Anda di halaman 1dari 23

METHICILLIN-RESISTANT

STAPHYLOCOCCUS AUREUS KERATITIS:


INITIAL TREATMENT, RISK FACTORS,
CLINICAL FEATURES, AND TREATMENT
OUTCOMES

S H E L L A AY U C L A R I S S A
30101607736
PEMBIMBING :
D R . D W I D J O P R AT I K N J O , S P. M
D R . N I L U H P U T U W I D H YA S T I , S P. M
IDENTITAS JURNAL
Judul
Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus Keratitis:
Initial Treatment, Risk Factors, Clinical Features, and
Treatment Outcomes

Penulis
Asad F. Durrani, Sarah Atta, Amar K. Bhat, Alex
Mammen, Deepinder Dhaliwal, Regis P. Kowalski,
And Vishal Jhanji

Tahun terbit

2020

Jurnal

American Journals Ophthalmology


ABSTRAK

• Karakteristik klinik, pemilihan terapi dan


Tujuan outcome dari keratitis MRSA

Design • Retrospective interventional case series

• Pengobatan dan evaluasi pada 52 mata dari


Metode 48 pasien dengan keratitis MRSA yang
terkonfirmasi dengan kultur
ABSTRAK
• Faktor resiko tertinggi adalah riwayat operasi mata,
kortikosteroid topical, dry eye syndrome dan penyakit
sitemik

Hasil • Antibiotik awal yang sering digunakan adalah moxifloxacin,


kombinasi fortified cefazolin dan fortified tobramycin.
• Tidak ada perbedaan dalam hal tajam pengelihatan, lama
terapi, dan kebutuhan terapi bedah pada pasien yang diterapi
dengan floroquinolon dan vankomisin.

• MRSA menyebabkan keratitis fulminan dengan outcome


pengelihatan yang buruk.
Kesimpula • Pasien yang diobati dengan fluoroquinolon memiliki hasil
yang sebanding dengan mereka yang diobati dengan fortified
n vancomycin
• Pasien yang diobati dengan fortified vancomycin memiliki
ulkus yang lebih parah
PENDAHULUAN
• STAPHYLOCOCCAL SPECIES merupakan bakteri yang
paling sering menyebabkan keratitis.

• DiIndia terdapat > 500 kasus ocular


infection yang disebabkan oleh MRSA 
36.1% merupakan kasus keratitis.
• Keratitis MRSA biasanya dikaitkan dengan
hospital-acquired infection, namun saat
ini keratitis MRSA dapat dikategorikan
sebagai community acquired
infection
PENDAHULUAN
• Standart treatment keratitis MRSA  fortified vancomycin eye
drop 2,5% - 5%
• Terapi lain yang bisa digunakan  floroquinolon generasi ke-4
topical.

TUJUAN
Mengevaluasi pasien dengan keratitis MRSA
yang di obati dengan fortified vancomisin
dibandingkan dengan fluroquinolon atau obat
selain vancomisin
METODE

• Penelitian Single-center Retrospective Interventional


• Pasien keratitis MRSA yang terkonfirmasi bacteriologis dari January 2008 -
December 2018
• Kriteria diagnosa keratitis: ≥ 1 sel pada COA, >2 mm infiltrate, or infiltrate < 3 mm di
tengah kornea
• MRSA ditegakan dengan melakukan uji sensitivitas antibiotik pada biakan kerokan
kornea
• Data klinis setiap pasien dikumpulkan melalui rekam medis
• Analisa statistik dengan menggunakan SPSS software (v 26; SPSS Inc, Chicago, Illinois,
USA)
HASIL
• Tabel 1. terdapat 46/48 pasien dengan
komorbid pada mata  30 pasien dengan
riwayat operasi sebelumnya (62.5%)
• 38 pasien (79.2%) memiliki riwayat
hipertensi.
• Visual acuity  43 mata dengan logarithm
of minimal angle of resolution (logMAR)
VA 1.7 ± 0.8 (Snellen equivalent
approximately 20/1000)
HASIL
• Pemilihan initial antibiotik sangat
beragam  moxifloxacin (20.8%),
kombinasi fortified cefazolin & fortified
tobramycin (20.8%), kombinasi fortified
vancomycin & fortified tobramycin
(12.5%), atau gatifloxacin (10.4%).

Tabel 2. terapi adjunctive diberikan pada 32


pasien  yang paling sering digunakan 
bandage contact lens

• Terapi antibiotik diganti  menyesuaikan kondisi klinis dan hasil kultu


 vancomicin atau floroquinolon generasi 4
HASIL
• Hasil koreksi VA 46 dari
52 mata dengan rata rata
logMAR VA of 1.2 ± 1.0
(Snellen equivalent
approximately 20/330).
– 11 mata (21.5%) 20/40,
– 20 mata (38.5%) 20/50 - • Tabel 3. menunjukan uji sensitivitas antibiotik

20/400,
– 19 mata (36.5%)  hitung
jari atau lebih parah
HASIL
• Analisis dilakukan pada 15
mata dari 13 pasien yang
diobati floroquinolon tanpa
vankomisin sebagai initial
terapi VS pasien yang
hanya diobati dengan
vancomisin
• 13/15 yg diobati vankomisin
(86.7%) resisten terhadap
≥1 fluoroquinolone Gen. 4
HASIL

• 5/13 pasien yang diobati fluoroquinolone  resisten terhadap gol.


Floroquinolon yang mereka gunakan
• Pasien dengan fortified vancomycin cendurung memiliki dermatochalasis
(P = .049).
DISKUSI
• MRSA biasanya dikaitkan dengan hospital acquired MRSA
infection tapi pada penelitian ini 93.7% pasien tidak
memiliki riwayat infesi MRSA sebelumnya

• Pada penelitian ini kebanyakan subjek memiliki riwayat


komorbid pada mata  sesuai dengan penelitian
sebelumnya  terganggunya mekanisme defensif pada
permukaan mata dikaitkan dengan kejadian keratitis
DISKUSI

Faktor resiko
• Penggunaan
kortikosteroid Impaired defense
• Dry eye syndrom mechanism:
• Ocular surgery • Kondisi imunokompremise
• Hilangnya efek antimikrobial
pada air mata
• Rusaknya fungsi normal
permukaan mata
Keratitis
MRSA
DISKUSI
• Terapi awal dg vankomisin fortified tidak berhubungan dg. outcome
yang lebih baik dibandingkan dg terapi awal non-vankomisin
(florokuinolon gen 4)
• Pasien yang diterapi awal dg. Vankomisin fortified memiliki
karakteristik klinis yang lebih buruk
• Sehingga disini tidak bisa dikatakan bahwa fluorokuinolon setara
dengan vankomisin fortified pada kasus keratitis MRSA
KESIMPULAN
• Keratitis MRSA memiliki outcome pengelihatan yang buruk
meskipun sudah di terapi secara efektif.
• Pasien dengan floroquinolon gen 4 tidak perlu fortified
vankomisin  tapi tidak menyarankan penggunaan
floroquinolon sebagai terapi tunggal keratitis MRSA berat.
• Pasien dengan riwayat operasi mata, penggunaan
kortikosteroid, dan penyakit sistemik beresiko untuk terkena
keratitis MRSA.
Critical Appraisal
JUDUL & PENGARANG
No. Kriteria Ya (+) atau tidak (-)

1 Jumlah kata dalam judul, < 12 kata +

2. Deskripsi Judul Menggambarkan isi utama penelitian,


cukup menarik dan tanpa singkatan

3. Daftar penulis sesuai aturan jurnal +

4. Korespondensi penulis +
5. Tempat & waktu penelitian dalam judul Tempat +, waktu +

6 Subjek penelitian +
ABSTRAK
Ya (+),
No. Kriteria
Tidak (-)

1. Abstrak 1 paragraf -

2. Secara keseluruhan Informatif +

3. Tanpa singkatan selain yang baku +

4. Kurang dari 250 kata +

5. Tidak menuliskan kutipan pustaka +


PENDAHULUAN Ya (+),
No. Kriteria
tidak (-)

1. Terdiri dari 2 bagian atau 2 paragraf -

Paragraf pertama mengemukakan


2. +
alasan dilakukan penelitian

3. Penelitian sebelumnya +

Paragraf ke 2 menyatakan hipotesis


4. +
atau tujuan penelitian

4. Didukung oleh pustaka yang relevan +

5. Kurang dari 1 halaman +


METODE
No. Kriteria Ya (+),tidak (-)
1 Jenis dan rancangan penelitian +
2 Waktu dan tempat penelitian +
3 Populasi sumber dan jumlah sampel +
4 Teknik sampling -
5 Kriteria inklusi & eksklusi +
6 Perincian cara penelitian +
7 Uji statistik p<0.05 +
8 Program komputer +
9 Persetujuan subjektif +
HASIL
No. Kriteria Ya (+),tidak (-)

1 Jumlah subjek +

2 Tabel karakteristik subjek +

3 Tabel hasil penelitian +

4 Komentar dan pendapat penulis tentang hasil +

5 Tabel analisis data dengan uji +


PEMBAHASAN, KESIMPULAN, DAFTAR PUSTAKA

No. Kriteria Ya (+), tidak (-)

1 Pembahasan dan kesimpulan terpisah +

2 Pembahasan & kesimpulan dipaparkan dengan jelas +

3 Pembahasan mengacu dari penelitian sebelumnya +

4 Pembahasan sesuai landasan teori +

5 Keterbatasan penelitian +
6 Simpulan utama +

7 Simpulan berdasarkan penelitian +

8 Saran penelitian +
9 Penulisan daftar pustaka sesuai aturan +

Anda mungkin juga menyukai