Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DDH (Developmental Dysplasia of the Hip)

PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKETAL

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak Sakit dan
Terminal)

Dosen pengampu : Lisbet Oktavia Manalu S.Kep., Ners, M. Kep.

DISUSUN OLEH:

1121248 IMAS SANTINAH

1121205 SIPHA INDIYANI

1121238 RENDY SETIAWAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak
Sakit dan Terminal dengan judul “Asuhan keperawatan pada anak DDH
(Developmental Dysplasia of the Hip) dengan gangguan sistem moskulosketal”.

Terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Lisbet Oktavia Manalu S.Kep.,
Ners, M. Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak Sakit dan Terminal
yang telah membimbing dan memberikan materi perkuliahan demi lancarnya
terselesaikan tugas makalah ini.

Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Anak Sakit dan Terminal, penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat
kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Bandung, Desember 2023

Penyusun

ii
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
Latar Belakang..............................................................................................4
Tujuan Penulisan...........................................................................................5
Sistematika Penulisan...................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6
Konsep Penyakit …….................................................................................6
Konsep Askep Menurut Teori.....................................................................13
BAB III KASUS..............................................................................................17
Kasus...........................................................................................................17
Pembahasan.................................................................................................25
BAB V PENUTUP...........................................................................................33
Simpulan.....................................................................................................33
Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Displasia panggul (DDH), talipes equinovarus kongenital, dan


polydactyly/ syndactyly, dikenal sebagai tiga kelainan kongenital yang
paling umum pada anak-anak. Displasia panggul pada awalnya disebut
sebagai displasia kongenital panggul (CDH/ Congenital Dysplasia of Hip)
dan diubah oleh Pediatric Orthopedic Society of North American dari
CDH menjadi DDH pada tahun 1992, yang dapat lebih menggambarkan
kompleksitas dan spektrum kelainan ini secara anatomi dan klinis.

Displasia panggul atau DDH (Developmental Dysplasia of Hip)


merupakan perkembangan abnormal panggul berupa displasia, subluksasi,
dan dislokasi sendi panggul pada anak-anak. Displasia acetabular
menyebabkan kelainan pengembangan acetabulum, termasuk ukuran,
bentuk, dan susunan.

Pada subluksasi sendi panggul, kepala femur tergeser sebagian dari


posisi normalnya, namun masih terdapat kontak dengan acetabulum. Pada
dislokasi sendi panggul, kepala femur tidak memiliki kontak dengan
acetabulum. Dislokasi sendi dapat dibagi menjadi tipe yang dapat
dikembalikan dan tipe yang tidak dapat dikembalikan ke posisi semula.
Pinggul disebut dapat didislokasikan jika terjadi perpindahan kepala femur
dari tepi acetabulum ke bagian tengah acetabulum saat diberi gaya tekan
ke arah posterior pada posisi aduksi.

Kejadian DDH lebih tinggi dalam budaya yang masih


menggunakan kain lampin atau bedong untuk membungkus kedua
ekstremitas bawah dalam posisi ekstensi maksimal dan adduksi. Studi
pada penduduk asli Amerika menunjukkan, setelah perubahan cara
penggunaan lampin tradisional ke cara menyelimuti bayi dengan longgar
dan aman, terjadi penurunan prevalensi displasia. Pengalaman serupa
didokumentasikan di Jepang dan Turki. Dengan menjaga kaki dalam

4
posisi fleksi dan abduksi secara alami tanpa membatasi gerakan pinggul
mengurangi risiko DDH.

Faktor risiko pada jenis kelamin perempuan (80% kasus) mungkin


karena kelemahan ligamen sebagai akibat hormon relaksin ibu. Sebagian
besar (60%) kasus terjadi pada sisi kiri, sedangkan sisi kanan 20% dan
20% bilateral. Sisi kiri lebih sering, mungkin karena posisi oksiput kiri
anterior pada sebagian besar bayi baru lahir tidak sungsang, pinggul bayi
dalam posisi adduksi terhadap tulang belakang ibu dengan ruang terbatas
untuk gerak abduksi. Posisi bokong mungkin merupakan faktor risiko
tunggal yang penting. Faktor risiko lain termasuk anak pertama, kelainan
postur, oligohidramnion, dan riwayat keluarga positif. Bukti terbaru
menunjukkan bahwa prematuritas bukan faktor risiko untuk DDH.

B. Tujuan Penulisan

Sebagaimana yang telah di uraikan pada latar belakang diatas maka


tujuan penulisan ini untuk :

1. untuk mengetahui kelainan yang dialami oleh bayi pada saat lahir

2. untuk membahas lebih lanjut apa penyebab bisa terjadinya DDH

3. untuk meningkatkan pengetahuan ibu terkait DDH

4. untuk mencari solusi dan jalan keluar DDH pada bayi walupun tidak
100% bisa sembuh

C. Sistematika Penulisan

1. Lembar Judul adalah identitas yang memberikan gambaran mengenai


isi masalah

2. Kata pengantar berisikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang


membantu membuat makalah

3. Daftar isi adalah suatu daftar yang membuat gambaran isi karya tulis
secara menyeluruh
5
4. Daftar gambar merupakan daftar yang menerangkan penjelasan
menggunakan gambar

5. Daftar pustaka merupakan sumber ilmu yang diambil dalam penulisan

6
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Displasia perkembangan pinggul adalah suatu kondisi bawaan


kelainan panggul yang didapat sejak lahir berupa dislokasi pada panggul
karena acetabulum dan caput femur tidak berada pada tempat seharusnya.
Hal ini dapat terjadi sekali dalam setiap 1.000 kelahiran hidup. Sendi
panggul diciptakan seperti bola dan sendi soket. Pada Developmental
Dysplasia of the Hip, soket pinggul bisa jadi dangkal, sehingga "bola" dari
tulang kaki yang panjang tidak pada tempatnya, juga dikenal sebagai caput
femoral menyelinap keluar dari soket. Caput femoral bisa saja bergerak
sebagian atau seluruhnya keluar dari soket pinggul.

2. Etiologi

7
Penyebab pasti pada kasus DDH belum dapat diketahui secara
pasti, namun secara luas kasus DDH ini diyakini sebagai gangguan
perkembangan pada seorang anak. Hal ini karena DDH dapat terjadi pada
saat kehamilan, setelah lahir, bahkan selama masa kanak-kanak.
Faktor risiko :
 Genetik  kelemahan ligament
 Lingkungan
o Intrauterin
 Desakan : kembar, oligohidramnion
Desakan dapat mengakibatkan caput femur janin yang
masih belum
terfiksasi dengan baik lepas dari acetabulum.
 Hormon : Relaksin
Relaksin merupakan hormon yang muncul saat partus
untuk melemaskan tulang panggul
o Partus
 Kesalahan dalam penolongan partus
 Bayi dengan interpretasi bokong
o Pasca partus

 Kebiasaan membedung
Pembedungan dengan sangat erat sampai membuat kaki
anak yang seharusnya fleksi menjadi ekstensi, membuat
timbulnya insiden DDH semakin tinggi.

8
3. Manifestasi Klinis
 Kaki bayi panjang sebelah
 Terdapat lipatan bokong dan paha yang asimetris
Lipatan bokong dan paha yang asimetris dapat menggambarkan
kemungkinan terjadi DDH pada bayi, tetapi pemeriksaan penunjang
seperti USG dan foto rontgen tetap diperlukan untuk memastikan pinggul
normal atau tidak.

9
Ketika bayi dengan DDH sudah tumbuh beberapa bulan, maka pinggul
secara bertahap akan kehilangan rentang gerak dan kedua kaki tidak akan
sama panjang karena pinggul telah tumbuh semakin ke atas.

 Kalau sudah berjalan, jalannya tidak seimbang.


 Nyeri
Nyeri biasanya tidak terdapat pada bayi dan anak-anak dengan displasia
pinggul, tapi rasa sakit adalah gejala yang paling umum dari displasia
pinggul selama masa remaja atau sebagai dewasa muda.

4. Diagnosis
 Anamnesa  usia, factor risiko, onset gejala
 Pemeriksaan fisik
o Tes Barlow  suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk
menguji DDH dengan usaha mengeluarkan caput femur dari
acetabulum dengan melakukan adduksi kaki bayi dan ibu jari
pemeriksa diletakkan di lipatan paha. Positif bila saat

10
mengeluarkan femur teraba caputnya oleh ibu jari tangan
pemeriksa.
o Tes Ortoleni  suatu pemeriksaan untuk memeriksa DDH
dengan memasukkan caput femur ke acetabulum dengan
melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakkan ke lateral). Positif
bila ada terasa caput yang tadi keluar saat tes Barlow kembali
masuk ke acetabulum.
o Tes Galeazzi  fleksikan femur, dekatkan antara kiri dan
kanan, lihat apakah lututnya sama panjang atau tidak. Bila
tidak sama panjang berarti +.
o Tes Tredelenberg  anak disuruh berdiri pada satu kaki secara
bergantian. Saat berdiri pada kaki yang terjadi DDH, akan
terlihat otot panggul abduktor menjauhi garis tubuh.
Normalnya otot panggul akan mempertahankan posisinya tetap
lurus.

5. Pemeriksaan Penunjang
 USG  teknik pencitraan diagnostik yang menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi dan komputer untuk membuat gambar pembuluh
darah, jaringan, dan organ. Digunakan untuk usia < 6 bulan karena
penulangan belum sempurna (tulang masih dalam bentuk tulang
rawan), jadi kalau diperiksa dengan rontgen hasilnya akan
radioluscent.
 Rontgen (X-ray)  sebuah tes diagnostik yang menggunakan terlihat
balok energi elektromagnetik untuk menghasilkan gambar dari
jaringan internal tulang, dan organ ke film. Digunakan untuk usia > 6
bulan. Digunakan untuk mendiagnosis dislokasi dan selanjutnya untuk
pemantauan pengobatan.
 Computed Tomography Scan (Juga disebut CT atau CAT Scan.) -
sebuah prosedur pencitraan diagnostik yang menggunakan kombinasi
dari x-ray dan teknologi komputer untuk menghasilkan gambar
penampang (sering disebut iris), secara horisontal dan vertikal dari

11
tubuh. CT scan menunjukkan gambar rinci dari setiap bagian tubuh,
termasuk tulang, otot, lemak, dan organ. CT scan lebih rinci daripada
umum x-ray.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI) - sebuah prosedur diagnostik
yang menggunakan kombinasi magnet besar, radiofrequencies dan
komputer untuk menghasilkan gambar detil dari organ dan struktur
dalam tubuh.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sesuai dengan derajat keparahan dan usia bayi saat
temuan klinis displasia panggul. Makin awal diketahui, makin sederhana
tatalaksana dan juga makin baik prognosis dari tatalaksana tersebut. Secara
umum penatalaksanaan dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Non-Bedah „
 Pavlik Harness
Pada bayi baru lahir dengan displasia panggul dapat
dipasang Pavlik harness selama 1 hingga 2 bulan (bervariasi
pada masing-masing bayi) untuk menjaga kepala femur tetap di
dalam acetabula. Pavlik harness dirancang untuk menahan
panggul pada posisi tepat, mengencangkan ligamen di sekitar
sendi panggul dan mempertahankan pembentukan mangkok
acetabula yang normal sambil memungkinkan gerakan tungkai
yang bebas dan perawatan popok yang mudah. „
 Spica cast
Beberapa kasus memerlukan reduksi tertutup sendi
panggul. Pada usia 1 sampai 6 bulan opsi tatalaksana displasia
panggul adalah spica cast (gips) di bawah anestesia.
Penggunaan spica cast memerlukan perhatian khusus dalam
perawatan bayi sehari-hari. „
 Traksi Kulit
Umur bayi yang lebih tua, sekitar 6 bulan hingga 2 tahun,
ditatalaksana dengan reduksi tertutup dan spica cast. Traksi
kulit dilakukan sebelum mereduksi sendi panggul, dilakukan
12
untuk mempersiapkan jaringan lunak di sekitar panggul untuk
perubahan posisi tulang.
2) Bedah
Penatalaksanaan secara bedah dilakukan saat umur bayi sekitar 6
bulan hingga 2 tahun, jika prosedur reduksi tertutup tidak berhasil.
Dalam prosedur ini, sayatan dibuat di pinggul bayi yang
memungkinkan ahli bedah untuk melihat dengan jelas tulang dan
jaringan lunak.
Pemeriksaan Sinar-X intra-operatif dilakukan untuk memastikan
bahwa kepala femur sudah dalam posisi yang benar di acetabula.
Setelah itu, bayi ditempatkan dalam gips spica untuk mempertahankan
posisi panggul yang tepat.14 Pada anak lebih dari 2 tahun, operasi
terbuka seperti osteotomi biasanya diperlukan untuk meluruskan
kembali sudut panggul.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengertian Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah proses kegiatan praktik keperawatan langsung
pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya
berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik
keperawatan (Ali, 2009).
Proses keperawatan adalah suatu metode yang digunakan perawat untuk
memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan
biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal, melalui tahap
pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana
keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2009).
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien
merupakan salah satu wujud tanggung jawab perawat terhadap klien. Sehingga
penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan
keperawatan pada klien (Asmadi, 2008).
2. Tujuan Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu upaya pemecahan masalah dengan
tutjuan utamanya untuk membantu perawat menangani klien secara

13
komprehensif dengan dilandasi alasan ilmiah, keterampilan teknis, dan
keterampilan interpersonal. Penerapan proses keperawatan 8 tidak hanya
ditujukan untuk kepentingan klien, tetapi juga profesi keperawatan itu sendiri
(Asmadi, 2008).
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi klien adalah (Asmadi, 2008) :
a. Mempertahankan kesehatan klien.
b. Mencegah sakit yang lebih parah dan penyebaran penyakit/komplikasi
akibat penyakit.
c. Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit.
d. Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.
e. Membantu klien terminal meninggal dengan tenang.
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan,
adalah :
a. Mempraktikkan metode ptemecahan masalah dalam praktik
keperawatan.
b. Menggunakan standar praktik keperawatan.
c. Memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis.
d. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektifitas yang tinggi.
3. Sifat-sifat Proses Keperawatan
Proses keperawatan memiliki beberapa sifat yang membedakannya dengan
metode lain. Sifat pertama adalah dinamis, artinya setiap proses keperawatan
dapat kita perbarui jika situasi yang kita hadapi berubah. Sifat kedua adalah
siklus, artinya proses 9 keperawatan berjalan menurut alur (siklus) tertentu :
pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Sifat ketiga adalah saling ketergantungan, artinya masing-masing tahapan
pada proses keperawatan saling bergantung satu sama lain dan berkaitan. Sifat
terakhir adalah fleksibilitas, artinya urutan pelaksanaan proses keperawatan
dapat berubah sewaktu-waktu, sesuai dengan situasi dan kondisi klien
(Asmadi, 2008).
4. Komponen Proses Keperawatan
Komponen proses keperawatan sesuai dengan siklusnya atau alurnya :
1. Pengkajian

14
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi
yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
respon individu ( Olfah & Ghofur, 2016 ).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien terhadap
situasi yang berkaitan degan kesehatan (Tim Okja SDKI DPP PPNI,
2016).
3. Intervensi Keperawatan Menurut PPNI (2018)
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI (2019). Adapun
intervensi yang sesuai dengan penyakit diare adalah sebagai berikut:
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan

15
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian
adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif,
psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah &
Ghofur, 2016).

BAB III KASUS

A. Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DENGAN GANGGUAN


SISTEM MUSKULOSKLETEAL (DDH BILATERAL OF HIP JOINT)
DI RUANGAN BEDAH ANAK RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG

1. PENGKAJIAN

Identitas

16
a. Identitas Klien

Nama : An. H

Usia/Tanggal lahir : 4 tahun / 25 Desember 2009

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : Paud

Suku/ Bangsa : Sunda/ Indonesia

Alamat : kp.karawang wetan. Kab. Sukabumi

Tanggal masuk : 29 Oktober 2014

Tanggal Pengkajian :10 November 2014

No Medrek : 00001397408

Diagnosa medis : DDH Bilateral of Hip Joint

b. Identitas Ibu :

Nama : Ny. L

Umur Agama : 36 tahun

Suku Bangsa : sunda/Indonesia

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SLTA

Alamat : kp.karawang wetan. Kab. Sukabumi

c. Identitas Ayah:

Nama : Tn. H

Umur : 40 thn

17
Agama : islam

Suku Bangsa : Sunda/Indonesia

Pekerjaan : wiraswasta

Pendidikan : SLTA

Alamat : kp.karawang wetan. Kab. Sukabumi

Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

orang tua mengatakan anaknya berjalan seperti bebek dan klien


mengeluh nyeri kaki kanan.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengeluh tidak bisa bergerak bebas untuk bermain dan klien
merasakan nyeri di saat kaki sebelah kanan ada yang megang, nyeri
dirasakan seperti ditusuk jarum, skala nyeri 3 (0-10).

c. Riwayat kesehatan dahulu

- Riwayat prenatal

Ibu klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang di derita ibu
sebelum melahirkan

- Riwayat natal

Ibu klien mengatakan anaknya lahir prematur dengan kelahiran 6


bulan 20 hari dengan BB 1,6 kg dan panjang 46 cm

d. Riwayat Neonatal

Ibu mengatakan lahir ankanya di bidan dan anaknya di rawat di rumah


sakit sukabumi dengan di lakukan tindakan inkubator selama 1 bulan
2 minggu

18
e. Riwayat yang berhubungan

- Cacat bawaan/penyakit (Keluarga mengatakan penyakit yang diderita


sekarang bawaan lahir

- Pernah dirawat di RS (reaksi hospitalisasi)) Keluaraga mengatakan


klien pernah pertama dirawat di rumah sakit sukabumi dan sekarng
klien mengatakan tidak takut masuk rumah sakit karena ingin jalan
normal kaya ibu dan ayahnya.

f. Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Motorik halus

Anak sudah dapat menggambar lingkaran ketika perawat memberikan


contoh gambar lingkaran, anak dapat meletakkan 6 bulan kubus satu
persatu.

b. Motorik kasar

Sebelum masuk RS, klien mengatakan klien dapat mengayuh sepeda


dan berlompat.

c. Sosial

Klien dapat mencuci dan mengeringkan tangannya dengan baik


sebelum dan setelah makan, anak dapat memakai baju dan celana
sendiri sebelum di rawat di RS dan klien dapat bermain bersama
dengan teman-teman sebaya nya.

d. Bicara

Kemampuan bicara klien baik dan jelas, klien mampu menyebutkan


nama asli dan kepanjanganya, klien mampu bercerita pengalaman
sekolah di Paud bersama teman-temannya, klien mampu
menyanyikan 1 lagu anak-anak dengan jelas dan benar.

g. Riwayat Imunasasi

19
No Macam Imunisasi Waktu diberikan

1 Hepatitis B

2 Polio

3 BCG Diberikan dalam waktu 1 tahun


selesai
4 Campak

5 DPT

h. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada dalam keluarga yang mempunyai riwayat


jalan seperti klien, dan tidak ada riwayat penyakit hipertensi, DM, dan
Penyakit lainnya.

i. Status mental

- Pola kognitif

Klien saat ditanya tentang cara berhitung bisa menjawab dengan baik
dan benar dan klien dapat menceritakan pekerjaan dalam sekolahnya
dengan menggunakan Bahasa yang benar.

- Pola emosi

saat kaki nya di lakukan tindakan klien marah-marah dan meringis


kesakitan. klien terkadang marah-marah jika permintaan nya tidak
dituruti oleh ibunya maupun sama perawatnya.

j. Spritual

a. Anak

20
Klien beragama islam, klien mengatakan sering berdo'a kalau
dirumah supaya bias berjalan kaya mamah dan papah. Klien dapat
berdoa di depan perawat untuk kesembuhan kakinya.

b. Orang tua

Keluarga beragama islam, keluarga yakin dengan berusaha, sabar dan


berdo'a penyakit yang diderita klien akan sembuh dan dapat berjalan
dengan normal.

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pengukuran pertumbuhan

- Tinggi badan : 96 cm

- Berat badan : 15 kg

- Lingkar kepala : 51 cm

- Lingkar dada : 53 cm

- Lingkar perut : 55 cm

- Lingkar lengan atas :15 cm

b. Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : 90/50 mmhg

2. Frekuensi Nadi : 90x/menit

3. Frekuensi respirasi : 17x/menit

4. Suhu : 37,5 c

c. Keadaan umum

1. Penampilan : berkeringat

21
2. Gaya bicara : baik, lancer dan jelas

3. Kesadaran : compomentis (CM) GCS: 13 E: 4 M: 4 V:5

d. Kulit :warna kulit sawo matang, akral hangat, CRT <3 detik, kuku bersih
dan pendek, tidak ada lesi dan tidak ada edema

e. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe

f. Kepala

1. Mata : konjungtiva warna merah muda, selera warna putih,

lapang pandang normal, pergerakan bola mata bebas


kesegala arah, klien bias membaca huruf yang ditulis
perawat.

2. Hidung : tidak ada nyeri tekan sinus, tidak ada lesi, tidak ada

sumbatan saat bernafas, keadaan hidung klien bersih, klien


mampu

3. Mulut : membedakan bau-bauan seperti jeruk dan kayu putih.

bibir klien lembab, tidak ada edema gusi, gusi wama


merah muda, tidak ada lesi, mukosa mulut lembab, klien
dapat membedakan rasa manis (gula), rasa asin (garam),
pahit (kopi) dan asam (jeruk).

4. Telinga :kedua telinga klien simetris sejajar dengan ujung mata,


tidak ada serumen, tidak ada lesi, tida ada edema dan klien
dapat bembedakan gerakan kertas yang digesekan oleh
perawat yaitu menjauh atau mendekat ketelinga klien.

5. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, JVP :betuk


dada simetris. RR: 17 x/menit, nafas reguler

22
6. Dada : betuk dada simetris. RR: 17 x/menit, nafas reguler

7. Abdomen : bentuk datar, umbilical tidak menonjol, tidak ada edema

tidak ada lesi, bising usus 7x/menit di kuadran 3, tidak ada


nyeri

8. Punggung : tidak ada kelainan pada punggung klien

Ektremitas :

- Atas : bentuk normal, tidak ada nyeri saat klien pleksi ekstensi,
hiperekstensi dan rotasi. Reflek bisef dan trisef (+/+), kekuatan otot
kiri 5 dan kanan 5.

- Bawah : bentuk normal, nyeri pada kaki kanan klien saat diatur
posisi oleh perawat, kaki kiri tidak ada nyeri saat pleksi, ekstensi,
hiperekstensi dan rotasi. Reflek patella dan bebinski (+) kaki kiri, kaki
kanan tidak dilakukan karena klien post op, klian terpasang traksi
kekutan otot kanan 0/5

2. DATA PENUNJANG

Hasil laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

HEMOATOLOGI

PT-INR

Massa prothrombin (PT) 13.9 11.2 – 15.2 detik

INR 1.04 0.81 – 1.2 detik

APTT 41.2 22.2 – 42.2

23
Hemotologi 14 parameter

Hemoglobin 11.8 L : 111.5 – 13.5 g/dl

Hematokrit 35 L : 34 – 40%

Eritrosit 4.78 L : 3.995 – 5.26 juta

Keukosit 9.100 5500 – 15500/mm

Trombosit 417.000 150000 – 450000/mm

Index eritrosit

MCV 73.0 75 – 87 fl

MCH 24.7 24 – 30 pg

MCHC 33.8 31 – 37

Morfolofi darah tepi

Eritrosit : nornokrom anosositosis

Leukosit : jumlah cukup, tidak


ada kelainan morfologi

Trombosit : jumlah cukup,


tersebar

Penatalaksaan Medis

 Infus NaCl 0.9% : 1500cc/24jam . 21 tpm

 Ranitidine : 2 x ½ amp via iv

24
 Cefazolin : 2 x 500 mg via iv

 Tramadol : 2 x ½ amp drip

 Katerolac : 2 x ½ amp via iv

 Cefodroxyl : 2 x 250 mg via oral

 Pcr : 3 x 500 mg via oral

3. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Adanya luka post op Nyeri akut

 Ibu klien mengatakan ↓


kaki kanannya
Merusak jaringan normal
sering sakit

 Klien mengatakan sakit
pada kaki Jaringan mengeluarkan
kanannya zat kimia

 DO : ↓

 Klien meringis Stimulus di tangkap


kesakitan saat di respon nyeri
sentuh kaki

kanannya
Diterukan ke hipotalamus
 Klien terpasang traksi
dan kortex
pada kaki
kanannya ↓

Intensitas nyeri di
persepsikan

25

Nyeri akut

2 DS : Adanya bekas insisi Resiko infeksi


bedah pada kaki kanan
DO :

 Subu 37,5 C
Terbentuknya jaringan
 Nadi 86x menit
normal
 Adanya kemerahan

pada daerah luka
Mikroorganisme masuk
ke dalam luka

Resiko infeksi

3 DS : Ketidakmampuan dan Deficit perawatan


ketidaktahuan keluarga diri
 Keluarga klien
dalam merawat klien
mengatakan rambut
lengket, gigi kotor, dan ↓
badannya lengket
Aktifitas klien terhambat
 DO :

 Rambut klien lengket
Keadaan umum klien
dan bau
kotor
 Gigi berwarna kuning

 Aktifitas klien
Deficit perawatan diri
terhambat dengan
adanya luka post op
pada kaki kanan

26
 Kekuatan otot
ekstremitas 5/5 dan
bawah 0/5

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post Operasi) d.d tampak meringis,
mengeluh nyeri (D.0077)

b. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit (D.0142)

c. Deficit perawatan diri b.d gangguan musculoskeletal d.d tidak mampu ke


toilet dan berhias secara mandiri (D.0109)

5. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan

1 (D.0077) L.08066 I.08238 - untuk


mengatahui
Nyeri akut b.d setelah diberikan Manajemen Nyeri
area luka
agen pencedera asuhan Observasi :
fisik (post keperawatan - untuk
- Indentifikasi
Operasi) d.d selama 3 kali 24 mengetahui
lokasi,
tampak jam, diharapkan tingkat nyeuri
karakteristik
meringis, Tingkat Nyeri yang
durasi, frekuensi,
mengeluh nyeri Menurun dengan dirasakan
kualitas, intensitas
kriteria hasil:
nyeuri. - untuk
1.Keluhan nyeri mengetahui
- Identifikasi skala
menurun penyebab
nyeri
nyeri
2.Meringis
- Identifikasi factor
menurun - untuk
memperberat dan
membantu
27
3.Sikap proteksi memperingan mengatasi
menurun nyeri nyeri agar
tidak selalu
4.Perilaku Terapeutik :
bergantung
membaik
- Berikan Teknik pada obat
5.Nafsu makan nonfarmakologi
- mengedukasi
membaik untuk mengurangi
agar
nyeri (Teknik
mengetahui
distraksi)
penyebab,
Edukasi cara
perawatan
- Jelaskan
nyeri, dan
penyebab, periode
pemicu
dan pemicu nyeuri
terjadinya
- Ajarkan cara nyeri
strategi
- untuk
meredakan nyeuri
mengurangi
dengan menarik
rasa sakit
nafas dalam.
yang
Kolaborasi dirasakan

- Kolaborasikan
pemberian
analgetic, jika
perlu

2 (D.0142) L.14137 I.14539 - Untuk


mengetahui
Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
adanya infeksi
b.d kerusakan tindakan
Observasi :
integritas kulit keperawatan 3x24 - Untuk
jam diharapkan - Monitor tanda dan mencegah
Tingkat Infeksi gejala infeksi infeksi
28
menurun, dengan lokasi dan sistemik semakin parah
kriteria hasil :
Terapeutik - Untuk
1. demam mengatasi
- Batasi jumlah
menurun edema pada
pengunjung
kulit dan
2. kemerahan
- Berikan perawatan mencegah
menurun
kulit pada daerah infeksi
3. bengkak edema menyebar luas
menurun
- Cuci tangan - Mencegah
sebelum dan infeksi
sesudah kontak terkontasi
dengan pasien dan bakteri dan
lingkungan pasien bakteri infeksi
tidak menyebar
- Pertahankan Teknik
pada bagian
aseptic pada pasien
lain
berrsiko tinggi
- Agar pasien
Edukasi
mengetahui
- Jelaskan tanda dan tanda dan
gejala infeksi gejala infeksi
sehingga dapat
- Ajarkan cara
melakukan
meningkatkan
perawatan dini
asupan cairan
- Untuk
- Anjarkan cara
mempercepat
memeriksa luka
proses
Kolaborasi penyembuhan

- Kolaborasi - Untuk
pemberian mengetahui
imuniasi, jika dan merawat
29
perlu luka

- Agar
mencegah
terjadinya
infeksi kembali

3 (D.0109) L.11103 I.11348 - Untuk


mengetahui
Deficit Setelah dilakukan Dukungan Perawatan
kemampuas
perawatan diri tindakan perawatan Diri
melakukan
b.d gangguan selama 3x24 jsm
Observasi perawatan diri
musculoskeletal diharapkan
pada pasien
d.d tidak mampu Perawatan Diri - Identifikasi
ke toilet dan Meningkat dengan kebiasaan - Untuk
berhias secara kriteria hasil : perawatan diri mengetahui
mandiri sesuai usia tingkat
1. Kemampuan
keparahan
mandi - Monitor tingkat
defisit
meningkat kemandirian
perawatn diri
2. Kemampuan
- Identifikasi
mengenakan - Untuk
kebutuhan alat
pakaian mengetahui
bantu kebersihan
meningkat alat bantu yang
diri, berpakaian,
3. Kemampuan diperlukan
berhias, dan
makan untuk
makan
meningkat perawatan
4. Kemampuan ke Terapeutik
- Agar
toilet
- Sediakan menciptakan
(BAB/BAK)
lingkungan yang suasana yang
meningkat
terapeutik (mis: rilek pada
5. Verbalisasi
suasana hangat, pasien
keinginan
rileks, privasi)
melakukan - untuk

30
perawatan diri - Siapkan keperluan memfasilitasi
meningkat pribadi (mis: pasien dalam
6. Minat parfum sikat gigi, merawat
melakukan dan sabun mandi) dirinya
perawatan diri
- Dampingi dalam - agar pasien
meningkat
melakukan dapat
1.
perawatan diri melakukan
sampai mandiri perawatan diri
dengan teratur
- Fasilitasi untuk
menerima keadaan - untuk pasien
ketergantungan dapat merawat
dirinya tanpa
- Fasilitasi
harus
kemandirian, bantu
diperintah dan
jika tidak mampu
dilakukan
melakukan
dengan
perawatan diri
konsisten
- Jadwalkan rutinitas
perawatan dir

Edukasi

- Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemampuan

31
BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Displasia


panggul atau DDH (Developmental Dysplasia of Hip) merupakan
perkembangan abnormal panggul berupa displasia, subluksasi, dan dislokasi
sendi panggul pada anak-anak. Displasia acetabular menyebabkan kelainan
pengembangan acetabulum, termasuk ukuran, bentuk, dan susunan.

Dislokasi dibagi menjadi dua subtipe: Dislokasi pada bayi sehat


disebut tipikal, dapat terjadi sebelum atau sesudah kelahiran. Dislokasi
berhubungan dengan gangguan neuromuskuler disebut teratologik dan terjadi
sebelum lahir. Perkembangan normal pinggul anak bergantung pada stabilitas
kongruen kepala femur dalam acetabulum. Sendi pinggul tidak akan
32
berkembang dengan baik jika tidak stabil dan tidak anatomis, sehingga akan
tetap abnormal sampai usia berjalan anak .

melakukan penegakan diagnosis dini dan pengobatan sedini


mungkin sangat penting untuk memberikan prognosis terbaik. Pengobatan
DDH berubah seiring usia awal presentasi DDH. Pada usia lebih lanjut,
penatalaksanaan melibatkan teknik operasi yang memiliki lebih banyak
komplikasi dan hasil fungsional lebih buruk.

B. Saran

Diharapkan agar semua orang baik yang akan menjadi orang tua
ataupun sudah bisa mewaspadai dislokasi panggul ini. Agar bisa melakukan
penegakan diagnosis dini dan pengobatan sedini mungkin ini sangat penting
untuk memberikan prognosis terbaik. Pengobatan DDH berubah seiring usia
awal presentasi DDH. Pada usia lebih lanjut, penatalaksanaan melibatkan
teknik operasi yang memiliki lebih banyak komplikasi dan hasil fungsional
lebih buruk.

DAFTAR PUSTAKA
x

1. Lucile Packard Children’s Hospital California. [Online].; 2013 [cited 2013


June 13th. Available from: HYPERLINK
"http://www.lpch.org/DiseaseHealthInfo/HealthLibrary/orthopaedics/ddh.html"
http://www.lpch.org/DiseaseHealthInfo/HealthLibrary/orthopaedics/ddh.html

2. International Hip Dysplasia Institute. [Online].; 2012 [cited 2013 June 13th.
Available from: HYPERLINK "http://www.hipdysplasia.org/developmental-
dysplasia-of-the-hip/child-treatment-methods/"
http://www.hipdysplasia.org/developmental-dysplasia-of-the-hip/child-
treatment-methods/.

33
3 Benedictus Deriano. Diagnosis Dini Displasia Panggul. CDK-280/ vol. 46 no.
11 th. 2019.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Diagnosis+Dini+Displasia+Panggul.pdf

34

Anda mungkin juga menyukai