Anda di halaman 1dari 54

KEPERAWATAN JIWA

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL


(MPKP) JIWA

OLEH :
FUJI HARTO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MURNI TEGUH


T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul : MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL JIWA
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih banyak
namun berkat bantuan dan dukungan dari dosen pembimbing mata kuliah dan
berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati menerima
masukan, saran dan masukan guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Medan, Maret 2020

Penyusun
FUJI HARTO
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................1
D. Metode Penulisan...........................................................................................1
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian MPKP Jiwa...........................................................................8
B. Tujuan MPKP.........................................................................................10
C. Pilar-Pilar MPKP....................................................................................17
D. Pengorganisasian.....................................................................................23
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................50
B. Saran........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Peranan perawat dalam melakukan pelayanan kesehatan di dalam
sebuah rumah sakit sering dijadikan ukuran oleh pelanggan rumah sakit
tersebut sebagai gambaran pelayanan Rumah Sakit secara keseluruhan. Hal
ini dikarenakan dalam melakukan tugasnya perawat memiliki kesempatan
yang sering untuk berhadapan dengan pasien maupun keluarganya
dibandingkan dengan petugas kesehatan lainnya. Perawat juga berada di
garis depan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Pelayanan keperawatan dalam rumah sakit menduduki peringkat pertama
dalam hal jumlah personil melebihi jumlah personil tenaga medis lainnya.
Demikian juga dalam hubungan dengan pasien, perawat memiliki frekuensi
kontak yang paling tinggi dibandingkan dengan tenaga pelayan kesehatan
lainnya. Pelayanan Keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit memiliki kepentingan
untuk memberikan pelayanan keperawatan yang optimal melalui tenaga
keperawatan yang bertanggung jawab dalam meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan selama 24
jam, secara berkesinambungan di bawah tanggung jawab seorang Pemimpin
Keperawatan Perawat sebagai salah satu dari ujung tombak rumah sakit,
memerlukan suatu sistem untuk melakukan tindakan keperawatan. Sistem
yang terdiri dari dari struktur, proses dan nilai-nilai profesional akan mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang
pemberian asuhan keperawatan tersebut. PedomanSistem tersebut dikenal
dengan Model Praktik Keperawatan Profesional atau MPKP. Penerapan
MPKP secara tepat akan berdampak kepada peningkatan angka
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR)
danindikator mutu ruangan serta penurunan angka rata-rata lama hari
seorang pasien dirawat atau disebut juga dengan Average Length of Stay
(ALOS) dan angka ratarata jumlah hari tempat tidur tidak ditempati dari saat
diisi hingga saat terisi berikutnya atau Turn Over Interval (TOI) yang
merupakan indikator mutu pelayanan rumah sakit yang baik dan berdampak
pada kinerja perawat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan
kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Model Praktik Keperawatan professional ?
2.      Apa tujuan Model Praktik Keperawatan professional ?
3.      Apa saja pilar dalam Model Praktik Keperawatan professional ?
4.      Apa saja diagnosa keperawatan dalam Model Praktik Keperawatan Jiwa ?
5.      Apa saja komponen dalam Model Praktik Keperawatan professional ?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum :
Mahasiswa dapat memahami Model Praktik Keperawatan Profesional.
2.      Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang :
a.      Pengertian Model Praktik Keperawatan Professional.
b.      Tujuan Model Praktik Keperawatan Professional.
c.       Pilar Model Praktik Keperawatan Professional.
d.      Komponen Model Praktik Keperawatan Professional.
e.      Diagnosa Keperawatan Model Praktik Keperawatan Profesional.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien
menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah
tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan
tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA,
sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan
kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas. Pada aspek strukltur
ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah
tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan
sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan
primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer)

B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan

C.  Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)


Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalah
1.  Pilar I : pendekatan manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen
sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
a.  Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka
pendek ; harian,bulanan,dan tahunan)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat
juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu
dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
1. Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
2. Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
3. Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi,
peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi,
misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang
diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana
kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.

1.   Visi Di Ruang MPKP


Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu
dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai
landasan perencanaan organisasi.
Contoh visi di Ruang MPKP RSJ Prof. M. Ildrem adalah “ Menjadi pusat
pelayanan kesehatan Jiwa Paripurna Secara professional yang yang terbaik
di Sumatera
2.   Misi Di Ruang MPKP
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai
visi yang telah ditetapkan.
Contoh misi di Ruang MPKP di RSMM Bogor adalah “
1. Mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa dan fisik berdasarkan
mutu dan profesionalisme.
2. Meningkatkan penanggulangan masalah psikososial di masyarakat
melalui jejaring pelayanan kesehatan jiwa.
3. Melaksanakan pendidikan dan penelitian kesehatan jiwa terpadu dan
komprehensif.
4. Melaksanakan pendidikan dan penelitian kesehatan jiwa terpadu dan
komprehensif.
5. Pelaksanakan tata kelola rumah sakit yang baik.
3.  Filosofi Di Ruang MPKP
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua
kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh
perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.
Beberapa contoh pernyataan filosofi :
 Individu memiliki harkat dan martabat
 Individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang
 Setiap individu memiliki potensi berubah
 Setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi terhadap
lingkungan)

4.  Kebijakan Di Ruang MPKP


Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
pengambilan keputusan.
Contoh kebijakan di ruang MPKP RSMM Bogor: 
“Kepala Ruangan MPKP dipilih melalui fit and proper test”
“Staf MPKP bertugas berdasarkan SK”

5.   Rencana Jangka Pendek Di Ruang MPKP


Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana
harian, bulanan dan tahunan.
a)   Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat
sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi
kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian
dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre
conference.
1.      Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi :
 Asuhan keperawatan
 Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
 Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Mengecek SDM dan sarana prasarana
 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus
 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil
 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi.
 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk
sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.

Contoh Rencana Harian Kepala Ruangan dapat dilihat pada Tabel 1


Tabel 1 Rencana Harian Kepala Ruangan
Nama               :                                  
Ruangan          :                      
Tanggal           :
Jumlah perawat:                                 
Jumlah pasien  :
Waktu Kegiatan Keterangan
07.00 Operan
Pre conference (jika jumlah tim lebih dari 1),
mengecek SDM dan sarana prasarana.
08.00 Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan,
kondisi dll)
09.00 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau
pasien yang memerlukan perhatian khusus
10.00 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat
pelaksana
Perawat 1 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 2 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 3 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
11.00 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
12.00 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat,
lingkungan yang belum teratasi
Ishoma
13.00 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan
asuhan keperawatan untuk sore, malam dan esok
hari sesuai tingkat ketergantungan pasien
Mengobservasi post conference
14.00 Operan

2.     Rencana Harian Ketua Tim


Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
 Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi
tanggung jawabnya.
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
 Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
 Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
 Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Merencanakan asuhan keperawatan
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
 Menulis dokumentasi
 Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
 Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
Contoh Rencana Harian Ketua Tim dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Rencana Harian Ketua Tim
Nama   Perawat:                                 
Ruangan          :
Tanggal           :
Nama pasien    :
Waktu Kegiatan Keterangan
07.00 Operan
Pre conference (jika jumlah anggota tim lebih dari
1 orang)
Membimbing makan dan memberi obat pasien
08.00 Pasien 1…………………………(tindakan)
Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasien 3…………………………..(tindakan)
09.00 Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan
kebutuhan)
Perawat 1.......................................(nama)
…………………………………..(tindakan)
Perawat 2.......................................(nama)
.......................................................(tindakan)
10.00 Memimpin Terapi Aktivitas Kelompok
11.00 Pasien 1…………………………(tindakan)
Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasin 3…………………………..(tindakan)
12.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien
Ishoma
13.00 Post conference dan menulis dokumentasi 
Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
14.00 Operan

3.      Rencana Harian Perawat Pelaksana


Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk
sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat
pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam
satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat
pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
-          Operan
-          Pre conference dan Post conference
-          Mendokumentasikan askep

Contoh Rencana Harian Perawat Pelaksana dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Rencana Harian Perawat Pelaksana


Nama perawat            :                      
Ruangan                     :                                  
Tanggal                       :
Nama pasien               :
1. _____________                              4. ___________________
2. _____________                              5. ___________________
3. _____________                              6. ___________________
Waktu Kegiatan Ket
07.00 14.00 21.0 Operan
0 Pre conference (jika 1 tim lebih dari 1 orang)
Membimbing makan dan memberikan obat
(dinas pagi)
08.00 15.00 22.0 Pasien 1……………………………(tindakan)
0 Pasien 2……………………………(tindakan)
Pasien 3……………………………(tindakan)
09.00 16.00 23.0 Pasien 4……………………………(tindakan)
0 Pasien 5……………………………(tindakan)
Pasien 6……………………………(tindakan)
10.00 17.00 24.0 Pasien 1……………………………(tindakan)
0 Pasien 2……………………………(tindakan)
Pasien 3……………………………(tindakan)
11.00 18.00 05.0 Pasien 4……………………………(tindakan)
0 Pasien 5……………………………(tindakan)
Pasien 6……………………………(tindakan)
12.00 19.00 Membimbing makan dan memberi obat
pasien
Istirahat
13.00 20.00 06.0 Post Conference (jika tim lebih dari satu
0 orang) dan dokumentasi askep
14.00 21.00 07.0 Operan
0

4.       Penilaian Rencana Harian Perawat


Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui
observasi menggunakan instrumen jurnal rencana harian.
Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada
akhir bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-
masing perawat.
Presentasi RH =            Jumlah RH yg dibuat                      x 100%
                                                   Jumlah hari dinas pd bulan tersebut
b)      Rencana bulanan
1.      Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar
atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan
akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas
hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
 Membuat jadual dan memimpin case conference
 Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
 Membuat jadual dinas
 Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan perawat
 Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan
 Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana
 Melakukan audit dokumentasi
 Membuat laporan bulanan

2.      Rencana bulanan ketua Tim


Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan
kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup
rencana bulanan katim adalah:
 Mempresentasikan kasus dalam case conference
 Meminpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
c)      Rencana tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam
satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
mencakup:
 Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek
professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
 Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
 Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai
MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
 Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang
karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu),
rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan.
b.      Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan
daftar alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP
menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-
Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat
pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari:
1.      Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan
adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur
organiosasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-
primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang
membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat
primer membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP
a.       Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 Tim dan tiap Tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih.
b.      Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas
(pagi, sore, malam)
c.       Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
d.      Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena
kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana
dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan anggota.
e.       Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift
pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas.
Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat
yang ada. Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan
jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota Tim (perawat
pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.
f.       Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
g.      Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota
Timnya.
h.      Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila
Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di dalam Tim.
i.        Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
j.        Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya.
2.      Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadual dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab
dinas/shift
Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga
perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan
dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada
hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang
selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota
yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur)
terutama yang telah berdinas pada malam hari.
3.      Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat
menjalankan dinas di tiap shift.
Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab
tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang
bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas.
Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar
kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan
pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien
juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk
berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien
di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya
dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.

c.       Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim
motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan
post conference, dan manajemen konflik
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah
lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian,
pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara
pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan
pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-
upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut:
 Menciptakan iklim motivasi
 Mengelola waktu secara efisien
 Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
 Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
 Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
 Negosiasi
 Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
 Menciptakan budaya motivasi
 Manajemen waktu: Rencana Harian
 Komunikasi efektif melalui kegiatan:
 Operan antar shift
 Pre conference tim
 Post conference tim
 Manajemen konflik
 Pendelegasian dan supervisi
1.      Menciptakan budaya motivasi
a)      Pengertian
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang individu untuk
memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi, maka
motivasi memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan individu
merupakan salah satu cara memotivasi (Marquis & Houston, 1998).
Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui:
 Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan
harapan tersebut secara efektif
 Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
 Membuat keputusan yang bijaksana
 Mengembangkan konsep kerja kelompok
 Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan dan
tujuan organisasi
 Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui bahwa
pimpinan mengetahui keunikan dirinya
 Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan pekerjaan yang telah
dikerjakan
 Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan
diri
 Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
 Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang semua keputusan
dan tindakan
 Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian sesering
mungkin
 Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong dengan staf
 Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan kerjanya
 Menjadi role model bagi staf
 Memberikan reinforcement sesering mungkin
b)      Penerapan Penciptaan Iklim Motivasi di MPKP
Di ruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai
berikut:
 Budaya pemberian reinforcement positif
 Reinforcement positif adalah upaya menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang diberikan di MPKP adalah pemberian
pujian yang tulus. Masing-masing staf dibudayakan untuk memberikan
pujian yang tulus diantara mereka terhadap kinerja dan penampilan.
 Doa bersama sebelum memulai kegiatan
 Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap personil
secara mendalam dan membantu penyelesaiannya.
 Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan pengembangan
jenjang karir dan kompetensi
 Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja

c)      Evaluasi Aktivitas Menciptakan Iklim Motivasi


Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan dan
ketua tim setiap 6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan suatu
instrumen/kuisioner.
2.      Manajemen waktu
a.       Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dipunyai.
Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu :
 Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
 Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan
tugas sebelum memulai tugas yang lain.
 Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima
b.      Penerapan Manajemen Waktu di MPKP
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan
rencana kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadual
kerja yang disusun secara berurutan yang disusun sebelum pekerjaan
tersebut dilaksanakan.

c.       Evaluasi Aktivitas Manajemen Waktu


Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen/kuisioner
3.      Pendelegasian
a.       Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam
organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan
melalui proses :
 Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
 Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
 Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
 Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa
tujuannya
 Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
 Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi
masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan
menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
 Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
 Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan

b.      Penerapan Pendelegasian di MPKP


Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh
Kepala Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana.
Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan
wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang.
Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan
pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi
sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP.
Bentuknya dapat berupa :
 Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk
menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
 Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung Jawab Shift
 Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan
 Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal
ini yang mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi Perawatan, Kepala
Ruangan, Ketua Tim atau Penanggung Jawab Shift, tergantung pada
personil yang berhalangan.

c.       Prinsip-prinsip Pendelegasian tugas di MPKP


 Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas
 Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang
berkompeten dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
 Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara
terinci, baik lisan maupun tertulis
 Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor
pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang
dihadapi
 Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksanakan dan hasilnya.

d.      Evaluasi Penerapan Pendelegasian Tugas


Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan
instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara self
evaluasi

4.      Supervisi
a.       Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan
untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang mumpuni
dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi, supervisi biasanya
dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana.
Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan
organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk) seperti
yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi
lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses pengawasan
dihargai dahulu pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan
jalan keluar untuk hal yang masih kurang agar meningkat. Dengan demikian
bawahan tidak merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing
untuk melakukan pekerjaannya secara benar.
b.      Penerapan Supervisi di MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin
kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu professional yang
telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi
baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-
pilar professional yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan
berjenjang dilakukan sebagai berikut :
 Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan.
 Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap Ketua
Tim dan Perawat Pelaksana.
 Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari
masing-masing staf  perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan materi
supervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam asuhan
keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan
di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat
pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuahan keperawatan
yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi
staf maka disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing
staf yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal supervisi.

c.       Evaluasi Aktivitas Supervisi


Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim yang
melakukan supervisi dengan menggunakan instrumen/kuisioner dengan cara
self evaluasi

5.      Komunikasi efektif
a.       Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi.
Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi
dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar
pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih
yang bekerjasama.

b.      Penerapan Komunikasi di MPKP


Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
-          Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan
malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas
sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke
dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
-          Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut yang dipimpin oleh
katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka
pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian), dan tambahan rencana dari katim atau PJ.
-          Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi
post conference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk
operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.

c.       Evaluasi Pelaksanaan Aktivitas Komunikasi di MPKP


Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf perawat MPKP.
Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan menggunakan
instrumen/kuisioner.

6.      Manajemen konflik
a.       Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan
orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang
yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Demikian
juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya
konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan
mengatasi konflik sedini mungkin di ruang MPKP.
b.      Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam, meliputi :
-          Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana
seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan kepentingannya sendiri
tanpa mempedulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok lain. Cara
inbi kurang sehat bila diterapkan karena bisa menimbulkan potensi konflik
yang lebih besar terutama pada pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu
organisasi sebaiknya menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini.

-          Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah
pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama.
Berbagai pihak yang terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang
mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan
kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada
satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut
juga win-win solution.

-          Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang sedang
berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain
tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut (seakan-akan tidak ada
konflik atau masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian
konflik karena masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelasaian yang
terjadi adalah penyelesaian semu. Untuk itu tidak dianjurkan organisasi untuk
menggunakan metode ini.

-          Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu
pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik
dengan dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik mengalah
kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose – win solution. Upaya
penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan
terlalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan bisa
menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.

-          Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang
berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan
hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu
pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose solution di mana masing-
masing pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang
dijalin tetap harmonis.

c.       Penerapan Manajemen Konflik di MPKP


Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win-
win solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan kolaborasi
antar staf menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan
ruangan MPKP.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan
penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi:
-          Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan
klarifikasi pada pihak yang berkonflik.
-          Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik.
-          Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin
diterapkan.
-          Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
-          Menerapkan solusi pilihan
-          Mengevaluasi peredaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi belum berhasil maka kepala ruangan dapat berkonsultasi dengan
kepala Seksi Perawatan atau Konsultan.

d.      Evaluasi Penerapan Aktivitas Penyelesaian Konflik


Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf keperawatan
MPKP. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.

d.      Pengendalian.
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.
Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala
sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi
yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
terjadi lagi”. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang
ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk
bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar.
Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan
(standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu
pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang
merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan.
Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu
dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan
berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan,
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan
meliputi :
-          Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
-          Melakukan pengukuran prestasi kerja
-          Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
-          Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan
penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit
keperawatan yaitu :
-          Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan,
termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar,
SOP dan rekam medik; pelanggan.

-          Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan
untuk menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat
bersifat retropektif, concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit
dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui
pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah
mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review
adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
-          Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, dan indikator mutu.

Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu:


-          Audit dokumentasi asuhan keperawatan
-          Survey masalah baru
-          Kepuasan pasien dan keluarga
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu
-          Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter
-          Penilaian kinerja perawat
Indikator mutu umum yaitu:
-          Prosentasi pemakaian tempat tidur (BOR)
-          Rata-rata lama rawat seorang pasien (ALOS)
-          Tempat tidur tidak terisi (TOI)
-          Angka infeksi nasokomial (NI)
-          Angka dekubitus dan sebagainya.

a.           Indikator mutu umum


1.      Penghitungan Tempat Tidur Terpakai (BOR)
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu
satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR
dianggap baik adalah 80 – 90 % sedangkan standar nasional BOR adalah 70
– 80 %.
Rumus penghitungan BOR sbb
                                    Jumlah hari perawatan
 
                        x   100%
                              Jumlah TT x Jumlah hari persatuan waktu
      Catatan :
-          Jumlah hari perawatan adalah hasil penjumlahan lama hari rawat pasien
yang keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu
-          Jumlah hari per satuan waktu adalah jumlah hari dalam satu periode
waktu

2.      Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)


Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa
tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). Secara
umum ALOS yang ideal adalah 6 – 9 hari.
Di MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat
setiap bulan dengan rumus sbb:
ALOS=       Jumlah hari perawatan pasien
keluar
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Catatan :
-          Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan
pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
-          Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang atau
meninggal dalam satu periode waktu.

3.      Penghitungan Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI)


Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan gambaran
tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
hanya dalam waktu 1 – 3 hari.
Di MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap
bulan dengan rumus sbb:

                        (Jumlah TT x hari) – hari


perawatan RS
TOI     =            Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

4.      Penghitungan Angka Infeksi Nasokomial


Angka infeksi nasokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau
muncul selama dalam perawatan di rumah sakit.

5.      Penghitungan Angka Dekubitus


Angka dekubitus adalah jumlah pasien yang mengalami dekubitus selama
dalam perawatan di rumah sakit

b.    Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi dokumen asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana.
Di MPKP kegiatan audit dilakukan oleh kepala ruangan, pada status setiap
pasien yang telah pulang atau meninggal dan hasil audit dibuat rekapan
dalam satu bulan.
c.    Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, Survey kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan
yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan
penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya
dengan harapan seseorang
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah kepuasan
pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain.
Di MPKP survey kepuasan pasien dilakukan setiap pasien pulang, diberikan
saat selesai menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan pulang
dengan cara pasien dan keluarga mengisi angket yang disediakan. Survey
kepuasan dilakukan 6 bulan sekali.

d. Evaluasi Aktivitas Pengendalian


Di MPKP aktivitas pengendalian dievaluasi melalui self evaluasi terhadap
Kepala ruangan tiap satu semester dengan menggunakan
instrumen/kuisioner  sbb:
Evaluasi Aktivitas Pengendalian di MPKP

No Kriteria Sll Sr Kd Tp
1 BOR dihitung setiap satu bulan
2 ALOS diukur setiap bulan
3 TOI diukur setiap bulan
4 Angka Infeksi Nasokomial dicatat setiap bulan
5 Survey kepuasan pasien dilakukan setiap ada
pasien pulang atau meninggal
6 Survey kepuasan keluarga dilakukan setiap
ada pasien pulang atau meninggal
7 Survey kepuasan tenaga kesehatan dilakukan
setiap ada pasien pulang atau meninggal
8 Survey masalah keperawatan dilakukan tiap
bulan
9 Audit dokumen dilakukan tiap bulan

Petunjuk :
Sll        : selalu nilai 4
Sr         : sering nilai 3
Kd       : kadang-kadang nilai 2
Tp        : tidak pernah nilai 1
Nilai    :
Total nilai x   100%
    
2.      Pilar II: sistem penghargaan (Compensatory Reward)
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi,
penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka
ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM)
keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan
tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi
dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai
kesempatan paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien
yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat
tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang
terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya
teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan
jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi,
kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat.
Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawat baru.

a.           Proses Rekruitmen Tenaga Perawat di Ruang MPKP


Rekruitmen di ruang MPKP berfokus pada rekruitmen perawat yang ada di
rumah sakit.
Dalam menentukan perawat yang diperlukan di ruang MPKP, perlu diketahui
kategori Ruang MPKP yang akan dikembangkan. Misalnya Untuk level MPKP
Profesional I diharapkan Karu dan Katim mempunyai latar belakang
pendidikan Ners, Sarjana Keperawatan dengan jenjang karir minimal Perawat
Klinik 3 (PK 3), serta seluruh perawat pelaksana minimal mempunyai latar
belakang pendidikan D III Keperawatan dengan jenjang karir minimal
Perawat Klinik 2 (PK 2).
Proses rekuitmen perawat di ruang MPKP :
1.      Seluruh perawat di Rumah Sakit harus menyepakati level MPKP yang akan
dipilih, disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada di rumah
sakit tersebut, diharapkan minimal memilih MPKP level pemula.
2.      Setelah level disepakati maka kepala bidang perawatan melakukan
sosialisasi pembentukan ruang MPKP kepada pimpinan dan para pejabat
struktural yang ada di rumah sakit untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan.
3.      Kepala ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat yang ada di
ruangan tentang pembentukan ruang MPKP disertai kriteria perawat yang
dibutuhkan dengan tujuan merekrut perawat yang memenuhi kriteria. Kepala
ruangan memotivasi perawat di ruangannya yang memenuhi kriteria untuk
mendaftarkan diri dengan mengisi formulir pendaftaran dan biodata.
Sebelum menetapkan proses rekruitmen perlu ditetapkan jumlah perawat
yang dibutuhkan. Jenis tenaga perawat terdiri dari kepala ruangan (Karu),
perawat primer (PP) sebagai ketua tim, dan perawat pelaksana. Selain itu
juga perlu ditetapkan kriteria perawat yang dibutuhkan.

b.          Proses seleksi tenaga perawat di ruang MPKP


Proses seleksi perawat di ruang MPKP :
-          Proses seleksi dimulai dari telaah dokumen untuk menetapkan perawat
yang memenuhi syarat menjadi kepala  ruangan, perawat primer/ketua tim,
dan perawat pelaksana/asosiet.
-          Semua perawat yang memenuhi kriteria dipanggil untuk tes tulis. Hasil tes
tulis menetapkan perawat pelaksana yang memenuhi kriteria dan bakal calon
ketua tim dan kepala ruangan.
-          Perawat yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara.
-          Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat
yang memenuhi kriteria karu dan katim untuk memilih kepala ruangan.
-          Jika nama dan jumlah perawat telah ditetapkan sesuai dengan hasil tes
maka pimpinan rumah sakit membuat surat keputusan (SK) penempatan
perawat yang bekerja di ruang MPKP.
-          Sebelum perawat bekerja di ruang MPKP, mereka diminta untuk
membuat pernyataan akan kesediaannya bekerja dan mengembangkan
ruang MPKP dan menandatanganinya. Perawat diberikan penjelasan tentang
lingkup kerja dan pengembangan karir.

c.           Proses orientasi tenaga perawat di ruang MPKP


Setiap perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa
orientasi yang sering disebut pelatihan awal sebelum seseorang bekerja
pada unit kerja tertentu. Orientasi berupa pelatihan tentang informasi budaya
kerja MPKP dan informasi umum tentang rumah sakit (visi, misi, program
jangka pendek dan jangka panjang, program mutu, kebijakan dan peraturan).
Kegitatan orientasi menggunakan metode klasikal, praktik lapangan dan
praktik kerja.
Kegiatan prientasi dilakukan pada perawat baru yang akan bekerja di ruang
MPKP. Karu dan Katim membuat rencana orientasi.
Kegiatan MPKP yang akan diorientasikan pada program orientasi adalah :
1.      Kepala Ruangan
a.       Pendekatan Management:
1)      Perencanaan
a)      Mengembangkan visi dan misi
b)      Mempunyai filosofi
c)      Menetapkan Rencana Jangka Pendek
2)      Pengorgansasian
d)     Membuat struktur organisasi
e)      Membuat jadual dinas bersama ketua tim
f)       Membuat daftar pasien bersama ketua tim
3)      Pengarahan
g)      Mamimpin operan
h)      Mengawasi dan mengarahkan kegiatan pre dan post conference
i)        Memberi motivasi pada tim perawat di ruangan
j)        Mendelegasikan tugas pada bawahan dengan jelas
k)      Memfasilitasi kolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
l)        Mengawasi perawat primer dan perawat pelaksana dalam mengelola
pasien melalui komunikasi langsung.
m)    Memperoleh informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan melalui
supervisi dan mendengarkan laporan langsung dari perawat primer.
n)      Melakukan pengawasan tidak langsung :
-          Mengecek daftar hadir perawat primer, perawat pelaksana, pekarya dan
petugas TU.
-          Mengecek kedisiplinan.
4)      Pengendalian
-          Menetapkan indikator mutu
-          Melakukan audit dokumentasi
-          Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya.
-          Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
b.      Compensatory reward
1.      Melakukan rekruitmen tenaga perawat
2.      Melakukan seleksi tenaga perawat
3.      Melakukan orientasi
4.      Melakukan penilaian kinerja
5.      Melakukan pengembangan tenaga perawat
c.       Hubungan Professional
1.      Memimpin rapat keperawatan
2.      Mengawasi pelaksanaan konfrensi kasus
3.      Mengikuti rapat tim kesehatan
4.      Mengawasi pelaksanaan visit dokter
d.      Asuhan keperawatan
1.      Menguasai asuhan keperawatan pada pasien sesuai masalah keperawatan
yang ada

2.      Perawat Primer/Ketua Tim


a.       Pendekatan Managemen :
1)      Perencanaan
-          Membuat pengkajian lengkap, perencanaan, dan menentukan kriteria
evaluasi untuk pasien
-          Membuat rencana jangka pendek
2)      Pengorgansasian
-          Menyusun jadual dinas bersama Kepala Ruangan
-          Membuat daftar pasien bersama Kepala Ruangan
-          Membagi tugas kepada perawat pelaksana sesuai dengan kemampuan
perawat pelaksana
-          Bekerjasama dengan tim kesehatan yang lain untuk mengintegrasikan
pelayanan keperawatan dengan pelayanan kesehatan lain
3)      Pengarahan
-          Memimpin kegiatan ronde keperawatan, konferensi kasus, Pre dan Post
Conference
-          Memberikan pengarahan pada perawat pelaksana masing-masing secara
individual
-          Memberikan motivasi kepada perawat pelaksana
-          Mendelegasikan tugas kepeda perawat pelaksana secara jelas
4)      Pengendalian
-          Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang
dilakukan oleh Perawat Pelaksana
-          Memberikan umpan balik pada Perawat Pelaksana

b.      Compensatory reward
1.      Melakukan orientasi kepada perawat baru
2.      Menilai kinerja Perawat Pelaksana
c.       Hubungan Professional
1.      Memimpin konfrensi kasus
2.      Mengikuti visit dokter
d.      Asuhan keperawatan
1.      Menguasai asuhan keperawatan pada pasien sesuai masalah keperawatan
yang ada

3.      Perawat Pelaksana
a.       Membuat rencana jangka pendek (rencana harian) tindakan keperawatan
yang ditugaskan oleh perawat primer
b.      Melaksanakan tindakan keperawatan
c.       Melakukan evaluasi serta dokumentasi keperawatan
d.      Mengikuti ronde keperawatan, konferensi kasus, dan pre dan post
conference.
e.       Melakukan kerja sama dengan perawat pelaksana lain dibawah timnya.
Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja
perawat dalam melaksanakan budaya MPKP. Selanjutnya bagi perawat yang
telah menjalani masa orientasi dilakukan penentuan apakah perawat tersebut
diterima atau tidak di ruang MPKP. Penentuan dilakukan oleh pimpinan
keperawatan dan fasilitator (konsultan).

d.          Penilaian kinerja
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan, perawat
primer dan perawat asosiet. Kemampuan tiap SDM dievaluasi dengan
menggunakan supervisi baik secara langsung (observasi) maupun tidak
langsung (melalui dokumentasi). Kinerja kepala ruangan disupervisi/
dievaluasi oleh kepala bidang perawatan dan fasilitator/konsultan; kinerja
perawat primer disupervisi/ dievaluasi oleh kepala bidang perawatan,
fasilitator/konsultan dan kepala ruangan; kinerja perawat pelaksana
disupervisi/ dievaluasi oleh kepala ruangan dan perawat primer. Kepala
Bidang Perawatan bertanggung jawab mengobservasi dan menilai
keberlllangsungan seluruh aktivitas di ruang MPKP. Dalam supervisinya
didampingi oleh fasilitator atau konsultan.

e.           Pengembangan tenaga perawat


Pengembangan tenaga perawat merupakan salah satu proses yang
berhubungan dengan manajemen SDM. Tujuannya adalah membantu
masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan posisinya dan untuk
pengakuan/penghargaan terhadap kemampuan profesional tenaga perawat
yang akan memaksimalkan pencapaian jenjang karir. Bentuk pengembangan
tenaga perawat di ruang MPKP adalah Pendidikan Keperawatan
Berkelanjutan dan Program pengembangan jenjang karier.
Pada tahap awal bekerja di ruang MPKP, perawat mendapat penjelasan
tentang proses pengembangan yang dapat diikuti.

D.    KOMPONEN-KOPMPONEN MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional,
yaitu sebagai berikut :
1.      Ketenagaan Keperawatan
2.      Metoda pemberian asuhan keperawatan
3.      Proses Keperawatan
4.      Dokumentasi Keperawatan
1.      Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga
yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan
pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
1.      Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :
a.       Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b.      Makan dan minum dilakukan sendiri
c.       Ambulasi dengan pengawasan
d.      Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e.       Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
f.       Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
2.      Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri
atas :
a.       Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b.      Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c.       Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d.      Voley kateter/intake output dicatat
e.       Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan
prosedur
3.      Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
a.       Segala diberikan/dibantu
b.      Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
c.       Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
d.      Pemakaian suction
e.       Gelisah/disorientasi

Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang


dibutuhkan perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0,17 0,14 0,10
Partial 0,27 0,15 0,07
Total 0,36 0,30 0,20

Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien
minimal, 15 pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang
diperlukan untuk jaga pagi adalah :

10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
--------------------
Jumlah   = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan
untuk dinas pagi.
Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan
sebaiknya dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu
yang sama.
Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut
perhitungan Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan
pada ruang tersebut adalah :
a.       Perawat shift : 10 orang
b.      Libur cuti : 5 orang
c.       Ketua tim : 3 orang
d.      Kepala Ruangan : 1 orang
Jumlah = 19 orang
Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga
keperawatan yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang
dikembangkan Arndt dan huckabay, 1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya
secara populer disebut Formula Gillies, yaitu dengan komponen yang
dipertimbangkan dalam perhitungan :
a.       Penentuan Rata-rata jam perawatan yang diperlukan pasien setiap hari
b.      Rata-rata sensus harian pasien.
c.       jumlah hari/tahun = 365 hari
d.      Rata-rata hari libur perawat setiap tahun = 140 hari.
e.       Jumlah jam kerja perawat setiap hari
f.       Jam perawatan yang dibutuhkan pertahun
g.      Jam perawatan yang diberikan oleh masing-masing perawat pertahun
h.      Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat.

Rumus :
A X B X C     F
------------- = ----- = H.
(C-D) E         G
Contoh :
A=4
B = 20
E=8
4 x 20 x 365   29.200
--------------- = ---------- = 16.20 dibulatkan 16 Perawat shift (pagi, sore, malam)
(365 – 140) 8  1800

Catatan : penentuan jumlah rata-rata jam perawatan pasien dengan


mempertimbangkan :
a.      Minimal care : 1-2 jam/24 jam
b.      Moderate care/partial care : 3 - 4 jam/24 jam
c.      Total care : 5 – 6 jam/24 jam.

Contoh :
Berdasarkan soal pada klasifikasi tingkat ketergantungan pasien pada Ruang
Rawat yaitu terdapat 30 orang pasien, yang terdiri dari 10 minimal care, 15
partial care dan 5 total care. Maka jumlah rata-rata jam perawatan adalah :
Perawatan minimal : 10 x 2 = 20 jam/10 pasien.
Perawatan partial : 15 x 4 = 60 jam/15 pasien
Perawatan total : 5 x 6 = 30 jam/5 pasien.
= 110 : 30 → 3,66 → 4 jam

Menentukan komposisi tenaga :


Abdellah dan Levine pada tahun 1965 (Gillies, 1994) menyarankan kombinasi
tenaga keperawatan yaitu 55 % tenaga profesional dan 45 % tenaga non
profesional. Bila disesuaikan dengan katagori tenaga keperawatan di
Indonesia, maka 55 % minimal lulusan D III Keperawatan dan 45 % tenaga
keperawatan lulusan SPK. Intermountain Health Care menyarankan bahwa
kombinasi tenaga keperawatan adalah : 58 % RN, 26 % LPN, dan 16 %
Aides (perawat pembantu). Apabila dikonversi kategori diatas pada situasi
ketenagaan keperawatan di Indonesia maka 58 % Sarjana Keperawatan/D IV
Keperawatan, 26 % D III Keperawatan dan 16 % Perawat Kesehatan (SPK).
Perbandingan dinas pagi-sore-malam : 47 % Pagi, 36 % Sore, dan 17%
Malam.

2.      Metoda pemberian asuhan keperawatan :


Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien.
Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan, yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan
primer.
1.      Penugasan Keperawatan Fungsional :
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan
tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang
perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang
lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan
sebagainya. Tindakan ini didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan
masing-masing perawat pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih
dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya
ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan
yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab langsung
kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang bertanggung
jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien.

Keuntungan :
a.   Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
b. Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga
keperawatan professional.
c. Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.

Kerugian :
a. Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
b. Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c. Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d. Pelayanan tidak professional.
e. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.

2.      Penugasan Keperawatan Tim :


Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan
keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam
beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat
professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana
terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh
kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim.
Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan
yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan
menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim
bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan
rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan
dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali
melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim)
guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan
keperawatan.

Keuntungan :
a) Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
b) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty
dipertanggung jawabkan.
c) Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan
lain.
d) Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.

Kerugian :
a) Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
b) Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi,
karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
c) Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan
dengan anggota tim.

3.      Penugasan Keperawatan Primer


Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan
dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat
terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab
meliputi pengkajian pasien, perencanaan , implementasi, dan evaluasi
asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien
dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu
oleh perawat asosiet.
Keperawat primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan
berorientasi kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah
tanggung jawab perawat primer , dan perawat asosiet yang akan
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam timdakan
keperawatan.

Keuntungan :
a. Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan
tanggung gugat meningkat.
b. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
c. Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
d. Terciptanya kolaborasi yang baik.
e. Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
f. Metoda ini mendukung pelayanan professional.
g. Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.

Kerugian :
a. Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus
perawat professional.
b. Biaya yang diperlukan banyak.

3.      Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap.
Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan
keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan
adalah :
1.      Identifikasi masalah
2.      menyusun alternatif penyelesaikan masalah
3.      pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
4.      evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.

Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah


proses keperawatan yaitu :
1.      pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic
2.      diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah
keperawatan
3.      rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
4.      implementasi rencana dan
5.      evaluasi hasil tindakan.

4.      Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka
informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal
tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi
berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data
untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian,
sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan
keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.
Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana
keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan
pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit,
Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen
yaitu nilai – nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar
professional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan
manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem
kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut :

1.      Nilai – nilai professional


Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga,
menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan
dan evaluasi renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang
dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina
performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai profesional.
Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:
a.       Hubungan perawat – klien
b.      Hubungan perawat dan praktek
c.       Hubungan perawat dan masyarakat
d.      Hubungan perawat dan teman sejawat
e.       Hubungan perawat dan profesi
2.      Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi
informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana
tindakan medik.
3.      Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer ehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP,
PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat
modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
4.      Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung
jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan
keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi
manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
5.      Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi
dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan
medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek


keperawatan profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh
Sudarsono (2000) di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah
sakit umum lain. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa
jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:
1.      Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada
yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence
based. Di ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan,
khususnya penelitian klinis.
2.      Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan
spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di
ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan
penelitian keperawatan.
3.      Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode
yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan
primer dan metode tim yang disebut tim primer.

4.      Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula


Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang
akan menuju profesional I.

4.      MPKP di Rumah Sakit Jiwa


Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi MPKP
yang telah dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi yang
dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:
1.      MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada  yang berlatar belakang
pendidikan SPK, namun Kepala Ruangan dan Ketua Timnya  minimal dari D3
Keperawatan
2.      MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
3.      MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu :
a.       MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi
Kepala Ruangan (Karu) dan Ketua Tim (Katim) mempunyai pendidikan
minimal S1 Keperawatan.
b.      MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas
Sarjana Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan
jiwa.
c.       MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners keperawatan,
sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor keperawatan
yang bekerja di area keperawatan jiwa..

MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor,


Lawang, Pakem, Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit).
Bentuk MPKP yang dikembangkan adalah MPKP transisi dan MPKP pemula.
Hasil penerapan menunjukkan hasil BOR meningkat, ALOS menurun, angka
lari pasien menurun. Ini menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan
kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.
Pada modul ini akan dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan
berdasarkan 4 pilar nilai profesional yaitu management approach,
compensatory reward, professional relationship dan patient care delivery.
Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas
pelayanan professional yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul. Modul-modul
tersebut adalah:
1.  Modul I           : Manajemen Keperawatan
2.   Modul II         : Compensatory Reward
3.   Modul III        : Professional Relationship
4.   Modul IV        : Patient Care Delivery
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP
dengan model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika
tenaga keperawatan yang bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah
meningkat ke bentuk MPKP Profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Kelliat,, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan


Professional Jiwa. Jakarta : ECG

http://attakalya.wordpress.com/2010/04/28/pengembangan-model-praktek-

keperawatan-profesional-mpkp-jiwa/

http://abuddin.wordpress.com/2009/03/14/keperawatan/

http://justwanttosay-stephanie.blogspot.com/2011/09/mpkpmodel-praktek-

keperawatan.html

http://www.scribd.com/doc/49683208/modul-MPKP

Anda mungkin juga menyukai