Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN MENGGUNAKAN


METODE KASUS DAN PRIMER
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Disusun oleh:
Robyyatul Mukaromah
KHGA15097

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan izin-Nya
lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pengampu Mata Kuliah yang telah memberikan kami kesempatan untuk
menyusun makalah yang berjudul “Pemberian Asuhan Keperawatan
Menggunakan Metode Kasus dan Primer”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami masih sangat jauh dari
sempurna, oleh karena itu sudilah kiranya untuk memberikan kritik dan saran
guna kelengkapan makalah kami di kemudain hari.
Terimakasih.

Garut, 23 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................4
A. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).....................4
B. Tujuan MPKP...............................................................................................4
C. Macam – Macam Metode MPKP.................................................................4
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................16
A. Pengertian Metode Primer..........................................................................16
B. Kelebihan...................................................................................................16
C. Kekurangan................................................................................................17
D. Diagram .....................................................................................................17
E. Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus ...................18
BAB IV PENUTUP...............................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................................22
B. Saran...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pelayanan keperawatan adalah bantuan yang diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Pelayanan
keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional menggunakan
pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar dan
ilmu pengetahuan sebagai landasan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan (Achir Yani, 2007). Keperawatan sebagai profesi dan
perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab untuk memberikan
pelayanan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara
mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang baik dan dapat bersaing
dengan institusi lain dalam memberikan pelayanan keperawatan,
diperlukan adanya metode pemberian asuhan keperawatan untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan oleh karena pelayanan yang
baik salah satunya diawali oleh motivasi perawat yang tinggi (Nursalam,
2007). Model praktik keperawatan profesional telah dilaksanakan
dibeberapa negara, termasuk rumah sakit di Indonesia.
Hal ini sebagai salah satu upaya rumah sakit untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan melalui beberapakegiatan yang menunjang
kegiatan keperawatan profesional dan sistematik (Nursalam, 2011). Sistem
model asuhan keperawatan profesional adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan 4 unsur, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan sistem model asuhan keperawatan professional (MAKP).
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produk/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi

1
kepuasan klien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2011). Dalam rangka
mendaya gunakan tenaga keperawatan yang tersedia di rumah sakit, ada
lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yangsudah ada
dan akan terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan. Lima metode asuhan keperawatan profesional
(MAKP) tersebut antara lain: metode fungsional, metode tim, metode
primer,metode kasus, dan metode tim primer (Nursalam, 2011). Pada
metode keperawatan tim primer menggunakan kombinasi dari dua sistem,
yaitu keperawatan tim dan keperawatan primer. Melalui kombinasi kedua
model tersebut, diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini
perawat yang ada di rumah sakit sebagian besar lulusan D-3, maka mereka
akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang
asuhan keperawatan (Nursalam. 2007).
Penelitian Kurniadi (2008) yang berjudul : Hubungan antara
motivasi dan kinerja perawat di bangsal MPKP dengan perawat di bangsal
Non MPKP di RSJ Prof. DR. Soeroyo Magelang, mengatakan bahwa
motivasi perawat bekerja di bangsal MPKP dengan persentase 87,5% dan
kinerjanya dengan persentase 85,5% sedangkan di bangsal Non MPKP
motivasi perawat bekerja 77,5% dan kinerjanya dengan persentase 75,5%.
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang merupakan rumah sakit tipe C dan sedang
berkembang. Rumah sakit ini telah menggunakan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) berdasarkan surat keputusan Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Nomor : 046/SK.B/06.09 yang dimulai
pada tanggal 1 juni 2009. Persentase untuk motivasi dan pelaksanaan
MAKP untuk tiga bangsal MPKP di RS PKU Bantul Yogyakarta bulan
oktober 2011. Dengan 3 persentase masing masing: Ruang rawat inap Ar-
Rahman, Motivasi kerja perawat 80% dan pelaksanaan MAKP 85%,
Ruang rawat inap Al-Insan, Motivasi kerja perawat 77,5% dan
pelaksanaan MAKP 83,5% dan Ruang rawat inap Al-A’raf, Motivasi kerja

2
perawat 82,5% dan pelaksanaan MAKP75%. Dari hasil wawancara dan
observasi diketahui penerapan model asuhan keperawatan profesional
(MAKP) metode tim primer sudah berjalan sesuai dengan konsep karena
perawat sudah baik dalam pelaksanaan MAKP, Motivasi kerja sudah
cukup namun dari penerapan metode tim primer belum dilakukan evaluasi
untuk mengetahui sejauh mana penerapan metode tim primer di ruang
perawatan dan sejauh mana motivasi perawat sehubungan dengan
penerapan metode tim primer. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti Hubungan Motivasi Kerja Perawat Dengan Penerapan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Metode Tim Primer.

B. 4Tujuan
a. 4Mahasiswa mampu menggunakan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP)
b. Mahasiswa mengetahuhi masing – masing metode dari MPKP
c. Mahasiswa mampu mengetahui keunggulan dan kekurangan metode
primer
d. Mahasiswa mampu mengetahui peran perawat dalam metode primer

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari
praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi,
konsep dan teori keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan
teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi
pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya
mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

B. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawata
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.

C. Macam – Macam Metode MPKP


a. Model Kasus
Model Kasus merupakan model pemberian asuhan yang pertama
digunakan. Sampai Perang Dunia kedua model tersebut merupakan
model pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan.
Pada model ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang pasien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah
pasien yang dirawat oleh satu perawat sangat tergantung kepada
kemampuan perawat dan kompleksnya masalah dan pemenuhan
kebutuhan pasien.

4
Dalam Model Kasus perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan yang mencakup seluruh aspek keperawatan yang
dibutuhkan pasien. Pada model ini perawat memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh, sehingga
mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien dengan baik,
sehingga pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena
mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya. Dengan
model ini menuntut seluruh tenaga keperawatan mempunyai kualitas
profesional dan membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang
banyak.
Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti
ruang perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU,
Haemodialisa dan sebagainya.

b. Model Fungsional
Model Fungsional dikembangakan setelah perang dunia kedua,
dimana jumlah pendidikan keperawatan meningkat dan banyak lulusan
bekerja di rumah sakit dari berbagai jenis program pendidikan
keperawatan. Agar pemanfaatan yang bervariasi tenaga keperawatan
tersebut dapat dimaksimalisari, maka memunculkan ide untuk
mengembangkan model fungsional dalam pelayanan asuhan
keperawatan.
Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan
pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat
diberikan satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua
pasien yang dirawat di suatu ruangan. Seorang perawat mungkin
bertanggung jaawb dalam pemberian obat, mengganti balutan, monitor
infus dan sebagainya. Prioritas utama yang dikerjakan adalah
pemenuhan kebutuhan fisik sesuai dengan kebutuhan pasien dan
kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan pasien secara
holistik, sehingga dalam penerapannya kualitas asuhan keperawatan

5
sering terabaikan, karena pemberian asuhan yang terfragmentasi.
Komunikasi antara perawat sangat terbatas, sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif,
kecuali mungkin Kepala Ruangan. Hal ini sering menyebabkan klien
kurang puas dengan pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan,
karena seringkali klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang hal-
hal yang ditanyakan, dan kurang merasakan adanya hubungan saling
percaya dengan perawat.
Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk mengarahkan dan
mensupervisi. Komunikasi antar staf sangat terbatas dalam membahas
masalah pasien. Perawat terkadang tidak mempunyai waktu untuk
berdiskusi dengan pasien atau mengobservasi reaksi obat yang
diberikan maupun mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang
diberikan.
Pada model ini Kepala Ruangan menentukan apa yang menjadi
tugas setiap perawat dalam suatu ruangan dan perawat akan
melaporkan tugas-tugas yang dikerjakan kepada Kepala Ruangan. Dan
Kepala Ruangan lah yang bertanggung jawab dalam membuat laporan
pasien.
Dalam model fungsional ini koordinasi antar perawat sangat
kurang sehingga seringkali pasien harus mengulang berbagai
pertanyaan atau permintaan kepada semua petugas yang datang
kepadanya, dan Kepala Ruanganlah yang memikirkan setiap
kebutuhan pasien secara komprehensif. Informasi yang disampaikan
bersifat verbal, yang seringkali terlupakan karena tidak
didokumentasikan dan tidak diketahui oleh staf lain yang memberikan
asuhan keperawatan.
Dengan menggungkan model ini Kepala Ruangan kurang
mempunyai waktu untuk membantu stafnya untuk mempelajari cara
yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan pasien atau dalam
mengevaluasi kondisi pasien dan hasil asuhan keperawatan, kecuali

6
terjadi perubahan yang sangat mencolok. Dan orientasi model ini
hanya pada penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga pendekatan
secara holistik sukar dicapai.
Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-
tugas bila jumlah staf sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat
kepuasan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
c. Model Tim
Setelah bertahun-tahun menggunakan Model Fungsional, beberapa
pimpinan keperawatan (nursing leader) mulai mempertanyakan
keefektifan model tersebt dalam pemberian asuhan keperawatan
profesional. Oleh karena adanya berbagai jenis tenaga dalam
keperawatan, diperlukan adanya supervisi yang adekuat, maka pada
tahun 1950 dikembangkan Model Tim dalam pelayanan asuhan
keperawatan.
Model Tim merupakan suatu model pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Douglas, 1984).
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah sekelompok
tenaga keperawatan bekerja secara bersama-sama secara terkoordinasi
dan kooperatif sehingga dapat berfungsi secara menyeluruh dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada setiap pasien.
Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi, sehingga setiap anggota tim
merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam mencapai
tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang
bermutu. Potensi setiap anggota tim saling komplementer menjadi
satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan

7
serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya pemberian asuhan
keperawatan, sehingga dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi.
Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987)
terkandung dua konsep utama yang harus ada, yaitu:
1. Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu
perawat profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh
Kepala Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap
sekelompok pasien dalam merencanakan asuhan keperawatan,
merencanakan penugasan kepada anggota tim, melakukan
supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan.
2. Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya
kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam
rangka memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan
membantunya dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi
harus dilakukan secara terbuka dan aktif melalui laporan, pre
atau post conference atau pembahasan dalam penugasan,
pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan asuhan
keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.

Pengajaran dan bimbingan secara insidental perlu dilakukan yang


merupakan bagian dari tanggung jawab Ketua Tim dalam pembinaan
anggotanya. Dalam model ini Ketua Tim menetapkan anggota tim
yang terbaik untuk merawat setiap pasien. Dengan cara ini Ketua Tim
membantu semua anggota tim untuk belajar apa yang terbaik untuk
pasien yang dirawatnya berdasarkan kebutuhan dan permasalahan
yang dihadapi pasien.
Dalam pelaksanaan model ini, Ketua Tim dapat memperoleh
pengalaman praktek melakukan kepemimpinan yang demokratik
dalam mengarahkan dan membina anggotanya. Pimpinan juga akan

8
belajar bagaimana mempertahankan hubungan antar manusia dengan
baik dan bagaimana mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang
dilakukan dengan beberapa anggota tim secara bersama-sama. Untuk
mencapai kepemimpinan yang efektif setiap anggota tim harus
mengetahui prinsip dasar administrasi, supervisi, bimbingan dan
tehnik mengajar agar dapat dilakukannya dalam bekerjasama dengan
anggota tim. Ketua Tim juga harus mampu mengimplementasikan
prinsip dasar kepemimpinan.
Tanggung Jawab Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Anggota Tim,
yaitu :
1. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
Model Tim akan berhasil baik bila didukung oleh Kepala
Ruangan, yang berperan sebagai menejer di ruangan tersebut,
yang bertanggung jawab dalam:
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai
dengan standar asuhan keperawatan.
b) Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan
keperawatan.
c) Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk
mengembangkan kepemimpinan.
d) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru
tentang fungsi model tim dalam sistem pemberian
asuhan keperawatan.
e) nara sumber bagi ketua tim.
f) staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.
g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan
semua staf.
2. Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana
keperawatan.

9
b) Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan
medik.
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
anggota tim dan memberikan bimbingan melaui pre atau
post conference.
d) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun
hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya.
3. Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun.
b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang
telah diberikan berdasarkan respon pasien.
c) Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan.
d) Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim

Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang


kaku. Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan
malam. Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan
kebutuhan serta jumlah dan kualitas tenaga keperawatan. Umumnya
satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga keperawatan untuk 10-20 pasien.
Berdasarkan hasil penelitian Lambertson seperti dikutip oleh
Douglas (1984), menunjukkan bahwa model tim bila dilakukan
dengan benar merupakan model asuhan kperawatan yang tepat dalam
meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi
kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini
berarti bahwa model tim dilaksanakan dengan tepat pada kondisi
dimana kemampuan tenaga keperawatan bervariasi.
Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak
dilaksanakan secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau
post conference dalam sistem pemberian asuhan keperawatan untuk

10
pemecahan masalah yang dihadapi pasien dalam penentuan strategi
pemenuhan kebutuhan pasien.
d. Model Primer
Dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan dn berbagai ilmu
dalam bidang kesehatan, serta meningkatknya tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi, dengan
didasarkan bahwa pemberian asuhan keperawatan model tim masih
mempunyai beberapa kekurangan, maka berdasarkan studi, para pakar
keperawatan mengembangkan model pemberian asuhan keperawatan
yang terbaru yaitu Model Primer (Primary Nursing). Dan perawat
yang melaksanakan asuhan keperawatan disebut sebagai “Primary
Nurse”.
Tujuan dari Model Primer adalah terdapatnya kontinuitas
keperawatan yang dilakukan secara komprehensif dan dapat
dipertanggung jawabkan. Penugasan yang diberikan kepada Primary
Nurse atas pasien yang dirawat dimulai sejak pasien masuk ke rumah
sakit yang didasarkan kepada kebutuhan pasien atau masalah
keperawatan yang disesuaikan dengan kemampuan Primary Nurse.
Setiap primary nurse mempunyai 4-6 pasien dan bertanggung jawab
selama 24 jam selama pasien dirawat. Primary Nurse akan melakukan
pengkajian secara komprehensif dan merencanakan asuhan
keperawatan. Selama bertugas ia akan melakukan berbagai kegiatan
sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien.
Demikian pula pasien, keluarga, staff medik dan staf keperawatan
akan mengetahui bahwa pasien tertentu merupakan tanggung jawab
primary nurse tertentu. Dia bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan
dan dia juga akan merencanakan pemulangan pasien atau rujukan bila
diperlukan.
Jika primary nurse tidak bertugas, kelanjutan asuhan keperawatan
didelegasikan kepada perawat lain yang disebut “associate nurse”.

11
Primary nurse bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang
diterima pasien dan menginformasikan tentang keadaan pasien kepada
Kepala Ruangan, dokter dan staf keperawatan lainnya. Kepala
Ruangan tidak perlu mengecek satu persatu pasien, tetapi dapat
mengevaluasi secara menyeluruh tentang aktivitas pelayanan yang
diberikan kepada semua pasien.
Seorang primary nurse bukan hanya mempunyai kewenangan
untuk memberikan asuhan keperawatan tetapi juga mempunyai
kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak
dengan lembaga sosial masyarakat, membuat jadual perjanjian klinik,
mengadakan kunjungan rumah dan sebagainya. Dengan diberikannya
kewenangan tersebut, maka dituntut akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil pelayanan yang diberikan. Primary Nurse berperan sebagai
advokat pasien terhadap birokrasi rumah sakit.
Kepuasan yang dirasakan pasien dalam model primer adalah pasien
merasa dimanusiawikan karena pasien terpenuhi kebutuhannya secara
individual dengan asuhan keperawatan yang bermutu dan tercapainya
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi dan advokasi. Kepuasan yang dirasakan oleh Primary Nurse
adalah tercapainya hasil berupa kemampuan yang tinggi terletak pada
kemampuan supervisi. Staf medis juga merasakan kepuasannya
dengan model primer ini, karena senantiasa informasi tentang kondisi
pasien selalu mutakhir dan laporan pasien komprehensif, sedangkan
pada model Fungsional dan Tim informasi diperoleh dari beberapa
perawat. Untuk pihak rumah sakit keuntungan yang dapat diperoleh
adalah rumah sakit tidak perlu mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan, tetapi tenaga yang ada harus berkualitas tinggi.
Dalam menetapkan seorang menjadi Primary Nurse perlu berhati-
hati karena memerlukan beberapa kriteria, diantaranya dalam
menetapkan kemampuan asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,

12
akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai
disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk
sebagai primary nurse adalah seorang Clinical Specialist yang
mempunyai kualifikasi Master.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Model Primer dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan bila dibandingkan dengan
Model Tim, karena:
1. Hanya satu perawat yang bertanggung jawab dan bertanggung
gugat dalam perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan.
2. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 pasien bila
dibandingkan dengan 10-20 orang pada setiap tim.
3. Primer bertanggung jawab selama 24 jam.
4. Rencana pulang pasien dapat diberikan lebih awal.
5. Rencana keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.

e. Model Modular
Pengembangan model modular merupakan pengembangan dari
primary nursing yang digunakan dalam keperawatan dengan
melibatkan tenaga professional dan non professional.
Model modular mirip dengan model keperawatan tim, karena
tenaga profesional dan non profesional bekerjasama dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada beberapa pasien dengan
arahan kepemimpinan perawat profesional.
Model modular mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3
perawat bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai
dengan beban kasus, sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang
serta asuhan lanjutan kembali ke rumah sakit. Agar model ini efektif
maka Kepala Ruangan secara seksama menyusun tenaga profesional
dan non profesionaln serta bertanggung jawab supaya kedua tenaga
tersebut saling mengisi dalam kemampuan, kepribadian, terutama
kepemimpinan. Dalam menerapkan model modular, 2-3 tenaga

13
keperawatan bisa bekerjasama dalam tim, serta diberi tanggung jawab
penuh untuk mengelola 8-12 kasus. Seperti pada model primer, tugas
tim keperawatan ini harus tersedia juga selama tugas gilir (shift) sore-
malam dan pada hari-hari libur, namun tanggung jawab terbesar
dipegang oleh perawat profesional. Perawat profesional bertanggung
jawab untuk membimbing dan mendidik perawat non profesional
dalam memberikan asuhan keperawatan. Konsekuensinya peran
perawat profesional dalam model modular ini lebih sulit dibandingkan
dengan perawat primer. Model modular merupakan gabungan dari
model tim dan primary model.

f. Model Manajemen Kasus


Model manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model
primary nursing. Dalam model ini asuhan keperawatan dilaksanakan
berdasarkan pandangan, bahwa untuk penyelesaian kasus keperawatan
secara tuntas berdasarkan berbagai sumber daya yang ada. Tujuan dari
manajemen kasus adalah:
1. Menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang
diharapkan sesuai dengan standar.
2. Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin.
3. Menggunakan sumber daya seefisien mungkin.
4. Memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan
melalui kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
5. Pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja.
6. Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan

Kerangka kerja dari model Manajemen Kasus adalah:

1. masuk melalui “agency kesehatan”, manager mempunyai


kewenangan dan tanggung jawab dalam perencanaan sampai
dengan evaluasi pada episode tertentu tanpa membedakan
pasien itu berasal dari unit mana.

14
2. Dalam manajemen kasus menggunakan dua cara, yaitu:
a) Case Management Plan (CMP). Merupakan perencanaan
bersama dari masing-masing profesi kesehatan.
b) Critical Path Diagram (CPD). Merupakan penjabaran dari
CMP dan ada target waktunya.
3. Manager mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang
mengacu pada tujuan asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan. Bentuk spesifik dari manajemen kasus ini
tergantung dari karakteristik tatanan asuhan keperawatan.

15
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Primer


Keperawatan primer ialah metode penugasan di mana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien. Hal ini dilakukan mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Keperawatan primer mendorong praktik kemandirian
perawat, karena ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan mengkoordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
B. Kelebihan
a. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
b. kontinuitas perawatan sesuai perawat primer memberikan atau
mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
c. Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial pasien
dan kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan pengkajian
riwayat dan fisik, mengembangkan rencana perawatan, dan
melaksanakannya sebagai kesatuan antara pasien dan pekerja
kesehatan lain.
d. Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan pasien
yang akan memungkinkan pembentukan hubungan terapeutik.
e. Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.
f. Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan pasien
langsung.
g. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional: untuk menghadapi masalah staf dan penugasan dan
memotivasi serta mendukung staf.

16
C. Kekurangan
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
b. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih
banyak menggunakan perawat profesional.
c. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehatan/kedokteran.
d. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.

D. Diagram

Kepala ruangan Kepala ruangan Kepala ruangan

Perawat Primer

Pasien

Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
Jika diperlukan
(Night)
(Evening)
(Days)

17
E. Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus
a. Perawat Primer ( Ketua Tim )
1. Menerima overan klien setiap pengantian dinas pagi atau pada
saat bertugas.
2. Melaksanakan pembagian klien pada perawat asosiet
3. Mengadakan pre atau post konferens dengan perawat asosiet
4. pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.
5. Menerima klien baru dan memberi informasi tentang tata tertib
RS dan ruangan, tenaga perawat dan dokter yang merawat dan
adminisrasi.
6. Membuat rencana keperawatan, catatan perkembangan dan
resume keperawatan.
7. Melakukan diskusi keperawatan kepada perawat
asosiet.
8. Melakukan evakuasi asuhan keperawatan dan membuat laporan.
9. Melakukan tindakan keperawatan tertentu yang membutuhkan
kompetensi kompleks.
10. Membuat perencanaan pulang
11. Memeriksa atau mengevaluasi laporan keadaan klien yang telah
dibuat PA.
12. Melakukan penyuluhan kepada klien dan keluarga.
13. pelaksanaan asuhan keperawatan.
14. Menilai hasil pekerjaan kelompok dan mendiskusikan
permasalahan yang ada.
15. Menciptakan kerja sama yang harmonis.
16. Melakukakolaborasi dengan tim kesehatan lain dan mengikuti
visit atau ronde medik.
17. Mengikuti ronde keperawatan.
18. Mengikuti kegiatan ilmiah.
19. Mengorientasikan klien baru pada lingkungan

18
b. Perawat Asosiet
1. Mengikuti serah terima klien dinas pagi bersama perawat primer,
sore dan malam.
2. Mengikuti pre atau post comference dengan perawat primer.
3. Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer
tidak ada di tempat.
4. Melaksanakan rencana keperawatan.
5. Membuat rencana keperawatan pada klien baru jika perawat
primer tidak ada ditempat.
6. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan berdasarkan format
dokumentasi keperawatan yang ada diruangan
8. Menyiapkan klien untuk memeriksa diagnostic atau laboratorium,
pengobatan dan tindakan.
9. Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien atau keluarga
dengan kalimat yang mudah dimengerti, bersifat sopan dan ramah
10. Berperan serta melakukan penyuluhan kesehatan kepada klien
dan keluarga.
11. Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang
rawat.
12. Menyimpan, memerihara peralatan yang diperlukan sehingga siap
dipakai.
13. Melakukan mdinas rotasi sesuai jadual yang sudah dibuat oleh
kepala ruangan.
14. Mengikuti visit dokter atau ronde keperawatan jika tidak ada PP
15. Mengantikan peran atau tugas PP yang lain jika PP tidak ada.
16. Mengidentifikasi dan mencataa tingkat ketergantungan lien setiap
shif
17. Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruangan.

19
c. Pembantu Perawat
1. Membersihkan meja.
2. Menyediakan alat.
3. Membersihkan alat – alat yang digunakan
4. Mengantar klien konsul
5. Membawa urinal atau pispot ke dan dari klien
6. Menyiapkan makan dan minum
7. Membantu klien kekamar mandi
8. Membantu klien BAK atau BAB
9. Membantu menganti alat tenun

d. Perawat Pelaksana
1. Pengkajian Mengkaji kesiapan klien dan diri
sendiri untuk melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Perencanaan
a) Bersama keru mengadakan serah terima tugas
b) Menerima pembagian tugas dari katim
c) Bekerjasama katim menyiapkan keperluan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan
d) Mengikuti ronde keperawatan
a) Menerima klien baru
3. Implementasi
a) Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
b) Menerima pembagian tugas
c) Melaksanakan tugas yang diberikan katim
d) Melaksanakan program kolaborasi dengan tim
kesehatan lain
e) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim
lainnya
f) Melaksanakan asuhan keperawatan

20
g) Menunjang pelaporan, mencatat tindakan
keperawatan yang dilaksanakan
h) Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim
i) Menerima informasi yang berkaitan dengan askep
dan melaksanakan askep dengan etik dan legal
j) Memaham hasil yang telah di capai
k) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
4. Evaluasi
a) Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan
untuk proses evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi klien.

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi
keperawatan, perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan
keperawatan dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk mengkoordinir
asuhan keperawatan. Dalam aplikasi metode keperawatan primer, perawat
primer bertanggung jawab kepada setiap pasen untuk mengkaji kondisi
kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan keperawatan. Selain itu,
perawat primer memberikan perawatan sesuai rencana yang dibuatdan
mengoordinasi perawatan yang diberikan oleh anggaota tim kesehatan
lainya, misalnya memberikan rujukan atau konsultasi dengan dokter atau
lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan individual, mengevaluasi
keberhasilan asuhan keperawatan yang dicapai, serta menyiapkan pasien
pulang (discharge planning). Keunggulan dari metode ini adalah asuhan
keperawatan lebih konprehensif dengan memperlakukan pasien secara
holistic. Kelemahan dari metode ini adalah biaya relatif lebih tinggi
dibandingkan metode lain karena hanya membutuhkan tenaga profesional.
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8
model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan
di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena
setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.

22
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan dan perawat dapat memahami Model Asuhan
Keperawatan Primer serta dapat menerapkannya pada praktik manajemen
keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/101993558/MAKALAH-METODE-KASUS

https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi9
vbq0i6TMAhVScY4KHXY-CWQQFghRMAg&url=http%3A%2F
%2Fthesis.umy.ac.id%2Fdatapublik
%2Ft24595.pdf&usg=AFQjCNG3_agJqQfhhvL4c-wj-
FWvsCfX7g&sig2=Y1zFCEy8POAC3dWyX_aJiQ&bvm=bv.119745492,d.c2E

Anda mungkin juga menyukai