Anda di halaman 1dari 38

SMALL GROUP DISCUSSION TEORI KEPERAWATAN

PATIENT CARE DELIVERY MODELS


Dosen Fasilitator : Prof. Dr. H. Nursalam, M.Nurs (Hons)

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. Elin Hidayat (132014153030 7. M.Ali Tazia Melya (132014153036)


)
2. Stefanus Evan R (132014153031 8. Hilwatus Saadah (132014153037)
)
3. Lia Fadlilah (132014153032 9. Melya Nur azizah (132014153038)
)
4. Devangga Darma K (132014153033 10 Endah Sri W (132011573023)
) .
5. Nurul Chayatin (132014153034 11 Machmudah (132011573019)
) .
6. Brigita Maria K (132014153035 12 Karyo (132011573016)
) .

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN

i
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kita semua terutama kepada kelompok
kami sehingga dapat menyusun makalah yang berjudul “Patients Care Delivery Models”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi kita dalam
proses belajar terutama pada mata kuliah Teori Keperawatan. Adapun penulisan dalam
makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan beberapa metode yang ada, agar
mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah wawasan pemikiran para
pembaca. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya adanya kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun. kami harapkan dari para pembaca
agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 19 Nopember 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................1

1.1 LatarBelakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................6

2.1 Sejarah Teori Patient Care Delivery Models......................................................................6


2.2 Konsep Teori Patient Care Delivery Models......................................................................9
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Patient Care Delivery Models....................................14
2.4 Hubungan Teori Patient Care Delivery Models dalam Manajemen Keperawatan...........16
2.5 Implementasi Teori Patient Care Delivery Models dalam Manajemen Keperawatan.....18
2.6 Penerapan Teori Patient Care Delivery Models dalam Manajemen Keperawatan...........21
BAB III........................................................................................................................................................29

KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................................................29

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................29
3.2 Saran.................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan Kesehatan yang
mempunyai daya ungkit yang besar dalam mencapai layanan Kesehatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang
dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan keperawatan (Michelle et al., 2014).
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat (Permenkes,
2019), Keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada pasien sangat ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efesien (Nursalam, 2015). Pengelolaan pelayanan keperawatan
membutuhkan system manajerial keperawatan yang tepat untuk mengarahkan
seluruh sumber daya keperawatan dalam menghasilkan pelayanan keperawatan
yang prima dan berkualitas (Marquis & Huston, 2010).
Patient Care Delivery Model adalah penyampaian asuhan keperawatan, juga
disebut sistem penyampaian asuhan atau model penyampaian asuhan
pasien, merinci cara penugasan tugas, tanggung jawab, dan wewenang disusun
untuk menyelesaikan asuhan pasien. Model pemberian asuhan keperawatan
menjelaskan pekerja perawatan kesehatan mana yang akan melakukan tugas apa,
siapa yang bertanggung jawab, dan siapa yang memiliki wewenang untuk
membuat keputusan. Premis dasar dari model pemberian asuhan keperawatan
adalah bahwa jumlah dan jenis pengasuh sangat sesuai dengan kebutuhan
perawatan pasien untuk memberikan asuhan yang aman dan berkualitas dengan
cara yang paling hemat biaya (Cherry & R. Jacob, 2014).
Perubahan bidang kesehatan di Indonesia saat ini terjadi begitu
pesat,persaingan bebas terjadi di semua tatanan kesehatan terutama rumah sakit.

1
2

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sistem kesehatan di sebuah rumah


sakit. Pelayanan keperawatan merupakan kegiatan yang selalu ada yaitu selama 24
jam di rumah sakit, sehingga baik buruknya sebuah rumah sakit sangat
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan keperawatan. Untuk
mempertahankan eksistensinya dalam persaingan bebas ini adalah dengan cara
meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien dan keluarga). Kepuasan pasien
tersebut bisa dicapai diantaranya dengan meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan. Kualitas pelayanan keperawatan diantaranya ditentukan oleh
manajemen asuhan keperawatan yaitu suatu pengelolaan Sumber Daya Manusia
(SDM). Keperawatan.dalam menjalankan kegiatan keperawatan dapat digunakan
metoda proses keperawatan untuk menyelesaikan masalah pasien. Dengan
demikian dalam pengelolaan asuhan keperawatan ini terdapat hubungan antara
perawat dan pasien baik langsung ataupun tidak langsung. Ada tiga komponen
penting dalam manajemen asuhan keperawatan yang salah satunya adalah Sistem
pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston,
2010). Hasil penelitian tim keperawatan Medikal Bedah UI (2000),
menyimpulkan bahwa Model Praktik Keperawatan Profesional memberikan
dampak positif terhadap kepuasan pasien, keluarga dan perawat, selain itu MPKP
juga berdampak terhadap kepuasan kerja profesi lain, yang tidak profesional.
Penerapan Model Praktik keperawntan Profesional dalam pemberian suhan
keperawatan pada pasien membutuhkan suatu metoda, dan sistem tertentu
termasuk sarana Sumber Daya Manusia (SDM) dan peralatan yang memadai.
Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen rumah
sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya,
sehingga rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Lingkup
manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan yaitu merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi sumber daya keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan
Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.Untuk lebih memahami
arti dari Manajemen Keperawatan maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu
tentang teori Patients Care Delivery Models. Dalam Manajemen Keperawatan
3

perawatan pasien. Juga dikenal sebagai model keperawatan dan sistem pemberian
perawatan, ada beberapa model yang umum digunakan oleh penyedia layanan
kesehatan dan profesional. Panduan informatif ini akan memberikan perincian
tentang sistem pengiriman perawatan pasien yang terkenal, menawarkan wawasan
tentang cara kerjanya untuk memastikan hasil yang ideal bagi pasien.
Pengembangan suatu teori keperawatan bukan merupakan suatu kegiatan yang
tidak dapat diketahui, karena kegiatan tersebut dapat dilakukan berdasarkan kajian
ilmiah yang sistematis. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pengembangan
teori keperawatan yang shahih ( rigour) merupakan prioritas utama dari
pengembangan profesi dan Praktik Keperawatan (Alligood, 2017).
Empat model pemberian asuhan keperawatan klasik yang digunakan selama
lima dekade terakhir adalah: (1) perawatan pasien total, (2) keperawatan
fungsional, (3) keperawatan tim, dan (4) keperawatan primer. Upaya untuk terus
meningkatkan kualitas dan efektivitas biaya perawatan pasien telah menghasilkan
variasi pada keempat model klasik ini. Contoh variasi termasuk keperawatan
modular dan model kemitraan (atau keperawatan coprimary). Jenis model asuhan
keperawatan lainnya termasuk berpusat pada pasien perawatan, perawatan
telehealth, dan manajemen kasus. Karena sistem perawatan kesehatan terus
berkembang di abad kedua puluh satu dengan fokus pada pergantian pasien yang
cepat dalam pengaturan perawatan akut, penggunaan ekstensif dari pengaturan
rawat jalan dan berbasis komunitas, dan bukti peran berharga perawat dalam
keselamatan pasien dan hasil yang lebih baik, kebutuhan akan model baru
pemberian asuhan keperawatan mulai muncul. Jadi pertimbangan untuk model
pemberian perawatan di masa depan juga disajikan (Cherry & R. Jacob, 2014).
Pemberian asuhan keperawatan yang optimal dengan mengunakan metode
Praktik keperawatan professional dapat memenuhi harapan konsumen untuk
memperoleh pelayanan terbaik selama dirawat dirumah sakit. Manajemen Asuhan
Keperawatan merupakan suatu pengelolaan Sumber daya manusia keperawatan
dalam menjalankan kegiatan keperawatan menggunakan metoda proses
keperawatan untuk menyelesaikan masalah pasien. Dengan demikian dalam
pengelolaan asuhan keperawatan ini terdapat hubungan antara perawat dan pasien
baik langsung ataupun tidak langsung.
4

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan mendefinisikan cara kita


menggunakan nilai-nilai keperawatan untuk merawat pasien, keluarga, kolega,
dan diri kita sendiri .Sistem pemberian perawatan sebenarnya merupakan
subsistem dari model praktik profesional yang menjelaskan pendekatan kami
dalam memberikan perawatan pasien dengan: Merinci tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk menyelesaikan perawatan pasien, menentukan siapa yang akan
melakukan tugas apa, siapa yang bertanggung jawab, dan siapa yang membuat
keputusan, dan mencocokkan jumlah dan jenis pengasuh dengan kebutuhan
perawatan pasien dan keluarga selalu menjadi fokus utama dengan penekanan
pada pengembangan hubungan kolaboratif yang diperlukan untuk memberikan
perawatan pasien yang sangat baik. Ada tiga hubungan penting hubungan dengan
pasien dan keluarganya. Pemberi perawatan menunjukkan rasa hormat yang teguh
untuk pasien dan keluarga dan secara aktif melibatkan mereka dalam semua aspek
perawatan. Hubungan dengan rekan kerja. Pemberi perawatan berkomitmen untuk
tujuan yang sama dan menghormati kontribusi unik setiap kolega untuk tim.
Hubungan dengan diri sendiri. Pemberi perawatan menyeimbangkan tuntutan
peran mereka dengan kesehatan dan kesejahteraan pribadi dan professional.
Staf perawat bertanggung jawab untuk mengenali masalah di lingkungan
perawatan dan secara aktif bekerja untuk mengatasinya. Manajer bertanggung
jawab untuk mencari masukan dari staf perawat dalam keputusan yang berdampak
pada lingkungan perawatan. Pemimpin formal dan informal berfungsi sebagai
sumber daya untuk staf perawat dan mendukung peran perawat dalam koordinasi
perawatan pasien (Cherry & R. Jacob, 2014). Dari uraian diatas maka penting
untuk menerapkan patient care delivery model dalam praktik keperawatan
Profesional.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana penerapan Teori Patients Care Delivery Models dalam
Manajemen Keperawatan?

1.3 Tujuan
5

1.1.1 Tujuan Umum


Mengidentifikasi proses penerapan teori Patients Care Delivery Models
dalam Manajemen Keperawatan.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Menjelasakan sejarah Teori Patients Care Delivery Models
2. Menjelasakan konsep Teori Patients Care Delivery Models
3. Menjelasakan kekurangan dan kelebihan Teori Patients Care Delivery
Models
4. Menjelaskan hubungan Teori Patients Care Delivery Models dalam
Manajemen Keperawatan
5. Menjelasakan penerapan Teori Patients Care Delivery Models dalam
Manajemen Keperawatan
6. Menjelasakan penerapan Teori Patients Care Delivery Models Pada kasus
Manajemen Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Teori Patient Care Delivery Models


Model pemberian perawatan pasien telah digunakan selama
beberapa dekade untuk menggambarkan pendekatan yang berbeda
untuk perawatan dan perawatan pasien. Juga dikenal sebagai model
keperawatan dan sistem pemberian perawatan, ada beberapa model
yang umum digunakan oleh penyedia layanan kesehatan dan
profesional. Panduan informatif ini akan memberikan perincian
tentang sistem pengiriman perawatan pasien yang terkenal,
menawarkan wawasan tentang cara kerjanya untuk memastikan hasil
yang ideal bagi pasien. Terdapat beberapa model di dalam patient
care delivery models, di antaranya total patient care, functional
nursing, team nursing, primary care dan advicecoach mobile care.
Total patient care adalah bentuk perawatan intensif, yang
kadang-kadang digambarkan sebagai perawatan kasus. Ini adalah
salah satu model pengiriman perawatan pasien tertua yang
digunakan, dan ini melibatkan perawat yang mengawasi hampir
setiap aspek perawatan pasien. Perawat merencanakan tujuan
perawatan individu, bekerja secara bergiliran untuk mencakup
segala hal mulai dari kebersihan pribadi dan pengobatan hingga
dukungan emosional dan terapi dan perawatan tambahan. Perawatan
pasien total adalah model yang lebih tradisional, yang berfokus pada
pasien yang menerima perawatan dari satu perawat yang digantikan
oleh perawat lain pada akhir shift yang ditentukan. Ada keuntungan
dari model keperawatan perawatan total, tetapi seiring waktu telah
berubah, teknologi baru telah tersedia, dan kebutuhan pasien telah
berkembang. Oleh karena itu, model ini tidak selalu menjadi pilihan
yang layak untuk pengaturan perawatan kesehatan. Ada
kemungkinan bahwa pasien mungkin memerlukan perawatan yang

6
7

tidak dapat diberikan oleh perawat yang bertugas. Mungkin juga


rasio staf-ke-pasien yang tersedia tidak mendukung konsep ini (Lin
et al., 2020).
Functional nursing adalah pendekatan yang telah digunakan
selama beberapa dekade. Ini didukung oleh struktur hierarki, yang
melibatkan perawat berpengalaman dan berkualifikasi tinggi untuk
menangani pekerjaan paling canggih dan kompleks. Hal ini
membutuhkan lebih banyak perawat junior untuk mengawasi tugas-
tugas dasar agar dapat menyediakan waktu bagi perawat yang sangat
terampil. Keperawatan fungsional berputar di sekitar etika tim, dan
menghasilkan katalog proses, yang dilakukan oleh individu yang
berbeda untuk memastikan pemberian perawatan pasien yang
efisien. Selain memanfaatkan keterampilan perawat di berbagai
tahap karier mereka, model ini juga dapat menghemat uang penyedia
layanan kesehatan dan fasilitas dengan meningkatkan efisiensi dan
produktivitas. Salah satu kritik terhadap model keperawatan
fungsional adalah bahwa model tersebut gagal memberikan asuhan
holistik. Perawatan holistik berfokus pada keseluruhan tubuh,
daripada menargetkan cedera, gejala, atau penyakit tertentu. Dengan
pendekatan ini, tujuannya adalah bekerja sebagai tim untuk
melaksanakan elemen individu dari rencana perawatan, dari pada
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan
(Schlünsen et al., 2020).
Team nursing adalah model pemberian perawatan pasien, yang
didirikan pada 1950-an. Intinya, ini mirip dengan model fungsional,
tetapi beroperasi pada skala yang lebih besar. Sebagai kepala tim,
perawat senior bertanggung jawab atas pendelegasian tugas ke
seluruh kelompok. Kolektif merawat sejumlah pasien pada saat yang
sama, dan pekerjaan diberikan berdasarkan tingkat keahlian,
pelatihan, dan pengalaman. Model ini memungkinkan profesional
perawatan kesehatan dengan pengalaman terbatas untuk belajar dari
rekan yang memiliki keahlian dan pengetahuan, dan juga
8

memberikan dukungan bagi mereka yang memiliki lebih banyak


pengalaman, memungkinkan mereka untuk fokus pada tugas-tugas
inti yang sesuai dengan keahlian mereka. Untuk penyedia layanan
kesehatan, model keperawatan tim meningkatkan efisiensi dan
memberikan peluang pelatihan yang berharga bagi mereka yang
ingin maju selama tahap awal karir mereka (Nageswaran et al.,
2020).
Primary care model pemberian perawatan primer muncul pada
tahun 1970-an dan dengan cepat menjadi sangat populer. Model ini
mendukung pendekatan yang lebih holistik untuk perawatan pasien,
karena melibatkan satu perawat senior yang bertanggung jawab atas
pasien selama mereka tinggal di rumah sakit. Model ini cocok untuk
pasien dengan kebutuhan yang lebih kompleks, misalnya, mereka
yang menderita penyakit yang mendasari risiko komplikasi
berikutnya. Keperawatan perawatan primer adalah model yang lebih
komprehensif, yang dapat meningkatkan kesinambungan perawatan
dan membina hubungan yang lebih kuat antara pasien dan tim
perawatan. Salah satu masalah utama dengan model perawatan
primer dalam pengaturan perawatan kesehatan modern adalah
pergeseran ke pengaturan kerja yang fleksibel. Banyak profesional
perawatan kesehatan sekarang memilih jam kerja yang mengikuti
pola hari atau malam bertugas diikuti dengan periode waktu
istirahat. Ini dapat memfasilitasi keseimbangan kehidupan kerja
yang lebih baik bagi penyedia perawatan, tetapi tidak selalu sesuai
dengan model pemberian perawatan primer.
Advicecoach mobile care dunia telah berubah tanpa bisa
dikenali, dan model pemberian perawatan pasien yang bekerja
dengan mulus di tahun 1950-an, 60-an, dan 70-an sekarang
menghadapi tantangan. Salah satu perubahan yang paling signifikan
adalah pertumbuhan teknologi seluler. Aplikasi, layanan interaktif,
dan situs web memungkinkan pasien untuk mengakses informasi
dan instruksi pemulangan saat bepergian. Meskipun dulu pasien
9

mengandalkan dokter selama kunjungan atau berbicara dengan


perawat untuk mendapatkan informasi, kini mereka dapat
mengakses dukungan sepanjang waktu. Aplikasi AdviceCoach
adalah platform seluler, yang memungkinkan penyedia layanan
kesehatan untuk terlibat dengan pasien, di mana pun mereka berada
atau jam berapa sekarang. Profesional perawatan kesehatan dapat
menyesuaikan saran, memperbarui dan meninjau catatan
sebelumnya, dan menetapkan instruksi yang dipersonalisasi,
memberikan model kontemporer yang merespons tren perawatan
pasien baru. Dengan jenis pemberian perawatan ini, pasien dapat
menikmati ketenangan pikiran karena bantuan tersedia jika mereka
membutuhkannya, dan mereka dapat lebih terlibat lebih dalam
(Shimoda et al., 2020).

2.2 Konsep Teori Patient Care Delivery Models


10

Gambar 2.1 Patient Care Delivery Model – conceptual framework (O’Brien-Pallas et al.,
2004 dalam O’Brien‐Pallas et al., 2011.).

PCDM mengkonseptualisasikan pemberian layanan

keperawatan di unit perawatan pasien yang merupakan subsistem di

lebih besar Rumah Sakit. Pasien dirawat oleh kelompok perawat

yang dikelompokkan di unit perawatan pasien. Berbeda dengan file

kumpulan entitas independen, masing-masing komponen di sistem

mempengaruhi komponen lainnya. Sorotan PCDM saling

ketergantungan dan interaksi dinamis antara pasien, faktor dan hasil

perawat, lingkungan kerja dan sistem. Faktor masukan terdiri dari

karakteristik pasien, perawat dan perilaku sistem serta unit sistem

(O’Brien‐Pallas et al., 2011).

Masukan ini diubah dalam pemberian perawatan pasien


11

subsistem melalui penerapan intervensi keperawatan dalam konteks

lingkungan kerja tertentu dan di adanya kompleksitas lingkungan

untuk menghasilkan keluaran sistem. Proses transformatif ini

dikenal sebagai 'Throughput'. Faktor throughput mempengaruhi

hubungan antara karakteristik masukan dan pasien, perawat dan

keluaran system (O’Brien-Pallas et al., 2004 dalam O’Brien‐Pallas

et al., 2011.). Lingkungan kompleksitas adalah faktor throughput

yang melibatkan: tak terduga dan peristiwa tertunda dan urutan

ulang berikutnya dan koordinasi di mana perawat terlibat; banyak

dan panjang prosedur yang berfungsi meningkatkan ketajaman

pasien; dan karakteristik dan komposisi tim pemberi perawatan

(O’Brien-Pallas L et al., 1997 dalam O’Brien‐Pallas et al., 2011). Di

lingkungan kerja subsistem pemberian perawatan pasien,

kompleksitas lingkungan dan keputusan kepegawaian

mempengaruhi pemanfaatan kepegawaian, sebuah keluaran

menengah. Pemanfaatan kepegawaian mengukur hubungan antara

jam beban kerja dan jam kerja ditingkat unit dan mencerminkan

sejauh mana unit perawatan pasien dikelola untuk memenuhi

kebutuhan pasien akan asuhan keperawatan. Biasanya, tingkat

pemanfaatan tidak melebihi kapasitas desain dan kapasitas efektif.

Kapasitas desain, yang merupakan keluaran maksimum yang dapat

dicapai dalam kondisi ideal, biasanya merupakan tujuan yang tidak

realistis dalam pengaturan pekerjaan kehidupan nyata (Stevenson,

2009). Kapasitas efektif, aktual beban yang dapat dibawa oleh unit
12

perawatan pasien, adalah semaksimal mungkin keluaran dengan

mempertimbangkan faktor pembatas dan realitas tempat kerja seperti

campuran pasien dan kesulitan penjadwalan (Stevenson, 2009).

Proses throughput menghasilkan keluaran distal yang termasuk

hasil pasien, perawat dan sistem dalam PCDM. Ukuran khas untuk

hasil pasien termasuk pengurangan jumlah gejala atau konsekuensi

medis dan membaik pengetahuan dan perilaku terkait dengan

kondisi kesehatan. Ukuran hasil perawat termasuk kelelahan,

kesehatan umum, pekerjaan kepuasan dan niat untuk pergi.

Pengukuran hasil sistem termasuk lama tinggal, biaya,

ketidakhadiran dan kualitas perawatan pasien. Keluaran ini

memberikan umpan balik dan mengaktifkan kembali sistem itu

sendiri karena hasil positif di masing-masing ini domain memastikan

bahwa anggota komunitas terus menggunakan layanan organisasi,

staf dipertahankan untuk menyediakan layanan dan akreditasi dan

pendanaan organisasi dipertahankan. Misalnya, penurunan absensi

perawat sebagai hasil sistem berdampak positif pada masukan yang

berkaitan dengan tugas kepegawaian dan kesinambungan perawatan

(O’Brien, Pallas et al. 2011).

1. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu
sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua
pasien di bangsal.
13

Gambar 2.1 Sistem pemberian asuhan keperawatan “Fungsional” (Marquis &


Huston, 1998).
2. Metode Perawatan Tim
Metode perawatan tim rummah emberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan
berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992).
Tujuan Metode Tim:
a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
b. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
c. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda 3 jam

Gambar 2.2 Sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing”


(Marquis & Huston, 1998).
14

3. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai
keluar sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasa pembuat
perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan
selama pasien dirawat.

Gambar 2.3 Sistem pemberian asuhan keperawatan “Primary


Bursing” (Marquis & Huston, 1998).
Konsep dasar metode primer:
1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga

4. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang
melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
15

jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien
satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.

Gambar 2.4 Sistem pemberian asuhan keperawatan “Care Method


Nursing” (Marquis & Huston, 1998).
5. Metode Modular
Metode ini adalah suatu variasi dan metode keperawatan
primer. Metode keperawatan modular memiliki kesamaan baik
dengan metose keperawatan tim maupun metode keperawatan
primer (Simamora, 2012). Pengembangan model modelar
merupakan pengembangan dari primary nursing yang digunakan
dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga profesional dan non
profesional.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Patient Care Delivery Models


Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari teori Patient Care
Delivery Model menurut Mugianti (2016) :
1. Case Method
a. Kelebihan
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) System evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah
b. Kelemahan
16

1) Perawat penanggung jawab belum dapat terindentifikasi


2) Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang
sama
2. Fungsional
a. Kelebihan
1) Menerapkan manajemen yang menekankan tentang efisiensi,
pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik
2) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior
dan /atau perawat yang belum berpengalaman
3) Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
b. Kelemahan
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja

3. Team Model
a. Kelebihan
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim
b. Kelemahan
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konfrensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu karena sulit
untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk

4. Primary Nursing
a. Kelebihan
1) Bersifat kontinu dan komprehensif
17

2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap


hasil hasil dan memungkinkan pengembangkan diri
3) Pasien merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara
individu
4) Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan
yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi,
dan advokasi
5) Dokter dapat merasakan kepuasan dengan system atau model
primer karena senantiasa mendaptkan informasi tentang kondisi
pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

b. Kelemahan
1) Hanya dapat dilakukan oleh yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai, memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

5. Metode Modul
Yaitu metode gabungan antara metode tim dan metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat
merawat pasien dari dating sampai pulang.
Penetapan model ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai
berikut:
a. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni,karena
perawat primer memerlukan latar belakang pendidikan S1 keperawatan
atau yang setara
b. Metode keperawatan ini tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
Melalui kombinasi kedua model tersebut, diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada perawat primer.
Disamping itu, karena saat ini sebagian besar perawat yang ada di RS adalah
lulusan SPK, maka mereka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau
18

ketua tim tentang asuhan keperawatan.

2.4 Hubungan Teori Patient Care Delivery Models dalam Manajemen


Keperawatan
Nursing care delivery models disebut juga care delivery
systems atau patient care delivery models yakni sistem pemberian
asuhan keperawatan atau model penyampaian perawatan pasien,
detail penugasan, tanggung jawab, dan wewenang disusun untuk
mencapai perawatan pasien. Penyampaian nursing care delivery
models menjelaskan pembagian tugas pada setiap perawat,
tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, dan pemberian
otoritas kepada pengambil keputusan. Dasar pemikiran dari patient
care delivery models adalah jumlah dan jenis dari pemberi asuhan
perawatan dengan kebutuhan perawatan pasien untuk memberikan
perawatan yang aman dan berkualitas dengan biaya yang paling
efektif. Empat jenis nursing delivery models yang digunakan yakni:
(1) perawatan pasien total, (2) keperawatan fungsional, (3)
keperawatan tim, dan (4) perawatan primer. Upaya peningkatan
kualitas baik secara terus menerus dan efektivitas biaya perawatan
pasien telah dihasilkan dalam variasi dari empat model klasik ini.
Contoh dari variasi termasuk keperawatan modular dan kemitraan
model (Coprimary Nursing). Jenis model keperawatan lainnya
meliputi perawatan yang berpusat pada pasien, telehealth
keperawatan, dan manajemen kasus. Sebagai sistem perawatan
kesehatan terus berkembang di abad kedua puluh satu dengan fokus
pada penangan tindakan kepada pasien secara cepat dalam
pengaturan perawatan akut, penggunaan ekstensif dari pengaturan
rawat jalan dan berbasis komunitas, dan bukti peran berharga
perawat profesional pada keselamatan pasien dengan hasil yang
lebih baik, kebutuhan akan model baru pemberian asuhan
keperawatan muncul (Cherry & R. Jacob, 2014).
Model pemberian asuhan keperawatan ini dapat diintegrasikan
19

ke dalam berbagai pengaturan perawatan kesehatan, termasuk


perawatan akut, perawatan jangka panjang, perawatan rawat jalan,
perawatan di rumah, dan rumah sakit. Organisasi struktur, kebutuhan
pasien, dan ketersediaan staf mempengaruhi sistem pengiriman
mana yang akan digunakan. Pengaturan perawatan akut mungkin
menggunakan jenis perawatan yang berbeda model pengiriman
untuk berbagai unit perawatan pasien. Keadaan kondisi darurat
sering menggunakan pendekatan fungsional untuk perawatan karena
penekanannya pada penilaian yang efisien dan pengobatan yang
segera. Tim keperawatan sering digunakan di unit medis-bedah,
sedangkan patient total care umum di unit perawatan kritis. Salah
satu studi menjelaskan lebih dari 50% staf dari 26 rumah sakit
dilaporkan menggunakan dua atau tiga model pemberian asuhan
keperawatan dalam satu shift (Kramer dan Schmalenberg, 2005).
Rumah sakit perawatan akut menuntut agar perawat memahami dan
dapat berfungsi dalam beragam pola perawatan yang diterapkan di
seluruh organisasi. Dalam pengaturan perawatan jangka panjang,
seperti panti jompo, fasilitas keperawatan terampil, dan pengaturan
rehabilitasi, pasien tetap dalam pengaturan perawatan untuk waktu
yang lama. Oleh karena itu, model pemberian perawatan dapat
terstruktur berbeda dari pada pengaturan akut. Dalam hal
perbandinagn biaya yang ekonomis dan efisien, keperawatan
fungsional dapat digunakan untuk tugas perawatan sehari-hari,
sedangkan bentuk perawatan primer digunakan untuk penilaian,
perencanaan perawatan, dan evaluasi. Variasi pengaturan perawatan
rawat jalan terus berlanjut tumbuh sebagai perawatan kesehatan
terus melaju dari pengaturan rawat inap yang lebih mahal menuju
biaya yang lebih murah. Pusat operasi rawat jalan, klinik darurat
kecil, pusat kanker rawat jalan, unit dialisis rawat jalan, rawat jalan
pusat persalinan, klinik kesehatan, dan dokteradalah contoh
pengaturan perawatan rawat jalan. Pada model pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan dalam pengaturan rawat jalan sangat
20

bervariasi, tergantung pada jenis pasien dirawat dan kebutuhan


khusus mereka. Misalnya di rawat jalan unit dialisis, kombinasi
fungsional dankeperawatan perawatan primer biasanya bekerja
dengan baik. Perawatan pasien secara teknis ditugaskan untuk
melakukan perawatan pasien pada fungsi tertentu , seperti
pengaturan dan perawatan alat dialisis, sedangkan perawat
ditugaskan sebagai perawat utama yang bertanggung jawab untuk
sekelompok pasien untuk memastikan penilaian efektivitasnya,
perencanaan perawatan, dan koordinasi perawatan dengan tim
interprofessional (Cherry & R. Jacob, 2014).

2.5 Implementasi Teori Patient Care Delivery Models dalam Manajemen


Keperawatan
Patient care delivery system adalah asuhan keperawatan
dengan menerapkan proses keperawatan. Menurut Craven & Hirnle
(2000) proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk
memeberikan asuhan keperawatan professional, baik untuk individu,
kelompok, keluarga dan komunitas.
1. Tanggung jawab anggota tim :
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung
jawabnya.
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.
2. Tanggung jawab ketua tim :
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi.
c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi.
3. Tanggung Jawab Kepala Ruangan :
a. Perencanaan :
21

1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing-


masing.
2) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya.
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi
dan persiapan pulang bersama ketua tim.
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan atau penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksaan keperwatan.
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang aka dilakukan
terhadap pasien.
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksana asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta
memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk.
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
10) Menjaga terwujud visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b. Pengorganisasian :
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2) Merumuskan tujuan metode penugasan,
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim,
dan ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll.
6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
22

8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di tempat


kepada ketua tim
9) Memberikan wewenang kepala tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
11) Identifikasi masalah dan tata cara penanganannya.
c. Pengarahan :
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan behubungan
dengan asuhan keperawatan pada pasien.
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksnakan tugasnya.
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan :
1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien.
2) Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan
dan memperbaiki mengawasi kelemahan – kelemahan yang
ada saat itu juga.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatn
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas.
23

c) Evaluasi.
d) Mengevaluasi upaya pelaksana dan membandingkan dengan
rencana keperawtan yang telah disusun bersama ketua tim.
e) Audit keperawatan.

2.6 Penerapan Teori Patient Care Delivery Models dalam Manajemen


Keperawatan
Penerapan pelaksanaan Metode Asuhan Keperawatan
Profesional Model Tim meliputi beberapa prosedur diantaranya
penerimaan pasien baru, timbang terima, sentralisasi obat, ronde
keperawatan, dischange planning
1. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru merupakan menerima kedatangan
pasien di ruang pelayanan keperawatan, khususnya di ruang rawat
inap atau ruang intensif(Nursalam, 2016). Pada saat penerimaan
pasien baru disampaikan mengenai orientasi ruangan, pengenalan
ketenagaan perawat dan dokter sebagai penanggung jawab tata tertib
ruangan. Tahapan penerimaan pasien baru:
a. Tahapan persiapan
1) Menyiapkan kelengkapan administrasi
2) Menyiapkan kamar sesuai dengan pesanan
3) Menyiapkan format penerimaan pasien baru
4) Menyiapkan nursing kit
b. Tahapan pelaksanaan
1) Pasien datang di ruangan di terima oleh kepala ruangan atau ketua
tim yang diberi delegasi.
2) Perawat yang mengantar menyerahkan pasien ke perawat ruangan.
3) Perawat ruangan membantu pasien untuk menempati tempat tidur
yang telah disediakan.
4) Perawat yang mengantar pasien menjelaskan kepada perawat
ruangan tentang kondisi pasien, rencana tindakan yang akan
24

dilakukan dan tindakan yang telah dilakukan dan serta obat yang
telah diberikan
5) Perawat yang mengantar dan perawat ruangan menandatangani
lembar serah terima pasien.
6) Perawat ruangan memperkenalkan diri kepada pasien dan
keluarganya.
7) Perawat ruangan mengorientasi pasien dan keluarga tentang fasilitas
ruangan pasien dan cara penggunaannya.
8) Perawat menunjukkan ruangan nurse station dan ruangan lainnya
yang memungkinkan digunakan pasien.
9) Perawat ruangan menjelaskan peraturan di ruangan misalnya jam
kunjung keluarga, jadwal visite dokter, barang bawaan yang boleh
dibawa dan jadwal pemberian diit dan lain-lain.
10) Perawat ruangan melakukaan pengkajian ulang sesuai format yang
ada
c. Tahap Terminasi
1) Ketua tim menanyakan kembali kepada pasien dan keluarga tentang
hal-hal yang belum dimengerti dari penjelasan yang telah diberikan.
2) Ketua tim dan perawat pelaksana kembali ke ruangan.
3) Ketua tim dibantu perawat pelaksana mendokumentasikan hasil
pengkajian.
4) Ketua tim merencanakan tindakan keperawatan.

Peran Perawat dalam Penerimaan Pasien Baru


a. Kepala Ruangan
1) Menerima pasien baru
2) Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien
baru.
b. Ketua Tim
1) Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
2) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
3) Mengorientasikan pasien pada ruangan.
4) Memberi penjelasan tentang perawat yang merawat dan dokter yang
25

bertanggung jawab.
5) Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik.
6) Membuat perencanaan perawatan.
7) Mendokumentasikan hasil penerimaan pasien baru.
c. Perawat Pelaksana (Anggota Tim)
a) Membantu ketua tim melakukan pengkajian pada pasien baru.
b) Melakukan pemeriksaan fisik bersama ketua tim.

2. Timbang Terima
Timbang terima merupakan suatu kegiatan untuk
menyampaikan dan menerima laporan yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima dilakukan saat pergantian shift yaitu
dari shift pagi ke shift sore dan shift sore ke shift malam. Timbang
terima dilakukan oleh ketua tim kepada penanggung jawab shift
anggota tim pengganti shift.
Kegiatan pada timbang terima terdapat tiga hal yang terpenting
adanya koordinasi, isi dari timbang terima dan pembagian peran. Isi
timbang terima menjelaskan tindakan yang dilakukan ataupun yang
belum dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien baik tindakan mandiri perawat maupun tindakan kolaborasi.
Selain itu timbang terima juga menjelaskan rencana asuhan pasien
selanjutnya. Timbang terima dilakukan di nurse station dan di
samping bed pasien. Langkah – langkah timbang terima :
a. Persiapan
1) Shift yang akan menyerahkan, mempersiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
2) Kedua kelompok shift duduk bersama di nurse station dan dalam
keadaan siap.

b. Pelaksanaan di Nurse Station


1) Kepala ruangan membuka acara timbang terima
2) Ketua tim menyampaikan kepada penanggung jawab shift dan
26

anggota tim selanjutnya meliputi :


a) Kondisi dan keadaan secara umum (identitas pasien, diagnosis
medis, keluhan subyektif dan obyektif).
b) Masalah keperawatan yang muncul dan kemungkinan masih
dapat muncul.
c) Intervensi keperawatan yang sudah dilakukan dan belum
dilakukan.

d) Intervensi kolaboratif dan dependen.


e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya.
3) Selanjutnya melakukan klarifikasi atau validasi dengan melakukan
timbang terima di samping bed pasien.
a) Ketua tim menyampaikan salam
b) Ketua tim menyampaikan keadaan pasien lagi kepada shift
berikutnya.
c) Shift yang menerima operan dapat melakukan klarifikasi
dengan menanyakan kepada pasien atau kepada shift yang
memberi operan terkait hal yang belum jelas.
d) Penyampaian timbang terima singkat dan jelas.
e) Lama timbang terima untuk setiap pasien kurang lebih 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci terutama pada pasien baru atau pasien dalam
keadaan kritis dengan SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recomendation).
f) Kepala ruangan,ketua tim dan anggota tim keliling ke tiap
pasien dan melakukan validasi data.
g) Setelah selesai timbang terima di samping bed pasien kembali
ke nurse station, kalau ada yang perlu didiskusikan.

3. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat merupakan pengelolaan obat dimana seluruh
obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan
27

sepenuhnya kepada perawat (Nursalam, 2016). Sentralisasi obat ini


mempunyai tujuan agar penggunaan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan sehingga kebutuhan asuhan keperawatan
klien terpenuhi.
Tehnik Sentralisasi Obat:
a. Persiapan
1) Penanggung jawab sentralisasi obat adalah kepala ruangan dan
dapat didelegasikan kepada ketua tim. Kepala ruangan menjelaskan
kepada keluarga tentang sentralisasi obat, keluarga menandatangai
surat persetujuan sentralisasi obat.
2) Keluarga ikut mengontrol penggunaan obat
b. Penerimaan Obat :
1) Obat yang telah diterima dari kamar obat diserahkan kepada
perawat dan menanda tangani formulir serah terima obat.
2) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan dalam kartu sentaralisasi obat.
3) Obat yang telah diterima disimpan dalam kotak obat.
c. Pembagian Obat
1) Obat yang telah diterima disalin dalam buku pemberian obat.
2) Perawat memberikan obat kepada pasien sesuai dengan jadwal dan
dicocokkan dengan instruksi dokter.
3) Saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat dan efek samping obat .
4) Perediaan obat diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan.
d. Penambahan Obat Baru
Bila ada penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk
obat dan sekaligus dilakukan perubahan pada kartu sediaan obat.
e. Evaluasi atau terminasi
1) Bila terdapat sisa obat dan pasien pulang maka sisa obat diberikan
kepada keluarga pasien
2) Kepala ruangan selalu mengontrol sentralisasi obat setiap hari
28

3) Ketua tim menanyakan kepada keluarga tentang kepuasan adanya


sentralisasi obat.
4. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien melibatkan seluruh tim perawat dan
perawat konselor serta pasien. Tujuan ronde keperawatan
menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis dan
diskusi.
a. Pelaksanaan
1) Praronde
a) Menentukan kasus dan topik ( masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
b) Menentukan tim ronde
c) Mencari literatur dan sumber
d) Mempersiapkan pasien : imformed consent dan pengkajian
e) Diskusi ; Apa diagnosa keperawatan? data pendukung,
intervensi yang telah dilakukan dan hambatan yang ditemui.

2) Pelaksanaan ronde

a) Penjelasan pasien oleh ketua tim yang difokuskan pada


masalah keperawatan dan rencana tindakan.

b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut

c) Pemberian justifikasi oleh konselor atau kepala ruangan tentang


masalah pasien serta rencana tindakan.

3) Pasca Ronde
a) Melakukan diskusi dan masukan dari tim
b) Menyimpulkan untuk menentukan tindakan keperawatan pada
masalah yang menjadi prioritas.
c) Merekomendasi intervensi
d) Penutup.

5. Dischange Planning
29

Perencanaan pulang atau dischange planning merupakan suatu program


keperawatan yang dilakukan segera setelah pasien masuk atau paling lambat 1x24
jam setelah pasien masuk hingga pulang dengan harapan pasien dan keluarga
memiliki kesiapan fisik, psikologis dan sosial terhadap kesehatannya,tercapainya
kemandirian pasien dan keluarga serta terlaksananya perawatan pasien yang
berkelanjutan. Perencanaan pulang diartikan suatu proses interaksi ketika
keperawatan profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan
dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat
perencanaan harus berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitative, serta keperawatan rutin yang sebenarnya (Swenberg, 2000).
Discange planning sangat penting dilakukan karena mempunyai beberpa
tujuan. Tujuan dilakukan perencanaan pulang menurut (Nursalam, 2016):
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
c. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan ketrampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien.
f. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
g. Sebelum melakukan discange planning perlu suatu persiapan. Beberapa
yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan dischange planning antara
lain :
1) Instruksi tentang penyakit yang diderita,pengobatan yang harus
dijalankan, serta masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2) Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan.
3) Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
4) Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi.
5) Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun
pasien sendiri dengan menggunakan metode ceramah dan
demonstrasi.
6) Informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis, dan
30

kunjungan rumah apabila pasien memerlukan.


7) Metode asuhan keperawatan profesional model tim terdapat
pembagian tugas yang jelas dalam memberikan asuhan
keperawatan. Begitu juga adanya pembagian tugas dalam proses
dischnge planning tersebut.
8) Tugas dan peran masing-masing dalam discange planning sebagai
berikut:
a) Ketua Tim
 Membuat perencanaan pulang.
 Membuat kartu perencanaan pulang atau memberika leaflet
bila diperlukan.
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang kontrol (waktu
dan tempat), lanjutan keperawatan diet yang harus
dikonsumsi, obat yang harus diminum, aktivitas dan istirahat,
keperawatan diri.
 Memberikan hasil pemeriksaan kepada pasien atau
keluarganya.
 Membuatkan dan memberikan surat yang diperlukan seperti
surat keterangan sakit, dan surat kontrol.
 Mendokumentasikan perencanaan pulang.
b) Anggota Tim
Ikut membantu pelaksanaan perencanaan pulang yang telah
dilakukan oleh ketua tim.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Model pemberian perawatan pasien telah digunakan selama beberapa
dekade untuk menggambarkan pendekatan yang berbeda untuk perawatan dan
perawatan pasien. Juga dikenal sebagai model keperawatan dan system pemberian
perawatan, ada beberapa model yang umum digunakan oleh penyedia layanan
kesehatan dan profesional. Panduan informatif ini akan memberikan perincian
tentang system pengiriman perawatan pasien yang terkenal, menawarkan
wawasan tentang cara kerjanya untuk memastikan hasil yang ideal bagipasien.
Terdapat beberapa model patient care delivery models yaitu metode kasus,
metode fungsional, metode perawatan tim, metode primer, metode modular dan
setiap patient care delivery models mempunyai kelebihan dan kekurangan yang
berbeda dalam penerapan manajemen keperawatan.
Hubungan teori patient care delivery models dalam manajemen keperawatan
adalah nursing care delivery models disebut juga care delivery systems atau yakni
sistem pemberian asuhan keperawatan atau model penyampaian perawatan
patient care delivery models pasien, detail penugasan, tanggung jawab, dan
wewenang disusun untuk mencapai perawatan pasien. Penyampaian nursing care
delivery models menjelaskan pembagian tugas pada setiap perawat,
tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, dan pemberian otoritas kepada
pengambil keputusan. Dasar pemikiran dari patient care delivery models adalah
jumlah dan jenis dari pemberi asuhan perawatan dengan kebutuhan perawatan
pasien untuk memberikan perawatan yang aman dan berkualitas dengan biaya
yang paling efektif. Ada beberapa penerapan patient center care delivery tim
model dalam manajemen keperawatan meliputi penerimaan pasien baru, timbang
terima, sentralisasi obat, ronde keperawatan, dischange planning

31
32

3.2 Saran
Saran yang bisa diberikan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Kami mengharapkan kritik dan masukannya yang positif, untuk
penyempurnaan pembuatan makalah ini pada selanjutnya. Sehingga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya
mahasiswa keperawatan.
2. Diharapkan adanya proses inovasi dan modifikasi proses penerapan
teori patient care delivery models yaitu model perawatan team dalam
manajemen keperawatan agar lebih sederhana dan efektif sehingga
dalam melakukan konfrensi tim tidak membutuhkan waktu lama
33

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2017). Pakar Teori Keperawatan (A. Y. S. Hamid (ed.); edisi


Indo). Elsevier Ltd.

Cherry, B., & R. Jacob, S. (2014). Contemporary Nursing Issues, Trends &
Management. In Ecosystems and Human Well-being: A Framework for
Assessment (Vol. 6).

Craven, & Hirnle. (2000). Fundamentals of Nursing. Philadelphia: Lippincott.

Douglas, L. M. (1992). ) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,.
Mosby - year book, Inc.

Lin, Y. J., Chang, H. T., Lin, M. H., Chen, R. Y., Chen, P. J., Lin, W. Y., Hsieh, J.
G., Wang, Y. W., Hu, C. C., Liou, Y. S., Chiu, T. Y., Tu, C. Y., Wang, Y. J.,
Cheng, B. R., Chen, T. J., Chen, F. P., & Hwang, S. J. (2020). Professionals’
experiences and attitudes toward use of Traditional Chinese Medicine in
hospice palliative inpatient care units: A multicenter survey in Taiwan.
Integrative Medicine Research, 10(2), 100642.
https://doi.org/10.1016/j.imr.2020.100642

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (1998). Management Decision Making for Nurses
(3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher.

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Leadership roles and manajement


function in nursing ; Teori and application Philadelphia : Lippincott.

Michelle, Natasha, & Sandra. (2014). Clinical supervision at a magnet hospital: A


review of the preceptor-facilitator model. Journal of nursing education and
practice. Vol.4, N0.1.

Mugianti, S. (2016). Bahan Ajar Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek


Keperawatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesi.

Nageswaran, S., Easterling, D., Ingram, C. W., Skaar, J. E., Miller-Fitzwater, A.,
& Ip, E. H. (2020). Randomized controlled trial evaluating a collaborative
34

model of care for transitioning children with medical complexity from


hospital to home healthcare: Study protocol. Contemporary Clinical Trials
Communications, 20, 100652. https://doi.org/10.1016/j.conctc.2020.100652

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam praktek


Keperawatan Profesional). Edisi 5 Jakarata Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktek


Keperawatan Profesional. 5 ed. Jakarta: Salemba Medika.

O’Brien-Pallas, L., Murphy, G. T., Laschinger, H., S, W. S. W., & McCulloch, C.


(2004). Canadian survey of nurses from three occupational groups (step six).
The Nursing Labour Market in Canada: An Occupational Sector Study. The
Nursing Sector Study Corporation, Ottawa.

O’Brien-Pallas L, Irvine, D., Peereboom, E., & Murray, M. (1997). Measuring


nursing workload: understanding the variability. Nursing Economics 15,
171– 182. O’Brien-Pallas.

O’Brien‐Pallas, L., Meyer, R. M., J.Hayes, L., & Wang, S. (2011). The Patient
Care Delivery Model–an open system framework: conceptualisation,
literature review and analytical strategy. Journal of Clinical Nursing, 20(11‐
12), 1640-1650.

Permenkes. (2019). Peraturan pelaksana undang-undang nomor 38 tahun 2014.


In peraturan menteri kesehatan (In peratur).

Schlünsen, A. D. M., Christiansen, D. H., Fredberg, U., & Vedsted, P. (2020).


Patient characteristics and healthcare utilisation among Danish patients with
chronic conditions: a nationwide cohort study in general practice and
hospitals. BMC Health Services Research, 20(1), 1–13.
https://doi.org/10.1186/s12913-020-05820-3

Shimoda, K., Leshabari, S., & Horiuchi, S. (2020). Self-reported disrespect and
abuse by nurses and midwives during childbirth in Tanzania: A cross-
sectional study. BMC Pregnancy and Childbirth, 20(1), 1–10.
https://doi.org/10.1186/s12884-020-03256-5
35

Simamora, R. (2012). Buku Ajar keperawatan Manajemen. Jakarta:EGC.

Swenberg, R. (2000). Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan


untuk Perawat Klinis alih bahasa Suharyati. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai