Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN KEPERAWATAN

METODE MODULAR (GABUNGAN PRIMER DAN TIM)


Dosen : Ns. Suhaimi Fauzan, M.Kep

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5
Selvy Rahmayuni I1031151011 Wahyu Nasrullah I1031151038
Fathur Mahali I1031151012 Widya Astuti W I1031151039
Wanda Fitri Lestari I1031151021 Fira Nuruliza I1031151042
Nurmanila I1031151027 Apri Bahari Putra I1031151047
Yudi Agustin Saputra I1031151033 M. Reza Ramadhan I1032141012

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “METODE MODULAR
(GABUNGAN PRIMER DAN TIM)”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas
perkuliahan, yaitu sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah Manajemen Keperawatan Tahun
Akademik 2018 di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dan dorongan
dari pihak-pihak luar, sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada:
1. Suhaimi Fauzan, M.Kep., Ners selaku dosen Mata Kuliah Manajemen Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
2. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kepada pembaca dan teman-teman agar memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.

Pontianak, 2 April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1

1.2 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

KONSEP TEORITIS..................................................................................................................3

2.1 Metode Modular......................................................................................................3

2.2 Alur Pengelolaan Pelayanan Keperawatan..............................................................8

BAB III......................................................................................................................................9

PENUTUP..................................................................................................................................9

3.1 KESIMPULAN................................................................................................................9

3.2 SARAN............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satu metode
pelayanan keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan
nilainilai yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut.
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan
dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisien.
MPKP telah dilaksanakan dibeberapa negara, termasuk rumah sakit di
Indonesia sebagai suatu upaya manajemen rumah sakit untuk meningkatkan
asuhan keperawatan melalui beberapa kegiatan yang menunjang kegiatan
keperawatan 3 profesional yang sistematik. Penerapan MPKP menjadi salah
satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas. Metode ini sangat menekankan
kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme
keperawatan antara lain melalui penerapan standar asuhan keperawatan.
Kemajuan zaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan
untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan
dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah
pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut. MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi
lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat
memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga
keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35
tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim,
keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit
keperawatan mempunyai 2 upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan
kebijakan rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan
yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang
profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart
asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan.
Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu
bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat
dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta
meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja. Menurut Tappen (1995), model
pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model
fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan
model perawatan berfokus pada pasien.

1.2 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari penugasan ini adalah mahasiswa dapat mengerti
tentang MAK Modular
BAB II
KONSEP TEORITIS

2.1 Metode Modular


Metode ini adalah suatu variasi dan metode keperawatan primer. Metode
keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan metode keperawatan tim
maupun metode keperawatan primer (Gillies, 1994). Pengembangan model
modular merupakan pengembangan dari primary nursing yang digunakan dalam
keperawatan dengan melibatkan tenaga professional dan non professional. Model
modular mirip dengan model keperawatan tim, karena tenaga profesional dan non
profesional bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada beberapa
pasien dengan arahan kepemimpinan perawat profesional.
Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan tim-
primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim
melalui penugasan modular. Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners). Dan
anggota memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan pimpinan
modulnya.
Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien.
Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistik terhadap
setiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah sakit
sampai pasien pulang. Keuntungan pada metode modular mutu pelayanan
keperawatan meningkat karena pasien mendapat pelayanan keperawatan secara
komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien. Tidak banyak tenaga
perawat register (Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif.
Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab paling besar
tetap ada pada perawat professional. Perawat professional memiliki kewajiban
untuk memimbing dan melatih non professional. Apabila perawat professional
sebagai ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung
jawab dapat digantikan oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai
ketua tim.
Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan dalam hal
membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam
bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing secara motivator.

Tugas dan tanggungjawab kepala perawat :


1. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien.
2. Memberikan motivasi pada staf perawat.
3. Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan.

Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler :


1. Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non profesional untuk
melaksanakan tindakan perawatan.
2. Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji, merencanakan,
melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.
3. Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya.
4. Tugas dan tanggung jawab anggota tim :
5. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ketua tim.

Keuntungan :
1. Mememfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan holistic dengan
pertanggung jawaban yang jelas.
2. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
3. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim, cara
ini efektif untuk belajar.
4. Memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
5. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif.
6. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.
7. Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau diterapkan.
8. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
9. Memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima asuhan
keperawatan.
10. Lebih mencerminkan otonomi.
11. Menurunkan dana perawat.

Kerugian :
1. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.
2. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.
3. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
4. Biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain.
5. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/ kedokteran.
6. Masalah komunikasi.

2.2 Alur Pengelolaan Pelayanan Keperawatan


Pengelolaan pelayanan keperawatan harus dikendalikan dengan baik sebagai
suatu bentuk pelayanan keperawatan yang berkesinambungan yang menunjukkan
suatu pola pelayanan yang berkelanjutan dan terus menerus selama 24 jam
pelayanan. Pelayanan keperawatan pada umumnya di bagi dalam tiga (3) shift jaga
yaitu jaga pagi, sore dan malam yang dilaksanakan secara berkelajutan dan
dikendalikan oleh kepala ruang.
Kegiatan dimulai dengan membaca laporan yang dibuat oleh shift dinas
malam oleh perawat pada shift dinas pagi dan melakukan klarifikasi terhadap hal-
hal yang dianggap penting. Selanjutnya melakukan operan pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatan dari perawat shift dinas malam kepada dinas pagi
secara langsung dari satu pasien ke pasien lainnya yang menjadi tanggung
jawabnya. Setelah semua dioperkan secara langsung dilanjutkan dengan konferensi
awal (pre conference). Tujuannya adalah melakukan pembagian tugas dan
membahas kondisi pasien untuk menyusun rencana kegiatan pada kegiatan shift
pagi. Setelah pre conference semua anggota tim melakukan kegiatan sesuai tugas
dan fungsinya masing-masing yaitu sebagai kepala ruang, ketua tim atau perawat
pelaksana. Pada pertengahan pelayanan semua anggota bertemu kembali untuk
melakukan kegiatan konferensi tengah (middle conference).
Tujuan konferensi ini adalah melakukan evaluasi pertengahan untuk
membahas masalah atau kesulitan yang ditemui anggota selama pelaksanaan
pelayanan untuk tindakan selanjutnya. Kegiatan pada akhir pelayanan adalah
konferensi akhir (post conference). Kegiatan ini bertujuan untuk pelaporan dan
evaluasi akhir pelayanan pada shift pagi untuk ditindaklanjuti oleh perawat pada
shit jaga berikutnya (sore hari). Selanjutnya dilakukan operan sore (dari jaga pagi
ke sore) dan seterusnya sebagai kegiatan yang berkesinambungan terus menerus.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode keperawatan terbagi dalam beberapa macam, salah satunya yaitu
metode keperawatan modul. Metode modul ini merupakan gabungan dari metode
primer dan tim serta mempunyai kekurangan dan juga kelebihannya, salah satu
kekurangannya adalah dalam metode ini perawat dan tenaga kesehatan yang lain
kurang memahami kejadian perkasusnya, namun dibanding dari kekurangan yang
ada metode ini mempunyai banyak kelebihan yang mana metode ini dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan yang professional dan non-profesional yang terdiri dari 2
hingga 3 perawat. Dalam metode ini perawatan terhadap pasien lebih komprehensif
sehingga meminimalisir penggunaan biaya.

3.2 Saran
Penggunaan metode ini seharusnya lebih banyak diterpakan kembali di
instansi kesehatan khususnya di rumah sakit ataupun puskesmas sehingga
kesejahteraan pasien bisa dirasakan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arwani. (2006). Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC


Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit;
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Marquis, BL & Huston, Cj (1998), Management Decision Making For Nurses, 124
Cases Studies, 3 Ed. Philadelphia : JB Lippincott.
Simamora, Roymond. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC
Gillies, D. (1989), Nursing Management company a Sistem Approach,
Philadelphia,W.B.Saunders

Anda mungkin juga menyukai