(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak Sakit dan
Terminal)
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak
Sakit dan Terminal dengan judul “Asuhan keperawatan pada anak DDH
(Developmental Dysplasia of the Hip) dengan gangguan sistem moskulosketal”.
Terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Lisbet Oktavia Manalu S.Kep.,
Ners, M. Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak Sakit dan Terminal
yang telah membimbing dan memberikan materi perkuliahan demi lancarnya
terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Anak Sakit dan Terminal, penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat
kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Penyusun
ii
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
Latar Belakang..............................................................................................4
Tujuan Penulisan...........................................................................................5
Sistematika Penulisan...................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6
Konsep Penyakit …….................................................................................6
Konsep Askep Menurut Teori.....................................................................13
BAB III KASUS..............................................................................................17
Kasus...........................................................................................................17
Pembahasan.................................................................................................25
BAB V PENUTUP...........................................................................................33
Simpulan.....................................................................................................33
Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
posisi fleksi dan abduksi secara alami tanpa membatasi gerakan pinggul
mengurangi risiko DDH.
B. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui kelainan yang dialami oleh bayi pada saat lahir
4. untuk mencari solusi dan jalan keluar DDH pada bayi walupun tidak
100% bisa sembuh
C. Sistematika Penulisan
3. Daftar isi adalah suatu daftar yang membuat gambaran isi karya tulis
secara menyeluruh
5
4. Daftar gambar merupakan daftar yang menerangkan penjelasan
menggunakan gambar
6
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
7
Penyebab pasti pada kasus DDH belum dapat diketahui secara
pasti, namun secara luas kasus DDH ini diyakini sebagai gangguan
perkembangan pada seorang anak. Hal ini karena DDH dapat terjadi pada
saat kehamilan, setelah lahir, bahkan selama masa kanak-kanak.
Faktor risiko :
Genetik kelemahan ligament
Lingkungan
o Intrauterin
Desakan : kembar, oligohidramnion
Desakan dapat mengakibatkan caput femur janin yang
masih belum
terfiksasi dengan baik lepas dari acetabulum.
Hormon : Relaksin
Relaksin merupakan hormon yang muncul saat partus
untuk melemaskan tulang panggul
o Partus
Kesalahan dalam penolongan partus
Bayi dengan interpretasi bokong
o Pasca partus
Kebiasaan membedung
Pembedungan dengan sangat erat sampai membuat kaki
anak yang seharusnya fleksi menjadi ekstensi, membuat
timbulnya insiden DDH semakin tinggi.
8
3. Manifestasi Klinis
Kaki bayi panjang sebelah
Terdapat lipatan bokong dan paha yang asimetris
Lipatan bokong dan paha yang asimetris dapat menggambarkan
kemungkinan terjadi DDH pada bayi, tetapi pemeriksaan penunjang
seperti USG dan foto rontgen tetap diperlukan untuk memastikan pinggul
normal atau tidak.
9
Ketika bayi dengan DDH sudah tumbuh beberapa bulan, maka pinggul
secara bertahap akan kehilangan rentang gerak dan kedua kaki tidak akan
sama panjang karena pinggul telah tumbuh semakin ke atas.
4. Diagnosis
Anamnesa usia, factor risiko, onset gejala
Pemeriksaan fisik
o Tes Barlow suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk
menguji DDH dengan usaha mengeluarkan caput femur dari
acetabulum dengan melakukan adduksi kaki bayi dan ibu jari
pemeriksa diletakkan di lipatan paha. Positif bila saat
10
mengeluarkan femur teraba caputnya oleh ibu jari tangan
pemeriksa.
o Tes Ortoleni suatu pemeriksaan untuk memeriksa DDH
dengan memasukkan caput femur ke acetabulum dengan
melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakkan ke lateral). Positif
bila ada terasa caput yang tadi keluar saat tes Barlow kembali
masuk ke acetabulum.
o Tes Galeazzi fleksikan femur, dekatkan antara kiri dan
kanan, lihat apakah lututnya sama panjang atau tidak. Bila
tidak sama panjang berarti +.
o Tes Tredelenberg anak disuruh berdiri pada satu kaki secara
bergantian. Saat berdiri pada kaki yang terjadi DDH, akan
terlihat otot panggul abduktor menjauhi garis tubuh.
Normalnya otot panggul akan mempertahankan posisinya tetap
lurus.
5. Pemeriksaan Penunjang
USG teknik pencitraan diagnostik yang menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi dan komputer untuk membuat gambar pembuluh
darah, jaringan, dan organ. Digunakan untuk usia < 6 bulan karena
penulangan belum sempurna (tulang masih dalam bentuk tulang
rawan), jadi kalau diperiksa dengan rontgen hasilnya akan
radioluscent.
Rontgen (X-ray) sebuah tes diagnostik yang menggunakan terlihat
balok energi elektromagnetik untuk menghasilkan gambar dari
jaringan internal tulang, dan organ ke film. Digunakan untuk usia > 6
bulan. Digunakan untuk mendiagnosis dislokasi dan selanjutnya untuk
pemantauan pengobatan.
Computed Tomography Scan (Juga disebut CT atau CAT Scan.) -
sebuah prosedur pencitraan diagnostik yang menggunakan kombinasi
dari x-ray dan teknologi komputer untuk menghasilkan gambar
penampang (sering disebut iris), secara horisontal dan vertikal dari
11
tubuh. CT scan menunjukkan gambar rinci dari setiap bagian tubuh,
termasuk tulang, otot, lemak, dan organ. CT scan lebih rinci daripada
umum x-ray.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) - sebuah prosedur diagnostik
yang menggunakan kombinasi magnet besar, radiofrequencies dan
komputer untuk menghasilkan gambar detil dari organ dan struktur
dalam tubuh.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sesuai dengan derajat keparahan dan usia bayi saat
temuan klinis displasia panggul. Makin awal diketahui, makin sederhana
tatalaksana dan juga makin baik prognosis dari tatalaksana tersebut. Secara
umum penatalaksanaan dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Non-Bedah „
Pavlik Harness
Pada bayi baru lahir dengan displasia panggul dapat
dipasang Pavlik harness selama 1 hingga 2 bulan (bervariasi
pada masing-masing bayi) untuk menjaga kepala femur tetap di
dalam acetabula. Pavlik harness dirancang untuk menahan
panggul pada posisi tepat, mengencangkan ligamen di sekitar
sendi panggul dan mempertahankan pembentukan mangkok
acetabula yang normal sambil memungkinkan gerakan tungkai
yang bebas dan perawatan popok yang mudah. „
Spica cast
Beberapa kasus memerlukan reduksi tertutup sendi
panggul. Pada usia 1 sampai 6 bulan opsi tatalaksana displasia
panggul adalah spica cast (gips) di bawah anestesia.
Penggunaan spica cast memerlukan perhatian khusus dalam
perawatan bayi sehari-hari. „
Traksi Kulit
Umur bayi yang lebih tua, sekitar 6 bulan hingga 2 tahun,
ditatalaksana dengan reduksi tertutup dan spica cast. Traksi
kulit dilakukan sebelum mereduksi sendi panggul, dilakukan
12
untuk mempersiapkan jaringan lunak di sekitar panggul untuk
perubahan posisi tulang.
2) Bedah
Penatalaksanaan secara bedah dilakukan saat umur bayi sekitar 6
bulan hingga 2 tahun, jika prosedur reduksi tertutup tidak berhasil.
Dalam prosedur ini, sayatan dibuat di pinggul bayi yang
memungkinkan ahli bedah untuk melihat dengan jelas tulang dan
jaringan lunak.
Pemeriksaan Sinar-X intra-operatif dilakukan untuk memastikan
bahwa kepala femur sudah dalam posisi yang benar di acetabula.
Setelah itu, bayi ditempatkan dalam gips spica untuk mempertahankan
posisi panggul yang tepat.14 Pada anak lebih dari 2 tahun, operasi
terbuka seperti osteotomi biasanya diperlukan untuk meluruskan
kembali sudut panggul.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengertian Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah proses kegiatan praktik keperawatan langsung
pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya
berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik
keperawatan (Ali, 2009).
Proses keperawatan adalah suatu metode yang digunakan perawat untuk
memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan
biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal, melalui tahap
pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana
keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2009).
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien
merupakan salah satu wujud tanggung jawab perawat terhadap klien. Sehingga
penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan
keperawatan pada klien (Asmadi, 2008).
2. Tujuan Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu upaya pemecahan masalah dengan
tutjuan utamanya untuk membantu perawat menangani klien secara
13
komprehensif dengan dilandasi alasan ilmiah, keterampilan teknis, dan
keterampilan interpersonal. Penerapan proses keperawatan 8 tidak hanya
ditujukan untuk kepentingan klien, tetapi juga profesi keperawatan itu sendiri
(Asmadi, 2008).
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi klien adalah (Asmadi, 2008) :
a. Mempertahankan kesehatan klien.
b. Mencegah sakit yang lebih parah dan penyebaran penyakit/komplikasi
akibat penyakit.
c. Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit.
d. Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.
e. Membantu klien terminal meninggal dengan tenang.
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan,
adalah :
a. Mempraktikkan metode ptemecahan masalah dalam praktik
keperawatan.
b. Menggunakan standar praktik keperawatan.
c. Memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis.
d. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektifitas yang tinggi.
3. Sifat-sifat Proses Keperawatan
Proses keperawatan memiliki beberapa sifat yang membedakannya dengan
metode lain. Sifat pertama adalah dinamis, artinya setiap proses keperawatan
dapat kita perbarui jika situasi yang kita hadapi berubah. Sifat kedua adalah
siklus, artinya proses 9 keperawatan berjalan menurut alur (siklus) tertentu :
pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Sifat ketiga adalah saling ketergantungan, artinya masing-masing tahapan
pada proses keperawatan saling bergantung satu sama lain dan berkaitan. Sifat
terakhir adalah fleksibilitas, artinya urutan pelaksanaan proses keperawatan
dapat berubah sewaktu-waktu, sesuai dengan situasi dan kondisi klien
(Asmadi, 2008).
4. Komponen Proses Keperawatan
Komponen proses keperawatan sesuai dengan siklusnya atau alurnya :
1. Pengkajian
14
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi
yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
respon individu ( Olfah & Ghofur, 2016 ).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien terhadap
situasi yang berkaitan degan kesehatan (Tim Okja SDKI DPP PPNI,
2016).
3. Intervensi Keperawatan Menurut PPNI (2018)
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI (2019). Adapun
intervensi yang sesuai dengan penyakit diare adalah sebagai berikut:
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
15
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian
adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif,
psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah &
Ghofur, 2016).
A. Kasus
1. PENGKAJIAN
Identitas
16
a. Identitas Klien
Nama : An. H
Agama : Islam
Pendidikan : Paud
No Medrek : 00001397408
b. Identitas Ibu :
Nama : Ny. L
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTA
c. Identitas Ayah:
Nama : Tn. H
Umur : 40 thn
17
Agama : islam
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SLTA
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh tidak bisa bergerak bebas untuk bermain dan klien
merasakan nyeri di saat kaki sebelah kanan ada yang megang, nyeri
dirasakan seperti ditusuk jarum, skala nyeri 3 (0-10).
- Riwayat prenatal
Ibu klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang di derita ibu
sebelum melahirkan
- Riwayat natal
d. Riwayat Neonatal
18
e. Riwayat yang berhubungan
a. Motorik halus
b. Motorik kasar
c. Sosial
d. Bicara
g. Riwayat Imunasasi
19
No Macam Imunisasi Waktu diberikan
1 Hepatitis B
2 Polio
5 DPT
i. Status mental
- Pola kognitif
Klien saat ditanya tentang cara berhitung bisa menjawab dengan baik
dan benar dan klien dapat menceritakan pekerjaan dalam sekolahnya
dengan menggunakan Bahasa yang benar.
- Pola emosi
j. Spritual
a. Anak
20
Klien beragama islam, klien mengatakan sering berdo'a kalau
dirumah supaya bias berjalan kaya mamah dan papah. Klien dapat
berdoa di depan perawat untuk kesembuhan kakinya.
b. Orang tua
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pengukuran pertumbuhan
- Tinggi badan : 96 cm
- Berat badan : 15 kg
- Lingkar kepala : 51 cm
- Lingkar dada : 53 cm
- Lingkar perut : 55 cm
b. Tanda-tanda vital
4. Suhu : 37,5 c
c. Keadaan umum
1. Penampilan : berkeringat
21
2. Gaya bicara : baik, lancer dan jelas
d. Kulit :warna kulit sawo matang, akral hangat, CRT <3 detik, kuku bersih
dan pendek, tidak ada lesi dan tidak ada edema
f. Kepala
2. Hidung : tidak ada nyeri tekan sinus, tidak ada lesi, tidak ada
22
6. Dada : betuk dada simetris. RR: 17 x/menit, nafas reguler
Ektremitas :
- Atas : bentuk normal, tidak ada nyeri saat klien pleksi ekstensi,
hiperekstensi dan rotasi. Reflek bisef dan trisef (+/+), kekuatan otot
kiri 5 dan kanan 5.
- Bawah : bentuk normal, nyeri pada kaki kanan klien saat diatur
posisi oleh perawat, kaki kiri tidak ada nyeri saat pleksi, ekstensi,
hiperekstensi dan rotasi. Reflek patella dan bebinski (+) kaki kiri, kaki
kanan tidak dilakukan karena klien post op, klian terpasang traksi
kekutan otot kanan 0/5
2. DATA PENUNJANG
Hasil laboratorium
HEMOATOLOGI
PT-INR
23
Hemotologi 14 parameter
Hematokrit 35 L : 34 – 40%
Index eritrosit
MCV 73.0 75 – 87 fl
MCH 24.7 24 – 30 pg
MCHC 33.8 31 – 37
Penatalaksaan Medis
24
Cefazolin : 2 x 500 mg via iv
3. ANALISA DATA
DO : ↓
Intensitas nyeri di
persepsikan
25
↓
Nyeri akut
Resiko infeksi
26
Kekuatan otot
ekstremitas 5/5 dan
bawah 0/5
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post Operasi) d.d tampak meringis,
mengeluh nyeri (D.0077)
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Kolaborasikan
pemberian
analgetic, jika
perlu
- Kolaborasi - Untuk
pemberian mengetahui
imuniasi, jika dan merawat
29
perlu luka
- Agar
mencegah
terjadinya
infeksi kembali
30
perawatan diri - Siapkan keperluan memfasilitasi
meningkat pribadi (mis: pasien dalam
6. Minat parfum sikat gigi, merawat
melakukan dan sabun mandi) dirinya
perawatan diri
- Dampingi dalam - agar pasien
meningkat
melakukan dapat
1.
perawatan diri melakukan
sampai mandiri perawatan diri
dengan teratur
- Fasilitasi untuk
menerima keadaan - untuk pasien
ketergantungan dapat merawat
dirinya tanpa
- Fasilitasi
harus
kemandirian, bantu
diperintah dan
jika tidak mampu
dilakukan
melakukan
dengan
perawatan diri
konsisten
- Jadwalkan rutinitas
perawatan dir
Edukasi
- Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemampuan
31
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Diharapkan agar semua orang baik yang akan menjadi orang tua
ataupun sudah bisa mewaspadai dislokasi panggul ini. Agar bisa melakukan
penegakan diagnosis dini dan pengobatan sedini mungkin ini sangat penting
untuk memberikan prognosis terbaik. Pengobatan DDH berubah seiring usia
awal presentasi DDH. Pada usia lebih lanjut, penatalaksanaan melibatkan
teknik operasi yang memiliki lebih banyak komplikasi dan hasil fungsional
lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA
x
2. International Hip Dysplasia Institute. [Online].; 2012 [cited 2013 June 13th.
Available from: HYPERLINK "http://www.hipdysplasia.org/developmental-
dysplasia-of-the-hip/child-treatment-methods/"
http://www.hipdysplasia.org/developmental-dysplasia-of-the-hip/child-
treatment-methods/.
33
3 Benedictus Deriano. Diagnosis Dini Displasia Panggul. CDK-280/ vol. 46 no.
11 th. 2019.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Diagnosis+Dini+Displasia+Panggul.pdf
34