialog mahasiswa dan pembimbing mendorong untuk belajar aktif dan
meningkatkan komunikasi mahasiswa dan pembimbing.
 Bagi mahasiswa, dialog klinis dengan pembimbing memungkinkan untuk
menunjukkan keterampilan, pengetahuan dan penalaran klinis.
 Literatur mendukung bahwa baik mahasiswa ataupun pembimbing menilai One
minute Preceptor sebagai model yang lebih efektif mengajar dibanding dengan
model tradisional.
 Memungkinkan mahasiswa dan pembimbing untuk melihat dan merefleksikan
penalaran klinis mereka (Teherani, 2007).

2) Kekurangan
Adapun kekurangan metode pembelajaran klinik One Minute Preceptor (OMP)
antara lain :
 Mahasiswa mungkin kesulitan dalam mengembangkan perencanaan klinik.
 Membutuhkan waktu lebih lama dari satu menit (Barker & Pittman, 2010).

C. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN KLINIK OMP


Dalam pembelajaran Model OMP atau yang disebut juga Five Steps Microskills
terdapat 5 langkah pelaksanaan yang harus dilakukan sebagai berikut:
1) Langkah 1 : Interaksi dengan pasien (Patient Encounter)
Pembimbing bersama mahasiswa melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang
umumnya terjadi saat bed side teaching. Tetapi mahasiswa juga dapat berinteraksi
mandiri dengan pasien, misalnya pada saat jaga bangsal atau IGD.
2) Langkah 2 : Tanyakanlah tentang komitmen (Get a commitment)
Setelah berinteraksi dengan pasien di bangsal atau poliklinik, pembimbing
meminta mahasiswa untuk menjelaskan permasalahan yang dijumpai pada pasien
tersebut, misalnya permasalahan diagnosis, pemeriksaan, diagnosis banding,
pemeriksaan penunjang maupun pemberian terapi.

8
Caranya adalah pembimbing mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa terkait
kondisi pasien, misalnya “apa diagnosis dan diagnosis banding pasien tadi?”.
3) Langkah 3 : Menggali bukti-bukti yang mendukung (Probe for underlying
reasoning)
Pembimbing meminta mahasiswa untuk memberikan bukti yang mendukung
pendapat mahasiswa terhadap kasus tersebut. Mintalah mahasiswa untuk
mengungkapkan hasil analisis mereka tentang kasus yang dihadapi sehingga
pembimbing klinik dapat mengidentifikasi apa yang diketahui maupun apa yang
belum diketahui oleh mahasiswa. Contohnya adalah pembimbing menanyakan,
“mengapa pasien tadi kamu diagnosis x ? Mengapa diagnosisnya y dan z ?”.
4) Langkah 4 : Katakan apa yang mahasiswa sudah lakukan dengan benar (Reinforce
what was done well)
Pembimbing memberikan komentar kepada mahasiswa bahwa ia sudah melakukan
hal yang benar dan membawa dampak positif kepada pasien.
5) Langkah 5 : Perbaiki kesalahan mahasiswa yang masih sering dilakukan (Help
Learner identify and give guidance about emissions and errors) dan mengajari
konsep umum (Teach general principles)
Pembimbing mengoreksi hasil analisis dan pemeriksaan mahasiswa dan
memperbaiki kesalahannya dengan mengajari baik teori maupun praktik terkait
kasus yang dihadapi.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran klinik sangat menentukan kualitas capaian pembelajaran
mahasiswa. Pembentukan pembelajaran yang baik antara teori dan praktik saling
melengkapi dan harus didukung oleh pembimbing klinik.
Salah satu metode bimbingan efektif yang berkembang saat ini adalah One
Minute Preceptor. OMP atau One Minute Preceptor atau Pembimbingan Satu Menit
adalah suatu metode bimbingan mahasiswa yang digunakan dalam model
pembelajaran di pendidikan klinik yang bertujuan untuk mengoptimalkan pencapaian
kompetensi klinik dalam waktu yang terbatas yang dapat dilakukan di berbagai setting
klinik seperti IGD, rawat inap, dan rawat jalan. Hal ini dikembangkan mengingat
waktu yang dimiliki pembimbing klinik umumnya singkat karena banyaknya tugas
yang harus diemban. OMP sering juga disebut sebagai The Five Steps Microskills.
OMP memiliki kelebihan dan kekurangan. Langkah-langkah metode
pembelajaran klinik One Minute Preceptor (OMP) meliputi Patient encounter, Get a
commitment, Probe for underlying reasoning, Reinforce what was done well, Help
Learner identify and give guidance about emissions and errors serta Teach general
principles.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan memahami dan menerapkan metode bimbingan klinik OMP dalam
proses pembelajaran.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat membaca dan memahami makalah mengenai metode bimbingan
klinik OMP sehingga dapat diterapkan di lingkungan kerja.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Afandi( 2014). Manajemen Pendidikan Klinik: Preceptorship Model,


Falkutas Muhammadiyah Jember.
2. Suhoyo (2016) beberapa metode bimbingan yang efektif dan efisien adalah
Bedside Teaching, SNAPP model, One Minute Preceptor, Feedback dan
Reflection.
http://scholar.unand.ac.id/83280/2/BAB%201.pdf
3. Suhoyo, Yoyo, dkk (2020). Peran One Minute Preceptor untuk
meningkatkan pembimbing klinik.
https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/191371

11

Anda mungkin juga menyukai