PAPER
Disusun oleh:
KEVIN
140100149
Pembimbing:
dr. Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp. M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Branch Retinal Artery Occlusion”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepanitraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Vanda
Virgayanti, M. Ked (Oph), Sp. M selaku pembimbing yang telah memberikan saran
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun agar kedepannya menjadi lebih baik. Paper ini
diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi referensi dalam
pengembangan wawasan di bidang medis.
Kevin
i
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR ISI
ii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR GAMBAR
iii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR TABEL
iv
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN
Insiden oklusi arteri retina menigkat sesuai dengan pertambahan usia (puncak
usia 80 tahun), jenis kelamin pria, dan memiliki pola yang sesuai dengan stroke.
Berdasarkan data epidemiologi Amerika Serikat diketahui insiden CRAO kira-kira
1 banding 100.000. Faktor resiko yang terkait dengan oklusi arteri berupa merokok,
hipertensi, obesitas, hiperkolesterolemia, diabetes, dan penyakit jantung.2
1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Tatalaksana BRAO dapat dibagi menjadi fase akut dan fase kronis, Giant Cell
Arteritis dapat dipertimbangkan pada pasien dengan usia lanjut. Tatalaksana dapat
berupa modifikasi gaya hidup, berhenti merokok, dan menurunkan berat badan.
Prinsip penatalaksanaan diharapkan fokus pada pencegahan untuk meminimalisasi
kecenderungan kejadian iskemia. Prognosis pada mata dengan BRAO simptomatik
pada umumnya baik, dan visus biasanya membaik hingga 20/40 atau lebih pada
80% mata yang terkena. Faktor resiko BRAO sama dengan CRAO, sehingga
evaluasi yang dilakukan juga sama. Prognosis yang buruk dikaitkan dengan kasus
lanjut dan keterlibatan makula.1, 4, 5
2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Retina merupakan lapisan sel yang menyelubungi bagian dalam bola mata.
Retina melapisi sekitar 72% permukaaan dalam bola mata dengan diameter 22 mm,
membentang dari saraf optik sampai ke ora serata. Retina merupakan bagian yang
berfungsi menerima rangsang cahaya dan merubahnya menjadi impuls saraf yang
diteruskan ke kortek cerebri.8 (Gambar 2.2).
3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
arteri oftalmikus yang masuk ke mata bersama-sama dengan nervus optikus dan
bercabang pada permukaan dalam retina. Aliran darah vena retina adalah melalui
vena vortex dan vena retina sentral yang bergabung dengan vena opthalmika
superior dan inferior dan bermuara pada sinus cavernosus, pleksus vena pterygoid,
dan vena fasialis (Gambar 2.3).6, 9
5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
6
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(CRAO) didefinisikan sebagai obstruksi seluruh atau sebagian lumen arteri retina
sentral, yang merupakan percabangan arteri ophthalmica. Branch Retinal Artery
Occlusion (BRAO) didefinisikan sebagai obstruksi seluruh atau sebagian lumen
percabangan arteri retina sentral.2
2.4.2. Epidemiologi
Insiden RAO sesungguhnya tidak diketahui. Insiden RAO meningkat dengan
pertambahan usia dan memiliki pola insiden yang mirip dengan stroke dengan usia
puncak 80 tahun. Insiden RAO lebih banyak ditemukan pada populasi pria
dibandingkan wanita meskipun hal ini tidak signifikan. Data epidemiologi USA
dari Minesota menyatakan bahwa estimasi insiden CRAO adalah 1:100.000. Korea
melaporkan insiden 7-10 kasus per 100.000 individu berusia 65-89 tahun. BRAO
juga jarang dijumpai. Studi yang dilakukan peneliti Australia menunjukkan bahwa
terdapat 1,4 % emboli retina asimptomatik pada 3654 subjek yang dilakukan
screening.1, 2
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2.4.4. Patofisiologi
Kehilangan daya lihat pada penderita RAO disebabkan oleh menurunnya
vaskularisasi retina oleh arteri retina sentral dan arteri cilioretinal yang merupakan
cabang dari arteri ophthalmica (cabang pertama arteri karotis interna). Namun,
pada beberapa kasus dapat dijumpai adanya anastomosis cabang arteri sentralis
retina dengan cabang arteri ophthalmica, terutama pial. Penelitian menunjukkan
bahwa anastomosis pial mampu menjadi sirkulasi kolateral yang adekuat pada
oklusi arteri retina sentral. Arteri silioretinal berasal dari percabangan PCA dan
menyediakan darah untuk makula retina. Cabang arteri retina adalah percabangan
arteri retina sentral yang tidak memiliki lamina elastic interna atau lapisan
muskular.14
Pada fase akut, BRAO menyebabkan edema lapisan retina interna dan piknosis
nukleus sel ganglion. Lalu, terjadi nekrosis iskemik dan retina menjadi tampak
12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
opak dan berwarna kuning keputihan. Opasitas lebih nyata pada bagian posterior
yang disebabkan meningkatnya ketebalan lapisan serabut saraf dan sel ganglion.
Pada foveola tampak cherry-red spot dikarenakan kombinasi dari utuhnya lapisan
pigmen epitelium pada retina, bagian foveolar retina ternutrisi dengan baik oleh
choriocapillaries, dan adanya nerve fiber layer yang paling tipis pada daerah ini.
Tidak dijumpai perubahan pigmen dikarenakan tidak adanya keterlibatan lapisan
pigmen epitelium.14
Penelitian pada hewan coba membuktikan bahwa kerusakan retina menjadi
ireversibel setelah mengalami oklusi arteri komplit selama 105 menit, pulih dalam
97 menit, dan penatalaksanaan yang melewati 4 jam tidak dapat menyebabkan
perbaikan daya lihat yang sempurna. Namun, pada prakteknya oklusi total arteri
retina sangat jarang terjadi pada manusia, sehingga sebenarnya tidak ada batasan
waktu penatalaksanaan optimal pada kasus RAO. Pada prakteknya, pendekatan
konservatif dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam.14
2.4.5. Diagnosis
2.4.5.1 Gejala
RAO dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa hilangnya daya lihat tiba-
tiba tanpa adanya rasa nyeri yang terjadi dalam beberapa detik; mungkin terdapat
riwayat hilang penglihatan transien (amaurosis fugaks) sebelumnya. Ketajaman
penglihatan berkisar antara menghitung jari dan persepsi cahaya pada 90% mata
saat pemeriksaan awal. Dua puluh lima persen mata dengan sumbatan arteri
sentralis retina memiliki arteri-arteri silioretina yang melindungi retina bagian
makula dan dapat mempertahankan penglihatan sentral. Pada BRAO dijumpai
gejala kehilangan lapangan pandang sektoral yang tiba-tiba. Timbulnya BRAO
dapat tidak disadari apabila tidak ada defek sentral. 15, 16, 17
2.4.5.2 Tanda
Berikut beberapa tanda yang dapat dijumpai pada penderita BRAO: 15, 16, 18
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2.4.6. Penatalaksanaan
Kerusakan retina yang ireversibel terjadi setelah oklusi total arteri centralis retina
selama 90 menit pada model primata subhuman. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan untuk mendapatkan peningkatan daya lihat yang dihubungkan
dengan penatalaksanaan CRAO:15, 19
1. Tidak ada penatalaksanaan yang dapat diupayakan pada kasus CRAO lebih
dari 4 jam
15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Penatalaksanaan meliputi:
A. Terapi non farmakologi berupa edukasi untuk berhenti merokok apabila
pasien merokok, masase ocular intermiten, dan segera merujuk pasien ke
bagian jantung dan penyakit dalam apabila terdapat indikasi.17
B. Penatalaksanaan agresif fase akut CRAO harus selesai dilakukan dalam 24
jam setelah onset CRAO:15, 17, 18
1. Segera menurunkan tekanan intraocular untuk meningkatkan perfusi
retina dengan cara:
Masase ocular intermiten
Pemberian mannitol intravena
Parasentesis anterior chamber
Acetazolamide 500 mg intravena
2. Vasodilator dan inhalasi campuran 5% CO2 dan 95% O2 dapat
mengurangi vasospasme.
3. Terapi antiplatelet 600 mg dapat diberikan tanpa kontraindikasi. Obat
alternatif yang dapat diberikan berupa dipyridamole dan clopidogrel.
4. Terapi antikoagulan oral seperti warfarin dapat diberikan bila terdapat
atrial fibrilasi.
5. Steroid intravena pada pasien dengan curiga penyebab giant cell arteritis
6. Endarterectomy karotis dapat dilakukan pada pasien dengan stenosis
lebih dari 70%.
7. Transluminal Nd:YAG laser embolysis/embolectomy dapat dilakukan
sewaktu embolus dapat terlihat dan dilakukan dengan cara
menyuntikkan 0.5-1 mL atau lebih ke embolus dengan menggunakan
16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lakukan penilaian ulang dalam 3 bulan setelah terapi terhadap fundus, lapangan
pandang, dan terhadap penatalaksanaan penyakit penyerta.17
2.4.7. Komplikasi
Komplikasi jarang terjadi pada kasus RAO. Komplikasi RAO disebabkan oleh
pembentukan pembuluh darah baru pada retina atau iris yang mudah berdarah.
Pembentukan pembuluh darah baru ini nantinya dapat menyebabkan perdarahan
vitreous dan glaukoma. Apabila hal ini terjadi dapat dilakukan terapi laser
fotokoagulasi yang bekerja dengan mekanisme membakar area yang menyebabkan
oklusi arteri. Pada saat oklusi sudah ditatalaksana diharapkan pembentukan
pembuluh darah yang baru tidak lagi terjadi.20
2.4.8. Prognosis
Prognosis BRAO umumnya baik dengan visus 20/40 atau lebih baik pada 80%
mata yang terlibat. Cilioretinal Artery Occlusion (CLRAO) memiliki prognosis
yang paling buruk dengan visus 20/400 atau adanya persepsi cahaya apabila
terdapat anterior ischemic neuropathy. Prognosis baik pada CLRAO didapati pada
jenis isolated dikarenakan vaskularisasi fovea yang adekuat. Penyakit BRAO dan
BRVO yang terjadi secara bersamaan memiliki angka epidemiologi yang rendah
dan dihubungkan dengan banyak komorbiditas. Prognosis pada kasus ini adalah
baik dengan luaran penglihatan yang baik bila makula masih mendapatkan perfusi
yang adekuat.1, 21
17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
BAB III
KESIMPULAN
18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : KEVIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100149
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
15. Riordan-Eva P., Whitcher J. P. & Pendit B. U., et al. Vaughan & Asbury
Oftalmologi Umum. 17th ed. EGC. 2007. 194-195 p.
16. Leitman M. W.Manual for Eye Examination and Diagnosis. 7th ed.
Blackwell Publishing. 2007. 112-113 p.
17. Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology. 8th ed. Elsevier. 2016. 551-
556 p.
18. Khurana A. K., Khurana Aruj K., & Khurana B., et al. Comprehensive
Ophthalmology. 6th ed. The Health Science Publisher. 2015. 269-271 p.
19. Levin L. A., Albert D. M., & Adamis A. P., et al. Ocular Disease
Mechanisms and Management. Elsevier. 2010. 486-490 p.
20. Bakri S. J., Capone A., & Ciulla T., et al. Retinal Artery Occlusion. 2019.
The American Society of Retina Specialists. Available from:
https://www.asrs.org/patients/retinal-diseases/32/retinal-artery-occlusion
21. Sengupta S. & Pan U. Combined branch retinal vein and branch retinal
artery occlusion – clinical features, systemic associations, and outcomes.
Indian J. Ophthalmol. 2017 Mar; 65(3): 238–241 p.
20