OLEH :
YULIA APRILIANA
2010306108
MAKALAH
Disusun oleh :
Yulia Apriliana
2010306108
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Oleh :
Pembimbing :
Tanda tangan:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Fisioterapi Pada kasus lesi pleksus
brachialis” ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu
makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun
1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat
waktu,
Yogyakarta.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah presentasi ini,
namun penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penyusun.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
A. Asessment Fisioterapi..................................................................4
B. Rencana Intervensi.......................................................................7
C. Diagnosis Fisioterapi....................................................................9
D. Intervensi......................................................................................9
A. Implikasi Klinis...........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
iv
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
Pleksus bracialis merupakan serabut saraf yang berasal dari ramus anterior radiks
saraf c5-t1. C5dan c6 bergabung membentuk trunk superior, c7 membentuk tunk medial,
c8 dan t1 bergabung membentuk tunk inferior. Trunkus berjalan melewati klavikula dan
disana membentuk percabangan atau divisi anterior dan posterior. Divisi anterior dari
trunkus-trunkus inferior dan medial membentuk fasikulus lateral. Divisi anterior dari
Radialis dan n. Axilaris. Fasikulus lateral terbagi dua dimana cabang yang satu membentuk
n. Muskulokutanius dan cabang yang lainnya bergabung dengan fasikulus medial untuk
membentuk n. Medianus. Fasikulus medial terbagi dua dimana cabang pertama ikut
Lesi pleksus brakhialis kejadiannya adalah 10% dari lesi saraf perifer dan kira-kira
14% lesi neurologik di anggota gerak atas. Penyebabnya beragam dimana trauma
merupakan penyebab tersering terlebih lagi karena letaknya di daerah leher dan bahu yang
sering bergerak(adi,2013). Pleksus brachialis adalah anyaman serat saraf yang berjalan dari
tulang belakang c5-t1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan akhirnya ke seluruh
lengan (atas dan bawah). Serabut saraf yang ada akan didistribusikan ke berberapa bagian
lengan(wikipedia,2013).
B. Etiologi kasus
Di temukan lebih dari 30 penyebab lesi pleksus brakhialis, tetapi yang sering terjadi
1
antara lain (subagyo,2013):
a. Trauma
b. Trauma persalinan
1) Sholder dystocia,
4) Kelahiran sungsang,
6) Multiparitas,
7) Maternal diabetes .
C. Patologi kasus
Pada kasus ini lesi plexus brachialis terjadi akibat benturan keras sendi bahu yang
mengakibatkan terminal plexus robek.terjadi karena tarikan yang kuat antara leher dengan
bahu atau antara ekstremitas atas dengan trunk.patologi saraf muncul diantara dua titik.
Pada titik proksimal di medulla spinalis dan akar saraf (nerve root junction), sedangan pada
titik distal ada di neuromuscular junction. Processus coracoideus sebagai pengungkit saat
hiper abduksi yang kuat pada bahu. Selain arah gerakan yang kuat pada plexus brachialis ,
kecepatan tarikan menentukan terjadinya kerusakan saraf. Sehingga terjadilah cedera pada
2
D. Tanda dan gejala kasus
Tanda dan gejala pada lesi plexus brachialis adalah ditandai dengan adanya paralisis
pada otot deltoid, otot biceps, otot ekstensor karpi radialis brevis dan ekstensor karpi radialis
longus, kadang – kandang juga otot supraspinatus dan infraspinatus yang disebabkan karena
tergangguna otot yang terdinerfasi oleh percabangan syaraf plexus brachialis. Kemudian
akan menyebabkan hilangnya gerakan abduksi, adduksi, fleksi dan ekstensi shoulder,
endorotasi dan eksorotasi shoulder, gerakan fleksi dan ekstensi elbow, gerakan dorso fleksi
dan palmar fleksi, serta kadang-kadang adanya hilang rasa sensoris di area dermaton c5-th1
dan atrofi bahkan kontraktur pada grup otot fleksor dan ekstensor lengan (kimberly, 2009).
3
BAB II
PROSES FISIOTERAPI
A. Assesment Fisioterapi
dikelompokkan menjadi :
a. Anamnesis umum pada anamnesis umum didapatkan data berupa ; (1) nama (2)
umur : (3) agama (4) pekerjaan (5) alamat (6) no.catatan medik
1) Keluhan utama
keluhan utama pasien pada kasus ini adalah adanya odeam pada bagian yang
mengalami luka bakar, nyeri dan dalam beberapa kasus terjadi kontraktur.
4
sedang mengalami peyakit lainnya.
5) Riwayat pribadi
6) Riwayat keluarga
c. Anamnesis system
1) Kepala dan leher dalam anamnesis pasien apakah ada mengeluh pusing dan kaku
leher.
2) Kardiovaskuler dalam anamnesis pasien apakah ada keluhan nyeri dada dan
jantung berdebardebar.
4) Gastrointestinalis apakah ada keluhan mual, muntah, bab lancar dan terkontrol.
penggerak dan keterbatasan pada area yang terkena atau anggota gerak lainnya
2. Pemeriksaan obyektif
5
pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
a. Vital sign terdiri dari ; (1) tekanan darah, (2) nadi,(3) pernapasan, (3) temperatur,
b. Inspeksi dari pemeriksaan inspeksi statis apakah ada atropi pada tungkai atau
kontraktur, sedangkan inspeksi secara dinamis dapat diamati bahwa pada saat
c. Palpasi palpasi pada kasus ini untuk menentukan apakah ada odeam, spasme, nyeri
3. Pemeriksaan gerak pemeriksaan gerak ini meliputi pemeriksaan gerak aktif dan
a. Pemeriksaan gerak aktif pada kasus ini pemeriksaan gerak aktif dilakukan mandiri
b. Pemeriksaan gerak pasif pada kasus ini mengukur rom pada anggota gerak atas
c. Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan pada kasus ini pasien di minta untuk
menggerakan anggota gerak dengan di beri tahanan pada bagian distal dengan
memori pasien bagus, pasien mampu memahami dan mengikuti instruksi terapis
6
dengan baik. Pemeriksaan intrapersonal apakah mempunyai semangat untuk cepat
meliputi :
a. Fungsional dasar pada kasus ini apakah pasien mengalami kesulitan atau gangguan
saat melakukan aktifitas fungsional dasar seperti berdiri keduduk serta duduk
keberdiri.
b. Aktivitas fungsional : pada kasus ini, apakah pasien mampu berjalan dan naik turun
C. Akivitas fungsional berupa makan, berpindah dari kursi roda ketempat tidur dan
berjalan ditempat datar (jika tidak mampu jalan melakukannya dengan kursi roda), naik
bak.
B. Diagnosis fisioterapi
7
anamnesis,pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang lainnya.diagnosis fisioterapi
adalah hasil proses kajian klinis yang menghasilkan identifikasiadanya gangguan ataupun
1. Gangguan/kelemahan (impairment)
3. Ketidakmampuan(disabilities )
4. Sindrom( syndromes ).
olehpasien.
3. Sebagai acuan pemeriksa dalam menentukan intervensi yang baik, benar, dan
bermanfaat.
olahraga,trauma, dll.
koordinasi, dll.
dengan diagnosis topik, diagnosis klinik, dan diagnosis kerja. Diagnosis fungsi ft dapat saja
berubah dalam topik dan klinik yang sama karena adanya perubahan patofisiologi
C. Rencana intervensi
2. Mencegah atrofi
D. Intervensi
gelombang 7700-4 juta a. Infra merah mempunyai dua buah gelombang yaitu:
9
(2) Mengurangi spasme otot,
untuk lampu luminous antara 35-45 cm. Waktu yang digunakan untuk penyinaran
antara 10-30menit(sujatno,2002).
suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan
kulit(parjoto, 2006).
(1) Mekanisme periferal stimulasi listrik yang diaplikasikan pada serabut saraf
akan menghasilkan impuls saraf yang akan berjalan dengan dua arah
2006).
10
(2) Mekanisme segmental tens konvensional menghasilkan efek analgesia
kornu dorsalis medula spinalis. Ini mengacu pada teori gerbang kontrol
(gate control theory) yang dikemukakan melzack dan wall (1965) yang
inhibisi yang dikenal sebagai subtansia gelatinosa dan yang terletak di cornu
posterior dan sel t yang merelai informasi dari pusat yang lebih tinggi.
berdiameter besar a beta dan a alfa serta serabut berdiameter kecil a delta
(3) Mekanisme endorfin rangsangan sensoris yang diberikan pada kulit berupa
pag (bagian dari batang otak) memproduksi endorfin yang bersifat analgesik
3. Terapi latihan
a. Finger ladder
obyektif dan memotivasi pasien melakukan latihan untuk meningkatkan lgs bahu.
Finger ladder biasanya dibuat dari kayu yang ditempelkan pada dinding.
latihan dengan finger ladder bertujuan untuk meningkatkan lgs bahu pada
gerakan fleksi dan abduksi. Ladder terkunci pada dinding dengan titik yang paling
rendah + 30 inchi dari lantai. Finger ladder mempunyai stepstep seperti gerigi yang
11
digunakan untuk rambatan jari-jari tangan saat menggerakkan lengan ke atas. Jari
yang digunakan untuk merambat adalah jari ii (jari telunjuk) dan iii (jari tengah).
b. Hold relax
hold relax adalah suatu teknik yang menggunakan kontraksi isometris yang
relaksasi otot-otot tersebut. Hold relax bermanfaat untuk rileksasi otot dan
menjadi rileks sehingga gerakan kearah agonis lebih mudah dilakukan dan dapat
tujuan pemberian terapi hold relax adalah untuk memperbaiki mobilisasi atau
12
BAB 3
PENUTUP
A. Implikasi klinis
pemberian terapi latihan baik secara aktif maupun pasif, baik menggunakan alat maupun
tanpa menggunakan alat dapat memberikan efek naiknya adaptasi pemulihan kekuatan
tendon, ligament serta dapat menambah kekuatan otot, sehingga dapat mempertahankan
peningkatan kekuatan otot karena adanya stimulasi pada otot yang mengalami gangguan.
Dalam otot normal, stimulasi listrik membangkitkan kontraksi dengan eksitasi saraf motorik
bukan eksitasi otot secara langsung. Serat saraf motoris normal hanya memerlukan durasi
pulsa pendek untuk bisa mengalami eksitasi atau depolarisasi, sedangkan tanggap rangsang
13
DAFTAR PUSTAKA
Kisner, c. And colby, l. A. 1996. Therapeutic exercise foundation and tachnique. Third edition, f.
Parjoto s. 2006. Terapi listrik untuk modulasi nyeri. Semarang: ikatan fisioterapi indonesia
cabang semarang
Setiawan, 2012. Pemeriksaan fisioterapi pada lesi syaraf perifer: disajikan dalam perkulihan d3
Surakarta.
Suroto h, whardani i lukita, dan maria patricia,2009. Tatalaksana plexus brachialis dewasa.
14