Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FISIOTERAPI PEDIATRIK

“CHD (Congenital Hip Dislocation)”

Oleh :

ERWIN ERIANTO
PO.71.4.241.17.1.011

D. IV A FISIOTERAPI
TINGKAT III

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya. Salawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Ucapan terima kasih kepada dosen yang telah memberi bimbingan dan
masukan sehingga makalah yang berjudul ” CHD (Congenital Dislocation of Hip) ” dapat
penulis selesaikan.

Pembuatan makalah ini adalah guna untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah


PEDATRIK pembelajaran di semester ini.

Kiranya makalah ini bisa bermanfaat bagi pihak yang membaca. Meski begitu, kami
sadar bahwa makalah ini perlu perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun dari pembaca akan diterima dengan senang hati. Akhirnya, kami ucapkan
terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, 12 Desember 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1

C. Tujuan Pembelajaran........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Definisi.............................................................................................................................3

B. Etiologi.............................................................................................................................3

C. Epidemiologi.....................................................................................................................4

D. Patologi.............................................................................................................................5

E. Hasil Anamnesis...............................................................................................................5

F. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang...........................................................................6

G. Penegakan Diagnosis........................................................................................................6

H. Rencana Penatalaksanaan.................................................................................................7

I. Penatalaksanaan Fisioterapi..............................................................................................7

J. Prognosis...........................................................................................................................8

BAB III PENUTUP....................................................................................................................9

A. Kesimpulan.......................................................................................................................9

B. Saran.................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelainan bawaan pada sistem muskuloskeletal memiliki keistimewaan yakni selama
perkembangannya baik pertumbuhan maupun pematangan dapat mengakibatkan kelainan
menetap yang lebih berat, atau sebaliknya menghasilkan perbaikan sehingga kelainannya
sama sekali hilang. Oleh karena itu pada pendekatan dan pengelolaan harus dipikirkan
kemungkinan efek pertumbuhan dan maturasi dengan pengaruhnya terhadap anatomi dan
faal.
Diagnosis pascanatal dini kelainan bawaan menjadi tanggung jawab dokter keluarga,
dokter kebidanan dan dokter anak yang pertama kali memeriksa anak yang baru lahir.
Sebagian kelainan, seperti pes ekuinovarus bawaan sangat mudah didiagnosis karena jelas
terlihat pascalahir, akan tetapi Congenital Dislocation of the Hip (CDH) sering tidak
segera kelihatan pada waktu lahir dan hanya dengan pemeriksaan yang cermat dan khusus
kelainan ini dapat diketahui.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa diagnosis dini dan pengobatan dini merupakan
syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Orang tua memegang peran
utama pada pengelolaan anaknya yang menyandang cacat bawaan dan perlu mendapat
penjelasan sehingga perasaan bersalah mereka dapat diganti dengan pemikiran positif dan
penerimaan pada kondisi yang ada sehingga dapat bekerja sama selama pengobatannya.
Congenital Dislocation of the Hip (CDH) atau dislokasi panggul kongenital adalah
satu fase dari berbagai ketidakstabilan pinggul pada bayi- bayi yang baru lahir. Biasanya
pada saat kelahiran, pinggul benar- benar stabil dan dipertahankan berfleksi sebagian.
Tetapi kadang- kadang sendi tak stabil dalam arti bahwa sendi itu berdislokasi atau dapat
berdislokasi, artinya meskipun biasanya berada di tempatnya, sendi itu dengan mudah
dapat dibuat berdislokasi dengan manipulasi perlahan- lahan.

B. Rumusan Masalah
1) Apa Definisi dari Congenital Dislocation of Hip ?
2) Apa Etiologi dari Congenital Dislocation of Hip ?
3) Apa Epidemiologi dari Congenital Dislocation of Hip ?
4) Apa Patologi dari Congenital Dislocation of Hip ?
5) Bagaimana Hasil Anamnesis dari Congenital Dislocation of Hip ?
6) Bagaimana Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang pada Congenital Dislocation of
Hip ?
7) Apa Penegakan Diagnosa dari Congenital Dislocation of Hip?
8) Bagaimana Rencana Penatalaksanaan pada Congenital Dislocation of Hip?
9) Bagaimana Penatalaksanaan pada Congenital Dislocation of Hip?
10) Apa Prognosis dari Congenital Dislocation of Hip ?

C. Tujuan Pembelajaran
1) Untuk Mengetahui Apa Definisi dari Congenital Dislocation of Hip ?
2) Untuk Mengetahui Apa Etiologi dari Congenital Dislocation of Hip ?
3) Untuk Mengetahui Apa Epidemiologi dari Congenital Dislocation of Hip ?
4) Untuk Mengetahui Apa Patologi dari Congenital Dislocation of Hip ?
5) Untuk Mengetahui Bagaimana Hasil Anamnesis dari Congenital Dislocation of Hip ?
6) Untuk Mengetahui Bagaimana Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang pada
Congenital Dislocation of Hip ?
7) Untuk Mengetahui Apa Penegakan Diagnosa dari Congenital Dislocation of Hip?
8) Untuk Mengetahui Bagaimana Rencana Penatalaksanaan pada Congenital Dislocation
of Hip?
9) Untuk Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan pada Congenital Dislocation of Hip?
10) Untuk Mengetahui Apa Prognosis dari Congenital Dislocation of Hip ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam bahasa Indonesia adalah
Dislokasi Panggul Kongenital, mempunyai istilah lain yang lebih baru yaitu DDH
(Developmental Displacement of the Hip). DDH merupakan kelainan kongenital dimana
terjadi dislokasi pada panggul karena acetabulum dan caput femur tidak berada pada
tempat seharusnya. DDH mencakup subluksasi, dislokasi dan displasia (kegagalan
pertumbuhan tulang acetabulum dan proximal femur). Dislokasi panggul adalah femoral
head berada diluar dari acetabulum tetapi masih didalam kapsul. Subluksasi panggul
adalah femoral head bergeser ke samping juga atas dan masih bersentuhan dengan bagian
dari acetabulum. Panggul stabil pada posisi fleksi dan abduksi, pada subluksasi posisi
panggul ekstensi dan adduksi. Saat panggul mengalami dislokasi atau subluksasi,
perkembangan tulang femoral head dan acetabulum menjadi tidak normal, yang akan
menyebabkan displasia.

B. Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab yang diduga berhubungan dengan terjadinya
Congenital Dislocation of the Hip (CDH), antara lain:
1) Faktor genetik
Faktor genetik pasti berperan pada etiologi, karena dislokasi kongenital
cenderung berlangsung dalam keluarga dan bahkan dalam seluruh populasi (misalnya
orang Italia Utara). Wynne- Davies (1970) menemukan dua ciri warisan yang dapat
mempengaruhi ketidakstabilan pinggul yakni sendi yang longgar merata, suatu sifat
yang dominan dan displasia acetabulum, suatu sifat poligenik yang ditemukan pada
kelompok yang lebih kecil (terutama gadis) yang menderita ketidakstabilan yang
menetap. Tetapi ini bukan keterangan satu- satunya karena pada 4 dari 5 kasus hanya
1 yang mengalami dislokasi. 2,3
2) Faktor hormonal
Yaitu tingginya kadar estrogen, progesteron dan relaksin pada ibu dalam
beberapa minggu terakhir kehamilan, dapat memperburuk kelonggaran ligamentum
pada bayi. Hal ini dapat menerangkan langkanya ketidakstabilan pada bayi prematur,
yang lahir sebelum hormon- hormon mencapai puncaknya. 2,3
Ditambahkan adalah pengamatan bahwa selama periode neonatal, bayi relatif
membawa estrogen dari ibunya. Hal ini menenangkan ligamen di dalam tubuh.
Beberapa bayi sangat sensitif terhadap estrogen, sehingga menyebabkan ligament
panggul menjadi terlalu lemah, dan panggul tidak stabil. 2,3
3) Malposisi intrauterin
Terutama posisi bokong dengan kaki yang berekstensi, dapat mempermudah
terjadinya dislokasi, ini berhubungan dengan lebih tingginya insidensi pada bayi yang
merupakan anak sulung, dimana versi spontan lebih sedikit kemungkinannya untuk
terjadi.
Dislokasi unilateral biasanya mempengaruhi pinggul kiri, ini sesuai dengan
presentasi verteks biasa (occiput anterior kiri) dimana pinggul kiri agak beradduksi.
4) Faktor pascakelahiran
Dapat membantu menetapnya ketidakstabilan neonatal dan gangguan
perkembangan acetabulum. Dislokasi sering kali ditemukan pada orang Lapps dan
orang Indian Amerika Utara yang membedong bayinya dan menggendongnya dengan
kaki merapat, pinggul dan lutut sepenuhnya berekstensi, dan jarang pada orang Cina
Selatan dan Negro Afrika yang membawa bayi pada punggungnya dengan kedua kaki
berabduksi lebar- lebar. Ada juga bukti dari percobaan bahwa ekstensi lutut dan
pinggul secara serentak mengakibatkan dislokasi panggul selama perkembangan awal
(Yamamuro dan Ishida, 1984).2

C. Epidemiologi
Insidensi dari Developmental Displacement pada panggul, adalah satu dalam seribu
kelahiran. Lebih dari setengahnya mengalami kelainan bilateral. Pada bayi perempuan
delapan kali lebih sering ditemukan mengalami kelainan ini dari pada bayi laki-laki.
Lebih sering ditemukan pada bayi dengan riwayat keluarga positif dan riwayat kelahiran
sungsang. Insiden meningkat pada kebiasaan membedong bayi yang menyebabkan
panggul dalam posisi ekstensi dan asuksi. Mendekati garis tengah tubuh. Barlow
melakukan studi bahwa lebih dari 60% dari instabilitas panggul menjadi stabil dalam
waktu satu minggu, 88% menjadi stabil pada usia dua bulan dan 12% dengan instabilitas
menetap. (Jurnal Skala Husada, 2012)
D. Patologi
Saat kelahiran panggul, meskipun tak stabil mungkin bentuknya normal
(McKibbin, 1970), tetapi capsul sering merentang dan berlebih – lebihan.
Selama masa kanak–kanak beberapa perubahan timbul, beberapa di antaranya
mungkin menunjukkan displasia primer pada acetabulum dan /atau femur proksimal,
tetapi kebanyakan di antaranya muncul karena adaptasi terhadap ketidakstabilan
menetap dan pembebanan sendi secara abnormal.
Caput femoris mengalami dislokasi di bagian posterior tetapi dengan ekstensi
pinggul, caput itu pertama – tama terletak posterolateral dan kemudian superolateral
pada acetabulum. Soket tulang rawan terletak dangkal dan anteversi. Caput femoris
yang bertulang rawan ukurannya normal tetapi inti tulangnya terlambat muncul dan
osifikasinya tertunda selama masa bayi.
Caput teregang dan ligamentum teres menjadi panjang dan hipertrofi. Di
bagian superior, labrum asetabulum dan tepi kapsulnya dapat didorong ke dalam soket
oleh caput femoris yang berdislokasi; libus fibrokartilaginosa ini dapat menghalangi
usaha reduksi tertutup terhadap caput femoris.
Setelah mulai menyangga badan perubahan – perubahan ini lebih hebat.
Acetabulum dan colum femur tetap anteversi dan tekanan dari caput femoris
menyebabkan terbentuknya suatu soket palsu di atas acetabulum dan m. psoas,
menimbulkan suatu penampilan jam pasir (hourglass). Pada saatnya otot di
sekelilingnya menyesuaikan diri dengan memendek.

E. Hasil Anamnesis
1) Jarang diketahui oleh orang tua secara dini, sehingga banyak pasien datang dengan
usia 1 tahun ke atas.
2) Kelainan berjalan (tidak seimbang atau seperti pincang)
3) Bayi mengalami keterlambatan perkembangan
4) Kaki bayi sedikit pasif
5) Kaki yang mengalami gangguan pendek sebelah
6) Lipatan paha kanan dan kiri berbeda
7) Anak seperti menyeret kaki ketika mulai merangkak
8) Kelahiran bayi sungsang
9) Ibu biasa membedong bayi
F. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
1) Pemeriksaan Fisik
a) Tes Barlow
Suatu manuver yang bertujuan untuk menguji DDH dengan usaha
mengeluarkan kaput femur dari acetabulum dengan melakukan adduksi kaki bayi
dan ibu jari pemeriksa diletakkan dilipatan paha. Positif bila saat mengeluarkan
kaput femur, teraba kaputnya oleh ibu jari pemeriksa dan ada bunyi 'klik'.
b) Tes Ortolani
Suatu manuver uji DDH dengan memasukkan kaput femur ke acetabulum
dengan melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakan ke lateral). Positif bila: 
Ada bunyi klik saat trokanter mayor ditekan ke dalam dan terasa caput yang tadi
keluar saat tes Barlow masuk ke acetabulum.  Sudut abduksi < 60 derajat
(suspek DDH). Normalnya, sudut abduksi = 65 sampai 80 derajat.
c) Tanda Galeazzi
Fleksikan femur, dekatkan antara yang kiri dan kanan, lihat apakah lututnya
sama panjang atau tidak. Positif bila tidak sama panjang.
d) Tes Tradelenberg
Anak berdiri 1 kaki secara bergantian. Saat berdiri pada kaki yang DDH (+),
akan terlihat. Otot panggul abduktor (menjauhi garis tubuh). Normalnya, otot
panggul akan mempertahankan posisinya tetap lurus.
2) Pemeriksaan Penunjang :
a) Rontgen : Terlihat miring yang berlebihan pada bagian asetabulum yang
mengalami penulangan, ini merupakan indikasi dari dysplasia pada acetabulum,
pergeseran ke atas dan ke samping dari femoral head. (Jurnal Skala Husada, 2012)

G. Penegakan Diagnosis
1) Activity Limitation
Tidak dapat berjalan seimbang
2) Body Function & Structure Impairment
Acetabulum dan caput femur tidak berada pada tempat seharusnya (dislokasi)
3) Participation Restriction
Adanya gangguan saat bermain dengan teman sebayanya
4) Diagnosa Fisioterapi
Tidak dapat berjalan seimbang akibat dislokasi acetabulum dan caput femur
sehingga terdapat gangguan saat bermain dengan teman sebayanya.

H. Rencana penatalaksanaan
1) Tujuan
Berjalan dengan normal dan seimbang
2) Prinsip terapi
Prinsip umum terapi adalah mengembalikan panggul ke posisi semula dan
mempertahankan posisi stabil hingga komponen dari panggul membaik dan panggul
stabil dalam posisi menopang berat tubuh.
3) Konseling – edukasi
Perhatikan posisi kaki anak, posisi abduksi atau rotasi internal yang dipaksa
(posisi katak), harus dihindari. Panggul dipertahankan pada posisi stabil yaitu fleksi
sedikit abduksi, disebut juga posisi manusia oleh hip spica cast.
4) Kriteria rujukan
Pasien rujukan dokter
I. Penatalaksanaan Fisioterapi
Cara melakukan penatalaksanaan pada kasus ini dilakukan berdasarkan usia, semakin
muda usia anak maka semakin mudah tata laksananya.

a. 0-3 bulan, dapat dilakukan dengan cara:


1) Pemakaian popok double untuk menyangga femur tetap fleksi
2) Penggunaan Pavlik Harness.
3) Setelah 3-4 bulan pemakaian popok double/Pavlik Harness dilakukan cek radiografi
dan pemeriksaan fisik. Bila membaik maka penggunaan popok double dan Pavlik
Harness dihentikan.
b. 3-8 bulan, dengan cara:
1) Dilakukan traksi beberapa minggu
2) Subcutaneus adductor tenotomy
3) Setelah itu cek radiografi untuk melihat posisi, bila sudah pas, maka dapat dilakukan
fiksasi dengan spica (diganti setiap 2 bulan) sampai hasil radiografi baik.
c. 8 bulan - 5 tahun, dengan cara:
1) Dilakukan subcutaneus adductor tenotomy
2) Open reduksi => fiksasi dengan spica
d. >5 tahun
Operasi penggantian sendi (dilakukan dengan memasang protesis). Tidak
dilakukan lagi perbaikan karena dislokasi sudah terlalu lama dan posisinya sudah jauh
dari seharusnya. Bila dilakukan penarikan secara paksa ligamen dan otot,
kemungkinan dapat mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan saraf (tidak dapat
ditarik).

J. Prognosis
Kondisi membaik
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam bahasa Indonesia adalah
Dislokasi Panggul Kongenital, mempunyai istilah lain yang lebih baru yaitu DDH
(Developmental Displacement of the Hip).
Kelainan bawaan pada sistem muskuloskeletal memiliki keistimewaan yakni selama
perkembangannya baik pertumbuhan maupun pematangan dapat mengakibatkan kelainan
menetap yang lebih berat, atau sebaliknya menghasilkan perbaikan sehingga kelainannya
sama sekali hilang. Oleh karena itu pada pendekatan dan pengelolaan harus dipikirkan
kemungkinan efek pertumbuhan dan maturasi dengan pengaruhnya terhadap anatomi dan
faal.
Diagnosis pascanatal dini kelainan bawaan menjadi tanggung jawab dokter keluarga,
dokter kebidanan dan dokter anak yang pertama kali memeriksa anak yang baru lahir.
Sebagian kelainan, seperti pes ekuinovarus bawaan sangat mudah didiagnosis karena
jelas terlihat pascalahir, akan tetapi Congenital Dislocation of the Hip (CDH) sering
tidak segera kelihatan pada waktu lahir dan hanya dengan pemeriksaan yang cermat dan
khusus kelainan ini dapat diketahui.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, Dejong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005

Apley Graham dkk. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley Edisi ke-7. Jakarta: Widya

Medika; 1995

Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue; 2003

Pediatric Physical Therapy, Jan S. Tecklin.2008.

Functional Movement Development, Donna J. Cech. Suzanne “Tink” Martin. 2012

Motor skill Acquisition in the First Year,Lois Bly, M.A.,PT. 1994.

Principal Of Neural Science, Eric R. Candel. 2000.

Motor Control, Anne Shumway Cook, PT, PhD. , Marjorie H. Wollacott, PhD. 2001.

Anda mungkin juga menyukai