Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STASE PEDIATRI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


SCOLIOSIS

Disusun oleh:
Zasqia Ikhwani Sabrina

PROFESI STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA

2021
HALAMAN PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS SCOLIOSIS

MAKALAH

Disusun oleh :
Zasqia Ikhwani Sabrina
2010306040

Makalah ini telah diperiksa dan disetujui oleh clinical educator

sebagai pemenuhan tagihan kasus stase pediatri

Pada Tanggal :

23 Januari 2021

Mengesahkan

Clinical educator

Fisioterapi Mulyosari Timur Surabaya

Yasin Galih Ardi, S.Tr. Kes

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Fisioterapi Pada kasus
Scoliosis ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan


sehingga makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh
karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai
dengan tepat waktu.

2. Ibu Qoryatullisty, SSt. Ft sebagai pembimbing lahan di YPAC Jakarta.

3. Ibu Lailatuz Zaidah, M. Or pembimbing kampus Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

4. Teman-teman sejawat Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah


Yogyakarta.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan menfaatnya sehingga memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Wa’laikumsalam Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Jakarta, Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi scoliosis ............................................................................ 3
B. Etiologi scoliosis.............................................................................. 3
C. Tadan dan gejala scoliosis................................................................ 4
D. Patofisiologi scoliosis ..................................................................... 5
E. Intervensi scoliosis .......................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandungarti
kondisi patologik.Vertebra servikal,torakal, dan lumbal membentuk kolumnavertikal
dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitastulang
belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional.Bentuk
skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengankomponen
lateral,anterior posterior dan rotasional.Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis
struktural dan non struktural(postural). Pada skoliosis postural, deformitas bersifat
sekunder atau sebagaikompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang,
misalnya dengan kakiyang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul,
bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang. Pada
skoliosis strukturalterapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada segmen tulang
belakang yang terkena.
Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra;
processusspinosus memutar kearah konkavitas kurva.Skoliosis structural dapat dibagi
menjadi tiga kategori utama : kongenital,neuromuskular, dan skoliosisidiopatik.
Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik,Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10
derajat dilaporkan dengan prevalensi0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi
dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajatyaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden
yang terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling
banyak dijumpai di Eropa daripada AmerikaUtara, dan lebih banyak laki-laki dari
pada perempuan.
B. Rumusan Makalah
1. Bagaimana definisi Skoliosis?
2. Bagaimana etiologi dari Skoliosis?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari Skoliosis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Skoliosis?
5. Bagaimana intervensi fisioterapi pada Skoliosis?

1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi Skoliosis
2. Untuk mengetahui etiologi dari Skoliosis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Skoliosis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Skoliosis
5. Untuk mengetahui intervensi fisioterapi pada Skoliosis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Skoliosis

Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis
ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh
sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat
perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur
penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya.
Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”. Skolisis merupakan
penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga
wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah
belakang. Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat
menjadi dewasa. Skoliosis : melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai
rotasi vertebral.

B. Etiologi Skoliosis
Walaupun penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa
perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik, hormonal,
abnormalitas pertumbuhan, gangguan biomekanik dan neuromuskular tulang, otot dan
jaringan fibrosa.
1. Faktor genetic
Dilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada
perkembangan scoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan
scoliosis idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat
penyakit scoliosis.
2. Faktor hormonal.
Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab scoliosis. Sekresi
melatonin pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas scoliosis
dibandingkan dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga
diduga mempunyai peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan
progresivitas skoliosis pada umumnya dilaporkan pada pasien dengan growth
hormone.

3
3. Perkembangan Spinal dan Teori Biomekanik
Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan
penyebab dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana dihubungkan
dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja
4. Abnormalitas Jaringan.
Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen
tulang belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab
skoliosis. Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti syndrome
Marfan (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan
displasia fibrosa pada tulang.
C. Tanda dan gejala dari Skoliosis
1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
2. bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3. nyeri punggung
4. kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5. skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bias
menyebabkan gangguan pernafasan.
Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke
kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri;
sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin
lebih tinggi dari pinggul kiri.
Awalnya penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan sakit pada
tubuhnya karena memang skoliosis tidak selalu memberikan gejala–gejala yang
mudah dikenali. Jika ada pun, gejala tersebut tidak terlalu dianggap serius karena
kebanyakan mereka hanya merasakan pegal–pegal di daerah punggung dan
pinggang mereka saja.skoliosis tidak menunjukkan gejala awal. Kesannya hanya
dapat dilihat apabila tulang belakang mulai bengkok. Jika keadaan bertambah
buruk, skoliosis menyebabkan tulang rusuk tertonjol keluar dan penderita
mungkin mengalami masalah sakit belakang serta sukar bernafas. Dalam
kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita mulai
menitik beratkan soal penampilan diri. Walaupun skoliosis tidak mendatangkan
rasa sakit, rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri.

4
Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat
yang sangat ringan sampai pada derajat yang sangat berat. Skoliosis derajat ringan
misalnya pembengkokan yang sedikit. Biasanya penderita tidak banyak
mengeluhkan apa-apa. Bahkan kadangkala orang sekitarnya yg merasa terganggu
dengan struktur bengkok tersebut misalnya orang tua penderita. Derajat
pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut sudut Cobb. Dari
besarnya sudut skoliosis dapat dibagi :
Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20”
Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 – 40”
Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41”
Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan melalui
operasi.
D. Patofisiologi
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut scoliosis ini berawal dari
adanya syaraf – syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas – ruas
tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada
pada garis yang normal yang bentuk nya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena
suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang
bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu
bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang
belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau
seperti huruf S atau pun huruf.
E. Intervensi Fisioterapi pada Skoliosis
1. Infra Red
Pemberian terapi panas menggunakan IR dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut: Persiapan alat yang dilakukan meliputi jenis lampu (disini
penulis menggunakan jenis non luminous),kemudian terapis memeriksa kabelnya,
setelah dapat dipastikan bahwa lampu aman untuk digunakan kemudian terapis
menyiapkan alat pengatur waktu selama 15 menit, terakhir terapis menyiapkan
handuk dan tisu yang akan digunakan untuk menutup mata pasien.
Pasien ditidurkan tengkurap atau miring dengan senyaman mungkin,
kepala beralaskan bantal dengan penggung yang akan diterapi dibersihkan terlebih
dahulu. Lampu IR diposisikan tegak lurus dengan wajah sisi kiri jarak diatur
antara 45-60 cm, alat pengatur waktu dipasang selama 10 menit, kemudian

5
lampu dihidupkan.
2. Mobilisasi trunk, shoulder dan thorax
a. Mobilisasi trunk
1) Posisi anak duduk, fiksasi pada knee dan ankle agar selalu dalam posisi
anatomis. Peluk anak dari belakang, posisikan tangan anak kedepan.
Berikan tarikan perlahan keatas dengan hitungan 8 kali, lalu gerakan ke
arah fleksi dan ekstensi.
2) Menggerakan ke lateral fleksi dengan fiksasi pada samping tubuh anak
dan menstabilkan paha anak. Tarik trunk dengan pelan sampai 8 kali
hitungan.
3) Menggerakkan ke arah rotasi trunk dengan fiksasi pada samping tubuh
anak dan samping thorax untuk mendorong tubuh ke arah rotasi
dengan pelan sampai 8 kali hitungan.
b. Mobilisasi shoulder dan thorak
1. Posisi anak tidur miring ke kiri dengan kepala terganjal bantal,
ganjal bagian bawah anak dengan bantal untuk melawan kurva
scoliosis. Mobilisasi shoulder dextra dengan menggerakkan ke arah
protaksi-retraksi, elevasi-depresi, dan rotasi.
2. Mobilisasi thorax dengan fiksasi pada shoulder dan pelvic,
stretching sampai 8 kali hitungan. Lalu dengan mengerakan sisi
lateral tangan, stretching pada masing-masing m.intercostaliske
arah cranio-lareral.
3. Lakukan juga pada posisi miring ke kanan, namun pada mobilisasi
thorax dilakukan dengan menekan thorax ke bawah (bagian bawah
anak tidak diganjal bantal) dorong/ tekan perlahan sampai 8 kali
hitungan.
Dosis: masing-masing gerakan mobilisasi diulang 3 kali.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Scoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang
abnormal dari spine (tulang belakang).Skoliosis dibagi menjadi functional: Pada
tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal
berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Neuromuscular:
Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine
terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau
mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya. Degenerative: Pelemahan dari
ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine
digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu
lekukan dari spine yang abnorma.
Tanda dan gejala skoliosis : tulang belakang melengkung secara abnormal
ke arah samping, bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya, nyeri
punggung· kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama.

7
DAFTAR PUSTAKA

Swaney, M.R., and R.A. Hess. 2003. The effects of core stabilization on balance and posture
in female collegiate swimmers. Abstract. J Athl Train 38(2): S-95.

Taimela, S., M. Kankaanpaa, and S. Luoto. 1999. The effect of lumbar fatigue on the ability
to sense change in lumbar position. A controlled study. Spine 24(13): 1322-7.

Anda mungkin juga menyukai