Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

“MENGANALISIS PICOT”

Fasilitator :

Harnina Samantha Aisyah,. S.Kep., Ns., MNS

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Alifia Amanda Putri 1902012795


2. Dzakirotun Nafi’ah 1902012789
3. Evi Jihan S.R 1902012788
4. Irvan Ardiansyah 1902012812
5. Nur Khoirun Nisa 1902012792
6. Tri Vidia Ning Putri 1902012802

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN
MENGANALISA PICOT “IMUNISASI/VAKSINASI PADA ANAK USIA
0-24 BULAN”

Makalah ini telah disetujui untuk memenuhi salah satu persyaratan sebagai
Legalitas Penugasan Mata Kuliah Keperawatan Anak II yang disusun oleh:
Ketua Kelompok : Irvan Ardiansyah 1902012812
Anggota Kelompok :
7. Alifia Amanda Putri 1902012795
8. Dzakirotun Nafi’ah 1902012789
9. Evi Jihan S.R 1902012788
10. Nur Khoirun Nisa 1902012792
11. Tri Vidia Ning Putri 1902012802

Disahkan di : Lamongan
Pada Tanggal : 08 Oktober 2021

Wali Kelas 5B Keperawatan, Ketua Kelompok,

Sylvi Harmiardillah, S.Kep., Ns., M.Kep Irvan Ardiansyah


NIDN. NIM. 1902012887

Mengetahui :
Dosen Keperawatan Anak II

Harnina Samantha Aisyah, S.Kep.,Ns.,MNS


NIDN.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Anak II “”. Laporan ini
disusun sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak II. Tak lupa pula penulis
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan RasulullahMuhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita dihari akhir kelak.
Penulis laporan ini berbekal materi yang diperoleh dari kelas dan tidak lepas
dari bantuan, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak serta kutipan materi
diambil dari internet dengan sumber yang tertera. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep., M.Kes selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Lamongan
2. Arifal Aris, M.Kes selaku Dekan Fikes Universitas Muhammadiyah
Lamongan
3. Suratmi S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan
4. Harnina Samantha Aisyah., S.Kep., Ns., MNS selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Anak II Univesitas Muhammadiyah Lamongan
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih perlu
penyempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penyusunan laporan selanjutnya. Semoga Laporan
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Aamiin.

Lamongan, 10 Oktober 2021

Tim Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit
penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan Eat Anti yang pada
akhirnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit
yang menyerang tubuh.
Status imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang
mendapatkan obat imunosupresan, atau menderita defisiensi imun kongenital,
atau menderita penyakit keganasan, juga akan mempengaruhi keberhasilan
vaksinasi, bahkan adanya defisiensi imun merupakan indikasi kontra
pemberian vaksin hidup karena dapat menimbulkan penyakit pada individu
tersebut. Vaksinasi pada individu yang menderita penyakit infeksi sistemik
seperti campak atau tuberkulosis milier akan mempengaruhi pula keberhasilan
vaksinasi.
Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Bidan sebagai
anggota tim kesehatan berkewajiban untuk ikut serta dalam upaya
kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak. Hal
ini sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai seorang bidan berkaitan
dengan kesehatan bayi dan balita.
Menurut Kemenkes RI (2015), kesehatan bayi dan balita harus selalu
dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal.
Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang
bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan
balita. Salah satu pelayanan kesehatan bayi dan balita adalah pemberian
imunisasi BCG (9).
Sebelum melakukan imunisasi BCG, bidan sebaiknya memberikan
penjelasan bahwa imunisasi BCG berguna untuk melindungi anak terhadap
bahaya penyakittuberkulosis dan imunisasi BCG mempunyai manfaat lebih
besar dibandingkan dengan risiko kejadian ikutan yang dapat ditimbulkannya.
Orang tua atau juga perlu diberitahu bahwa 2-6 minggu setelah imunisasi
BCG dapat timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat
terjadi ulserasi selama 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut. Bila ulkus mengeluarkan cairan orang tua dapat
mengkompres dengan cairan antiseptik. Bila cairan bertambah banyak, koreng
semakin membesar atau timbul pembesaran kelenjar regional (aksila), orang
tua harus membawa bayi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan
pengobatan.
Orang tua yang mendapatkan penjelasan dari bidan diharapkan dapat
mengerti bahwa pemberian imunisasi BCG untuk kepentingan bayi. Imunisasi
BCG merupakan upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan bayi
secara aktif terhadap penyakit tuberkulosis dengan cara memasukkan vaksin
BCG ke dalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat antibodi terhadap
penyakit TBC dan apabila suatu saat nanti terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan menjadi sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Tujuan imunisasi BCG adalah untuk merangsang pembentukan kekebalan
terhadap penyakit tuberkulosis. Manfaat imunisasi BCG pada bayi adalah
memberikan perlindungan pada bayi dari penyakit tuberkulosis karena bayi
yang baru lahir tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tuberculosis.
BAB II
ANALISA PICOT

2.1 COMPARISON
1. Farida Ariyani (2019) : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Tentang Imunisasi BCG dengan Pemberian Imunisasi BCG
Pada Bayi Usia 0-2 Bulan Di Puskesmas Pauh Padang.
2. Yulinda, Maryaton, Nova Hasbani Prima Dewi (2018) :
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan
Pemberian imunisasi BCG PADA Bayi Usia 0-3 bulan
diwilayah Kerja Puskesmas Bireum Bayeum Kabupaten Aceh
Timur.
3. Rivanicha, R., & Hartina, I. (2020) : Imunisasi BCG Pada Bayi
(1-3 bulan) Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu.

2.2 DESKRIPSI

2.3 POPULASI

1. Farida Ariyani (2019) : Ibu yang mempunyai bayi usia > 2-12 bulan
yang berada di Wilayah kerja puskesmas Pauh Padang yang berjumlah
93 orang.
2. Yulinda, Maryaton, Nova Hasbani Prima Dewi (2018) : Seluruh ibu
yang memiliki bayi usia 0-3 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bireum
Bayeum yang berjulah 535 orang.
3. Rivanicha, R., & Hartina, I. (2020) : Sebagian ibu yang mempunyai bayi
1-3 bulan yang melakukan imunisasi atau yang datang berjumlah 30
responden.

2.4 TIME
1. Farida Ariyani (2019) : Puskesmas Pauh Padang pada tahun2016.
2. Yulinda, Maryaton, Nova Hasbani Prima Dewi (2018) : Puskesmas
Bireum Bayeun Kecamatan Bireum Bayeun Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2018.
3. Rivanicha, R., & Hartina, I. (2020) : Dilaksanakan tanggal 21 desember
2017 – 03 januari 2018 pada bulan Desember – Januari selama 3 hari
setiap hari rabu di wilayah kerja Bidan Praktik Mandiri Ratna Wilis
Palembang tahun 2017.

2.5 HASIL
Hasil penelitian dari 3 jurnal menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan
imunisasi BCG lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan
imunisasi BCG, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi tersebut serta sikap ibu yang
positif/baik terhadap imunisasi.

Bahwa responden yang berpengetahuan baik cenderung akan mengajak


bayinya ke tempat pelayanan kesehatan untuk rutin memberikan pelayanan
imunisasi juga tersedianya sarana dan prasarana yang mudah dijangkau oleh
ibu. Sikap ibu yang negatif terhadap imunisasi dasar adalah kurangnya
sosialisasi atau penyuluhan kepada ibu tentang penyakit yang timbul akibat
imunisasi yang tidak lengkap dan jadwal pemberian imunisasi sesuai jenis
imunisasi masing-masing.

2.6 KESIMPULAN
Bahwa adanya hubungan sikap orang tua dengan pemberian imunisasi
BCG pada bayi usia 0-3 bulan dikarenakan sikap menunjukkan
kecenderungan dalam berbuat. Sikap membentuk tingkah laku atau gerakan-
gerakan yang tampak dan ditampilkan dalam interaksinya dengan
lingkungan sosial (memilih memberikan bayinya imunisasi BCG atau tidak).
Bagi BPM kesehatan diharapkan dapat memberikan jadwal pemberian
imunisasi dan konseling secara langsung kepada masyarakat agar
pengetahuan warga setempat dapat bertambah.
BAB III
PEMBAHASAN
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit
tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan Eat Anti yang pada akhirnya nanti
digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.
Status imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang mendapatkan
obat imunosupresan, atau menderita defisiensi imun kongenital, atau menderita
penyakit keganasan, juga akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi, bahkan
adanya defisiensi imun merupakan indikasi kontra pemberian vaksin hidup karena
dapat menimbulkan penyakit pada individu tersebut. Vaksinasi pada individu yang
menderita penyakit infeksi sistemik seperti campak atau tuberkulosis milier akan
mempengaruhi pula keberhasilan vaksinasi.
Berdasarkan analisis didapatkan bahwa dari 22 responden sikap positif yang
memberikan imunisasi BCG sebanyak 21 responden (95,5%) lebih besar dibanding
dari 8 responden dengan sikap negatif sebanyak 2 responden (25%) yang
memberikan imunisasi BCG. Dari uji statistik chi square didapatkan nilai p value =
0,000 < α = (0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu
dengan pemberian imunisasi BCG. Sehingga hipotesis awal yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi BCG
pada bayi usia 1-3 bulan terbukti secara statistik.
Sebelum melakukan imunisasi BCG, bidan sebaiknya memberikan
penjelasan bahwa imunisasi BCG berguna untuk melindungi anak terhadap bahaya
penyakittuberkulosis dan imunisasi BCG mempunyai manfaat lebih besar
dibandingkan dengan risiko kejadian ikutan yang dapat ditimbulkannya. Orang tua
atau juga perlu diberitahu bahwa 2-6 minggu setelah imunisasi BCG dapat timbul
bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi selama 2-4
bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut. Bila
ulkus mengeluarkan cairan orang tua dapat mengkompres dengan cairan antiseptik.
Bila cairan bertambah banyak, koreng semakin membesar atau timbul pembesaran
kelenjar regional (aksila), orang tua harus membawa bayi ke fasilitas kesehatan
untuk mendapatkan pengobatan (10).
Orang tua yang mendapatkan penjelasan dari bidan diharapkan dapat
mengerti bahwa pemberian imunisasi BCG untuk kepentingan bayi. Imunisasi BCG
merupakan upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan bayi secara aktif
terhadap penyakit tuberkulosis dengan cara memasukkan vaksin BCG ke dalam
tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat antibodi terhadap penyakit TBC dan
apabila suatu saat nanti terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan menjadi sakit
atau hanya mengalami sakit ringan . Tujuan imunisasi BCG adalah untuk
merangsang pembentukan kekebalan terhadap penyakit tuberkulosis. Manfaat
imunisasi BCG pada bayi adalah memberikan perlindungan pada bayi dari penyakit
tuberkulosis karena bayi yang baru lahir tidak memiliki kekebalan terhadap
penyakit tuberculosis.
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu memiliki tingkat
pengetahuan yang rendah tentang imunisasi BCG. Hampir separoh ibu-ibu
(40.86%) tidak mengetahui umur berapa seharusnya bayi diberikan imunisasi BCG,
dan 40,8% ibu tidak mengetahui manfaat dari pemberian imunisasi BCG. Tingkat
pengetahuan berkaitan dengan kemampuan dan pola fikir sesorang. Tindakan yang
berdasarkan pengetahuan biasanya akan lebih meningkatkan prilaku seseorang
kearah yang lebih baik. Ibu yang memiliki pengetahuan rendah mendapatkan
informasi mengenai imunisasi dari pengalaman keluarga. Informasi yang diterima
merupakan hasil pemahaman yang kurang tepat mengenai imunisasi BCG.

BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai